PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI
PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Hetti Saragih
NIM : 081134248
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI
PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Hetti Saragih
NIM : 081134248
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Bunda Maria dan Hati Kudus Yesus yang selalu setia mendampingi aku
dalam suka duka hidup yang aku alami,
Persaudaraan Suster Fransiskanes Santa Elisabet Medan (FSE),
semua keluarga, khususnya kedua orang tua, kakak dan adik-adikku yang selalu
mendoakan dan mendukung saya, Almamaterku yang tercinta dan semua
MOTTO
•
Untuk Segala Sesuatu Ada Waktunya
(Pengkotbah)
•
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut bagi-Nya
Maka pada masa tuanya pun
Ia takkan menyimpang daripada jalan itu
(Amsal 22:6)
•
Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar,
dikasihi orang lebih baik daripada
perak dan emas
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2010
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
:
Hetti
Saragih
Nomor Mahasiswa
: 081134248
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan
Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti
kepada selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 Juli 2010
Yang menyatakan
ABSTRAK
Saragih, Hetti 2010.
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan
Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
Skripsi.Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Guru SD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kemampuan menulis
karangan narasi siswa kelas V sebelum menggunakan media gambar seri, (2)
mendeskripsikan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas V menggunakan
gambar seri sesudah siklus I dan sesudah siklus II, dan (3) Mendeskripsikan
perbedaan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas V dalam menulis
karangan narasi menggunakan gambar seri sesudah siklus I dan siklus sesudah II.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian
ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang berjumlah 32
orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis karangan
narasi.
Analisis data dilakukan dengan mencari skor rata-rata kondisi awal, siklus I,
dan siklus II. Skor rata-rata siklus I dan siklus II diuji dengan menggunakan uji-t.
Hasilnya menunjukkan ada berbedaan yang signifikan. Hal ini terbukti dari skor
rata-rata kelas yang melampaui KKM yaitu sebesar 65,12 pada siklus I dan 78,8 pada
siklus II. Jadi media gambar seri dapat menigkatkan kemampuan siswa menulis
karangan narasi.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah: (1) kemampuan siswa kelas V SD
Kanisius Kintelan I menulis karangan narasi sebelum menggunakan gambar seri
berkategori
cukup
, (2) kemampuan siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I menulis
karangan narasi menggunakan gambar seri sesudah siklus I dan siklus II berkategori
lebih dari cukup
dan
baik
, dan (3) ada perbedaan kemampuan menulis karangan
narasi siswa kelas V dengan menggunakan gambar seri sesudah siklus I dan sesudah
siklus II.
ABSTRACT
Saragih, Hetti. 2010.
Improvement of Narration Writing Competence though the Use
of Serial Pictures as Teaching Media among the Fifth Graders of Kintelan I
Canisius Elementary School in Yogyakarta.
Undergraduate Thesis.
Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Faculty
of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aimed at (1) describing the narration writing competence among
elementary-school fifth graders before the use of serial pictures as the teaching media,
(2) describing the narration writing competence of elementary-school fifth graders
after the first and second cycles of the use of serial pictures as the teaching media,
and (3) describing the difference of elementary-school fifth-graders’ narration writing
competence after the first and second cycles of the use of serial pictures as the
teaching media.
This research employed the descriptive-quantitative method. The population
was 32 fifth graders of Kintelan I Canisius Elementary School in Yogyakarta. The
instrument was a narration writing test.
The data were analyzed by identifying the entry-level average score, the
average score after the first cycle, and the average score after the second cycle. The
average scores after the first cycle and the second cycle were examined with the
t-test, the result of which showed a significant difference. This was shown in the class
average scores which were above the minimum mastery criterion, namely 65.5 after
the first cycle and 78.8 after the second cycle. Therefore, the use of serial pictures as
a teaching media has significantly increased students’ narration writing competence.
The findings of this research were as follows: (1) the narration writing
competence of the fifth graders of Kintelan I Canisius Elementary School before the
use of serial pictures as the teaching medium was categorized as
adequate,
(2) the
narration writing competence of the fifth graders of Kintelan I Canisius Elementary
School after the use of serial pictures as the teaching medium at the end of the first
cycle was categorized as
more than being adequate
and at the end of the second cycle
it was categorized as
good,
(3) there was a significant difference between the
fifth-graders’ narration writing competence after the first cycle and that after the second
cycle.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi (Penelitian
Tindakan Kelas) ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan
Narasi Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD
Kanisius Kintelan I Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010“
ini disusun guna
memenuhi sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini nantinya
diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan belajar dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.
Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah
meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran
demi kesempurnaan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar,
tekun, teliti serta setia membimbing dan mendampingi proses penulisan skripsi
ini.
4.
Bapak Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar, tekun,
teliti serta setia membimbing dan mendampingi proses penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Maciana Sarwi, S. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
6.
Bapak Al. Saptoro, S. Pd. selaku guru kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta.
7.
Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian dari awal hingga
akhir.
8.
Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Semoga Anda semua mendapatkan rahmat yang melimpah dari Tuhan
yang Maha Kuasa.
9.
Seluruh Persaudaraan FSE, secara khusus para saudari FSE komunitas Yohanes
perhatian dan pengertian serta dukungan bagi penulis selama perkuliahan
sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
10.
Orang tua, kakak, dan adik-adikku yang selalu memperhatikan dan memberikan
cinta tak terhingga kepadaku sehingga aku dapat menyelesaikan studi dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Yogyakarta, 21 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN...
iii
HALAMAN MOTTO ...
iv
PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...
vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ...
x
DAFTAR ISI...
xiii
BAB I: PENDAHULUAN...
1
A. Latar Belakang Masalah...
1
B. Pembatasan Masalah ...
5
C. Perumusan Masalah ...
5
D. Tujuan Penelitian ...
6
E. Manfaat Penelitian ...
7
BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ...
10
A. Tinjauan Penelitian yang Relevan ...
10
B. Kemampuan Menulis ...
12
C. Karangan ...
15
1. Pengertian Karangan ...
15
2. Karangan Narasi...
16
a. Judul Karangan...
18
b.
Isi atau Gagasan ...
18
c.
Organisasi Karangan ...
19
d.
Tata Bahasa ...
21
e.
Diksi atau Pilihan Kata ...
21
f.
Ejaan... 23
g.
Kebersihan dan Kerapian ...
23
D. Media Gambar Seri...
24
E.
Mengarang Narasi Berdasarkan KTSP...
25
F. Kerangka Berpikir ...
28
G. Hipotesis...
29
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...
30
A. Jenis Penelitian ...
30
B. Populasi dan Sampel ...
31
1. Pelaksanaan Siklus I...
32
a. Tahap Persiapan ...
32
b.
Pelaksanaan Tindakan...
33
c.
Pengamatan atau Observasi...
34
d.
Refleksi ... 34
2. Pelaksanaan Siklus II ...
35
a. Tahap Persiapan ...
35
b.
Pelaksanaan Tindakan...
36
c.
Pengamatan atau Observasi...
37
d.
Refleksi ... 37
E. Instrumen Penelitian ...
38
F. Teknik Pengumpulan Data...
43
G. Teknik Analisis Data ...
43
1. Judul ...
46
2.
Isi atau Gagasan Karangan...
46
3.
Organisasi Karangan ...
47
4.
Tata Bahasa ...
47
5.
Diksi ... 48
6.
Ejaan... 48
7.
Kebersihan dan Kerapian ...
49
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
54
A. Deskripsi Data Penelitian ...
54
B. Hasil Penelitian...
59
4.
Perhitungan Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Sebelum Menggunakan Gambar Seri Siswa Kelas V
SD Kanisius Kintelan...
59
4.
Perhitungan Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar Seri Siswa Kelas V
SD Kanisius Kintelan Sesudah Siklus I ...
60
4.
Perhitungan Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar Seri Siswa Kelas V
SD Kanisius Kintelan Sesudah Siklus II...
60
4.
Perbedaan Antara Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar Seri Sesudah Siklus I dan
Sesudah Siklus II...
14
5. Jumlah Siswa Tuntas dan Persentase Tuntas Belajar....
62
C. Pengujian Hipotesis...
63
1. Pengujian Hipotesis I...
64
2. Pengujian Hipotesis II ...
64
3. Pengujian Hipotesis III ...
65
1. Hasil Analisis Karangan Narasi Sebelum
Menggunakan Gambar Seri Pada Kondisi Awal ...
69
2. Hasil Analisis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar Seri Sesudah Siklus I ...
74
3. Hasil Analisis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar Seri Sesudah Siklus II ...
78
4.
Perhitungan Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan
Narasi Menggunakan Gambar Seri
Sesudah Siklus I dan Sesudah Siklus II ...
82
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ...
84
A. Kesimpulan ...
84
B. Implikasi Hasil Penelitian...
85
C. Saran-saran...
87
DAFTAR PUSTAKA ...
89
LAMPIRAN... 91
BIODATA PENULIS ...
125
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Deskripsi Skor Karangan Narasi Sebelum
Menggunakan Media Gambar Seri...
93
Lampiran 2 Deskripsi Skor Karangan Narasi Menggunakan
Media Gambar Seri Sesudah Siklus I ...
94
Lampiran 3 Deskripsi Skor Karangan Narasi Menggunakan
Media Gambar Seri sesudah Siklus II ...
95
Lampiran 4 Daftar Nilai Bahasa Indonesia Sesudah
Siklus I dan Siklus II ...
96
Lampiran 5 Foto-foto Selama Penelitin ...
97
Lampiran 6 Silabus ...
100
Lampiran 7 RPP Kondisi Awal...
102
Lampiran 8 RPP Siklus I...
103
Lampiran 9 RPP Siklus II ...
104
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa pada Kondisi Awal ...
105
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Sesudah Siklus I...
106
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kemampuan Menulis Kelas V Semester I ...
27
Tabel 2 Tujuh Aspek Penilaian Karangan ...
44
Tabel 3 Aspek Penilaian Karangan ...
50
Tabel 4 Pedoman Konversi Angka ke Skala Sepuluh
Berdasarkan PAP Tipe II ...
52
Tabel 5 Data Skor Sebagai Persiapan Menghitung
Mean
Kemampuan
Menulis Karangan Narasi pada Kondisi Awal ...
55
Tabel 6 Data Skor Sebagai Persiapan Menghitung
Mean
Kemampuan
Menulis karangan Narasi Sesudah Siklus I ...
56
Tabel 7 Data Skor Sebagai Persiapan Menghitung
Mean
Kemampuan
Menulis Karangan Narasi Sesudah Siklus II ...
57
Tabel 8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Siklus I (X1) dan Siklus II (X2) ...
58
Tabel 9 Jumlah Siswa Tuntas dan Persentase Tuntas Belajar...
62
Tabel 10 Perbedaan Antara Kemampuan Menulis Karangan Narasi Sebelum
Menggunakan Gambar seri dan Kemampuan Menulis Karangan
Narasi Menggunakan Gambar seri ...
66
Tabel 11 Perbedaan Antara Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Gambar seri Sesudah Siklus I dan Siklus II...
68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting di kawasan Republik
Indonesia. Artinya, segala aspek yang menyangkut bahasa, pemakai bahasa, dan
pemakainan bahasa harus dinyatakan dengan bahasa Indonesia. Aspek bahasa
menyangkut bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Aspek pemakai
bahasa berkaitan dengan mutu dan keterampilan berbahasa. Aspek pemakaian
bahasa mengacu pada bidang-bidang kehidupan (Alwi, 2000: 1). Aspek
ke-bahasaan dalam pemakaian bahasa harus dinyatakan dengan bahasa Indonesia.
Hal ini terbukti dengan diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia sejak di
sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Bahasa Indonesia juga merupakan
bahasa pengantar dalam dunia pengajaran.
Mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan
ber-bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penelitian ini
penulis lebih menekankan pada keterampilan menulis. Menurut Pateda (1989:
100), menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tertulis. Pengalihan
bentuk bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan tidaklah mudah membutuhkan proses
yang sangat panjang dan media dapat menolong siswa untuk mengungkapkan
ide-idenya.
itu dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai
gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran dapat diungkapkan dan disampaikan
kepada pihak lain dengan wahana berupa bahasa tulis. Hasil perwujudan bahasa
tulis dapat berupa suatu karangan apapun baik faktawi maupun fiksi.
Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks. Kekompleksan
menulis terletak pada prosesnya antara lain meliputi penentuan topik tulisan,
penjabaran topik dalam alinea-alinea yang diorganisasikan dengan baik,
pemi-lihan kata yang tepat serta gaya penyajian tulisan sehingga menghasilkan tulisan
yang baik dan menarik (Nababan, 2001: 1).
Fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Lewat
tulisan kita dapat menuangkan ide, gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. Menulis dapat menolong kita berpikir secara kritis,
memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah
yang kita hadapai, menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan,1984:22).
Menurut Tarigan (1984: 4) menulis merupakan kegiatan yang produktif
dan ekpresif, serta memerlukan keterampilan penulisnya dalam memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis seseorang dilatih
secara terus menerus dan pengembangan sikap baca tulis yang dimulai sejak
sekolah dasar. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan menulis
siswa adalah kegiatan mengarang.
Beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengarang
bukan saja membutuhkan proses belajar dan latihan, tetapi juga media dapat
menggunakan kosakata dan membuat kalimat sesuai dengan ide yang mau
disampaikan dalam bahasa tulisan. Dengan kata lain, media tersebut dapat
membantu siswa menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Selain itu, siswa dapat
mengarang lebih efektif dan mampu menguasai, memahami serta dapat
mene-rapkan keterampilan bahasa tulis dalam kehidupan sehari-hari.
Fakta menunjukkan bahwa banyak siswa sekolah dasar mengalami
kesulitan dalam menulis karangan. Menurut Pateda (1989: 100) kadang orang
menulis karena terpaksa, misalnya dalam mengirim surat kepada keluarga yang
jauh. Siswa sekolah dasar menulis karangan karena tuntutan tugas mata pelajaran
bahasa Indonesia dari guru.
Pendapat lain diungkapkan oleh Kartono (2008: 68), yaitu bahwa
pembelajaran menulis masih difokuskan pada pembelajaran teori menulis. Teori
menulis yang menjadi perhatian guru meliputi penentuan tema, kerangka
karangan, penyusunan kalimat, sampai dengan pengenalan berbagai jenis
paragraf. Kesempatan bagi siswa berlatih dan memperoleh umpan-balik atas karya
tulisnya sangat terbatas. Pemberian teori dalam pembelajaran disebabkan oleh
berbagai alasan, seperti waktu yang terbatas atau guru tidak memiliki kemahiran
praktik menulis.
Selain itu, menurut Hayon (2007: 11-12) pembelajaran menulis atau
mengarang menjadi bahan pelengkap bukan bahan utama untuk pengajaran
ba-Ketika peneliti mengikuti praktik kerja lapangan di SD Kanisius Kintelan I
pada tahun 2007, penulis juga menemukan para siswa mengalami kesulitan
menulis karangan. Para siswa mengalami kebosanan dalam pembelajaran
mengarang karena guru tidak menggunakan media. Dalam hal ini, guru hanya
memberikan tema dan siswa ditugaskan untuk mengarang sebanyak tiga paragraf
tanpa media yang dapat menolong siswa untuk mengembangkan tema tersebut
dalam karangan. Maka, hasil karangan siswa tidak maksimal, misalnya
peng-embangan tema hanya satu paragraf. Ada juga siswa yang menulis karangan
sebanyak tiga paragraf, tetapi susunan kalimatnya tidak sistimatis, tidak efektif
apalagi komprehensip, dan tidak berkaitan dengan tema. Akibatnya banyak siswa
memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh
sekolah. Padahal, kemampuan mengarang merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa tulis bersifat produktif yang harus dimiliki oleh siswa karena tuntutan
dalam KTSP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2007 pembelajaran bahasa
Indonesia sekolah dasar memuat aspek menulis sebagai salah satu standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh para siswa kelas V semester I. Standar
kompetensi tersebut adalah penguasaan aspek menulis, yakni siswa dapat
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan narasi dan
puisi. Penjabaran standar kompetensi tertuang dalam kompetensi dasar, yaitu
siswa menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri yang acak.
Berhadapan dengan situasi di atas peneliti mencoba menawarkan sebuah
yang optimal dalam mengarang. Solusi atau pemecahan masalah tersebut berupa
penggunaan media gambar seri untuk membantu siswa memahami serta
me-nuangkan gagasan, ide, perasaan, serta gambaran dalam karangannya. Oleh karena
itu, berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, peneliti memberi judul
”Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Dengan Menggunakan
Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta”.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti lebih berfokus pada peningkatan kemampuan
menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri pada siswa
kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. Kemampuan menulis karangan narasi
dengan menggunakan media gambar seri tertera pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2007. Dalam KTSP memuat standar kompetensi dan
kompetensi dasar . Standar kompetensi yang harus dikuasai para siswa kelas V
semester I. adalah penguasaan aspek menulis, yakni siswa dapat mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan narasi dan puisi. Penjabaran
standar kompetensi tertuang dalam kompetensi dasar, yaitu siswa menulis
karangan narasi berdasarkan gambar seri yang acak.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
1. Seberapa tinggi kemampuan menulis karangan narasi sebelum menggunakan
media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta
pada kondisi awal?
2. Seberapa tinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan
media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta
sesudah siklus I?
3. Seberapa tinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan
media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta
sesudah siklus II?
4. Adakah peningkatan antara kemampuan menulis karangan narasi dengan
menggunakan media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta sesudah sikus I dan sikus II?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kemampuan menulis karangan narasi sebelum
meng-gunakan media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta sesudah kondisi awal.
2. Mendeskripsikan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan
media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta
3. Mendeskripsikan kemampuan menulis karangan narasi dengan
meng-gunakan media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta sesudah siklus II.
4. Mendeskripsikan perbedaan antara kemampuan menulis karangan narasi
dengan menggunakan media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius
Kintelan I Yogyakarta sesudah sikus I dan sikus II.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi semua pihak, baik siswa,
guru dan peneliti lain. Manfaat yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bagi siswa kelas V
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi siswa kelas
V SD untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi
dengan menggunakan media gambar seri.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi guru bahasa
Indonesia, khususnya di kelas V untuk memperoleh alternatif media dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti
lain yang akan melakukan penelitian sejenis dan diharapkan peneliti lain dapat
F. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang perlu diberi batasan pengertiannya adalah sebagai
berikut.
1. Menulis
Menulis adalah proses menuangkan pikiran, pengalaman, informasi dan
menyampaikannya kepada orang lain dalam bahasa tulis.
2. Karangan
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan dan pengalaman seseorang
dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
3. Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Narasi
mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu.
4. Media
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk
menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada penerimanya.
5. Media gambar
Media gambar adalah suatu alat berupa gambar yang digunakan untuk
menyampaikan pesan agar siswa dapat menangkap informasi yang terkandung
6. Gambar seri (berhubungan)
Gambar seri merupakan suatu rangkaian gambar yang saling berhubungan
antara gambar yang satu dengan gambar yang lain, misalnya sebuah cerita
anak-anak, cerita sejarah.
G. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang
menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat Penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II membahas landasan teori. Landasan teori ini menjelaskan tentang
penelitian-penelitian sejenis dan teori yang relevan, kerangka teori meliputi
kemampuan menulis, pengertian karangan, karangan narasi, media gambar seri,
dan mengarang narasi berdasarkan KTSP, kerangka berpikir dan hipotesis.
Bab III berisi tentang metodologi penelitian. Hal yang akan diuraikan
dalam bab III adalah jenis penelitian, populasi dan sampel, model penelitian,
pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan indikator keberhasilan.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hal yang akan
diuraikan dalam bab IV adalah deskripsi data penelitian, hasil penelitian,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V merupakan penutup.
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan, implikasi, dan saran. Daftar pustaka dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian yang Relevan
Terdapat tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitan yang
satu oleh Kusriniati (2005), penelitian kedua oleh Praharani (2006), dan penelitian
ketiga oleh Prihastuti (2007). Ketiganya akan diuraikan satu persatu sebagai
berikut.
Kusriniati (2005) melakukan penelitian dengan judul Kemampaun
Mengarang Narasi Siswa Kelas IV SD Kanisius II Wonosari, Gunung Kidul,
Yogyakarta dengan jumlah populasi 44 siswa yang terdiri dari dua kelas, yaitu
kelas IVA berjumlah 21 siswa dan kelas IV B berjumlah 23 siswa dengan sampel
seluruh jumlah populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
mengarang narasi dapat dikategorikan cukup.
Praharani (2006) melakukan penelitian dengan judul Problematik
Pembelajaran Mengarang dengan Menggunakan Gambar Seri dan Cara
Meng-atasinya (Studi Kasus pada Guru Bahasa Indonesia dan Siswa Kelas V). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan mengarang
dengan menggunakan gambar seri, selain itu peneliti menemukan dalam
pembelajaran mengarang dengan menggunakan gambar seri pada siswa kelas V
SD Kanisius Jomegatan Yogyakarta menghadapi problematik. Problematik
mengarang dengan menggunakan gambar seri muncul karena cara mengajar guru.
Pada saat mengajar guru kurang persiapan dan menggunakan metode mengajar
siswa mengalami problematik dalam mengarang dengan menggunakan gambar
seri.
Maria Purwani (2004) melakukan penelitian dengan judul Kemampuan
Menulis Narasi Siswa SD Kelas VI (Studi Kasus pada Tiga SD Pelaksana KBK di
Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2003/2004). Populasi
penelitian adalah semua siswa kelas VI pelaksana KBK yaitu SDN III Kradenan,
SDN 1 Srumbung, dan SD Kanisius Mandungan, tahun ajaran 2003/2004 yang
masing–masing terdiri dari satu kelas. Jumlah siswa kelas VI yang berada di tiga
SD tersebut adalah 51 anak, 29 anak, 22 anak. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu metode deskriptif.
Hasil penelitian yang didapat adalah kemampuan menulis narasi siswa
kelas VI SDN III Kradenan, SDN I Srumbung, dan SD Kanisius Mandungan
berada pada taraf cukup. Dari hasil penelitian itu peneliti mengajukan saran-saran
yang dapat mengoptimalkan pengajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk
menulis karangan narasi. Saran-saran penulis adalah kemampuan menulis
karangan narasi pada siswa perlu ditingkatkan, untuk mencapai hasil yang
maksimal perlu dilakukan pelatihan menulis secara intensif untuk siswa,
penambahan buku bacaan khususnya buku tentang menulis narasi dan sastra di
perpustakaan sekolah.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, menulis karangan
narasi dengan menggunakan media gambar seri masih relevan untuk diteliti. Pada
karangan narasi menggunakan media gambar seri sesudah siklus I dan
kemampuan menulis karangan narasi menggunakan gambar seri sesudah siklus II.
Selain itu, hal yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian terdahulu adalah pertama, penelitian-penelitian ini berupa penelitian-penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan peningkatan kemampaun menulis karangan narasi siswa kelas
V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian tentang
peningkatan kemampaun menulis karangan narasi siswa kelas V dengan
menggunakan gambar seri belum pernah dilakukan. Maka penelitian ini masih
relevan untuk diteliti. Selain itu, penulis ingin meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran
2009/2010 dengan menggunakan media gambar seri.
B. Kemampuan Menulis
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2002: 623) kemampuan berarti
ke-sanggupan, kecakapan, sedangkan menulis (KBBI, 2002: 1219) berarti
mela-hirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang). Jadi, kemampuan menulis
memiliki pengertian kesanggupan dan kecakapan seseorang melahirkan pikiran
atau perasaan dalam bentuk karangan atau tulisan.
Kartono mengungkapkan (2009: 17) bahwa menulis adalah sebuah
aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekedar mengurutkan kalimat-kalimat,
tetapi lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan
men-yampaikannya kepada khalayak. Lain kata, proses menulis adalah satu upaya
untuk mewariskan dan meneruskan ide atau gagasan kepada orang lain agar ide
Selain itu, menurut Kartono (2009: 32-33) menulis membutuhkan tiga hal
yang saling terkait, yaitu: mau (kemauan), tahu (pengetahuan), dan terampil
(keterampilan).
1. Kemauan adalah dorongan dari dalam yang menggerakkan untuk bertindak.
Kemauan atau keinginan untuk menulis dapat disebabkan oleh hal-hal yang
berasal dari luar diri, karena ditugasi atau diwajibkan. Kemauan dari dalam
diri dapat berupa keinginan untuk mengaktualisasikan diri. Ketika keinginan
telah kuat, seseorang dapat dikatakan memiliki modal besar untuk menulis.
2. Pengetahuan adalah kekayaan mengenai teknik menulis dan isi tulisan.
Pengetahuan menulis seseorang dapat diciptakan dengan banyak membaca,
berdiskusi, melihat, mengamati, dan mendengarkan.
3. Keterampilan menulis adalah penggabungan yang harmonis antara daya otak,
dan daya tangan. Dengan membiasakan diri untuk terus menulis, dengan
sendirinya kemampuan menulis akan terasah dengan baik. Keterampilan
menulis merupakan aksi nyata seseorang untuk menuangkan gagasannya
kepada orang lain.
Oleh karena itu, kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau
ke-cakapan seseorang menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada orang lain.
Kemampuan menulis juga berarti suatu upaya untuk mengungkapkan pokok
pikiran secara teratur dan jelas sehingga orang lain memahami makna tulisan yang
disampaikan. Seseorang memiliki gagasan yang sungguh baik, tetapi tidak
Hayon mengatakan (2007: 89-90) bahwa ada empat prinsip yang
men-dukung seseorang untuk terampil dalam menulis. Keempat prinsip tersebut
adalah: aktif berpikir, keterampilan membaca, meniru, dan latihan menulis.
1. Aktif berpikir merupakan suatu kegiatan yang jauh lebih aktif daripada
“membaca”. Seorang penulis selalu aktif berpikir tentang materi yang ingin
disampaikan dan kemudian secara aktif juga menyatakannya dengan bahasa
yang sesuai agar mudah dipahami orang lain.
2. Keterampilan membaca menjadikan seseorang dapat menulis dengan baik.
Atau secara negatif dikatakan bahwa jika tidak memiliki keterampilan
membaca seseorang akan mengalami kesulitan dalam membuat sebuah tulisan.
3. Meniru adalah kegiatan melihat sambil mendengarkan petunjuk yang
diberikan oleh orang-orang yang telah terampil. Seseorang dapat terampil
menulis dengan meniru cara menulis orang lain. Mereka secara tidak
langsung, dilatih dengan keterlibatannya dalam kegiatan itu. Mereka akan
melihat sambil mendengarkan petunjuk yang diberikan oleh orang-orang yang
terampil.
4. Latihan menulis adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus
menerus jika seseorang mau memiliki keterampil menulis.
Berdasarkan keempat prinsip di atas disimpulkan bahwa keterampilan
menulis dapat dimiliki jika seseorang berusaha atau berkemauan melibatkan
nalarnya dengan gagasan yang disampaikan kepada orang lain, berusaha dan
itu, ia harus belajar dan berlatih secara langsung maupun tidak langsung dengan
orang yang kompeten dalam menulis.
C. Karangan
1. Pengertian Karangan
Menurut The Liang Gie (1992: 17) karangan adalah hasil perwujudan
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh
pembaca. Dari pengertian ini, dapat dikemukakan bahwa suatu karangan harus
memiliki ide/gagasan, tuturan/wacana, tatanan/organisasi, dan wahana/medium.
Karangan yang memiliki ide/gagasan merupakan karangan yang ingin
menyampaikan sesuatu kepada pembaca. Karangan yang memiliki
tuturan/wa-cana adalah bentuk karangan yang mengungkapkan gagasan secara naratif,
deskriptif, ekspositoris, atau argumentatif. Karangan yang memiliki tatanan/
organisasi, berarti penataan gagasan dalam karangan secara logis, sedangkan
karangan yang memiliki wahana/medium berarti karangan yang menyampaikan
ide berkaitan dengan pilihan kata, gramatika, retorika. Keempat unsur karangan
tersebut menentukan kualitas suatu karangan sehingga karangan tersebut dapat
dimengerti oleh pembaca.
Pendapat yang lain diungkapkan oleh Widyamartaya (1978: 9)
meng-arang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan
kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam bentuk
tulisan. Mengarang merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan pemikiran
Menurut S. Takala dalam Achmadi (1988: 22) menjelaskan bahwa
mengarang adalah suatu proses penyusunan, mencatat, dan mengkomunikasikan
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanda konvensional yang dapat
dilihat. Mengarang membutuhkan suatu pencatatan dan mengkomunikasikannya
lewat tulisan.
Menurut Hakim (1971: 5) mengarang adalah mengungkapkan buah pikiran
melalui tulisan. Itu berarti mengarang bukan asal menulis, tetapi sipenulis harus
dapat menuangkan ide atau gagasan dalam rangkaian kalimat yang jelas sehingga
dapat ditangkap oleh pembaca.
Keraf (1984: 18) juga mengatakan bahwa karangan harus memuat
aspek-aspek tertentu selain mencakup azas-azas di atas. Aspek-aspek-aspek karangan tersebut
mencakup judul karangan, isi atau gagasan, organisasi karangan, tata bahasa,
ejaan, diksi atau pilihan kata, kebersihan dan kerapian.
Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas adalah mengarang sebagai
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca. Jadi, mengarang tidak
hanya sekedar menulis. Mengarang harus memperhatikan cara penulisan karangan
yang sesuai dengan aturan dan azas-azas seperti yang diuraikan di atas sehingga
pembaca dapat memahami isi karangan.
2. Karangan Narasi
Menurut The Liang Gie (2002: 4) karangan merupakan ungkapan isi hati,
Berdasarkan bentuknya karangan dapat digolongkan dalam karangan narasi,
argumentasi, deskripsi, dan eksposisi. Karangan narasi merupakan bentuk
pengungkapan yang menyampaikan suatu peristiwa atau pengalaman dalam
rangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan
tentang perubahan dari pangkal awal sampai titik akhir.
Nurgiyantoro berpendapat (1995: 331) narasi merupakan cerita yang
mengisahkan secara langsung, pengungkapkan secara langsung. Pencerita
memilih peristiwa dan tindakan, atau hal-hal yang menarik untuk diceritakan.
Karangan narasi berupa pelukisan tentang latar, tokoh, hubungan antartokoh,
peristiwa, dan kejadian yang lain.
Vivin via Achmadi (1988: 113) juga menuliskan bahwa karangan narasi
menuturkan cerita, yang berhubungan erat dengan waktu dan tingkah laku atau
perbuatan manusia. Secara singkat narasi adalah suatu bentuk wacana yang
menceritakan serangkaian peristiwa diatur sedemikian rupa untuk
meng-embangkan maknanya. Tujuan utama karangan narasi adalah menguraikan suatu
peristiwa yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga maknanya muncul
dan berkembang.
Keraf (2007: 136) mengatakan narasi adalah bentuk suatu wacana yang
sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Unsur utama karangan narasi
adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu peristiwa. Melalui
waktu tertentu. Semua tindakan yang diceritakan harus jelas sehingga pembaca
seolah-olah mengalami peristiwa itu sendiri.
Lebih lanjut lagi Keraf (2007: 121-146;239) berpendapat bahwa karangan
yang baik harus mencakup aspek judul karangan, isi atau gagasan, organisasi, tata
bahasa, diksi atau pilihan kata, ejaan, kebersihan dan kerapian. Aspek-aspek ini
pun harus dimiliki karangan narasi. Aspek-aspek karangan narasi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Judul Karangan
Judul karangan harus menarik dan sesuai dengan tema karangan. Judul
karangan yang menarik harus dapat merangsang perhatian dan keingintahuan
pembaca. Judul yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) Judul harus relevan, artinya judul mempunyai pertalian dengan tema.
2) Judul harus proaktif, artinya judul harus dapat menimbulkan keingintahuan
pembaca terhadap isi karangan.
3) Judul harus singkat, artinya judul harus berbentuk rangkaian kata yang
singkat.
b. Isi atau gagasan
Menurut Widyamartaya (1990: 9 dan 31) gagasan adalah pesan dalam
dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain. Gagasan dapat
berupa pengetahuan, pengamatan, pendapat, renungan, keinginan, perasaan, dan
emosi. Isi atau gagasan perlu dituangkan secara tertulis sehingga dapat dipahami
dan dipetik manfaatnya bagi orang lain karena bagian isi karangan merupakan inti
Isi atau gagasan karangan narasi mengisahkan suatu kejadian atau
pe-ristiwa yang secara runtut dalam suatu kesatuan waktu. Isi karangan meliputi
komponen-komponen pembentuk suatu karangan narasi, yaitu perbuatan,
peno-kohan, latar, sudut pandang, dan alur.
c. Organisasi Karangan
Menurut The Liang Gie (1992: 21) sebuah karangan terdiri dari beberapa
paragraf. Paragraf yang baik menerapkan azas-azas yang berkenaan dengan
gagasan. Azas-azas itu adalah sebagai berikut.
1) Kejelasan, sebuah karangan dapat dipahami sehingga tidak disalah-tafsirkan
pembaca. Menurut Keraf (2004: 139), kejelasan sebuah karangan dapat dilihat
dari gagasan-gagasan yang disampaikan kepada pembaca. Karangan
di-jelaskan dalam kalimat yang jelas.
2) Keringkasan, karangan harus singkat atau pendek, tidak mengulang-ulang
kalimat dalam menyampaikan gagasan.
3) Ketepatan, karangan mengandung penataan terhadap berbagai aturan
ketata-bahasaan, ejaan, tanda baca, dan kelaziman bahasa tulis yang ada.
4) Kesatupaduan, sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada
satu gagasan pokok atau tema karangan. Menurut Keraf (2004: 139), kesatuan
gagasan menjadi landasan seluruh karangan. Ada tulisan yang tidak
mem-perlihatkan kesatuan, yaitu tidak mengungkapkan dengan tegas apa yang
dimaksud dalam karangan sehingga pembaca tidak memahami apa yang
5) Pertautan, suatu karangan harus saling terkait antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain, alinea yang satu dengan alinea yang lain.
6) Pengharkatan, bahwa butir-butir ide diungkapkan dengan penekanan atau
pe-nonjolan tertentu sehingga mengesan bagi pembaca.
Selain itu, karangan narasi yang baik harus memiliki hubungan antarkata,
kalimat, dan paragraf. Setiap kata, kalimat, paragraf harus saling berhubungan
satu sama lain, sehingga mengetahui maksud dan tujuan suatu karangan.
Pe-nulisan paragraf yang benar dalam suatu karangan harus sesuai dengan aturan,
yakni menjorok ke dalam. Organisasi karangan terdiri atas (1) pendahuluan, (2)
isi, (3) penutup. Berikut ini akan dijelaskan ketiga organisasi karangan secara
terperinci.
1) Pendahuluan
Pendahuluan adalah pembukaan atau kata pengantar dari sebuah karangan.
Pendahuluan karangan dapat diuraikan yang isinya mengantarkan kepada
pembaca untuk mengetahui pokok masalah.
2) Isi Karangan
Isi karangan biasanya berupa pernyataan, data, fakta, contoh yang diambil dari
pendapat umum, pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpulan-kesimpulan
yang dapat mengukuhkan jawaban rumusan masalah. Penyusunan isi karangan
harus kritis dan logis sehingga isi karangan meyakinkan dan benar (Keraf,
3) Penutup
Penutup karangan merupakan konklusi atau kesimpulan yang harus tetap
dijaga agar kesimpulan tersebut tetap memelihara tujuan dan menyegarkan
kembali ingatan pembaca.
d. Tata Bahasa
Tata bahasa suatu karangan narasi adalah susunan bahasa yang dapat
dipahami pembaca. Susunan bahasa yang baik akan membentuk suatu kalimat
yang baik atau kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis.
2) Sanggup menimbulkan gagasan yang tepat dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh penulis.
Kalimat yang efektif membentuk sebuah paragaf, dari paragraf-paragraf
akan membentuk sebuah karangan. Paragraf yang baik harus mengandung
beberapa azas yang berkenaaan dengan gagasan. Azas-azas itu adalah kejelasan,
keringkasan, ketepatan, kesatupaduan dan pertautan. Suatu karangan harus
menggunakan bahasa baku, sesuai dengan tata bahasa Indonesia baku.
e. Diksi/Pilihan Kata
Suatu karangan narasi harus memilih kata yang tepat. Pilihan kata yang
digunakan apakah merusak karangan. Oleh karena itu, suatu karangan harus
menggunakan pengulangan kata (afiksasi) yang tepat. Karangan harus
Menurut The Liang Gie (1992: 17) unsur karangan meliputi empat hal
sebagai berikut.
1) Gagasan (idea), merupakan tema yang diungkapkan secara tertulis dalam
suatu karangan.
2) Tuturan (discourse), merupakan bentuk pengungkapan gagasan sehingga
dapat dipahami pembaca. Tuturan karangan dapat dibedakan menjadi empat
bentuk sebagai berikut.
a) Penceritaan adalah bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu
peristiwa/pengalaman dalam kerangka urutan waktu kepada pembaca
dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak
sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir.
b) Pelukisan adalah bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai
serapan pengarang dengan segenap inderanya yang bermaksud
me-nimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.
c) Pemaparan adalah bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta
secara teratur, logis, dan terpadu untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses, atau peralatan.
d) Perbincangan adalah bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan
pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai yang
diharapkan oleh pengarang.
3) Tatanan (organization) adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan
dengan mengindahkan berbagai azas, aturan, dan teknik sampai
4) Wahana (medium) adalah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang
menyangkut kosakata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa secara
efektif).
f. Ejaan
Ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Selain perlambangan
fonem dengan huruf, ejaan juga mengatur: (1) ketepatan menuliskan satuan-satuan
morfologi misalnya kata sambung, kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata
berimbuhan, dan partikel-partikel (2) ketepatan menuliskan kalimat dan
bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda baca seperti titik, tanda kurung, koma,
dan sebagainya (Badudu, 1985: 17).
Menurut Parera (1984: 38) pemakaian ejaan meliputi penggunaan huruf,
penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca yang
tepat, sedangkan menurut Pedoman Umum EYD (2001: 9), pemakaian ejaan
meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, penulisan unsur separan, dan
pemakain tanda baca.
Karangan yang baik harus memperhatikan pemakaian ejaan yang berlaku.
Ejaan meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
penulisan unsur serapan, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Ejaan benar
harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
g. Kebersihan dan Kerapian
Menurut Keraf (1984: 250) karangan dikatakan bersih dan rapi apabila
kerapian merupakan salah satu faktor yang dinilai dalam karangan. Karangan
yang bersih dan rapi dapat membantu pembaca untuk memahami apa yang ingin
dikatakan penulis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis cenderung setuju dengan
pendapat Keraf karena gagasan-gagasan yang diberikan jelas dan mudah
dipahami. Keraf menegaskan bahwa karangan narasi adalah serangkaian cerita
yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi
menunjukkan bahwa daya imajinasi dan fakta (pengalaman hidup sehari-hari)
yang didukung dengan media gambar seri dapat menjadi daya bagi siswa untuk
menuangkan gagasan atau ide dalam karangan narasi. Selain itu, siswa dapat
merangkaikan ide cerita berdasarkan azas dan aspek kejelasan, keringkasan,
ketepatan, keterpautan, kesatupaduan, pengharkatan, judul karangan, isi atau
gagasan, organisasi, tata bahasa, ejaan, diksi, kebersihan dan kerapian.
D. Media Gambar Seri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 726) media adalah alat
(sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan
spanduk. Pendapat yang sama diungkapkan Soeparna (1998: 1) bahwa media
adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber kepada penerimanya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1049) menuliskan gambar seri
berarti gambar cerita yang berturut-turut, sedangkan menurut Sastradiradja
mi-salnya sebuah cerita anak-anak, cerita sejarah, dan dapat dibuatkan rangkaian
gambar-gambar. Fungsi penggunaan gambar seri adalah sebagai berikut.
1. Memberikan bayangan yang nyata kepada siswa tentang apa yang sedang
diceritakan.
2. Perhatian siswa dipusatkan pada satu objek, yakni apa yang digambarkan.
Berdasarkan pengertian dan fungsi di atas dapat disimpulkan media
gambar seri adalah alat komunikasi berbentuk gambar cerita yang berturut-turut
atau gambar tentang situasi cerita bersambung yang dipakai sebagai saluran untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain.
E. Mengarang Narasi Berdasarkan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanankan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum
tingkat satuan pendidikan terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus.
Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
men-yelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (Puji Purnomo, 2007: 9).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan bahasa Indonesia sekolah dasar
memiliki standar isi yang mencakup dua hal, yakni tujuan dan ruang lingkup.
Mata pelajaran bahasa Indonesia di SD bertujuan agar peserta didik memiliki
enam kemampuan yakni:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual manusia.
Selanjutnya, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meluputi empat
aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. (Widharyanto,
Berikut ini disajikan tabel mengenai kemampuan menulis siswa kelas V
semester I.
Tabel 1
Kemampuan Menulis Kelas V Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menulis
4 Mengungkapkan pikiran,
pera-saan, informasi dan pengalaman
secara tertulis dalam bentuk
karangan, surat undangan, dan
dialog tertulis.
4.1 Menulis karangan sederhana
berdasarkan gambar seri dengan
memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan.
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa kegiatan menulis
karangan narasi harus diajarkan di sekolah dasar. Kegiatan menulis karangan
merupakan salah satu kegiatan yang mendukung tercapainya keenam tujuan mata
pelajaran bahasa Indonesia di atas dan merealisasikan salah satu komponen atau
aspek ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia, yakni menulis.
Kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu menulis karangan
sederhana berdasarkan gambar seri. Lewat karangan siswa dapat menuliskan atau
menuangkan berbagai perasaan, pengalaman hidup, dan menyampaikan ide atau
pendapat dengan bantuan media gambar seri. Media gambar seri merupakan salah
narasi karena memberikan gambaran visual yang konkrit mengenai suatu hal atau
peristiwa.
F. Kerangka Berpikir
Kemampuan mengarang berarti kesanggupan dan kecakapan seseorang
untuk mengungkapkan buah pikirannya. Buah pikiran itu dapat berupa informasi,
pengetahuan, pengalaman, pendapat, keinginan dan perasaan yang dapat
diungkapkan melalui bahasa tulis sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain.
Kemampuan menulis atau mengarang merupakan kecakapan berbahasa
tulis yang harus dimiliki siswa. Kemampuan menulis karangan menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan. Penguasaan unsur kebahasaan
men-yangkut pilihan kata dan penyusunannya sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa agar
tulisan mudah dipahami orang lain.
Kemampuan menulis karangan siswa dapat dibantu dengan menggunakan
media gambar seri. Media gambar seri merupakan alat visual yang penting dan
mudah didapat. Penting sebabnya dapat memberikan gambaran visual yang
konkrit tentang masalah yang digambarkan. Media gambar seri adalah pesan atau
informasi yang disampaikan lewat gambar-gambar yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, media gambar seri dapat membantu siswa untuk memudahkan
menuangkan gagasannya.
Beberapa fungsi media gambar seri yaitu: (1) melatih dan mempertajam
daya imajinasi siswa, (2) siswa belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab
akibat serta kaitan gambar yang satu dengan gambar yang lain, (3) memusatkan
nyata kepada siswa tentang apa yang diceritakan, (5) perhatian siswa dipusatkan
pada satu objek, yakni apa yang digambarkan.
Dengan pertimbangan di atas peneliti menggunakan media gambar seri
untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Dalam
penelitian ini, media gambar seri yang dipakai sesuai dengan pengalaman siswa.
G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Kemampuan menulis karangan narasi sebelum menggunakan media gambar
seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta berkategori cukup.
2. Kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar
seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta sesudah siklus I
berkategori lebih dari cukup.
3. Kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar
seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta sesudah siklus II
berkategori baik.
4. Ada perbedaan antara kemampuan menulis karangan narasi dengan
menggunakan media gambar seri sesudah siklus I dan siklus II pada siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan tujuh hal yaitu: (1) jenis
penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) model penelitian, (4) pelaksanaan
penelitian, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, (7) teknik
analisis data, dan (8) indikator Keberhasilan. Kedelapan hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran
yang telah dilakukan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya
guru memperbaiki keadaan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Singkatnya penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan
di kawasan kelas dan bertujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang
ada.
Selain itu, penelitian ini juga termasuk penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kemampuan menulis karangan
narasi sebelum menggunakan gambar seri pada kondisi awal, (2) kemampuan
menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri sesudah siklus
I, (3) kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar
seri sesudah siklus II, (4) ada perbedaan antara kemampuan menulis karangan
narasi menggunakan media gambar seri sesudah siklus I dan kemampuan menulis
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta yang berjumlah 32 orang. Mereka terdiri atas 19 laki-laki dan 13
perempuan. Menurut Arikunto (1986: 107), apabila jumlah populasi kurang dari
100, semua dijadikan sebagai sampel penelitian. Jadi jumlah sampel penelitian ini
berjumalah 32 orang.
C. Model Penelitian
Model penelitian yang akan digunakan peneliti adalah model Kemiss dan
Mc. Targgart. Adapun model penelitian tersebut dapat dilaksanakan melalui
empat langkah utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Keempat langkah utama pelaksanaan penelitian tindakan akan dapat digambarkan
seperti di halaman berikut ini.
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pelaksanaan
D. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
satu kali pertemuan. Setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menulis karangan narasi. Pelaksanaan kedua siklus dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus pertama diadakan satu kali pertemuan. Siklus pertama
dilaksanakan tanggal 29 Maret 2010 dengan jumlah siswa 32 orang. Pemberian
tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu:
(1) tahap persiapan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan atau observasi, dan
(4) refleksi. Keempat hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menentukan materi dan media yang
digunakan dalam pelaksanaan siklus pertama. Materi dan media yang dipilih akan
dituangkan dalam silabus, RPP, dan LKS. Materi yang ditentukan pada tahap
persiapan adalah menulis karangan narasi mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
V sedangkan media yang digunakan adalah gambar seri yang masih acak.
Kompetensi dasar yang dicapai dalam pembelajaran ini adalah menulis
karangan narasi berdasarkan media gambar seri. Siswa harus memperhatikan
judul, isi karangan, organisasi, tata bahasa, diksi, ejaan, kebersihan dan kerapian.
Pada siklus pertama, peneliti menyampaikan materi sesuai dengan rencana
b. Pelaksanaan Tindakan
Sebelum pelaksanaan siklus pertama peneliti mengadakan tes awal, hal ini
dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengarang siswa. Tes
awal dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Februari 2010 selama 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit) dengan subjek siswa kelas V berjumlah 32 orang. Mereka
terdiri dari 19 laki-laki dan 13 perempuan. Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti
bertindak sebagai guru.
Pelaksanaan tindakan diawali dengan kegiatan apersepsi oleh peneliti.
Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah menyapa siswa, menanyakan siswa
yang tidak masuk, dan menyampaikan materi yang akan dicapai. Peneliti
mengaitkan materi pembelajaran dengan kegiatan anak di sekolah.
Selanjutnya peneliti menjelaskan pengertian karangan dan jenis-jenis
karangan. Peneliti lebih memfokuskan jenis karangan narasi. Selain itu, peneliti
menjelaskan cara menulis karangan dengan memperhatikan huruf besar pada awal
kalimat, penulisan paragrapf menjorok 1cm dari garis tepi, dan memperhatikan
penggunaan EYD.
Setelah peneliti menjelaskan penulisan karangan, kemudian peneliti
membagikan lembar kerja siswa. Peneliti membacakan petunjuk menulis
kara-ngan di depan kelas. Setelah itu, siswa menyusun empat gambar seri yang acak
menjadi gambar seri yang runtut. Selanjutnya, siswa menentukan judul karangan.
Siswa menjabarkan judul karangan menjadi empat paragrapf sesuai dengan
Selanjutnya siswa mengumpulkan hasil karangan kepada peneliti. Peneliti
memeriksa hasil karangan siswa untuk dianalisis sehingga mengetahui
ke-mampuan menulis karangan narasi.
c. Pengamatan atau Observasi
Selama pelaksanaan tindakan peneliti sekaligus mengadakan pengamatan.
Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati kelebihan maupun kekurangan
selama proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan sebagai bahan refleksi
dalam pelaksanaan selanjutnya.
Kelebihan selama pengamatan pertama adalah siswa antusias bertanya
saat peneliti menjelaskan materi yang diajarkan. Kedua adalah siswa aktif menulis
karangan dan hanya ada beberapa siswa yang bertanya tentang kalimat apa yang
harus ditulis. Ketiga adalah siswa terbantu menulis karangan dengan
meng-gunakan gambar seri. Peneliti membantu beberapa siswa yang bertanya tentang
judul apa yang harus ditulis.
Sedangkan kekurangan selama peneliti mengadakan pengamatan adalah
peneliti melaksanakan pembelajaran melebihi waktu yang telah ditentukan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Selain itu, media yang digunakan
peneliti belum efektif dan kurang menarik.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan melihat hasil tes sesudah siklus pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi. Hal ini dapat dilihat dari skor
peningkatan 9.46%. Skor tertinggi yang dicapai siswa sesudah siklus pertama
adalah 80 dan skor terendah 52.
Adapun yang terjadi pada siklus pertama, yang menyebabkan
pem-belajaran kurang berhasil secara maksimal adalah gambar seri tidak berwarna
sehingga kurang menarik bagi siswa. Selain itu, masih dijumpai siswa belum
maksimal mengerjakan LKS, artinya masih ada siswa tidak memberi tanda titik
pada akhir kalimat. Beberapa siswa tidak memberi tanda penghubung pada
pemenggalan kata.
Oleh karena itu, peneliti merencanakan kegiatan pada siklus kedua,
membuat gambar seri yang berwarna, agar siswa tertarik dan semangat menulis
karangan. Selain itu, peneiti memberikan penjelasan ulang kepada siswa yang
belum paham tentang menulis karangan.
2. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua diadakan satu kali pertemuan. Siklus kedua
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010 dengan jumlah siswa 32 orang.
Pemberian tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dipersiapkan
sebelumnya yaitu (1) tahap persiapan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan
atau observasi, dan (4) refleksi. Keempat hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan siklus kedua mengacu pada siklus pertama. Peneliti
diajarkan menulis karangan narasi, pada tahap ini juga digunakan media gambar
seri berwarna. Selain itu, peneliti menyiapkan Silabus, RPP, dan LKS.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu 29 April 2010 menggunakan
waktu 2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
peneliti memberikan apersepsi yaitu menyapa anak-anak, menanyakan siswa yang
tidak masuk dan menyampaikan materi yang akan dicapai pada pertemuan itu
yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri. Peneliti
mengaitkan menulis karangan narasi dengan kegiatan anak di sekolah, seperti
kegiatan pramuka, dan kebersihan lingkungan sekolah.
Kompetensi dasar yang dicapai pada siklus kedua sama dengan siklus
pertama yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri.
Peneliti menjelaskan kembali tentang menulis karangan narasi dengan
menggunakan media gambar seri. Peneliti memberikan gambar seri yang acak,
siswa maju ke depan kelas untuk mengurutkan gambar seri di papan tulis,
sehingga menunjukkan gambar seri yang runtut.
Selain itu, peneliti menunjuk beberapa siswa untuk mengutarakan
kalimatnya sendiri sesuai dengan gambar seri yang runtut. Peneliti menulis
kalimat yang diutarakan siswa di papan tulis serta memperhatikan ejaan, tata
bahasa dan kerapian tulisan. Peneliti juga menjelaskan bahwa karangan yang
ditulis di papan tulis menjadi salah satu contoh karangan narasi yang harus ditulis
Selanjutnya peneliti membagikan lembar kerja siswa. Peneliti
meng-ingatkan kembali, supaya siswa memperhatikan penulisan judul karangan,
organisasi karangan, isi karangan, tata bahasa, diksi, ejaan, kebersihan dan
kerapian. Siswa menulis karangan narasi dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada akhir pelaksanaan tindakan siswa mengumpulkan hasil karangannya, untuk
dianalisis oleh peneliti.
c. Pengamatan atau Observasi
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran
adalah meneliti apa saja yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran. Dua siswa
bertanya tentang judul apa yang harus ditulis. kedua siswa juga mengalami
kesulitan menuangkan idea atau gagasan pada lembar kerja yang dibagikan, hal
ini dapat dilihat dari hasil akhir yang diperoleh.
Selama siklus kedua peneliti membimbing dua siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengutarakan pen