• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ratih Wijayava* Giyatmi * Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ratih Wijayava* Giyatmi * Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Konsep Domestication Dalam Penerjemahan

Buku ‘Language, Context and Text: Aspects of Language

in A Social –Semiotic Perspective’ Karya M.A.K Halliday

dan Ruqaiya Hasan

Ratih Wijayava* Giyatmi *

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Univet Bantara Sukoharjo

Jl. Letjend. Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor, Telp. (0271) 593156 Sukoharjo 57521 ratihwijayava@gmail.com.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) penerapan konsep domestication dalam

penerjemahan buku ‘Language, Context, And Text: Aspects of Language In A Social Semiotic

Perspective’ Karya M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, 2) efektifitas penerapan konsep domestication pada penerjemahan buku tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif

kualitatif. Data dalam penelitian adalah kata, frasa dan kalimat dalam buku ‘Language, Context, And

Text: Aspects of Language In A Social Semiotic Perspective’ yang diterjemahkan dengan

menggunakan konsep domestication. Penelitian ini melibatkan 2 pembaca pakar untuk menilai keefektifan penerapan konsep domestication dalam penerjemahan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh hal yang diterjemahkan dengan menerapkan konsep domestication yaitu: nama diri/ sapaan, tempat/lingkungan, mata uang/jenis buah/makanan/ produk khas, satuan ukuran, benda khas/ budaya dan alat musik. Keefektifan penerapan konsep domestication ditilik dari tiga dimensi yakni pertama dimensi pengetahuan budaya dan linguistik, kedua dimensi tujuan dan ketiga dimensi intuisi.

Kata kunci: penerjemahan, domestication, penerapan, efektifitas

Domestication in the Translation of ‘Language, Context and Text: Aspects of Language in A Social –Semiotic Perspective’

by M.A.K Halliday and Ruqaiya Hasan

Ratih Wijayava, Giyatmi

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Univet Bantara Sukoharjo

Jl. Letjend. Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor, Telp. (0271) 593156 Sukoharjo 57521 Abstract: The goal of this research are to analyze 1) the application of domestication concept in the translation of Language, Context, And Text: Aspects of Language In A Social Semiotic Perspective’ by M.A.K Halliday and Ruqaiya Hasan, 2) the effectiveness of the application of domestication concept. The method applied is descriptive qualitative. The data of the research are word, phrase and sentence which is translated using domestication concept. The effectiveness of the application of this concept are evaluated by two expert readers. The result of the study found seven terms are translated using domestication concept, namely: name, place, currency, food, capacity, cultural and music instrument. Whereas the effectiveness of the application of domestication concept are viewed by three dimension namely: the knowledge of culture and linguistics, the goal and intuition.

(2)

2

Keywords: translation, domestication, application, effectiveness

Pendahuluan

Pada saat melakukan proses penerjemahan seorang penerjemah harus mencari padanan kata yang tepat dan harus tetap setia makna. Suatu hal yang sering tidak disadari adalah masuknya ideologi penerjemah yang akan mempengaruhi hasil terjemahan. Sebagai seorang yang berwawasan memang tidak bisa dipungkiri jika seorang penerjemah memiliki ideologi sendiri.

Berkaitan dengan masalah ini, Venuti dalam Hoed (2004: 3) mengamati adanya dua ideologi atau kutub yang berlawanan dalam dunia penerjemahan. Kutub yang pertama berorientasi pada Bahasa Sumber, sering disebut foreignization. Sedangkan kutub yang kedua lebih berorientasi pada Bahasa Sasaran dan dikenal dengan istilah domestication.

Ketika menggunakan domestication dalam penerjemahan yang dilakukannya, seorang penerjemah akan lebih menonjolkan aspek-aspek budaya yang ada pada BSa. Tiap kata, frasa, atau kalimat yang diterjemahkan akan disesuaikan konteksnya dengan situasi atau keadaan dimana bahasa sasaran digunakan. Dengan demikian pembaca tidak akan merasa asing ketika memahami isi teks walaupun sebenarnya hasil terjemahan yang familiar dan enak dibaca itu merupakan hasil kerja penerjemah yang telah menyesuaiannya dengan budaya setempat.

Peristiwa ini terjadi dalam penerjemahan buku ‘Language, Context, And Text:

Aspects of Language In A Social Semiotic Perspective’ dan terjemahannya “Bahasa,

Konteks dan Teks: Aspek-aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial”. Buku ini tidak secara keseluruhan diterjemahkan dengan domestication. Namun pada hal-hal tertentu, terutama pada pemberian contoh mengenai semiotik sosia, ideologi

domestication ini nampak digunakan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian, yakni:

1. Bagaimana konsep domestication diterapkan dalam penerjemahan buku

‘Language, Context, And Text: Aspects of Language In A Social Semiotic Perspective’ Karya M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan?

2. Sejauh mana keefektifan penerapan konsep domestication pada penerjemahan buku tersebut?

(3)

3

Metode Penelitian

1. Strategi dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan sejauh mana konsep domestication diterapkan dalam penerjemahan buku Language, Context and Text serta keefektivan penerapan konsep tersebut. Penelitian ini merupakan kasus tunggal atau disebut sebagai studi kasus terpancang (embedded case study research) dikarenakan fokus penelitian sudah ditentukan oleh peneliti dalam proposal sebelum terjun dan menggali permasalahan di lapangan (Sutopo, 2002)

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data objektif dan sumber data afektif. Paparan mengenai kedua sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Objektif

Sumber data objektif adalah buku Language, Context, And Text: Aspects of

Language in A Social Semiotic Perspective Karya M.A.K Halliday & Ruqaiya Hasan

yang diterbitkan oleh Deakin University tahun 1986, dengan tebal 125 halaman. Kemudian terjemahannya dalam bahasa Indonesia “Bahasa, Konteks Dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial” Oleh Asrudin Barori Tou yang diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press tahun 1992 dengan tebal 177 halaman.

b. Sumber Data Afektif

Sumber data afektif yang digunakan adalah pembaca pakar. Pembaca pakar yang dimaksud adalah pembaca yang ahli dibidang linguistik, menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dan juga akrab dengan dunia penerjemahan. Para pembaca pakar akan memberikan tanggapan dan evaluasi terhadap penerjemahan

(4)

4 3. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel dari penelitian ini adalah semua kalimat dalam buku ‘Language,

Context, And Text: Aspects of Language In A Social Semiotic Perspective ’ dan

terjemahannya. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah ‘purposive sampling’. Dalam teknik ini data diambil secara urut dengan tujuan tertentu. Khusus dalam penelitian ini data mengarah pada seleksi (criterion-based selection). Kalimat yang diambil sebagai data adalah kalimat-kalimat yang penerjemahannya menerapkan konsep domestication.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data analisis isi (content analysis) untuk data yang bersifat objektif. Sedangkan untuk data yang berasal dari sumber afektif peneliti menggunakan metode wawancara. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam atau ‘in-depth interviewing’ yang bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang-ulang pada informan yang sama.

5. Validitas Data

Data yang diperoleh dari lapangan harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan teknik triangulasi data (sumber).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Dalam pelaksanaan analisis ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan berinteraksi. Masing-masing komponen tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penerapan konsep domestication dalam penerjemahan buku ‘Language,

(5)

5

Data dari penelitian ini berupa teks dengan berbagai macam genre. Diantaranya terdapat teks percakapan, naskah resmi, iklan, puisi dan contoh kalimat lepas. Peneliti mengklasifikasikan tujuh hal yang menjadi objek domestication dalam penerjemahan buku ini. Hal tersebut meliputi:

a. Nama diri/ sapaan

Nama diri seseorang bisa menjadi pertanda bagi seseorang mengenai daerah asalnya. Misalnya nama-nama yang diawali dengan suku kata Su-(Suharto, Suparjo, Suhartanto) untuk laki-laki dan Sri – (Sri Rahayu, Sri Lestari) bagi wanita dari Jawa Tengah/Yogyakarta. Sedangkan untuk sapaan, dalam bahasa Inggris dikenal konsep

Mr, Mrs, Miss, aunt, uncle dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia misalnya sapaan

kepada yang lebih tua –kakak- kita bisa memakai kak, bang, mas, mbak, mbakyu, kangmas, uda, beli, teteh dan masih banyak lagi.

Dari keseluruhan data terdapat 9 data berupa nama diri/ sapaan yang diterjemahkan dengan berpihak pada Bahasa Sasaran. Beberapa contohnya adalah:

Tabel 1. Penerjemahan nama diri/ sapaan

No. Kode data BSu BSa

1. 01(d)/LCT Eng:013/BKT Ind:017 Herbert Williams Timms Heru Wibowo Tresno 2. 01(e)/LCT Eng:013/BKT Ind:017 Matthew John Seaton Mat Jono Suryono

3. 02(a)/LCT Eng:030/BKT Ind:041 Nigel Nindya

4. 04(a)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Mrs. Reid Bu Domo

5. 04(b)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Bob Nem

Jika ada dua orang bercakap- cakap bernama Mrs. Reid dan Bob maka akan terasa ada dua orang asing yang terlibat dalam perbincangan itu. Namun jika pelaku percakapan bernama Bu Domo dengan lawan bicara yang disapa ‘Nem’ (kemungkinan kependekan dari Inem), maka teks percakapan ini akan lebih terasa Indonesia.

b. Nama tempat/ lingkungan/ alamat

Perbedaan sistem pada budaya Bahasa Sumber dan Bahasa sasaran menjadi fenomena unik yang sering dihadapi oleh seorang penerjemah. Wilayah di Indonesia biasa dideskripsikan dengan Desa, RT dan RW. Sedangkan untuk daerah perkotaan

(6)

6

biasanya menyertakan nama jalan dan nomor rumah. Seringkali penulisan alamat juga menggabungkan kedua gaya tersebut. Khusus alamat surat nomer kode pos juga disertakan. Biasanya terdiri atas 5 digit angka dan berbeda-beda tiap wilayah kecamatan. Sistem pembagian wilayah di Inggris atau Amerika dibagi dengan semacam blok dengan nomer di tiap rumah.

Tabel 2. Nama tempat/ lingkungan/ alamat

No. Kode data BSu BSa

1. 01(b)/LCT Eng:013/BKT Ind:017

14 Twintree-Avenue manford

Jl. Belimbing 33 Perum Jambusari Indah, sleman Yogyakarta 2. 06(b)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 The blue mountain Sleman

Misalnya alamat pada surat perjanjian dagang yang terdapat pada data dengan no kode 01(b)/LCT Eng:013/BKT Ind:017. Penerjemahan alamat ini menjadi versi Indonesia dengan menyertakan nama jalan dan nomer rumah.

c. Mata uang

Tiap Negara memiliki mata uang. Indonesia menggunakan rupiah, Nilai tukar mata uang itu berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa teks percakapan dengan setting perdagangan/ jual beli menjadi data dalam penelitian ini. Data tersebut beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Mata uang

No. Kode data BSu BSa

1 01(c)/LCT Eng:013/BKT Ind:017 Ten thousand five hundred pounds

Rp. 35.000.000,-

2 03(c)/LCT Eng:054/BKT Ind:075 Dollar forty Seribu lima ratus rupiah 3 03(d)/LCT Eng:054/BKT Ind:075 Two dollars Dua ribu rupiah

4 08(a)/LCT Eng:065/BKT Ind:091 95 cents Dua ribu rupiah Dari data diatas terlihat bahwa mata uang dollars, pounds dan cents semuanya diterjemahkan ke dalam rupiah. Hanya saja penerjemah tidak

(7)

7

menggunakan kurs penukaran mata uang yang ditentukan. Jadi dalam penerjemahan di atas two dollars bukan berarti sebanding dengan dua ribu rupiah, sixty cents belum tentu setara dengan dua ratus lima puluh rupiah dan ten thousand five hundred

pounds tidak sama dengan 35 juta rupiah.

David Katan (1999: 155) memberikan teori yang senada dengan keputusan penerjemah untuk menerjemahkan mata uang dari BSu ke mata uang BSa. Menurut ahli ini, “the dollars, on a technical level can be translated into any other currency

with no problem whatsoever”. Tetapi ada baiknya penerjemah juga memperhatikan

kurs/ nilai tukar mata uang yang sedang berlaku sehingga hasil terjemahannya tidak terasa janggal karena terlalu murah atau terlalu mahal dalam menghargai suatu barang.

d. Jenis buah/ makanan/ produk khas

Letak geografis yang berbeda menjadikan jenis flora dan fauna yang berbeda-beda pula. Sayuran lettuce misalnya, tentu saja tidak banyak yang mengenalnya. Tetapi untuk kasus binatang penguin, meskipun binatang yang habitatnya di es itu bukan asli dari Indonesia, namun anak-anak kecil di Negara kita sudah banyak yang mengenalnya. Dari dua ilustrasi di atas, sayuran lettuce sangat potensial untuk diterjemahkan dengan konsep domestication untuk membuat pembaca BSa lebih memahami teks terjemahan. Sedangkan untuk penguin tetap akan berterima dengan tetap diterjemahkan sebagai penguin.

Tabel 4. Jenis buah/ makanan/ produk khas

No. Kode data BSu BSa

1 04(c)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Apples Pisang goreng 2 05(b)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Granny smith Mangga Bangkok 3 07(b)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Apples Mangga

4 11(a)/LCT Eng:078/BKT Ind:109 Paste Pasta 5 13(b)/LCT Eng:081/BKT Ind:115 Peaches Durian 6 14(b)/LCT Eng:098/BKT Ind:136 Glo-Quicks super

facial

Jamu galian singset Nyonya Meneer

(8)

8

Dari data yang peneliti sajikan di atas, Anda akan menemukan beberapa benda yang diterjemahkan sama sekali berbeda dengan konsep yang aslinya. Terdapat konsep buah yang memang asing dan diterjemahkan menjadi buah yang sudah familiar dengan kita, misalnya granny smith menjadi duren petruk. Buah dalam BSu ini tidak lazim di Indonesia, tetapi ketika diterjemahkan menjadi jenis buah lokal, maka menjadi lebih berterima bagi pembaca BSa.

Keputusan menerapkan konsep domestication untuk suatu hal yang asing bagi pembaca BSa adalah suatu keputusan penerjemah yang bijaksana. Namun demikian, apakah cara ini juga wajar ketika diterapkan pada penerjemahan hal lain yang sebenarnya sangat dikenal dalam budaya Bahasa sasaranya? Dalam hal ini ditemukan kata apples yang diterjemahkan menjadi pisang goreng. Padahal buah apel sendiri sangat dikenal dalam bahasa Indonesia. Terdapat bermacam-macam varian apel, salah satunya apel Malang yang terkenal dari Indonesia.

e. Satuan ukuran

Berikut ini beberapa data mengenai penerjemahan satuan ukuran suatu benda:

Tabel 5. Satuan ukuran

No. Kode data BSu BSa

1 03(a)/LCT Eng:054/BKT Ind:075 Ten oranges Sekilo jeruk 2 03(b)/LCT Eng:054/BKT Ind:075 A kilo of banana Sesisir pisang 3 04(c)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 A couple of apples Lima apel 4 05(b)/LCT Eng:065/BKT Ind:090 Half a dozen Dua kilo

Penerjemahan satuan ukuran ini disesuaikan dengan satuan ukuran yang lazim dalam Bahasa sasarannya. Misalnya a kilo of banana menjadi sesisir pisang. Di negara kita satuan pisang adalah dengan sisir atau tandan. Dalam penerjemahan mata uang, penerjemah sepertinya juga tidak memperhatikan kuantitas satuan ukuran yang diterjemahkan. Misalnya kata half a dozen, diterjemahkan menjadi ‘dua kilo’ namun di bagian lain diterjemahkan menjadi menjadi ‘dua biji’.

(9)

9 f. Benda khas/ budaya

Benda benda atau hal-hal di sekitar kita biasanya sudah memiliki sebutan yang melekat dan menjadi janggal ketika diterjemahkan dengan penamaan benda yang lain walaupun mengacu pada benda yang sama. Berikut ini contoh datanya:

Tabel 6. Benda khas/ budaya

No Kode data BSu BSa

1 09(a)/LCT Eng:072/BKT Ind:100 Teddy bear Boneka 2 09(b)/LCT Eng:072/BKT Ind:100 Wire brush Sisir kawat 3 12(a)/LCT Eng:081/BKT Ind:112 The Merry Go

round

Roda putar

Jenis mainan yang sering dimainkan oleh anak-anak adalah boneka. Pada data yang pertama ditemukan kata teddy bear. Jika serta merta menerjemahkannya maka akan diperoleh arti beruang Teddy atau Teddy si beruang. Tanpa pemahaman budaya yang cukup pembaca bisa saja beranggapan bahwa ada seekor beruang bernama teddy. Namun di Negara asalnya konsep teddy bear dikenal sebagai sosok boneka beruang. Sedangkan penerjemah lebih memilih menerjemahkan teddy bear menjadi boneka saja, bukan boneka beruang.

g. Alat musik

Alat musik merupakan salah satu benda budaya yang memperkaya khasanah budaya suatu bangsa. Yang khas misalnya Propinsi Jawa Tengah memiliki gamelan dan angklung dari Jawa Barat. Sedangkan secara umum, selayaknya peradaban dunia, berbagai alat musik dikenal di Indonesia. Piano, gitar, seruling, ketipung, terompet, saxophone dan masih banyak lagi contoh alat musik yang tidak asing lagi bagi kita. Dari data yang peneliti kumpulkan terdapat satu kasus domestication yang berkenaan dengan alat musik. Ada pun datanya adalah:

Tabel 7. Alat musik

No. Kode data BSu BSa

(10)

10

2. Keefektifan penerapan konsep domestication pada penerjemahan buku Language, Context and Text

Salah satu tujuan dari penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan yang efektif. Menurut pendapat Nababan (2003: 87) keefektivan terjemahan ditentukan oleh tiga faktor utama yakni dimensi pengetahuan penerjemah, dimensi tujuan dan dimensi intuisi. Ketiga faktor penentu ini akan di bahas di bawah ini.

a. Dimensi Pengetahuan tentang Budaya dan Linguistik

Penerjemah adalah pelaku utama dalam setiap proses penerjemahan. Keberhasilannya dalam mengkomunikasikan suatu pesan bergantung sepenuhnya pada pengetahuan tentang konteks budaya dan system linguistic bahasa sumber dan bahasa sasaran (Straight dalam Nababan: 88). Pengetahuan yang dimaksud mencakup ekologi, budaya materi dan teknologi, organisasi sosial, pola mitos dan struktur linguistik.

Penerjemah buku ini adalah Asruddin Barori Tou yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang linguistik dan penerjemahan. Beliau menamatkan sarjana muda dan sarjana di bidang pengajaran bahasa dan sastra dan dilanjutkan diploma pascasarjana bidang TEFL. M.A. honours diperoleh tahun 1990 di bidang linguistic serta kajian penerjemahan. Beliau menjadi staf pengajar di UNY. Hasil karyanya banyak mengenai penerjemahan.

Dari gambaran di atas nampaknya cukup untuk menyimpulkan bahwa penerjemah buku ini memiliki pengetahuan budaya dan linguistik yang memadai. Hal ini sangat mendukung keefektifan penerjemahan.

b. Dimensi tujuan

Sebagai pelaku utama penerjemahan, seorang penerjemah harus membuat keputusan-keputusan tentang tujuan yang hendak dicapainya. Keputusan-keputusan yang dibuatnya harus bisa menjawab pertanyaan: apakah pesan teks terjemahan setia dengan teks bahasa sumber? Apakah padanan yang digunakan sudah tepat? Oleh karena itu untuk pembahasan dimensi kedua ini peneliti mencari ketepatan dan kealamiahan dalam penerjemahan.

(11)

11 1. Ketepatan terjemahan

Skor penilaian dari pembaca pakar menunjukkan 26 data termasuk terjemahan tepat atau 65%, 8 data termasuk penerjemahan kurang tepat atau 20%. Dan 6 data atau 15% masuk dalam kategori tidak tepat.

a) Terjemahan tepat

Indikator untuk terjemahan tepat adalah kata yang diterjemahkan memang tidak memiliki padanan di BSa dan diterjemahkan dengan hal yang serupa dalam BSa. Data yang otomatis termasuk dalam terjemahan tepat adalah penerjemahan nama diri. Sebagian penerjemahan tempat/ lokasi juga tepat dilakukan. Contohnya adalah penerjemahan alamat yang terdapat pada data 01(b)/LCT Eng: 013/BKT Ind:017

b) Terjemahan kurang tepat

Indikatornya adalah kata yang diterjemahkan memang tidak memliki padanan dalam BSa tetapi diterjemahkan dengan hal yang tidak serupa dalam BSa. Contohnya adalah data 14(a,b)/LCT Eng:098/BKT Ind:136

BSu:

I’am so glad you to introduce me to Glo-Quick’s Super-Facial. BSa:

Saya sangat gembira anda perkenalkan saya pada jamu galian singset Nyonya Meneer

Pada data ini produk Glo-Quick’s Super-Facial diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi jamu galian singset Nyonya Meneer. Nampak bahwa terjadi perubahan fungsi dari produk yang dimaksud dalam BSu. Produk yang dimaksud berupa pencuci muka atau obat luar sedangkan terjemahannya adalah jamu galian singset yang berupa minuman pelangsing.

c) Terjemahan tidak tepat

Ada dua indikator untuk terjemahan tidak tepat. Indikator pertama adalah kata yang diterjemahkan dengan cara domestication tapi sebenarnya sudah memiliki padanan yang berterima di BSa sehingga tidak perlu diterjemahkan dengan konsep domestication. Indikator kedua adalah kata yang sebenarnya tidak/ kurang dikenal dalam BSa tetapi justru tidak diterjemahkan dengan konsep domestication.

(12)

12

Untuk indikator yang pertama nampak pada data 04(c)/LCT Eng: 065/BKT Ind: 090 dan data 07(b)/LCT Eng: 065/BKT Ind: 090. Pada kedua data ini kata apples justru diterjemahkan menjadi mangga dan pada kalimat lain diterjemahkan menjadi pisang goreng. Penerapan konsep domestication untuk penerjemahan kata apples ini dinilai tidak tepat karena buah apel adalah buah yang sangat dikenal oleh pembaca bahasa sasaran. Jadi sangat janggal ketika tiba-tiba buah apel berubah menjadi buah mangga. Apalagi ketika diterjemahkan menjadi pisang goreng. Maknanya semakin jauh menyimpang.

Sedangkan untuk indikator kedua, mengenai kata yang sebenarnya berpotensi untuk diterjemahkan dengan konsep domestication namun tidak dilakukan, nampak pada data 11(a)/LCT Eng:078/BKT Ind:109 dan 11(b)/LCT Eng:078/BKT Ind:109. Kata paste diterjemahkan menjadi pasta dalam bahasa Indonesia. Paste yang dimaksud adalah sejenis cairan pekat mirip bubur (bisa merupakan hasil pelumatan dari suatu benda yang dicampur cairan). Terjemahannya adalah kata pasta yang kurang dikenal dalam BSa.

2. Kealamiahan

Penerjemahan alamiah indikatornya adalah hasil terjemahan alamiah dan wajar dan sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya penerjemahan tidak alamiah jika hasil terjemahan janggal dan mengada ada atau ada unsur-unsur yang sengaja tidak diterjemahkan.

Dari hasil penilaian menunjukkan bahwa kealamiahan dalam penerjemahan. buku ini termasuk kategori sangat tinggi. Dalam persen kealamiahan mencapai 90% sedangkan sisanya 10 % saja yang tidak alamiah. Hasil ini seiring dengan tujuan penerjemahan domestication yang sangat berpihak pada Bahasa Sasaran.

c. Dimensi Intuisi

Penerjemahan adalah sebuah ketrampilan sekaligus sebagai suatu seni. Jadi faktor estetika dalam penerjemahan juga diperhatikan. Dalam hal ini peneliti menyoroti penerjemahan yang kurang konsisten yang dilakukan oleh penerjemah. Misalnya ditemukan beberapa kasus kata yang sama namun diterjemahkan ke dalam dua hal yang berbeda, mengganti benda dengan benda lain yang tidak seimbang dan kurang memperhatikan kurs mata uang atau ukuran satuan tertentu.

(13)

13

Dari data yang dikupulkan terdapat beberapa data yang sama namun memiliki terjemahan yang berbeda. Misalnya kata granny smith yang diterjemahkan menjadi mangga Bangkok dan duren petruk serta kata apples yang diterjemahkan menjadi mangga dan pisang goreng. Akan lebih baik dan tidak membingungkan pembaca BSa ketika penerjemah lebih konsisten dalam menerjemahkan. Jadi ketika menemukan objek yang sama beberapa kali hendaknya diterjemahkan menjadi satu hal yang sama. Selain itu penerjemahkan mata uang akan lebih tepat ketika kurs mata uang diperhatikan.

Simpulan

1. Terdapat tujuh hal yang diterjemahkan dengan menerapkan konsep

domestication yaitu: nama diri/ sapaan, tempat/lingkungan, mata uang/jenis

buah/makanan/ produk khas, satuan ukuran, benda khas/ budaya dan alat musik 2. Keefektifan penerapan konsep domestication ditilik dari tiga dimensi yakni pertama dimensi pengetahuan budaya dan linguistik, kedua dimensi tujuan dan ketiga dimensi intuisi.

3. Dari dimensi yang pertama diketahui bahwa penerjemah buku ini memiliki pengetahuan budaya dan linguistik yang memadai. Hal ini sangat mendukung keefektifan penerjemahan.

4. Dimensi yang kedua ditilik dari dua tolok ukur yakni ketepatan dan kealamiahan penerjemahan. Ada pun hasil penilaian ketepatan adalah 26 data termasuk terjemahan tepat atau 65%, 8 data termasuk penerjemahan kurang tepat atau 20% dan 6 data atau 15% masuk dalam kategori tidak tepat. Penilaian kealamiahan menunjukkan bahwa kealamiahan dalam penerjemahan buku ini termasuk kategori sangat tinggi. Dalam persen kealamiahan mencapai 90% sedangkan sisanya 10% saja yang tidak alamiah. Hasil ini seiring dengan tujuan penerjemahan domestication yang sangat berpihak pada Bahasa Sasaran. 5. Sedangkan untuk dimensi intuisi nampak adanya faktor estetika dalam

penerjemahan yang kurang diperhatikan. Dalam hal ini peneliti menyoroti penerjemahan yang kurang konsisten yang dilakukan oleh penerjemah. Misalnya ditemukan beberapa kasus kata yang sama namun diterjemahkan ke dalam dua hal yang berbeda, mengganti benda dengan benda lain yang tidak

(14)

14

seimbang dan kurang memperhatikan kurs mata uang atau ukuran satuan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, R.T. 1991. Traslation and Translating: Theory and Practice. England: Longman Group

Catford, J.C. 1974. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press

Halliday, MAK.&Hasan, Ruqaiya. 1986. Language, Context, And Text: Aspects Of

Language In A Social Semiotic Perspective. Deakin University

Katan, David. 1999. Translating Cultures. St.Jerome Publishing: United Kingdom. Larson, Mildred. 1984. Meaning Based Translation: A guide to Cross Language

Equivalent. America: University Press of America

Nababan, M.R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Federation Republic of Germany: Pergamon Press

_______. 1988. A text book of Translation. UK: Prentice Hal International Ltd. Nida, Eugene A. 1966. Linguistic and Ethology in Traslation Problem. Leiden: E. J.

Brill

Nida, E.A. & Taber, Ch. R. 1974. The Theory and Practice of Translaltion. Leiden: E.J. Brill

Rochayah, Machali. 2000. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo

Simatupang, M.D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional

Soemarno, Th. 2003. Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit. Kongres Nasional Penerjemahan. Tawangmangu, 15-16 September 2003

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press

_______. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka

Tou, Asruddin Barori. 1992. Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: GajahMada University Press.

Widyamartaya. 1989. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. http: www: earlham.edu/venuti’s foreignization.doc-article

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

Gambar

Tabel 1. Penerjemahan nama diri/ sapaan
Tabel 2. Nama tempat/ lingkungan/ alamat
Tabel  4. Jenis buah/ makanan/ produk khas
Tabel 5. Satuan ukuran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ruang terbuka juga dapat mewadahi penghuni akan ruang tambahan untuk melakukan aktivitas yang tidak dapat di lakukan di dalam unit hunian. entrance

antara Kalvinis dengan non-Kalvinis, ada non-Kalvinis yang menentang konsep “iman adalah pemberian Allah.” Tetapi, yang ditentang sebenarnya adalah “karunia”

Dari hasil analisis faktor risiko eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Adjidarmo , disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia ibu, paritas, riwayat

UB105 memiliki keunikan pada bentuk tongkol silindris mengerucut dan warna silking merah muda, UB106 memiliki keunikan pada bentuk ujung daun pertama bulat dan

Artinya adalah seseorang pelanggan yang melakukan transaksi secara online, akan menentukan loyalitas nya terhadap suatu website, apabila website online tersebut

1) Peningkatan produksi tidak disertai dengan peningkatan pendapatan. 2) Upah yang tinggi dan kondisi kerja yang baik bukan hanya disebabkan oleh peningkatan laba perusahaan.

[r]

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39