• Tidak ada hasil yang ditemukan

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TELUK KARANG KECAMATAN BAJENIS

KOTA TEBINGTINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Novianti Damanik1, Erna Mutiara2, Maya Fitria2

1

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

2

Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

ABSTRACT

The early complementary feeding is foods or drinks that contain nutrients given to infants under 6 months of age. The early complementary feeding at this time will reduce the coverage of exclusive breastfeeding. The coverage of exclusive breastfeeding in the Puskesmas Teluk Karang was still low about 32,8% (in 2014) while the national target was 80%. It is suspected related to factors of social culture and family support. The purpose of this study was to understand factors influenced the mothers in giving the early complementary feeding in working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict of Bajenis, City of Tebing Tinggi in 2015.

Type of this research was analytical observation study with the cross sectional design. The research was done since November 2013 until January 2015. Population in this research were all mothers who had infant aged between 7-12 months in the working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict of Bajenis, City of Tebing Tinggi whichwas being as samples as 106 mothers. The multiple logistic regression is used to analyze the data.

The result of the research showed that the early complementary feeding is high enough i.e 89,6%. From the multivariate analysis, it was proved that the factors influenced the early complementary feeding are the social culture (p=0,008) and the family support (p<0,001). The dominant factor influenced this early complementary feeding was family support (coefficient of B=3,021).

It’s suggested that breastfeeding mothers are not easily influenced by the social culture in the communities and families are expected to provide support so that mothers still exclusively breastfed, by fulfilling the nutritional needs during lactation so that it produced the qualified breastfeeding in the sufficient quantities.

Keywords: Early Complementary Feeding, Social Culture, Family Support

PENDAHULUAN

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi

yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan transisi dari yang berbentuk cair menjadi makanan semi padat.

(2)

2 Pemberian makanan pendamping

ASI secara tepat sangat dipengaruhi perilaku ibu yang memiliki bayi. Namun masih banyak ibu yang memberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan bayi seperti diare dan dapat menyebabkan kematian pada bayi (Utami, 2012).

Secara global pada tahun 2012 angka kematian anak sebagian besar disebabkan karena infeksi berulang dan faktor gizi, terkait faktor gizi diperkirakan sebesar 45%. Sesungguhnya dengan promosi ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dapat mengurangi risiko penyakit kronis, angka morbiditas dan mortalitas pada balita. ASI merupakan sumber gizi terpenting bagi bayi untuk memenuhi kebutuhannya. (WHO, 2014).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 bahwasanya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi yakni 20 bayi per 1000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, maka Indonesia berada pada titik 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 terdapat 26 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di daerah Kota Tebing Tinggi sekitar 22% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, 2013).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Puskesmas Teluk Karang dari 16 ibu bayi yang diwawancarai, bayi yang mendapat

ASI dan MP-ASI kurang dari 6 bulan sebanyak 10 orang (62,5%), ibu yang menggunakan PASI dan MP-PASI kurang dari 6 bulan sebanyak 5 orang (31,25%) dan bayi yang diberi ASI secara eksklusif 1 orang (6,25%). Dengan kata lain di wilayah kerja puskesmas masih banyak terdapat praktek pemberian makanan pendamping terlalu dini sebanyak 15 bayi (93,75%). Hal ini sangat bertolak belakang dengan harapan pemerintah tentang pemberian ASI secara eksklusif yakni pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa pemberian makanan pendamping ASI sebesar 80%. Dari 15 responden terdapat 2 orang (13,33%) yang berumur < 20 tahun, 12 orang (80,0%) yang berumur 20-35 tahun dan 1 orang (6,67%) yang berumur >35 tahun berdasarkan data diharapkan pada usia reproduktif tingkat kematangan seseorang semakin meningkat sehingga sikap dan tindakan ibu juga diharapkan bersifat mendukung praktek pemberian MP-ASI > 6 bulan namun masih banyak terjadi praktek pemberian makanan tambahan pada bayi umur < 6 bulan. Dari segi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI terdapat 13 orang (86,67%) ibu berpengetahuan baik dan 2 orang (13,33%) yang berpengetahuan tidak baik namun masih banyak terdapat praktek pemberian MP-ASI yang salah. Dari segi pekerjaan terdapat 10 orang (66,67%) yang bekerja dan 5 orang (33,33%) yang tidak bekerja, hal ini menyebabkan intensitas pertemuan ibu dan bayi berkurang dikarenakan ibu bekerja, dimana pemberian ASI secara eksklusif tidak berhasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan bayi pengasuh (nenek)

(3)

3 memberikan MP-ASI kepada bayi <

6 bulan. Dari segi sosial budaya dan dukungan keluarga menyatakan bahwasanya sudah tradisi di masyarakat pemberian makanan tambahan seperti susu formula, air putih, nasi tim pada saat umur bayi < 6 bulan. Dari segi dukungan petugas kesehatan 13 orang (86,67%) menyatakan pernah mendengar tentang ASI eksklusif namun ada juga petugas yang menganjurkan pemberian susu formula dan 2 orang (13,33%) tidak tahu tentang ASI eksklusif, dukungan petugas kesehatan yang pro ASI sangat dibutuhkan karena ibu/masyarakat biasanya mendengarkan nasehat dari petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penjelasan pegawai Puskesmas Teluk Karang bagian gizi bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2013 di wilayah kerjanya sekitar 45% (dari 100 bayi usia 0-6 bulan hanya 45 bayi yang mendapat ASI eksklusif) hal ini memang diakui oleh pegawai puskesmas belum mencapai target pemerintah, disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor ibu bekerja, faktor dukungan tenaga kesehatan (tenaga kesehatan yang tidak pro ASI dikarenakan bekerjasama dengan produk susu formula), faktor dukungan keluarga, faktor sosial budaya (bayi menangis berarti lapar sehingga harus diberi makanan tambahan padahal dalam ilmu kesehatan makanan pendamping ASI diberikan pada saat usia bayi telah mencapai lebih dari 6 bulan karena dianggap sistem pencernaan bayi telah siap untuk menerima makanan selain ASI dan bayi telah membutuhkan zat gizi selain ASI). Faktor-faktor di atas adalah salah

satu penyebab yang bisa memengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif.

Menurut laporan kesehatan di Puskesmas Teluk Karang Tahun 2013 bahwasanya dari 10 masalah penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang penyakit diare terdapat diposisi kedua setelah ISPA. Dan menurut laporan bulanan pada bulan Januari tahun 2014 bahwasanya diare juga berada di posisi kedua dimana pasien diare sekitar 65,5% adalah balita. Hal ini juga sebagai data penunjang bahwasanya penyakit diare merupakan salah satu dampak dari pemberian MP-ASI terlalu dini.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan menunjukkan bahwasanya masih tingginya angka pemberian MP-ASI secara dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang hal ini juga ditunjang oleh data pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang sebesar 67,8% maka dirumuskan masalah yaitu “faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi tahun 2015”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi tahun 2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yakni penelitian dilakukan dengan observasi atau pengamatan tanpa

(4)

4 memberikan intervensi pada variabel

yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara

cross sectional atau potong lintang (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak bayi usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi, yaitu sebanyak 106 orang pada bulan Januari 2015 dan seluruhnya dijadikan sampel.

Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Adapun data ingin diperoleh dari responden adalah: umur ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sosial budaya yang ada disekitar ibu, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi.

Analisis data penelitian melalui tahapan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Analisis ini berguna untuk menggambarkan atau mendeskripsi-kan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Untuk melihat distribusi pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2015 Pemberian MP-ASI Terlalu Dini n % Dilakukan 95 89,6 Tidak Dilakukan 11 10,4 Total 106 100

Ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini (< 6 bulan) pada bayinya sebanyak 95 orang (89,6%) dan ibu yang tidak memberikan MP-ASI terlalu dini pada bayinya sebanyak 11 orang (10,4%).

Untuk melihat distribusi frekuensi variabel penelitian di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2015 Faktor n % Umur 20-30 tahun 89 84,0 > 30 tahun 17 16,0 Pekerjaan Bekerja 55 51,9 Tidak Bekerja 51 48,1 Pengetahuan Buruk 24 22,6 Baik 82 77,4 Sosial Budaya Ada 97 91,5 Tidak Ada 9 8,5 Dukungan Keluarga Mendukung (negatif) 93 87,7

Tidak Mendukung (positif) 12 12,3

Dukungan Petugas Kesehatan

Mendukung (negatif) 12 11,3

(5)

5 Umur responden paling banyak

adalah umur 20-30 tahun sebanyak 89 orang (84,0%), pekerjaan responden paling banyak adalah bekerja sebanyak 55 orang (51,9%), pengetahuan responden paling banyak adalah pengetahuan baik sebanyak 82 orang (77,4%) dan paling sedikit adalah pengetahuan buruk sebanyak 24 orang (22,6%), sosial budaya paling banyak adalah ada sosial budaya sebanyak 97 orang (91,5%) dan paling sedikit tidak ada sosial budaya sebanyak 9 orang (8,5%), dukungan keluarga responden paling banyak adalah mendukung sebanyak 93 orang (87,7%) dan paling sedikit adalah tidak mendukung sebanyak 13 orang (12,3%), dukungan petugas kesehatan paling banyak adalah tidak mendukung sebanyak 94 orang (88,7%) dan paling sedikit adalah mendukung sebanyak 12 orang (11,3%).

Analisis Bivariat

Analisis ini berfungsi untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji

Chi Square dengan tingkat kemaknaan (Level of significance) (α) = 0,05. Dalam analisis ini juga dapat dilihat variabel independen mana yang masuk kriteria model analisis multivariat (p<0,25) diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Variabel Pemberian MP-ASI Terlalu Dini Total p-value Dilakukan Tidak Dilakukan n % n % n % Umur 19-30 tahun 79 79 10 9 89 100 1,000 > 30 tahun 16 15 1 1 17 100 Tabel 3. (Lanjutan) Variabel Pemberian MP-ASI Terlalu Dini Total p-value Dilakukan Tidak Dilakukan n % n % n % Pekerjaan Bekerja 48 87 7 12 55 100 0,613 Tidak Bekerja 47 92 4 7 51 100 Pengetahuan Buruk 19 79 5 20 24 100 Baik 76 92 6 7 82 100 Sosial Budaya Ada 91 93 6 6 97 100 <0,001 Tidak Ada 4 44 5 55 9 100 Dukungan Keluarga Mendukung (negatif) 89 95 4 4 93 100 <0,001 Tidak Mendukung (positif) 6 46 7 53 13 100

Dukungan Petugas Kesehatan

Mendukung (negatif) 10 83 2 16 12 100 0,610 Mendukung (positif) 85 90 9 10 94 100

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p=1,000). Hasil analisis antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI terlalu dini dengan menggunakan uji statistik chi-square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p=0,613). Hasil analisis antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI terlalu dini dengan menggunakan uji statistik chi-square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p=0,120).

Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukan ada hubungan antara sosial budaya dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p < 0,001). Hasil uji statistik chi-square

menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p < 0,001). Hasil uji statistik chi-square

(6)

6 menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian MP-ASI terlalu dini (p=0,610).

Analisis Multivariat

Analisis multivariat berguna untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen serta mengetahui variabel dominan yang berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariat yakni uji regresi logistik ganda dengan metode yang digunakan adalah metode enter.

Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat

Variabel Independen Nilai B Nilai P Exp (B) 95% CI for Exp (B) Lower Upper Sosial Budaya 2,593 0,008 13,367 1,977 90,389 Dukungan Keluarga 3,021 <0,001 20,520 3,977 105,876 Constant -9,119 <0,001 0,000

Dari tabel di atas hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa faktor pemungkin yaitu variabel sosial budaya dengan nilai p=0,008 berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI terlalu dini dan variabel dukungan keluarga dengan nilai p < 0,001 berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI terlalu dini.

Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.

Memang tidak semua

praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai

dengan ketentuan medis/kesehatan (Maas, 2004).

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini ini biasanya karena anjuran orang tua terutama nenek (mertua atau orang tua si ibu menyusui). Alasan umumnya karena bayi menangis terus meskipun telah disusui dan akhirnya diberi susu formula, teh putih,teh manis,dll.

Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI terlalu dini di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi adalah variabel dukungan keluarga dengan nilai koefisien regresi (nilai B) adalah 3,021. Dukungan keluarga berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Ibu dengan dukungan keluarga akan mempunyai kemungkinan 20,520 kali akan memberikan MP-ASI terlalu dini dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingginya peran keluarga dalam mendukung pemberian MP-ASI terlalu dini terutama peran suami, orangtua, mertua dan kerabat terdekat. Peran keluarga dalam melarang pemberian MP-ASI terlalu dini sangat dibutuhkan, terlebih kultur masyarakat Indonesia yang masih bersifat kolektif, yaitu keluarga berperan dalam pola pengurusan anak khususnya dalam pengurusan bayi. Dalam keluarga yang bersifat paternalistik, keluarga yang dimaksud bertanggungjawab dalam pengurusan bayi adalah para perempuan dari anggota keluarga yang memiliki bayi. Untuk itu perlu

(7)

7 adanya pemberdayaan perempuan

dan pembinaan atau konseling tentang pemberian MP-ASI yang tepat dan benar bukan hanya pada perempuan namun juga pada keluarga dan kerabat ibu.

KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagian responden memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan sebanyak 95 orang (89,6%).

2. Faktor yang tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah: umur, pekerjaan, pengetahuan, dan petugas kesehatan.

3. Faktor pemungkin responden dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah sosial budaya dan dukungan keluarga.

4. Sosial budaya berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Ibu dengan sosial budaya yang berkembang akan mempunyai kemungkinan 13,367 kali akan memberikan MP-ASI terlalu dini dibandingkan ibu dengan sosial budaya yang tidak berkembang. 5. Dukungan keluarga berpengaruh

dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Ibu dengan dukungan keluarga akan mempunyai kemungkinan 20,520 kali akan memberikan MP-ASI terlalu dini dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga. 6. Faktor dominan yang berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah dukungan keluarga dengan nilai koefisien B = 3,021.

Adapun saran yang dapat diberikan : 1. Ibu menyusui sebaiknya tidak

mudah terpengaruh dengan sosial budaya yang ada di masyarakat dan memiliki komitmen untuk tidak memberikan MP-ASI terlalu dini kepada bayinya. 2. Perlunya dukungan dari keluarga

agar ibu tidak memberikan MP-ASI terlalu dini dan tetap memberikan ASI eksklusif. 3. Perlu ditingkatkan peranan dan

dukungan dari petugas kesehatan melalui penyuluhan.

4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan berkerja sama dengan pihak Puskesmas untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012. http://www.google.com/search? q=profil+kesehatan+sumate ra+utara+2013&oq=profil+profi l+kesehatan+sumatera+utara+2 013%aqs=chrome..69i57.18479j 0j8&sourceid=chrome&es_sm= 93&ie=UTF-8. Diakses 02 Mei 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://www.depkes.go.id/down loads/Profil%Kesehatan_2012% 20%284%20Sept%202013%29. pdf. Diakses 10 Desember 2013.

Maas. L. 2004. Kesehatan ibu dan anak; persepsi budaya dan dampak kesehatannya. Medan. USU digital library.

(8)

8 Notoatmodjo, S. 2010. Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Utami, W. 2012. Asuhan Kesehatan Jurnal Penelitian Akademi

Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro, 2012. http://journalakes.files.wordpres s.com/2012/07/jurnal-akes-rajekwesi-vol-5.pdf. Diakses 07 Desember 2013.

WHO. 2014. Fakta-Fakta Penting Tentang Bayi dan Balita.

http://www.who.int/ topics/breastfeeding/en/&prev=/ search%3Fq%3Dexclusive%2Bb reastfeding%2B6%2Bmonths%2 Bstatistics%26biw%3D1360%2 6bih%3D673. Diakses 10 November 2013.

Gambar

Tabel 1.   Pemberian  MP-ASI  di  Wilayah  Kerja  UPTD  Puskesmas  Teluk  Karang  Kecamatan  Bajenis  Kota  Tebing  Tinggi Tahun 2015  Pemberian MP-ASI  Terlalu Dini  n  %  Dilakukan  95  89,6  Tidak Dilakukan  11  10,4  Total  106  100
Tabel 3.   Hasil Analisis Bivariat   Variabel  Pemberian MP-ASI  Terlalu Dini  Total  p-value  Dilakukan  Tidak  Dilakukan  n  %  n  %  n  %  Umur  19-30  tahun  79  79  10  9  89  100  1,000  &gt; 30 tahun  16  15  1  1  17  100  Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi komputer memungkinkan adanya perpaduan antara tatap-muka ( face to face ) dengan pembelajaran online. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain

Kesimpulan Jika p dan q analitik pada x = x0 , maka titik x0 adalah titik biasa dari persamaan diferensial yang dicari penyelesaiannya sehingga dapat diseleseikan dengan metode

組織 コミッ ト メント 職務満足.. E社 全社

(3) Sumpah janji Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut : ”Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/janji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai

Ridwan Abubakar, bahwa Andalusia mengalami kemajuan politik dan peradaban dimulai dari masa Abdurrahman Ad Dakhil yang merintis berdiri ya masjid Cordova dan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 Penghasilan Komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait 109,879 TOTAL LABA

Tabel I.2 Perkembangan Jumlah Peminat melalui SNMPTN Universitas Negeri Malang menurut Fakultas/Jurusan/Program Studi dan Jenjang Program Trends in Number of Applicants

Dari kutipan wawancara tersebut memaparkan bahwa peran pimpinan kepala CAPIL Kabupaten Gowa sebagai distrubance hendler dilakukan dengan sangat baik dimana untuk