• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan

digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis sebelumnya,

yaitu nilai indeks analisis LQ, nilai indeks analisis MRP, nilai indeks rata-rata

serapan tenaga kerja tiap sektor ekonomi, dan nilai indeks kontribusi sektor

terhadap PDRB tahun 2000-2010. Indeks komposit digunakan karena untuk

menentukan sektor unggulan tidak hanya dilihat dari satu atau dua sisi saja,

namun juga memperhatikan sisi lainnya. Dalam penelitian ini digunakan data

PDRB tanpa migas. Secara lebih rinci hasil analisis akan dijelaskan sebagai

berikut.

5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) sering digunakan oleh beberapa peneliti

untuk mengetahui sektor unggulan suatu daerah. Alat analisis ini mampu

mengidentifikasi keunggulan komparatif Kabupaten Malinau dibandingkan

dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Dari hasil analisis LQ, seperti terlihat dalam Tabel 5, diketahui dari tahun

2000-2010 sektor pertanian adalah sektor unggulan di Kabupaten Malinau dengan

nilai rata-rata LQ sebesar 3,64, dengan subsektor unggulannya di subsektor

(2)

atas satu yaitu sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran serta

jasa.

Tabel 5. Hasil perhitungan LQ Kabupaten Malinau menurut sektor/subsektor tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor 2000 2010 Rata-rata Indeks LQ 2010

1. Pertanian 3,88 2,30 3,64 67,81

a. Tanaman bahan makanan 0,95 1,18 1,20 16,92

b. Tanaman perkebunan 0,20 0,13 0,17 1,74

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,55 1,05 1,29 15,01

d. Kehutanan 6,56 6,92 8,33 100,00

e. Perikanan 0,45 0,55 0,52 7,79

2. Pertambangan dan Penggalian 0,39 0,69 0,38 20,10

a. Minyak dan gas bumi

b. Pertambangan tanpa migas 0,40 0,67 0,36 9,60

c. Penggalian 0,18 1,22 0,94 17,45

3. Industri Pengolahan 0,00 0,01 0,01 0,00

a. Industri migas

b. Industri tanpa migas 0,00 0,01 0,01 0,00

4. Listrik, Gas, dan Air Minum 0,18 0,74 0,54 21,67

a. Listrik 0,17 0,66 0,48 9,36

b. Air minum 0,28 1,26 0,92 18,13

5. Bangunan 0,07 3,38 2,42 100,00

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,78 1,17 1,27 34,32

a. Perdagangan 0,80 1,18 1,30 16,91

b. Hotel 0,38 0,70 0,71 9,91

c. Restoran 0,78 1,20 1,19 17,16

7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,07 0,29 0,24 8,30

a. Pengangkutan 0,07 0,10 0,11 1,30

b. Komunikasi 0,10 1,26 0,96 18,04

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 0,02 0,08 0,06 2,06

a. Bank 0,01 0,20 0,16 2,81

b. Lembaga keuangan bukan bank 0,01 0,03 0,02 0,31

c. Jasa penunjang keuangan

d. Sewa bangunan 0,02 0,05 0,04 0,53

e. Jasa perusahaan 0,00 0,01 0,01 0,03

9. Jasa 0,79 1,23 1,18 36,30

a. Pemerintahan umum 0,99 1,59 1,49 22,79

b. Swasta 0,03 0,14 0,10 1,93

(3)

Dengan nilai LQ lebih dari satu mengindikasikan bahwa keempat sektor

tersebut memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Malinau dibandingkan

dengan Provinsi Kalimantan Timur. Dalampenelitian ini, hasil analisis LQ yang

digunakan untuk mengambil keputusan ditetapkan hanya hasil LQ untuk tahun

2010 saja. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010 merupakan tahun terakhir

masa pemerintahan Bupati Kabupaten Malinau pertama dan juga merupakan

tahun awal dari pemerintahan yang baru di Kabupaten Malinau. Sehingga sektor

unggulan yang dibentuk dari hasil analisis LQ pada tahun 2010 dapat memberikan

masukan bagi pemerintahan yang baru untuk fokus pembangunan pada

sektor-sektor unggulan.

Berdasarkan hasil analisis LQ tahun 2010, sektor-sektor yang mempunyai

nilai LQ lebih dari satu adalah empat sektor yang sama dengan sektor

penghitungan LQ secara rata-rata. Akan tetapi sektor bangunan ternyata memiliki

nilai LQ yang terbesar yaitu 3,38 dan nilai ini menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai LQ 2,30 dan nilainya

semakin menurun dari tahun ke tahun.

Sektor bangunan bisa menjadi sektor unggulan karena Pemerintah

Kabupaten Malinau sedang giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur

untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah lain. Isu daerah perbatasan yang

menjadi halaman depan Negara Indonesia juga menyebabkan Kabupaten Malinau

semakin berbenah terutama dalam pembangunan jalan, jembatan dan

bangunan-bangunan kantor dan sekolah di perbatasan. Selain itu penetapan salah satu

(4)

perbatasan, membuat segala sarana prasarana di kecamatan tersebut ditingkatkan

kualitasnya, mulai dari jalan tembus ke Malaysia, jembatan, sekolah, dan

bangunan lainnya. Sedangkan di wilayah kecamatan sekitar ibukota kabupaten

terus meningkatkan proses pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

Sehingga dalam beberapa tahun mendatang sektor bangunan masih menjadi

primadona bagi perekonomian Kabupaten Malinau.

Dari hasil analisis LQ tahun 2010 ini, nilai LQ nya kemudian diberi indeks

untuk memberikan nilai yang sama dengan variabel lain sehingga mampu dihitung

secara bersama-sama dengan analisis indeks komposit. Indeks LQ terbesar ada di

subsektor kehutanan dan terendah ada di subsektor industri tanpa migas.

Sedangkan nilai indeks tertinggi untuk sektor terdapat di sektor bangunan,

terendah ada di sektor industri pengolahan.

5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan salah satu alat analisis yang

digunakan untuk mengetahui sektor unggulan berdasarkan dari nilai pertumbuhan

tiap sektor ekonomi. MRP terdiri dari dua instrumen pengukuran yaitu Rasio

Pertumbuhan Studi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Referensi (RPr). RPs dihitung

dengan jalan membandingkan pertumbuhan sektor/subsektor tertentu dengan nilai

PDRB sektor/subsektor tersebut di Kabupaten Malinau terhadap pertumbuhan

sektor/subsektor dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut di Provinsi

Kalimantan Timur. Jadi secara singkatnya RPs menunjukkan rasio pertumbuhan

antara wilayah studi, dalam penelitian ini Kabupaten Malinau dengan wilayah

(5)

Sedangkan RPr diketahui dengan jalan membandingkan pertumbuhan

sektor/subsektor tertentu dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut di Provinsi

Kalimantan Timur terhadap pertumbuhan nilai PDRB provinsi Kalimantan Timur.

Jadi RPr adalah rasio pertumbuhan di Provinsi Kalimantan Timur terhadap

pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Kalimantan Timur.

Hasil analisis MRP, seperti terlihat pada Tabel 6, untuk sektor pertanian

nilai RPs nya adalah -1,11, berarti pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten

Malinau lebih rendah dibandingkan pertumbuhannya di Provinsi Kalimantan

Timur. Sedangkan nilai RPr sektor pertanian adalah 0,22 yang mengindikasikan

sektor pertanian menonjol di Provinsi Kalimantan Timur, namun tidak di

Kabupaten Malinau. Sehingga berdasarkan kriteria pertumbuhan, sektor pertanian

bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Malinau.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas), nilai RPs dan

RPr sama-sama positif dan nilainya > 1 yang mengindikasikan sektor

pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang menonjol baik di

Kabupaten Malinau maupun Provinsi Kalimantan Timur. Untuk sektor industri

pengolahan (tanpa migas), nilai RPs sebesar 7,40 dan RPr sebesar 0,24. Berarti di

Provinsi Kalimantan Timur sektor industri pengolahan bukan sektor yang

menonjol, sedangkan di Kabupaten Malinau merupakan sektor yang menonjol

(6)

Tabel 6. Hasil perhitungan MRP Kabupaten Malinau dan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor RPs RPr Indeks RPs

1. Pertanian

(1,11) 0,22 0,00

a. Tanaman bahan makanan 1,36 0,76 5,88

b. Tanaman perkebunan 0,38 1,48 0,55

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 0,28 0,83 0,00

d. Kehutanan 1,01 (0,34) 3,97

e. Perikanan 1,33 0,70 5,71

2. Pertambangan dan Penggalian 1,93 2,37 3,68

a. Minyak dan gas bumi

b. Pertambangan tanpa migas 1,81 2,46 8,32

c. Penggalian 12,11 0,76 64,24

3. Industri Pengolahan 7,40 0,24 10,29

a. Industri migas

b. Industri tanpa migas 7,40 0,24 38,68

4. Listrik, Gas, dan Air Minum 6,29 0,95 8,95

a. Listrik 6,05 0,98 31,33

b. Air minum 7,81 0,79 40,88

5. Bangunan 81,62 1,02 100,00

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,88 0,73 3,62

a. Perdagangan 1,85 0,75 8,52

b. Hotel 2,86 0,56 14,03

c. Restoran 2,08 0,59 9,81

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,06 1,07 8,67

a. Pengangkutan 1,76 1,02 8,07

b. Komunikasi 18,19 1,45 97,20

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,31 1,13 10,19

a. Bank 18,70 2,60 100,00

b. Lembaga keuangan bukan bank 4,19 0,59 21,26

c. Jasa penunjang keuangan 0,65

d. Sewa bangunan 2,77 0,73 13,55

e. Jasa perusahaan 6,93 1,17 36,12

9. Jasa 2,18 0,56 3,98

a. Pemerintahan umum 2,41 0,48 11,60

b. Swasta 7,58 0,84 39,64

Sumber : Hasil pengolahan data PDRB Kabupaten Malinau dan Provinsi Kaltim

Sektor listrik, gas, dan air minum menonjol di Kabupaten Malinau dengan

(7)

karena nilai RPr nya <1, yaitu 0,95. Sektor bangunan merupakan sektor yang

memiliki nilai RPs terbesar, yaitu 81,62. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

sektor bangunan merupakan sektor yang sangat menonjol di Kabupaten Malinau

dari sisi pertumbuhannya. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Timur sektor

bangunan tidak terlalu menonjol karena nilai RPr nya 1,02.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran termasuk sektor yang menonjol di

Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 1,88, namun di Provinsi Kalimantan Timur

sektor ini tidak menonjol karena RPr nya hanya bernilai 0,73. Sektor

pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Malinau lebih menonjol

dibandingkan di Provinsi Kalimantan Timur karena nilai RPs nya lebih besar

daripada RPr.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga lebih menonjol di

Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 7,31. Sedangkan di Provinsi Kalimantan

Timur hanya bernilai 1,13. Sektor jasa di Provinsi Kalimantan Timur bukan

merupakan sektor yang potensial karena nilai RPr nya 0,56. Sedangkan di

Kabupaten Malinau termasuk sektor yang menonjol dengan nilai RPs 2,18.

Secara keseluruhan sektor unggulan di Kabupaten Malinau adalah sektor

bangunan, industri pengolahan serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,

karena nilai RPs ketiga sektor tersebut adalah terbesar dibandingkan sektor

lainnya. Sedangkan untuk subsektor unggulannya adalah subsektor bank,

komunikasi, dan penggalian.

Sektor bangunan tetap menjadi sektor unggulan di Kabupaten Malinau

(8)

karena saat ini kebutuhan Kabupaten Malinau untuk infrastruktur sangatlah besar.

Sedangkan subsektor bank mampu menjadi subsektor yang dominan, yang

menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan di Kabupaten Malinau mengalami

peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut merupakan

dampak dari adanya pertumbuhan jumlah nasabah dan jumlah uang masyarakat

yang diindikasikan dengan tingginya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten

Malinau dan dengan jumlah bank sebanyak 3 buah bank. Jadi prospek bank

lainnya untuk membuka cabang di Kabupaten Malinau sangat besar.

Dari hasil penghitungan MRP, kemudian diberi indeks untuk dimasukkan

kedalam penghitungan indeks komposit. Kriteria MRP yang berkaitan langsung

dengan daerah studi, yaitu Kabupaten Malinau, adalah kriteria RPs sehingga hasil

RPs yang diberikan nilai indeks untuk kemudian digabung dalam indeks komposit

5.1.3 Indeks Tenaga Kerja

Variabel tenaga kerja dimasukkan dalam penghitungan indeks komposit

karena serapan tenaga kerja ikut menjadi acuan dalam memilih sektor mana yang

termasuk sektor unggulan dengan melihat kemampuan penyerapan tenaga kerja.

Hal inisejalan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Malinau yang ingin fokus

dalam penciptaan kegiatan perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja

banyak sehingga tingkat pengangguran di Kabupaten Malinau akan turun.

Berdasarkan data dari tahun 2007-2010, jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi

(9)

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi Kabupaten Malinau tahun 2007-2010

Sektor Ekonomi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Indeks Tenaga Kerja 1. Pertanian 14.541 19.675 21.260 12.978 17.114 100,00 2. Pertambangan dan Penggalian

236 372 740 1.650 750 4,14 3. Industri Pengolahan 139 184 117 511 238 1,14 4. Listrik, Gas, dan Air Minum

58 56 30 27 43 - 5. Bangunan 547 524 932 1.505 877 4,89 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

1.845 1.398 2.013 2.482 1.935 11,08 7. Pengangkutan dan Komunikasi

503 1.317 151 704 669 3,67 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

94 79 31 72 69 0,15 9. Jasa 3.254 3.249 3.295 6.758 4.139 24,00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur dan website SP2010

Sejak tahun 2007 sampai 2010 sektor pertanian merupakan sektor yang

paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau. Pada tahun 2007

mampu menyerap sebanyak 14.541 tenaga kerja dan pada 2010 menyerap 12.978

tenaga kerja, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja

sebanyak 17.114 orang.

Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 hanya menyerap

tenaga kerja sebanyak 236 orang, namun pada tahun 2010 mampu menyerap

sebesar 1.650 orang. Peningkatan tersebut karena munculnya beberapa perusahaan

pertambangan baru di Kabupaten Malinau pada tahun 2010.Selama 4 tahun sektor

pertambangan dan penggalian mampu menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 750

orang.

Sektor industri pengolahan mengalami fenomena seperti sektor

pertambangan dan penggalian, dimana pada tahun 2007 hanya menyerap tenaga

(10)

orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak

238 orang. Sektor listrik, gas, dan air minum termasuk sektor yang paling sedikit

menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau, dimana pada tahun 2007 hanya

menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang, dan tahun 2010 hanya sebanyak 27

orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun hanya mampu menyerap tenaga kerja

sebanyak 43 orang.

Sektor bangunan termasuk salah satu sektor yang mengalami peningkatan

yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dimana pada tahun 2007 hanya

mampu menyerap sebanyak 547 orang, tetapi pada tahun 2010 mampu menyerap

sebanyak 1.505 orang. Hal ini berhubungan dengan semakin banyaknya pekerjaan

infrastruktur di Kabupaten Malinau. Rata-rata selama 4 tahun sektor bangunan

mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 877 orang.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejak tahun 2007 penyerapan

tenaga kerjanya sudah tinggi, bahkan menjadi peringkat ketiga terbanyak di

Kabupaten Malinau.Selama kurun waktu 4 tahun, hanya pada tahun 2008 sektor

ini mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja. Rata-rata penyerapan

tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama 4 tahun sebesar

1.935 orang.

Sektor pengangkutan dan komunikasi dalam penyerapan tenaga kerja

mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja

yang terserap sebanyak 1.317 orang, namun pada tahun 2009 turun drastis

menjadi 151 orang saja. Fenomena tersebut dikarenakan pada tahun 2008 masih

(11)

masih lancar, namun pada tahun 2009 jumlah jadwal penyeberangan sungai

berkurang secara drastis dan terdapat beberapa maskapai penerbangan yang tidak

melayani lagi wilayah Kabupaten Malinau, sehingga banyak tenaga kerja yang

beralih ke sektor lainnya. Rata-rata selama empat tahun sektor pengangkutan dan

komunikasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 669 orang.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk salah satu

sektor yang kecil dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2007 hanya mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 94 orang dan pada tahun 2010 mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 72 orang, sehingga rata-rata penyerapan tenaga kerjanya

selama empat tahun hanya sebanyak 69 orang.

Sektor jasa termasuk sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten Malinau bahkan menjadi terbesar kedua setelah sektor pertanian.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini meningkat drastis pada tahun 2010

sebanyak 6.758 orang, sedangkan pada tahun 2009 hanya menyerap tenaga kerja

sebanyak 3.295 orang. Rata-rata selama empat tahun sektor jasa mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 4.139 orang.

Setelah diindekskan, sektor pertanian menjadi sektor yang dominan

dengan indeks sebesar 100, diikuti sektor jasa, dan sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Sedangkan sektor yang mempunyai nilai indeks rendah adalah sektor

listrik, gas, dan air minum serta sektor keuangan, jasa perusahaan, dan persewaan.

5.1.4 Indeks Kontribusi PDRB

Kontribusi terhadap PDRB menjadi salah satu variabel karena besaran

(12)

Kabupaten Malinau setiap tahunnya. Selama kurun waktu 2000-2010 terdapat

sektor yang kontribusi semakin menurun, ada juga sektor yang kontribusinya naik

turun dan semakin naik di tahun 2010.

Indeks kontribusi PDRB ini menghitung rata-rata pertumbuhan kontribusi

terhadap PDRB selama 10 tahun, yaitu tahun 2000-2010. Kemudian dari rata-rata

pertumbuhan tersebut dibuat indeks seperti variabel lainnya.

Dalam Tabel 5.4, terlihat kalau sektor pertanian mengalami rata-rata

pertumbuhan yang menurun yaitu -12,54 persen selama kurun waktu 10 tahun.

Penurunan kontribusi ini paling banyak disumbangkan oleh subsektor kehutanan,

yaitu sebesar -13,04 persen. Secara keseluruhan seluruh subsektor yang terdapat

dalam sektor pertanian mengalami penurunan kontribusi selama tahun 2000-2010.

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami rata-rata pertumbuhan

kontribusi sebesar 37,61 persen dalam kurun watu 10 tahun dengan subsektor

pertambangan tanpa migas menjadi aktor utamanya. Subsektor ini mengalami

rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 125,84 persen sehingga menjadi

subsektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan paling tinggi.

Sektor industri pengolahan hanya menghasilkan rata-rata pertumbuhan

kontribusi sebesar 0,57 persen. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air minum

sebesar 6,40 persen dengan subsektor air minum menjadi penyumbang terbesar

yaitu mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 13,67 persen. Sektor

bangunan menjadi sektor yang paling besar mengalami rata-rata pertumbuhan

(13)

Tabel 8. Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan kontribusi terhadap PDRB per sektor tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor Rata-rata

pertumbuhan Indeks 1. Pertanian (12,54) 0,00 a. Tanaman bahan makanan (6,81) 4,49

b. Tanaman perkebunan (8,60) 3,20

c. Peternakan dan hasil-hasilnya (10,14) 2,09

d. Kehutanan (13,04) 0,00

e. Perikanan (6,01) 5,06

2. Pertambangan dan Penggalian 37,61 78,15

a. Minyak dan gas bumi

b. Pertambangan tanpa migas 125,84 100,00

c. Penggalian 35,10 34,67

3. Industri Pengolahan 0,57 20,44

a. Industri migas

b. Industri tanpa migas 2,29 11,04 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 6,40 29,52

a. Listrik 5,31 13,21

b. Air minum 13,67 19,23

5. Bangunan 51,63 100,00

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran (0,26) 19,15

a. Perdagangan (0,08) 9,34

b. Hotel 2,88 11,46

c. Restoran (2,47) 7,61

7. Pengangkutan dan Komunikasi 14,13 41,56

a. Pengangkutan 7,73 14,96

b. Komunikasi 30,58 31,41

8.Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 19,53 49,98

a. Bank 71,49 60,86

b. Lembaga keuangan bukan bank 0,00 9,39

c. Jasa penunjang keuangan

d. Sewa bangunan 15,24 20,36

e. Jasa perusahaan 10,00 16,59

9. Jasa 23,66 56,41

a. Pemerintahan umum 23,68 26,44

b. Swasta 23,11 26,03

Sumber : Hasil pengolahan PDRB Kabupaten Malinau

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran termasuk salah satu sektor, selain

sektor pertanian, yang mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi yang negatif,

yaitu sebesar -0,26 persen. Dalam sektor ini hanya subsektor hotel yang

mengalami angka positif yaitu sebesar 2,88 persen, sedangkan subsektor lainnya

(14)

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami rata-rata

pertumbuhan kontribusi sebesar 14,13 persen dengan subsektor komunikasi

mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar, yaitu 30,58 persen dalam

kurun waktu tahun 2000-2010. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan megalami rata-rata pertumbuhan kontribusi yang positif, yaitu sebesar

19,53 persen. Subsektor bank menjadi yang terbesar dalam sektor ini, yaitu

mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 71,49 persen. Sektor jasa

menjadi sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga

dalam kurun waktu 2000-2010, setelah sektor bangunan dan sektor pertambangan

dan penggalian. Nilai rata-rata pertumbuhan kontribusinya sebesar 23,66 persen.

Hasil dari rata-rata pertumbuhan kontribusi tersebut kemudian

diindekskan. Kemudian didapatkan angka hasil indeks yang digunakan untuk

penghitungan analisis indeks komposit.

5.1.5 Analisis Indeks Komposit

Indeks komposit digunakan untuk menghitung hasil dari gabungan

beberapa indeks, yang kemudian akan menghasilkan angka indeks komposit. Dari

hasil angka indeks komposit ditentukan peringkat untuk tiap sektor dan subsektor.

Sektor dan subsektor dengan peringkat tertinggi merupakan sektor dan subsektor

ekonomi unggulan Kabupaten Malinau.

Variabel dalam penelitian ini untuk penghitungan sektor unggulan adalah

indeks LQ, indeks MRP, indeks tenaga kerja, dan indeks kontribusi terhadap

PDRB. Sedangkan subsektor unggulan tidak memasukkan indeks tenaga kerja,

(15)

Tiap variabel mendapatkan bobot yang sama, dalam artian tidak ada

variabel yang lebih dominan terhadap variabel yang lain. Dengan kata lain semua

variabel mempunyai kekuatan yang sama dalam menentukan sektor unggulan.

Dari hasil penjumlahan indeks didapatkan sektor bangunan mempunyai jumlah

nilai indeks terbesar yaitu 304,89 diikuti sektor pertanian dengan nilai 167,81 dan

sektor jasa dengan nilai 120,69.

Tabel 9. Hasil penjumlahan indeks dan penghitungan indeks komposit Sektor Indeks LQ 2010 Indeks RPs Indeks Tenaga Kerja Indeks Kontri busi PDRB Jum lah Indeks Kom posit Rang king Sektor 1. Pertanian 67,81 0,00 100,00 0,00 167,81 41,95 2

2. Pertambangan dan Penggalian 20,10 3,68 4,14 78,15 106,07 26,52 4 3. Industri Pengolahan 0,00 10,29 1,14 20,44 31,87 7,97 9 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 21,67 8,95 0,00 29,52 60,14 15,04 8

5. Bangunan 100,00 100,00 4,89 100,00 304,89 76,22 1

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 34,32 3,62 11,08 19,15 68,17 17,04 5 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,30 8,67 3,67 41,56 62,20 15,55 7 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,06 10,19 0,15 49,98 62,38 15,59 6

9. Jasa 36,30 3,98 24,00 56,41 120,69 30,17 3

Sumber : Hasil pengolahan data

Besarnya jumlah indeks tiap sektor tersebut menjadi dasar utama

penentuan sektor unggulan karena penghitungan indeks komposit adalah membagi

jumlah nilai indeks dengan banyaknya variabel yang digunakan. Untuk

menentukan rangking sektor unggulan. Setelah dilakukan penghitungan, nilai

indeks komposit sektor bangunan sebesar 76,22 dan berhak menduduki peringkat

pertama, diikuti sektor pertanian dengan nilai indeks komposit sebesar 41,95

kemudian sektor jasa di peringkat ketiga dengan nilai indeks komposit sebesar

30,17. Berturut-turut berikutnya adalah sektor pertambangan dan penggalian

sebesar 26,52 diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 17,04

(16)

pengangkutan dan komunikasi sebesar 15,55, sektor listrik, gas, dan air minum

sebesar 15,04, dan terakhir sektor industri pengolahan sebesar 7,97.

Untuk subsektornya sendiri, subsektor yang mendukung sektor unggulan,

yaitu subsektor di sektor bangunan, pertanian dan jasa. Akan tetapi sektor

bangunan tidak dapat dicari subsektornya, karena sektor bangunan tidak memiliki

subsektor, maka subsektor unggulan hanya dicari dari sektor pertanian dan jasa.

Hasil indeks kompositnya terlihat dalam Tabel 10.

Tabel 10. Subsektor unggulan Kabupaten Malinau Sektor/Subsektor Indeks LQ 2010 Indeks RPs Indeks Tenaga Kerja Indeks Kontribusi PDRB Jumlah Indeks Kom posit Rangking Sub sektor 1. Pertanian

a. Tanaman bahan makanan 16,92 5,88 4,49 27,28 9,09 b. Tanaman perkebunan 1,74 0,55 3,20 5,48 1,83 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 15,01 0,00 2,09 17,10 5,70

d. Kehutanan 100,00 3,97 0 103,97 34,66 1

e. Perikanan 7,79 5,71 5,06 18,56 6,19

2. Jasa

a. Pemerintahan umum 22,79 11,60 26,44 60,83 20,28 3

b. Swasta 1,93 39,64 26,03 67,60 22,53 2

Sumber: Pengolahan Data.

Subsektor kehutanan dan swasta merupakan subsektor unggulan yang

mampu menopang sektor pertanian dan jasa. Subsektor kehutanan dengan nilai

indeks komposit sebesar 34,66 dan subsektor swasta sebesar 22,53. Apabila

ditelusuri lebih lanjut dari subsektor swasta yang paling besar peranannya yaitu

jasa sosial kemasyarakatan yang mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan dan

(17)

5.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui bagaimana pola

pengembangan yang tepat bagi sektor/subsektor unggulan yang sudah diketahui.

Sebagaimana diketahui sektor/subsektor unggulan Kabupaten Malinau adalah

sektor bangunan, pertanian, dan jasa. Sedangkan subsektor unggulannya adalah

subsektor kehutanan, dan swasta. Ketiga sektor unggulan tersebut merupakan

sektor yang saling berkaitan sehingga dalam analisis SWOT ini akan langsung

dibahas untuk tiga sektor unggulan di Kabupaten Malinau.

Dalam analisis SWOT ini akan ditentukan faktor-faktor strategis, baik dari

eksternal maupun internal. Penentuan faktor-faktor strategis tersebut ditentukan

berdasarkan beberapa referensi yang telah ada, sebagai contoh dari dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Malinau. Selain dari

dokumen tersebut, faktor-faktor strategis juga didapatkan dari wawancara dan

pengetahuan penulis terhadap Kabupaten Malinau.

Dari faktor strategis yang sudah ditentukan, kemudian diberi pembobotan

dan rating untuk tiap faktor. Setelah itu diketahui skor pembobotan untuk tiap

faktor dan didapat posisi sektor unggulan di Kabupaten Malinau berada di strategi

pengembangan apa. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal beserta skor

pembobotannya untuk analisis SWOT seperti terlihat dalam Tabel 11.

Dari hasil skor pembobotan didapatkan hasil bahwa peluang dan kekuatan

(18)

kelemahan yang dihadapinya. Hal tersebut tercermin dengan jumlah skor

pembobotan yang positif, baik untuk faktor eksternal maupun internal.

Tabel 11. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal

Eksternal Faktor-faktor Bo bot Ra ting Skor Opportunities / Peluang

1. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai Pusat

Tumbuh Ekonomi Perbatasan

2. Pola hidup masyarakat yang ingin kembali ke

pangan dan energi organik

3. Kebutuhan dunia akan hasil perkebunan,

seperti karet dan kelapa sawit, dan batubara yang meningkat

4. Akan ditetapkannya skema perdagangan

karbon 1 0,4 0,5 1 4 2 4 4 4 0,8 2 4 Treaths / Ancaman 1. Penebangan liar

2. Daerah lain yang juga fokus pengembangan

perkebunan karet dan kelapa sawit

3. Degradasi lingkungan akibat penambangan

4. Serbuan produk-produk pangan dari luar

wilayah 1 0,7 0,5 0,8 -3 -1 -2 -1 -3 -0,7 -1 -0,8 Jumlah skor 5,3 Internal Faktor-faktor Bo bot Rati ng Skor Strength / Kekuatan

1. Jumlah anggaran yang semakin besar setiap

tahunnya

2. Kearifan lokal yang tetap terpelihara

3. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai

kabupaten konservasi

4. Kondisi keamanan dan ketertiban yang

kondusif 1 1 0,9 0,8 3 4 4 3 3 4 3,6 2,4 Weakness / Kelemahan

1. Jumlah penduduk yang sedikit

2. Kemampuan sumber daya manusia lokal yang

masih terbatas

3. Perencanaan pembangunan yang belum terarah

4. Jaringan infrastruktur yang belum memadai

0,6 0,9 1 1 -3 -4 -2 -4 -1,8 -3,6 -2 -4 Jumlah skor 1,8

(19)

Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangannya perlu

diketahui terlebih dahulu posisi dari sektor unggulan tersebut. Berdasarkan skor

pembobotan yang sudah dihasilkan, posisi sektor unggulan dapat terlihat dalam

Gambar 22 berikut.

Gambar 22. Diagram analisis SWOT

Posisi Kabupaten Malinau berada dalam kuadran 1 seperti ditunjukkan

pada diagram tersebut, yaitu dengan peluang yang besar dan kekuatan yang masih

terbatas. Situasi ini merupakan situasi yang menguntungkan karena Kabupaten

Malinau memiliki peluang dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan ancaman

dan kelemahannya. Pola pengembangan sektor unggulannya mengikuti pola

kebijakan strategi agresif.

Strategi yang dikembangkan adalah strategi Strength Opportunities (SO),

yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang

dibuat berdasarkan jalan pikiran daerah. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: Peluang (O) Ancaman (T) Kelemahan (W) Kekuatan (S) 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi Posisi Kabupaten Malinau

(20)

1. Alokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk pembangunan

perekonomian perbatasan.

2. Lestarikan kearifan lokal untuk melindungi keberadaan hutan.

3. Gunakan pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan regional dan internasional.

4. Pelihara iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Malinau dengan

mengikutsertakan kearifan lokal dalam pengelolaannya, terutama di

bidang perkebunan dan pertambangan.

Strategi tersebut dapat dikembangkan lebih jauh, terutama terkait dengan

kemampuan sumber daya lokal, untuk menuju masyarakat Kabupaten Malinau

yang lebih sejahtera, terutama masyarakat yang berada di wilayah perbatasan dan

pedalaman.

Untuk mengatasi kelemahan yang ada, terutama jaringan infrastruktur

yang belum memadai dan kemampuan sumber daya lokal yang terbatas,

Pemerintah Kabupaten Malinau harus terus meningkatkan kualitas dan kuantitas

jalan dan jembatan, karena dengan infrastruktur yang bagus, investasi akan lebih

banyak masuk ke Kabupaten Malinau. Untuk mengatasi kemampuan sumber daya

lokal yang terbatas, di Kabupaten Malinau dapat diadakan balai latihan kerja pada

setiap kecamatan, sehingga akan tercipta sumber daya manusia lokal yang lebih

Gambar

Tabel 5. Hasil perhitungan LQ Kabupaten Malinau menurut  sektor/subsektor tahun 2000-2010
Tabel 6. Hasil perhitungan MRP Kabupaten Malinau dan Provinsi  Kalimantan Timur tahun 2000-2010
Tabel 7. Jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi Kabupaten Malinau tahun  2007-2010
Tabel 8. Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan kontribusi terhadap  PDRB per sektor tahun 2000-2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi, sasaran yang ingin dicapai oleh Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat sesuai RPJMD 2014-2018 dan

Adalah kondisi bisnis perusahaan yang bergerak dalam pasar dengan pertumbuhan rendah tapi pangsa pasarnya tinggi.. Perusahaan dapat mengeruk keuntungan tanpa memerlukan investasi

Pada saat proses eroded surface, struktur armour layer nampak semakin kokoh di permukaan karena tegangan geser yang dimiliki butir armour lebih besar dari tegangan geser dasar, jadi

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran antara lain: Pengembangan perangkat pembelajaran

Satu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh suplementasi ragi laut sebagai pakan imbuhan terhadap kinerja ayam petelur dengan menggunakan 120 ekor ayam umur 22 minggu

Hasil tersebut menunjukan bahwa p&gt;0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi zat goitrogenik dengan status yodium urin ibu hamil di wilayah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan bahwa implementasi pembelajaran sejarah yang menggunakan model Team Assisted Individualization (TAI)

lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan.. perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih;