5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau
Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan
digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis sebelumnya,
yaitu nilai indeks analisis LQ, nilai indeks analisis MRP, nilai indeks rata-rata
serapan tenaga kerja tiap sektor ekonomi, dan nilai indeks kontribusi sektor
terhadap PDRB tahun 2000-2010. Indeks komposit digunakan karena untuk
menentukan sektor unggulan tidak hanya dilihat dari satu atau dua sisi saja,
namun juga memperhatikan sisi lainnya. Dalam penelitian ini digunakan data
PDRB tanpa migas. Secara lebih rinci hasil analisis akan dijelaskan sebagai
berikut.
5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) sering digunakan oleh beberapa peneliti
untuk mengetahui sektor unggulan suatu daerah. Alat analisis ini mampu
mengidentifikasi keunggulan komparatif Kabupaten Malinau dibandingkan
dengan Provinsi Kalimantan Timur.
Dari hasil analisis LQ, seperti terlihat dalam Tabel 5, diketahui dari tahun
2000-2010 sektor pertanian adalah sektor unggulan di Kabupaten Malinau dengan
nilai rata-rata LQ sebesar 3,64, dengan subsektor unggulannya di subsektor
atas satu yaitu sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran serta
jasa.
Tabel 5. Hasil perhitungan LQ Kabupaten Malinau menurut sektor/subsektor tahun 2000-2010
Sektor/Subsektor 2000 2010 Rata-rata Indeks LQ 2010
1. Pertanian 3,88 2,30 3,64 67,81
a. Tanaman bahan makanan 0,95 1,18 1,20 16,92
b. Tanaman perkebunan 0,20 0,13 0,17 1,74
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,55 1,05 1,29 15,01
d. Kehutanan 6,56 6,92 8,33 100,00
e. Perikanan 0,45 0,55 0,52 7,79
2. Pertambangan dan Penggalian 0,39 0,69 0,38 20,10
a. Minyak dan gas bumi
b. Pertambangan tanpa migas 0,40 0,67 0,36 9,60
c. Penggalian 0,18 1,22 0,94 17,45
3. Industri Pengolahan 0,00 0,01 0,01 0,00
a. Industri migas
b. Industri tanpa migas 0,00 0,01 0,01 0,00
4. Listrik, Gas, dan Air Minum 0,18 0,74 0,54 21,67
a. Listrik 0,17 0,66 0,48 9,36
b. Air minum 0,28 1,26 0,92 18,13
5. Bangunan 0,07 3,38 2,42 100,00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,78 1,17 1,27 34,32
a. Perdagangan 0,80 1,18 1,30 16,91
b. Hotel 0,38 0,70 0,71 9,91
c. Restoran 0,78 1,20 1,19 17,16
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,07 0,29 0,24 8,30
a. Pengangkutan 0,07 0,10 0,11 1,30
b. Komunikasi 0,10 1,26 0,96 18,04
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan 0,02 0,08 0,06 2,06
a. Bank 0,01 0,20 0,16 2,81
b. Lembaga keuangan bukan bank 0,01 0,03 0,02 0,31
c. Jasa penunjang keuangan
d. Sewa bangunan 0,02 0,05 0,04 0,53
e. Jasa perusahaan 0,00 0,01 0,01 0,03
9. Jasa 0,79 1,23 1,18 36,30
a. Pemerintahan umum 0,99 1,59 1,49 22,79
b. Swasta 0,03 0,14 0,10 1,93
Dengan nilai LQ lebih dari satu mengindikasikan bahwa keempat sektor
tersebut memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Malinau dibandingkan
dengan Provinsi Kalimantan Timur. Dalampenelitian ini, hasil analisis LQ yang
digunakan untuk mengambil keputusan ditetapkan hanya hasil LQ untuk tahun
2010 saja. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010 merupakan tahun terakhir
masa pemerintahan Bupati Kabupaten Malinau pertama dan juga merupakan
tahun awal dari pemerintahan yang baru di Kabupaten Malinau. Sehingga sektor
unggulan yang dibentuk dari hasil analisis LQ pada tahun 2010 dapat memberikan
masukan bagi pemerintahan yang baru untuk fokus pembangunan pada
sektor-sektor unggulan.
Berdasarkan hasil analisis LQ tahun 2010, sektor-sektor yang mempunyai
nilai LQ lebih dari satu adalah empat sektor yang sama dengan sektor
penghitungan LQ secara rata-rata. Akan tetapi sektor bangunan ternyata memiliki
nilai LQ yang terbesar yaitu 3,38 dan nilai ini menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai LQ 2,30 dan nilainya
semakin menurun dari tahun ke tahun.
Sektor bangunan bisa menjadi sektor unggulan karena Pemerintah
Kabupaten Malinau sedang giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur
untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah lain. Isu daerah perbatasan yang
menjadi halaman depan Negara Indonesia juga menyebabkan Kabupaten Malinau
semakin berbenah terutama dalam pembangunan jalan, jembatan dan
bangunan-bangunan kantor dan sekolah di perbatasan. Selain itu penetapan salah satu
perbatasan, membuat segala sarana prasarana di kecamatan tersebut ditingkatkan
kualitasnya, mulai dari jalan tembus ke Malaysia, jembatan, sekolah, dan
bangunan lainnya. Sedangkan di wilayah kecamatan sekitar ibukota kabupaten
terus meningkatkan proses pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Sehingga dalam beberapa tahun mendatang sektor bangunan masih menjadi
primadona bagi perekonomian Kabupaten Malinau.
Dari hasil analisis LQ tahun 2010 ini, nilai LQ nya kemudian diberi indeks
untuk memberikan nilai yang sama dengan variabel lain sehingga mampu dihitung
secara bersama-sama dengan analisis indeks komposit. Indeks LQ terbesar ada di
subsektor kehutanan dan terendah ada di subsektor industri tanpa migas.
Sedangkan nilai indeks tertinggi untuk sektor terdapat di sektor bangunan,
terendah ada di sektor industri pengolahan.
5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan salah satu alat analisis yang
digunakan untuk mengetahui sektor unggulan berdasarkan dari nilai pertumbuhan
tiap sektor ekonomi. MRP terdiri dari dua instrumen pengukuran yaitu Rasio
Pertumbuhan Studi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Referensi (RPr). RPs dihitung
dengan jalan membandingkan pertumbuhan sektor/subsektor tertentu dengan nilai
PDRB sektor/subsektor tersebut di Kabupaten Malinau terhadap pertumbuhan
sektor/subsektor dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut di Provinsi
Kalimantan Timur. Jadi secara singkatnya RPs menunjukkan rasio pertumbuhan
antara wilayah studi, dalam penelitian ini Kabupaten Malinau dengan wilayah
Sedangkan RPr diketahui dengan jalan membandingkan pertumbuhan
sektor/subsektor tertentu dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut di Provinsi
Kalimantan Timur terhadap pertumbuhan nilai PDRB provinsi Kalimantan Timur.
Jadi RPr adalah rasio pertumbuhan di Provinsi Kalimantan Timur terhadap
pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil analisis MRP, seperti terlihat pada Tabel 6, untuk sektor pertanian
nilai RPs nya adalah -1,11, berarti pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten
Malinau lebih rendah dibandingkan pertumbuhannya di Provinsi Kalimantan
Timur. Sedangkan nilai RPr sektor pertanian adalah 0,22 yang mengindikasikan
sektor pertanian menonjol di Provinsi Kalimantan Timur, namun tidak di
Kabupaten Malinau. Sehingga berdasarkan kriteria pertumbuhan, sektor pertanian
bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Malinau.
Untuk sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas), nilai RPs dan
RPr sama-sama positif dan nilainya > 1 yang mengindikasikan sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang menonjol baik di
Kabupaten Malinau maupun Provinsi Kalimantan Timur. Untuk sektor industri
pengolahan (tanpa migas), nilai RPs sebesar 7,40 dan RPr sebesar 0,24. Berarti di
Provinsi Kalimantan Timur sektor industri pengolahan bukan sektor yang
menonjol, sedangkan di Kabupaten Malinau merupakan sektor yang menonjol
Tabel 6. Hasil perhitungan MRP Kabupaten Malinau dan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000-2010
Sektor/Subsektor RPs RPr Indeks RPs
1. Pertanian
(1,11) 0,22 0,00
a. Tanaman bahan makanan 1,36 0,76 5,88
b. Tanaman perkebunan 0,38 1,48 0,55
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 0,28 0,83 0,00
d. Kehutanan 1,01 (0,34) 3,97
e. Perikanan 1,33 0,70 5,71
2. Pertambangan dan Penggalian 1,93 2,37 3,68
a. Minyak dan gas bumi
b. Pertambangan tanpa migas 1,81 2,46 8,32
c. Penggalian 12,11 0,76 64,24
3. Industri Pengolahan 7,40 0,24 10,29
a. Industri migas
b. Industri tanpa migas 7,40 0,24 38,68
4. Listrik, Gas, dan Air Minum 6,29 0,95 8,95
a. Listrik 6,05 0,98 31,33
b. Air minum 7,81 0,79 40,88
5. Bangunan 81,62 1,02 100,00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,88 0,73 3,62
a. Perdagangan 1,85 0,75 8,52
b. Hotel 2,86 0,56 14,03
c. Restoran 2,08 0,59 9,81
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,06 1,07 8,67
a. Pengangkutan 1,76 1,02 8,07
b. Komunikasi 18,19 1,45 97,20
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,31 1,13 10,19
a. Bank 18,70 2,60 100,00
b. Lembaga keuangan bukan bank 4,19 0,59 21,26
c. Jasa penunjang keuangan 0,65
d. Sewa bangunan 2,77 0,73 13,55
e. Jasa perusahaan 6,93 1,17 36,12
9. Jasa 2,18 0,56 3,98
a. Pemerintahan umum 2,41 0,48 11,60
b. Swasta 7,58 0,84 39,64
Sumber : Hasil pengolahan data PDRB Kabupaten Malinau dan Provinsi Kaltim
Sektor listrik, gas, dan air minum menonjol di Kabupaten Malinau dengan
karena nilai RPr nya <1, yaitu 0,95. Sektor bangunan merupakan sektor yang
memiliki nilai RPs terbesar, yaitu 81,62. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
sektor bangunan merupakan sektor yang sangat menonjol di Kabupaten Malinau
dari sisi pertumbuhannya. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Timur sektor
bangunan tidak terlalu menonjol karena nilai RPr nya 1,02.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran termasuk sektor yang menonjol di
Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 1,88, namun di Provinsi Kalimantan Timur
sektor ini tidak menonjol karena RPr nya hanya bernilai 0,73. Sektor
pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Malinau lebih menonjol
dibandingkan di Provinsi Kalimantan Timur karena nilai RPs nya lebih besar
daripada RPr.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga lebih menonjol di
Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 7,31. Sedangkan di Provinsi Kalimantan
Timur hanya bernilai 1,13. Sektor jasa di Provinsi Kalimantan Timur bukan
merupakan sektor yang potensial karena nilai RPr nya 0,56. Sedangkan di
Kabupaten Malinau termasuk sektor yang menonjol dengan nilai RPs 2,18.
Secara keseluruhan sektor unggulan di Kabupaten Malinau adalah sektor
bangunan, industri pengolahan serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,
karena nilai RPs ketiga sektor tersebut adalah terbesar dibandingkan sektor
lainnya. Sedangkan untuk subsektor unggulannya adalah subsektor bank,
komunikasi, dan penggalian.
Sektor bangunan tetap menjadi sektor unggulan di Kabupaten Malinau
karena saat ini kebutuhan Kabupaten Malinau untuk infrastruktur sangatlah besar.
Sedangkan subsektor bank mampu menjadi subsektor yang dominan, yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan di Kabupaten Malinau mengalami
peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut merupakan
dampak dari adanya pertumbuhan jumlah nasabah dan jumlah uang masyarakat
yang diindikasikan dengan tingginya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten
Malinau dan dengan jumlah bank sebanyak 3 buah bank. Jadi prospek bank
lainnya untuk membuka cabang di Kabupaten Malinau sangat besar.
Dari hasil penghitungan MRP, kemudian diberi indeks untuk dimasukkan
kedalam penghitungan indeks komposit. Kriteria MRP yang berkaitan langsung
dengan daerah studi, yaitu Kabupaten Malinau, adalah kriteria RPs sehingga hasil
RPs yang diberikan nilai indeks untuk kemudian digabung dalam indeks komposit
5.1.3 Indeks Tenaga Kerja
Variabel tenaga kerja dimasukkan dalam penghitungan indeks komposit
karena serapan tenaga kerja ikut menjadi acuan dalam memilih sektor mana yang
termasuk sektor unggulan dengan melihat kemampuan penyerapan tenaga kerja.
Hal inisejalan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Malinau yang ingin fokus
dalam penciptaan kegiatan perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja
banyak sehingga tingkat pengangguran di Kabupaten Malinau akan turun.
Berdasarkan data dari tahun 2007-2010, jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi
Tabel 7. Jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi Kabupaten Malinau tahun 2007-2010
Sektor Ekonomi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Indeks Tenaga Kerja 1. Pertanian 14.541 19.675 21.260 12.978 17.114 100,00 2. Pertambangan dan Penggalian
236 372 740 1.650 750 4,14 3. Industri Pengolahan 139 184 117 511 238 1,14 4. Listrik, Gas, dan Air Minum
58 56 30 27 43 - 5. Bangunan 547 524 932 1.505 877 4,89 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1.845 1.398 2.013 2.482 1.935 11,08 7. Pengangkutan dan Komunikasi
503 1.317 151 704 669 3,67 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
94 79 31 72 69 0,15 9. Jasa 3.254 3.249 3.295 6.758 4.139 24,00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur dan website SP2010
Sejak tahun 2007 sampai 2010 sektor pertanian merupakan sektor yang
paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau. Pada tahun 2007
mampu menyerap sebanyak 14.541 tenaga kerja dan pada 2010 menyerap 12.978
tenaga kerja, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 17.114 orang.
Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 hanya menyerap
tenaga kerja sebanyak 236 orang, namun pada tahun 2010 mampu menyerap
sebesar 1.650 orang. Peningkatan tersebut karena munculnya beberapa perusahaan
pertambangan baru di Kabupaten Malinau pada tahun 2010.Selama 4 tahun sektor
pertambangan dan penggalian mampu menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 750
orang.
Sektor industri pengolahan mengalami fenomena seperti sektor
pertambangan dan penggalian, dimana pada tahun 2007 hanya menyerap tenaga
orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
238 orang. Sektor listrik, gas, dan air minum termasuk sektor yang paling sedikit
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau, dimana pada tahun 2007 hanya
menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang, dan tahun 2010 hanya sebanyak 27
orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun hanya mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 43 orang.
Sektor bangunan termasuk salah satu sektor yang mengalami peningkatan
yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dimana pada tahun 2007 hanya
mampu menyerap sebanyak 547 orang, tetapi pada tahun 2010 mampu menyerap
sebanyak 1.505 orang. Hal ini berhubungan dengan semakin banyaknya pekerjaan
infrastruktur di Kabupaten Malinau. Rata-rata selama 4 tahun sektor bangunan
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 877 orang.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejak tahun 2007 penyerapan
tenaga kerjanya sudah tinggi, bahkan menjadi peringkat ketiga terbanyak di
Kabupaten Malinau.Selama kurun waktu 4 tahun, hanya pada tahun 2008 sektor
ini mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja. Rata-rata penyerapan
tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama 4 tahun sebesar
1.935 orang.
Sektor pengangkutan dan komunikasi dalam penyerapan tenaga kerja
mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja
yang terserap sebanyak 1.317 orang, namun pada tahun 2009 turun drastis
menjadi 151 orang saja. Fenomena tersebut dikarenakan pada tahun 2008 masih
masih lancar, namun pada tahun 2009 jumlah jadwal penyeberangan sungai
berkurang secara drastis dan terdapat beberapa maskapai penerbangan yang tidak
melayani lagi wilayah Kabupaten Malinau, sehingga banyak tenaga kerja yang
beralih ke sektor lainnya. Rata-rata selama empat tahun sektor pengangkutan dan
komunikasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 669 orang.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk salah satu
sektor yang kecil dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2007 hanya mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 94 orang dan pada tahun 2010 mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 72 orang, sehingga rata-rata penyerapan tenaga kerjanya
selama empat tahun hanya sebanyak 69 orang.
Sektor jasa termasuk sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja
di Kabupaten Malinau bahkan menjadi terbesar kedua setelah sektor pertanian.
Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini meningkat drastis pada tahun 2010
sebanyak 6.758 orang, sedangkan pada tahun 2009 hanya menyerap tenaga kerja
sebanyak 3.295 orang. Rata-rata selama empat tahun sektor jasa mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 4.139 orang.
Setelah diindekskan, sektor pertanian menjadi sektor yang dominan
dengan indeks sebesar 100, diikuti sektor jasa, dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sedangkan sektor yang mempunyai nilai indeks rendah adalah sektor
listrik, gas, dan air minum serta sektor keuangan, jasa perusahaan, dan persewaan.
5.1.4 Indeks Kontribusi PDRB
Kontribusi terhadap PDRB menjadi salah satu variabel karena besaran
Kabupaten Malinau setiap tahunnya. Selama kurun waktu 2000-2010 terdapat
sektor yang kontribusi semakin menurun, ada juga sektor yang kontribusinya naik
turun dan semakin naik di tahun 2010.
Indeks kontribusi PDRB ini menghitung rata-rata pertumbuhan kontribusi
terhadap PDRB selama 10 tahun, yaitu tahun 2000-2010. Kemudian dari rata-rata
pertumbuhan tersebut dibuat indeks seperti variabel lainnya.
Dalam Tabel 5.4, terlihat kalau sektor pertanian mengalami rata-rata
pertumbuhan yang menurun yaitu -12,54 persen selama kurun waktu 10 tahun.
Penurunan kontribusi ini paling banyak disumbangkan oleh subsektor kehutanan,
yaitu sebesar -13,04 persen. Secara keseluruhan seluruh subsektor yang terdapat
dalam sektor pertanian mengalami penurunan kontribusi selama tahun 2000-2010.
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami rata-rata pertumbuhan
kontribusi sebesar 37,61 persen dalam kurun watu 10 tahun dengan subsektor
pertambangan tanpa migas menjadi aktor utamanya. Subsektor ini mengalami
rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 125,84 persen sehingga menjadi
subsektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan paling tinggi.
Sektor industri pengolahan hanya menghasilkan rata-rata pertumbuhan
kontribusi sebesar 0,57 persen. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air minum
sebesar 6,40 persen dengan subsektor air minum menjadi penyumbang terbesar
yaitu mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 13,67 persen. Sektor
bangunan menjadi sektor yang paling besar mengalami rata-rata pertumbuhan
Tabel 8. Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan kontribusi terhadap PDRB per sektor tahun 2000-2010
Sektor/Subsektor Rata-rata
pertumbuhan Indeks 1. Pertanian (12,54) 0,00 a. Tanaman bahan makanan (6,81) 4,49
b. Tanaman perkebunan (8,60) 3,20
c. Peternakan dan hasil-hasilnya (10,14) 2,09
d. Kehutanan (13,04) 0,00
e. Perikanan (6,01) 5,06
2. Pertambangan dan Penggalian 37,61 78,15
a. Minyak dan gas bumi
b. Pertambangan tanpa migas 125,84 100,00
c. Penggalian 35,10 34,67
3. Industri Pengolahan 0,57 20,44
a. Industri migas
b. Industri tanpa migas 2,29 11,04 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 6,40 29,52
a. Listrik 5,31 13,21
b. Air minum 13,67 19,23
5. Bangunan 51,63 100,00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran (0,26) 19,15
a. Perdagangan (0,08) 9,34
b. Hotel 2,88 11,46
c. Restoran (2,47) 7,61
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14,13 41,56
a. Pengangkutan 7,73 14,96
b. Komunikasi 30,58 31,41
8.Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 19,53 49,98
a. Bank 71,49 60,86
b. Lembaga keuangan bukan bank 0,00 9,39
c. Jasa penunjang keuangan
d. Sewa bangunan 15,24 20,36
e. Jasa perusahaan 10,00 16,59
9. Jasa 23,66 56,41
a. Pemerintahan umum 23,68 26,44
b. Swasta 23,11 26,03
Sumber : Hasil pengolahan PDRB Kabupaten Malinau
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran termasuk salah satu sektor, selain
sektor pertanian, yang mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi yang negatif,
yaitu sebesar -0,26 persen. Dalam sektor ini hanya subsektor hotel yang
mengalami angka positif yaitu sebesar 2,88 persen, sedangkan subsektor lainnya
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami rata-rata
pertumbuhan kontribusi sebesar 14,13 persen dengan subsektor komunikasi
mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar, yaitu 30,58 persen dalam
kurun waktu tahun 2000-2010. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan megalami rata-rata pertumbuhan kontribusi yang positif, yaitu sebesar
19,53 persen. Subsektor bank menjadi yang terbesar dalam sektor ini, yaitu
mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 71,49 persen. Sektor jasa
menjadi sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga
dalam kurun waktu 2000-2010, setelah sektor bangunan dan sektor pertambangan
dan penggalian. Nilai rata-rata pertumbuhan kontribusinya sebesar 23,66 persen.
Hasil dari rata-rata pertumbuhan kontribusi tersebut kemudian
diindekskan. Kemudian didapatkan angka hasil indeks yang digunakan untuk
penghitungan analisis indeks komposit.
5.1.5 Analisis Indeks Komposit
Indeks komposit digunakan untuk menghitung hasil dari gabungan
beberapa indeks, yang kemudian akan menghasilkan angka indeks komposit. Dari
hasil angka indeks komposit ditentukan peringkat untuk tiap sektor dan subsektor.
Sektor dan subsektor dengan peringkat tertinggi merupakan sektor dan subsektor
ekonomi unggulan Kabupaten Malinau.
Variabel dalam penelitian ini untuk penghitungan sektor unggulan adalah
indeks LQ, indeks MRP, indeks tenaga kerja, dan indeks kontribusi terhadap
PDRB. Sedangkan subsektor unggulan tidak memasukkan indeks tenaga kerja,
Tiap variabel mendapatkan bobot yang sama, dalam artian tidak ada
variabel yang lebih dominan terhadap variabel yang lain. Dengan kata lain semua
variabel mempunyai kekuatan yang sama dalam menentukan sektor unggulan.
Dari hasil penjumlahan indeks didapatkan sektor bangunan mempunyai jumlah
nilai indeks terbesar yaitu 304,89 diikuti sektor pertanian dengan nilai 167,81 dan
sektor jasa dengan nilai 120,69.
Tabel 9. Hasil penjumlahan indeks dan penghitungan indeks komposit Sektor Indeks LQ 2010 Indeks RPs Indeks Tenaga Kerja Indeks Kontri busi PDRB Jum lah Indeks Kom posit Rang king Sektor 1. Pertanian 67,81 0,00 100,00 0,00 167,81 41,95 2
2. Pertambangan dan Penggalian 20,10 3,68 4,14 78,15 106,07 26,52 4 3. Industri Pengolahan 0,00 10,29 1,14 20,44 31,87 7,97 9 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 21,67 8,95 0,00 29,52 60,14 15,04 8
5. Bangunan 100,00 100,00 4,89 100,00 304,89 76,22 1
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 34,32 3,62 11,08 19,15 68,17 17,04 5 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,30 8,67 3,67 41,56 62,20 15,55 7 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,06 10,19 0,15 49,98 62,38 15,59 6
9. Jasa 36,30 3,98 24,00 56,41 120,69 30,17 3
Sumber : Hasil pengolahan data
Besarnya jumlah indeks tiap sektor tersebut menjadi dasar utama
penentuan sektor unggulan karena penghitungan indeks komposit adalah membagi
jumlah nilai indeks dengan banyaknya variabel yang digunakan. Untuk
menentukan rangking sektor unggulan. Setelah dilakukan penghitungan, nilai
indeks komposit sektor bangunan sebesar 76,22 dan berhak menduduki peringkat
pertama, diikuti sektor pertanian dengan nilai indeks komposit sebesar 41,95
kemudian sektor jasa di peringkat ketiga dengan nilai indeks komposit sebesar
30,17. Berturut-turut berikutnya adalah sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 26,52 diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 17,04
pengangkutan dan komunikasi sebesar 15,55, sektor listrik, gas, dan air minum
sebesar 15,04, dan terakhir sektor industri pengolahan sebesar 7,97.
Untuk subsektornya sendiri, subsektor yang mendukung sektor unggulan,
yaitu subsektor di sektor bangunan, pertanian dan jasa. Akan tetapi sektor
bangunan tidak dapat dicari subsektornya, karena sektor bangunan tidak memiliki
subsektor, maka subsektor unggulan hanya dicari dari sektor pertanian dan jasa.
Hasil indeks kompositnya terlihat dalam Tabel 10.
Tabel 10. Subsektor unggulan Kabupaten Malinau Sektor/Subsektor Indeks LQ 2010 Indeks RPs Indeks Tenaga Kerja Indeks Kontribusi PDRB Jumlah Indeks Kom posit Rangking Sub sektor 1. Pertanian
a. Tanaman bahan makanan 16,92 5,88 4,49 27,28 9,09 b. Tanaman perkebunan 1,74 0,55 3,20 5,48 1,83 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 15,01 0,00 2,09 17,10 5,70
d. Kehutanan 100,00 3,97 0 103,97 34,66 1
e. Perikanan 7,79 5,71 5,06 18,56 6,19
2. Jasa
a. Pemerintahan umum 22,79 11,60 26,44 60,83 20,28 3
b. Swasta 1,93 39,64 26,03 67,60 22,53 2
Sumber: Pengolahan Data.
Subsektor kehutanan dan swasta merupakan subsektor unggulan yang
mampu menopang sektor pertanian dan jasa. Subsektor kehutanan dengan nilai
indeks komposit sebesar 34,66 dan subsektor swasta sebesar 22,53. Apabila
ditelusuri lebih lanjut dari subsektor swasta yang paling besar peranannya yaitu
jasa sosial kemasyarakatan yang mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan dan
5.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui bagaimana pola
pengembangan yang tepat bagi sektor/subsektor unggulan yang sudah diketahui.
Sebagaimana diketahui sektor/subsektor unggulan Kabupaten Malinau adalah
sektor bangunan, pertanian, dan jasa. Sedangkan subsektor unggulannya adalah
subsektor kehutanan, dan swasta. Ketiga sektor unggulan tersebut merupakan
sektor yang saling berkaitan sehingga dalam analisis SWOT ini akan langsung
dibahas untuk tiga sektor unggulan di Kabupaten Malinau.
Dalam analisis SWOT ini akan ditentukan faktor-faktor strategis, baik dari
eksternal maupun internal. Penentuan faktor-faktor strategis tersebut ditentukan
berdasarkan beberapa referensi yang telah ada, sebagai contoh dari dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Malinau. Selain dari
dokumen tersebut, faktor-faktor strategis juga didapatkan dari wawancara dan
pengetahuan penulis terhadap Kabupaten Malinau.
Dari faktor strategis yang sudah ditentukan, kemudian diberi pembobotan
dan rating untuk tiap faktor. Setelah itu diketahui skor pembobotan untuk tiap
faktor dan didapat posisi sektor unggulan di Kabupaten Malinau berada di strategi
pengembangan apa. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal beserta skor
pembobotannya untuk analisis SWOT seperti terlihat dalam Tabel 11.
Dari hasil skor pembobotan didapatkan hasil bahwa peluang dan kekuatan
kelemahan yang dihadapinya. Hal tersebut tercermin dengan jumlah skor
pembobotan yang positif, baik untuk faktor eksternal maupun internal.
Tabel 11. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal
Eksternal Faktor-faktor Bo bot Ra ting Skor Opportunities / Peluang
1. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai Pusat
Tumbuh Ekonomi Perbatasan
2. Pola hidup masyarakat yang ingin kembali ke
pangan dan energi organik
3. Kebutuhan dunia akan hasil perkebunan,
seperti karet dan kelapa sawit, dan batubara yang meningkat
4. Akan ditetapkannya skema perdagangan
karbon 1 0,4 0,5 1 4 2 4 4 4 0,8 2 4 Treaths / Ancaman 1. Penebangan liar
2. Daerah lain yang juga fokus pengembangan
perkebunan karet dan kelapa sawit
3. Degradasi lingkungan akibat penambangan
4. Serbuan produk-produk pangan dari luar
wilayah 1 0,7 0,5 0,8 -3 -1 -2 -1 -3 -0,7 -1 -0,8 Jumlah skor 5,3 Internal Faktor-faktor Bo bot Rati ng Skor Strength / Kekuatan
1. Jumlah anggaran yang semakin besar setiap
tahunnya
2. Kearifan lokal yang tetap terpelihara
3. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai
kabupaten konservasi
4. Kondisi keamanan dan ketertiban yang
kondusif 1 1 0,9 0,8 3 4 4 3 3 4 3,6 2,4 Weakness / Kelemahan
1. Jumlah penduduk yang sedikit
2. Kemampuan sumber daya manusia lokal yang
masih terbatas
3. Perencanaan pembangunan yang belum terarah
4. Jaringan infrastruktur yang belum memadai
0,6 0,9 1 1 -3 -4 -2 -4 -1,8 -3,6 -2 -4 Jumlah skor 1,8
Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangannya perlu
diketahui terlebih dahulu posisi dari sektor unggulan tersebut. Berdasarkan skor
pembobotan yang sudah dihasilkan, posisi sektor unggulan dapat terlihat dalam
Gambar 22 berikut.
Gambar 22. Diagram analisis SWOT
Posisi Kabupaten Malinau berada dalam kuadran 1 seperti ditunjukkan
pada diagram tersebut, yaitu dengan peluang yang besar dan kekuatan yang masih
terbatas. Situasi ini merupakan situasi yang menguntungkan karena Kabupaten
Malinau memiliki peluang dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan ancaman
dan kelemahannya. Pola pengembangan sektor unggulannya mengikuti pola
kebijakan strategi agresif.
Strategi yang dikembangkan adalah strategi Strength Opportunities (SO),
yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang
dibuat berdasarkan jalan pikiran daerah. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: Peluang (O) Ancaman (T) Kelemahan (W) Kekuatan (S) 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi Posisi Kabupaten Malinau
1. Alokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk pembangunan
perekonomian perbatasan.
2. Lestarikan kearifan lokal untuk melindungi keberadaan hutan.
3. Gunakan pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan regional dan internasional.
4. Pelihara iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Malinau dengan
mengikutsertakan kearifan lokal dalam pengelolaannya, terutama di
bidang perkebunan dan pertambangan.
Strategi tersebut dapat dikembangkan lebih jauh, terutama terkait dengan
kemampuan sumber daya lokal, untuk menuju masyarakat Kabupaten Malinau
yang lebih sejahtera, terutama masyarakat yang berada di wilayah perbatasan dan
pedalaman.
Untuk mengatasi kelemahan yang ada, terutama jaringan infrastruktur
yang belum memadai dan kemampuan sumber daya lokal yang terbatas,
Pemerintah Kabupaten Malinau harus terus meningkatkan kualitas dan kuantitas
jalan dan jembatan, karena dengan infrastruktur yang bagus, investasi akan lebih
banyak masuk ke Kabupaten Malinau. Untuk mengatasi kemampuan sumber daya
lokal yang terbatas, di Kabupaten Malinau dapat diadakan balai latihan kerja pada
setiap kecamatan, sehingga akan tercipta sumber daya manusia lokal yang lebih