• Tidak ada hasil yang ditemukan

Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN X"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Empowerment of Family in The Early Stimulation, Detection and Intervention of The Development of 1-3 Year Old Children Through Module

Learning in RW.05 Kujangsari Sub-District – Bandung Kidul District Susy Hermaningsih1 & Iryanti2

1,2

Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Bandung

Abstract

Families must recognize the traits and principles of growth and development 1-3 years, so the family is in stimulating growth and development in accordance with the child needs 1-3 years to achieve optimal growth and development. Through early detection, toddler developmental aberrations are detected in time, so that the family can intervene early, the result will be much better than later intervention. Indicator of the success of the program activities Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development is coverage toddlers up to 90 % in 2010, however to date the program has not run optimally Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development due to various constraints. Type of quasi experimental study conducted with pre-test - post-test one group design. Based on a total sample of 35 people is required. Samples were taken using simple random sampling technique. Pre-test is done by giving questionnaires and observations related knowledge, skills, and attitudes in an attempt Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development family in children aged 1-3 years. Post test is done by giving the same questionnaire and observation after given treatment ( learning through modules ), the measurement of knowledge, skills. Statistical test results to determine the mean value of the Difference knowledge, attitudes, and skills Mothers In Child 1-3 years Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development Before And After Learning Module by using the "Dependent T-test", indicating p equal to 0,000 ( P> 0.05 ), thus there is a significant difference, meaning hypothesis is accepted. This shows the positive attitude of the mothers in the RW - 05 Sub Kujangsari - District of Bandung Kidul to want to improve the knowledge, attitudes and skills in measuring the growth and development of their children.

Keywords: Family Empowerment, Stimulation, Detection, Early Intervention Growth, Children aged 1-3 years, Learning Modules

Abstrak

Keluarga harus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang 1-3 tahun, agar keluarga mudah dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan yang dibutuhkan anak 1-3 tahun untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Melalui deteksi dini, penyimpangan tumbuh kembang toddler dapat diketahui secara dini, sehingga keluarga dapat melakukan intervensi dini, yang hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan intervensi yang dilakukan kemudian. Indikator keberhasilan kegiatan program SDIDTK adalah cakupan SDIDTK balita mencapai 90% pada tahun 2010, namun demikian sampai saat ini program SDIDTK belum berjalan optimal karena berbagai kendala. Jenis penelitian yang dilakukan quasi eksperiment dengan pre test-post test one group design. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel diperlukan 35 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pre test dilakukan dengan cara memberikan angket dan observasi terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap keluarga dalam upaya SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun. Post test dilakukan dengan cara memberikan angket dan observasi yang sama setelah diberikan perlakuan (pembelajaran melalui modul), pengukuran pengetahuan, keterampilan. Hasil Uji statistik untuk mengetahui nilai perbedaan Selisih Rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan Ibu-Ibu Dalam SDIDTK Anak 1-3 tahun Sebelum Dan Setelah Pemelajaran Modul dengan menggunakan ”T-test Dependent”, menunjukkan p sebesar ,000 (p > 0.05), dengan demikian ada perbedaan signifikan, artinya Hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan sikap positif dari ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari – Kecamatan Bandung Kidul untuk mau meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anaknya.

Kata kunci: Pemberdayaan Keluarga, Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang, Anak umur 1-3 tahun, Pembelajaran modul

(2)

Pendahuluan

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sjak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai liam tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sisoal. (Kem.Kes RI, 2011). Kualitas generasi penerus tergantung kualitas tumbuh kembang anak terutama batita (0-3tahun), upaya tersebut ditujukan untuk mencapai

pertumbuhan fisik dan

perkembangan motorik, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian secara optimal (Colson and Dworkin, 1997). Pada 3 tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kembang, maka sering disebut sebagai ”masa keemasan” (golden period), atau

kesempatan emas untuk

meningkatkan kemampuan potensi anak setinggi-tingginya dimasa datang, ”jendela kesempatan”

(window of opportunity), dan ”masa

kritis” (critical period). Masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan

mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Kem.Kes, 2011).

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran bagian tubuh, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurna kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Potter & Perry, 2005). Posisi anak dalam keluarga serta stimulasi yang diterima anak berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Djitowiyono & Kristiyanasari, 2010). Menurut WHO, sekitar 5 -10 persen dari populasi anak mengalami gangguan perkembangan, namun deteksi dini dan diagnosanya masih sering mengalami keterlambatan. (2012, http:// www.rsalislam. com/manfaat-buah-jeruk/, diakses 11 Maret 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martiningsih, et al

tahun 2008 yang dilakukan di Kota Blitar, hasil dari DDTKA-massal di Kota Blitar menunjukkan terdapat beberapa perkembangan anak yang mengindikasikan ke arah meragukan

dan diduga mengalami

penyimpangan atau delay. Secara spesifik, persentase balita yang mengalami keraguan perkembangan sebanyak 70 persen sebelum dilakukan stimulasi, dan mengalami penurunan setelah dilakukan stimulasi sebesar 25 persen (2008.) http://ejournal.umm.ac.id / index.php/ keperawatan/ article/ viewFile/1055/1138ummscientificjou

(3)

rnal.pdf, diakses pada 17 Maret 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh tiga orang dokter di

daerah Bandung, yang

membandingkan perkembangan anak balita di daerah pedesaan dan perkotaan, menunjukkan bahwa di daerah pedesaan pola keterlambatan perkembangan secara urutan dari yang paling banyak adalah aspek vokalisasi/pengertian bicara (66%), persepsi (38%), motorik halus (35%), motorik kasar (35%) dan social (1%). Sedangkan di daerah perkotaan adalah vokalisasi/ pengertian bahasa (58%), motorik halus (38%), persepsi (36%), motorik kasar (26%) dan sosial (12%) (Pediatri, Sari, 2003).

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervnsi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,

pengasuh dan anggota

keluargalainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lemvaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, Pendidikan dan social) akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. (Kem.Kes, 2011).

Pemantauan tumbuh

kembang anak harus dilakukan

secara teratur dan

berkesinambungan. Pemantauan tumbuh kembang sedini mungkin dapat dilakukan oleh keluarga, oleh karena itu pengetahuan tentang

SDIDTK perlu dimiliki oleh keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, secara psikologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan anak (Yusuf, 2000). Peran aktif keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat diperlukan terutama saat mereka masih berada pada usia 1-3 tahun (Suherman, 2000). Keluarga salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila keluarga khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun (Soendjajo, 2003).

Hasil penelitian Ratna dkk di Puskesmas Seyegan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa modul berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A (p-value = 0,000) (Ratna, Donsu, Surantono, 2012).

(4)

Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang sangat penting dilakukan namun tindakan penting tersebut belum banyak dikembangkan di masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan di RW-05-Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul, terdapat anak umur 1-3 tahun sebanyak 60 persen dari total populasi, tetapi peneliti mendapatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki anak umur 1-3 tahun dan rutin membawa anaknya ke posyandubelum tahu dan belum pernah mengukur berat badan, tinggi badan ataupun lingkar kepala sendiri, dan belum pernah melakukan stimulasi, deteksi, apalagi intervensi dini tumbuh kembang, ibu-ibu membiarkan tumbuh kembang anak-anaknya berjalan dengan sendirinya, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang anak-anak tersebut perlu mendapat perhatian serius.

Berdasarkan hal tersebut di atas penelitian ini dirasakan sangat penting dilakukan untuk memotivasi keluarga di masyarakat, khususnya di RW-05-Kelurahan

Kujangsasri-Kecamatan Bandung Kidul agar orang tua bisa melakukan SDIDTK pada anak 1-3 tahun sebagai upaya prioritas untuk mempersiapkan anak-anak menjadi anak-anak yang cerdas, ceria, tangguh, dan berbudi luhur Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi rerata nilai pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul sebelum dilakukan pembelajaran melalui modul.

2. Mengidentifikasi rerata pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul sesudah dilakukan pembelajaran melalui modul

3. Mengidentifikasi pengaruh pembelajaran melalui modul terhadap pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul.

Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pemberdayaan keluarga dalam stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbang anak

1-3 tahun Pembelajaran melalui modul

(5)

Metodologi Penelitian 1. Desain

Penelitian ini adalah penelitian Quasy Experimental

dengan pre test - post test one group design. Pre test dilakukan dengan cara memberikan angket dan observasi terkait SDIDTK. Post test

dilakukan dengan memberikan angket dan observasi yang sama setelah diberikan modul dalam waktu 4 minggu.

2. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak umur 1-3 tahun, di RW-05 Kelurahan Kujangsari– Kecamatan Bandung Kidul yang berjumlah 73 keluarga. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan consencutive sampling, yaitu dengan cara semua subjek yang memenuhi kriteria dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut, ibu: 1) Memiliki anak usia 1-3 tahun, 2) pendidikannya non kesehatan, 3) Bisa membaca dan menulis, 4) Sehat secara fisik dan mental, 5) Hanya punya 1 anak usia 1-3 tahun.

3. Perhitungan Besar Sampel : Besar sampel penelitian menggunakan kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 persen, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,64, kesalahan tipe II ditetapkan 10 persen, maka Zβ = 1,28, selisih minimal yang dianggap bermakna

(X1 - X2) = 2, simpang baku (S) = 4 (kepustakaan)

n =

=

= 34,11 (dibulatkan 35 orang) Pengolahan Data dan Analisa Data 1) Data pengetahuan berjumlah 30 soal, untuk jawaban yang benar skore 1, jawaban yang salah skore 0, dijumlah : 3 x 100, dengan maksimal nilai 100 bila betul semua.

2) Data sikap berjumlah 30 pernyataan, menggunakan skala likert dengan total skore 150 : 150 x 100, dengan nilai maksimal 100 bila responden menyatakan sangat setuju untuk semua pernyataan

 Data keterampilan diambil dari hasil penglihatan peneliti dan ibu-ibu kader BKB. Skore dihitung dari jumlah “ya” dibagi total item setiap keterampilan dikali 100 %. Data keterampilan untuk pertumbuhan (TB + BB + LK / 3 = nilai pertumbuhan).  Data perkembangan

menggunakan KPSP (motorik kasar + motorik halus + bahasa + sosial / 4 = nilai perkembangan).

 Nilai keterampilan = Nilai Pertumbuhan + Nilai (Zα + Zβ)S 2

X1 - X2

(1,64 + 1,28)42 2

(6)

Perkembangan : 2, dengan nilai maksimal 100 semua dilakukan dengan benar. 3) Analisis data dibuat untuk

mengetahui rerata pemberdayaan keluarga yang diambil dari hasil rerata pengetahuan, sikap dan keterampilan sebelum dan sesudah pemelajaran modul dengan menggunakan nilai mean jika kurva normal.

4) Untuk mengetahui peningkatan pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun melalui pembelajaran modul digunakan uji statistik T test dependent.

Hasil Penelitian Data Univariat

1) Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Diberikan Modul

Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Diberikan Modul ini merupakan gabungan dari rerata pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu-ibu. Rerata pengetahuan ibu-ibu dalam SDIDTK anak 1-3 tahun dalam penelitian ini adalah pemahaman ibu-ibu tentang SDIDTK, mulai dari pengertian pertumbuhan dan perkembangan anak, ciri-ciri perkembangan, fase tumbuh kembang, aspek tumbuh kembang yang dipantau, dan cara menilai perkembangan anak umur 1-3 tahun. Pengetahuan

ibu-ibu tentang SDIDTK ini diukur dengan cara test tertulis. Ibu-ibu harus menjawab lembar soal dengan pertanyaan benar/salah dengan skore maksimal 100 bila menjawab betul semua.

Rerata Sikap ibu terhadap SDIDTK anak 1-3 tahun dalam penelitian ini yaitu, reaksi atau respon yang ditunjukan ibu-ibu terhadap pentingnya SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun, dalam hal deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan. Ibu harus menjawab pernyataan yang ada dalam kuesioner skala sikap yang telah dibuat dengan jawaban mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju dengan skoring 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = ragu-ragu, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Skore maksimal dari sikap yaitu 150 bila ibu-ibu menyatakan sangat setuju semua.

Rerata Keterampilan ibu-ibu Dalam SDIDTK Anak 1–3 tahun dalam penelitian ini, adalah kemampuan ibu dalam melakukan SDIDTK, yaitu (1) pengukuran pertumbuhan anak meliputi cara mengukur BB, mengukur TB, dan mengukur lingkar kepala, (2) cara

mengukur kemampuan

perkembangan anak meliputi kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa,

(7)

serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Ibu harus melakukan pengukuran tersebut di rumah pada minggu-I dan minggu-IV penelitian. Tugas peneliti memperhatikan dan mengisi lembar checklist yang sudah disiapkan dengan skore-1

bila dilakukan, dan 0 bila tidak dilakukan. Skore maksimal 100 bila tindakannya dilakukan semua. Hasil pengukuran pemberdayaan keluarga sebelum diberikan modul dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1

Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1–3 Tahun Sebelum Diberikan Modul Di RW-05, Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul N = 35

Pengukuran Mean Maksimum Minimum Range SD

Pre-test 60,78 66 53 13 2,656

Dengan melihat tabel di atas rata-rata nilai pemberdayaan keluarga 60,78 Dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 66. Hal ini bisa diasumsikan bahwa keluarga khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun di RW-05, Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul belum memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan dalam melakukan SDIDTK.

1) Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Setelah Diberikan Modul

Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Setelah Diberikan Modul ini cara pengolahan sama dengan sebelum diberikan modul, yaitu merupakan gabungan rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu-ibu dalam SDIDTK setelah diberikan modul dengan menggunakan kuesioner yang sama saat pre-test. Hasil pengukuran dapat dilihat dalam tabel 2

Tabel 2

Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1–3 Tahun Setelah Diberikan Modul N = 35

Pengukuran Mean Maksimum Minimum Range SD

Post-test 65,01 69 60 9 2,185

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai pemberdayaan keluarga di RW-05, Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul yaitu : 65,01. Hal ini berarti adanya kenaikan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu-ibu

dalam SDIDTK. Dengan nilai terendah 69 dan nilai tertinggi 60. Meskipun kenaikannya hanya mencapai 7%, dari hasil ini bisa diasumsikan bahwa keluarga khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun punya

(8)

keingintahuan yang tinggi dan mau membaca modulnya, berarti ibu-ibunya masih memiliki kemauan untuk melakukan SDIDTK.

Data Bivariat

Pengaruh Pembelajaran Modul Terhadap Pemberdayaan Kelurga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Dan Setelah Pembelajaran Modul

Pengaruh Pembelajaran Modul Terhadap Pemberdayaan Kelurga

dalam penelitian ini merupakan Perbedaan Selisih Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Dengan Setelah Pembelajaran Modul. Hasil pengukuran dapat dilihat dalam tabel 3

Tabel 3

Selisih Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Di RW-05-Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul

N=35

Pengukuran Mean SD SE P Value N

Pre-test 60,78 2,656 0,449

0

Post-test 65,01 2,185 0,369 35

Selisih rerata 4,23 0,877 0,148

Dari tabel diatas terlihat hasil Uji statistik untuk mengetahui nilai perbedaan rerata pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak 1-3 tahun sebelum dan setelah pemelajaran modul dengan menggunakan ”T-test Dependent”, menunjukkan p sebesar ,000 (p > 0.05). dengan demikian ada perbedaan signifikan sebelum dan setelah pemelajaran modul, artinya Hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan adanya kemauan dari ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari – Kecamatan Bandung Kidul untuk mau belajar memahami tentang SDIDTK.

Pembahasan

Pemberdayaan Keluarga dalam SDIDTK ini adalah kemampuan atau kesanggupan ibu-ibu dalam memberikan latihan atau rangsangan pada anak 1-3 tahun untuk mendapatkan kepandaian dalam motorik kasar, motorik halus, bahasa dan bicara, sosialisasi dan kemandirian sesuai dengan tahap umurnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu-ibu yang mau menjadi responden pada penelitian ini adalah 35 orang. Angka ini sesuai dengan batas minimal sampel penelitian yang ditetapkan yaitu 35 orang. Karakteristik ibu dalam penelitian ini umur ibu berada pada rentang 31-40

(9)

tahun, yaitu ibu 19 orang (54,29 %). Pada level pendidikan sebagian besar lulusan S1, yaitu 17 orang (48,57 %). Untuk pekerjaan ibu-ibu lebih memlih tidak bekerja, yaitu 27 orang (77 %).

Ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul belum pernah ada yang melakukan SDIDTK terhadap anak-anaknya, pedoman yang biasa dipakai ibu-ibu saat penimbangan di posyandu yaitu buku KIA bagi yang punya atau KMS. Buku Panduan SDIDTK (modul) yang dibuat dalam penelitian ini adalah tentang 1) cara menilai pertumbuhan anak, yaitu cara mengukur berat badan, cara mengukur tinggi badan, dan cara mengukur lingkar kepala. 2) cara mengetahui status pertumbuhan dengan melihat BB terhadap tinggi badan, 3) cara menilai perkembangan anak yang dinilai dari empat aspek, yaitu melihat kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, dan kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada anak umur 1-3 tahun sesuai dengan Pedoman SDIDTK yang dikeluarkan oleh Departeman Kesehatan, 2011.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan panduan SDIDTK berdampak secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu-ibu terhadap SDIDTK anak 1-3 tahun. Hal ini didukung oleh data status pertumbuhan yang menghasilkan dari 35 anak ada 21 anak (60%) yang normal dan 14

orang (40%) kurus, sedangkan untuk lingkar kepala 35 anak (100%) lingkar kepalanya pada garis hijau yang berarti semua anak mempunyai lingkar kapala normal. Hasil penilaian perkembangan anak dengan KPSP menunjukan bahwa dari 35 anak ada 11 orang (31,43%) perkembangannya sesuai dengan umurnya, sedangkan 24 anak (68,57%) hasil KPSP meragukan. Hasil yang meragukan didapat rata-rata dari motorik kasar, yaitu belum bisa naik tangga karena dilarang oleh ibunya dan belum punya sepeda roda tiga. Untuk motorik halus anak belum bisa mempertemukan 2 kubus atau menyusun kubus karena mereka belum dikenalkan dengan kubus-kubus, belum bisa mengambil kismis/biskuit/kacang, ada juga yang belum bisa membuat garis lurus. Dalam bicara dan bahasa beberapa anak belum dapat menyebut gambar-gambar. Beberapa anak ada yang belum bisa makan sendiri dengan rapih.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan pemberdayaan keluarga sebelum dilatih dengan setelah dilatih dalam melakukan SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun di RW-05, Kelurahan Kujangsari – Kecamatan Bandung Kidul ini. Dengan selisih rerata yang cukup besar, yaitu 4,23 menunjukan bahwa umur dan pendidikan khususnya ibu sangat mempengaruhi pada kemauan ibu-ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.

(10)

Penelitian ini mendukung pernyataan Yusuf, 2000 bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, secara psikologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan anak. Penelitian ini juga mendukung pada pernyataan Suherman,2000 bahwa Peran aktif orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat diperlukan terutama saat mereka masih berada pada usia 1-3 tahun dan pernyataan Soendjajo, 2003 bahwa Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam pertumbuhan dan tahap perkembangan toddler. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak 1-3 tahun. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila orang tua khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun. hal ini dapat dibuktikan dari hasil test perkembangan dengan KPSP pada anak 1-3 tahun yang tidak dapat atau belum dapat naik tangga disebabkan ada pelarangan dari ibunya, pada

anak-anak yang tidak dapat atau belum dapat menumpukan 2 kubus disebabkan ibunya tidak memfasilitasi keberadaan kubus tersebut. Hasil penelitian ini juga merujuk pada pernyataan Notoatmodjo, 2003 dalam Wijayanti dan Purwandari (2006), dikutip oleh Sungkono, 2013 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pembelajaran modul, karena pada dasarnya, pembelajaran melalui modul adalah belajar secara individual atau mandiri. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil rerata pemberdayaan keluarga sebelum mereka dilatih penggunaan modul SDIDTK dengan setelah dilatih keinginan mereka sangat tinggi untuk

mengetahui sejauhmana

pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu apabila belajar didasari pada apa yang telah diketahui sebelumnya karena pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa:

(11)

1. Rerata pemberdayaan keluarga dalam upaya SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul, sebelum pembelajaran melalui modul rerata pemberdayaannya yaitu, 60,78. 2. Rerata nilai pemberdayaan

keluarga dalam upaya SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul, sesudah pembelajaran melalui modul rerata pemberdayaannya yaitu, 65,01.

3. Secara statistik pembelajaran melalui modul dapat meningkatkan pemberdayaan keluarga dalam upaya Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul, dengan p-value < 0,05, yaitu ,000

Saran

1. Dilakukan kajian dan pengembangan yang lebih komprehensif dalam tataran pendidikan keperawatan khususnya di jurusan keperawatan bandung, tentang urgensi panduan SDIDTK untuk mendukung program integrasi SDIDTK di provinsi Jawa Barat. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan model pelayanan kepada masyarakat, agar keluarga

termotivasi untuk melakukan SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun

DAFTAR PUSTAKA

Colson,E.R and Dworkin P.H. 1997.

Toddler Development.

Pediatrics in Review. Vol.18. No. 8.

Dahlan M.S.2010.Besar Sampel dan

Cara Pengambilan Sampel

dalam penelitian Kedokteran dan Kesehatan edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.

Depdiknas, 2003, Belajar Mengajar Sistem Modul, diakses 16 Juli

2007, Website URL

http://www.geocities.com/guru valah/modul_untuk_smk.pdf Djitowiyono,S & Kristiyanasari,W.

2010. Asuhan Keperawatan

Neonatus dan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika Kementerian Kesehatan, 2012.

Pedoman Pelaksanaan

Stimulasi, Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak Ditingkat

Pelayanan Kesehatan dasar.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Martiningsih, et al, 2008, http://ejournal.umm.ac.id/index .php/keperawatan/article/viewF ile/1055/1138ummscientificjou rnal.pdf, diakses pada 17 Maret 2013)

(12)

Notoatmodjo, S., 2006, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Potter,P.A & Perry,A.G. 2005. Buku

Ajar Fundamental

Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4 volume 1.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ratna. W, Donsu J, Surantono. 2012.

Pengaruh Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Balita dalam Pemberian Makanan Sumber Vitamin A di Puskesmas Seyegan. Jurnal Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.Vol 5 No.1 Santoso, 2013, http://www.maharsantoso.com/ 2013/03/stimulasi-deteksi-intervensi-dini.html. di unduh tanggal 22 September 2014 Soendjajo,R.P.2003.Menstimulasi Anak. Jakarta:EGC Suherman.2000. Perkembangan Anak.Jakarta:EGC

Sulistyawati Ari, 2014. Deteksi Dini

Tumbuh Kembang Anak,

Jakarta, Salemba Medika Sungkono. 2013. Pengembangan dan

Pemanfaatan Bahan Ajar

Modul Dalam Proses

Pembelajaran. Diunduh

tanggal 29 Agustus 2013.

Wijayanti R dan Purwandari H. 2006. Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan

Keterampilan KeluargaDalam

Menstimulasi Tumbuh

Kembang bayi.Jurnal

Keperawatan Sudirman (The

Soedirman Journal of

Nursing).Vol 1.No.2,

Nopember, 2006

Yusuf,S. 2000. Psikologi

Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

_____. 2012,

http://www.rsalislam.com/man faat-buah-jeruk/, diakses 11 Maret 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilannya dalam mengkomunikasikan suatu pesan bergantung sepenuhnya pada pengetahuan tentang konteks budaya dan system linguistic bahasa sumber dan bahasa sasaran

Mereka telah mengetahui bahwa pengakuan Yesus sebagai anak Allah akan menjadi alasan yang dapat diterima semua pihak untuk menghukum Dia.. Yesus dengan tegas menyatakan bahwa

Untuk PT Sumber Alfaria Trijaya, tbk berdasarkan hasil analisis deskriptif pada variabel Penempatan Pegawai (X2) perlu memperhatikan pada dimensi pengalaman kerja

Namun pada saat pembelajaran guru menemui beberapa kendala, diantaranya: saat penggunaan media video siswa kurang termotivasi dan konsentrasi karena video menyajikan

Pada pasien dengan kelainan yang menyebabkan skeletal dan tidak dapat terjadi koreksi spontan, alat ortodonsi cekat harus digunakan dengan alat penghalang

Ya, nanti kalau begitu, begini, kesimpulan saja, nanti disampaikan pada kesimpulan Pemohon, kesimpulan Termohon, dan kesimpulan Pihak Terkait, nanti yang akan anu … kalau

Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan pengamatan yang ber-tujuan untuk melihat dan mem-bandingkan komposisi dan keaneka-ragaman, jenis- jenis burung di keempat habitat di

Verifikasi model peramalan dengan menggunakan Peta Kendali Moving Range pada model terbaik, diperoleh hasil plot data antara waktu dengan residual, tidak ada yang melewati