• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Modul aplikasi telemetri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Modul aplikasi telemetri - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

MODUL APLIKASI TELEMETRI

Oleh :

ANGGARENO OKTAVIANO THEOYUDHA NIM : 045114016

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

FINAL PROJECT

TELEMETRY APPLICATION MODULE

ANGGARENO OKTAVIANO THEOYUDHA Student Number : 045114016

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)
(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

MOTTO :

It’s okay to be losing rather than to be a loser

Everything that has a beginning has an end

Mintalah maka kamu akan diberi; Carilah maka kamu akan mendapatkan;

Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu

Skripsi ini kupersembahkan untuk….

Tuhan Yesus Kristus Gembalaku yang baik

Eyang, Papa, Mama, dan Kakak yang tercinta

Keluarga besar dan sahabat-sahabatku terkasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)
(8)

viii

INTISARI

Tidak semua kondisi memungkinkan seorang peneliti untuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek pengamatan. Telemetri merupakan suatu metode pengukuran yang dilakukan dari jarak yang relatif jauh. Dengan telemetri, peneliti tinggal meletakkan alat ukur pada lokasi pengamatan dan kemudian memantau objek pengamatan dari tempat lain yang cukup aman. Sistem telemetri juga sangat bermanfaat dalam kehidupan kita karena sistem telemetri berperan sebagai bagian dari sistem peringatan dini terhadap datangnya bencana. Pembelajaran mengenai aplikasi sistem telemetri perlu diterapkan di institusi pendidikan sejak dini. Modul Aplikasi telemetri adalah suatu perangkat yang digunakan untuk keperluan pembelajaran aplikasi sistem telemetri.

Modul Aplikasi Telemetri terdiri dari 2 bagian, yaitu: perangkat pengirim dan perangkat penerima. Perangkat pengirim terdiri dari rangkaian sensor suhu, rangkaian pengkondisi sinyal, dan rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi. Perangkat penerima terdiri dari rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan, rangkaian pengkondisi sinyal, dan rangkaian penampil berupa LED. Sensor suhu berfungsi mendeteksi perubahan suhu. Agar data dapat dikirim, data diubah ke level tegangan AC menggunakan rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi. Rangkaian pengkondisi sinyal di perangkat pengirim berfungsi untuk mengkondisikan tegangan keluaran dari sensor suhu agar sesuai dengan jangkauan tegangan masukan yang dibutuhkan oleh rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi. Data dikirim ke perangkat penerima menggunakan kabel jumper sepanjang 1 meter. Di perangkat penerima data diubah kembali ke level tegangan DC oleh rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan. Tegangan keluaran rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan dikondisikan agar sesuai dengan jangkauan tegangan masukan dari rangkaian penampil LED. rangkaian penampil LED merepresentasikan tingkatan suhu yang terukur pada sensor suhu.

Modul Aplikasi Telemetri telah berhasil dibuat dan hasilnya bisa bekerja dengan baik. Suhu yang terukur pada sensor suhu dapat direpresentasikan dengan baik pada rangkaian penampil LED.

Kata kunci : Sistem telemetri, sensor suhu, pengubah tegangan ke frekuensi, pengubah frekuensi ke tegangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

ix

ABSTRACT

Not all conditions allows an observer to make direct observations of the object of observation. Telemetry is a method of measurements taken from a relatively far distance. With telemetry, observers staying put gauges on the location of observation and then monitor the observation of objects from another place that is quite safe. Telemetry system is also very useful in our lives because the telemetry system acts as part of an early warning system against disaster. Learning about the application of telemetry systems to be implemented in educational institutions from the outset. Telemetry Application Module are a device used for learning purposes telemetry system applications.

Telemetry Application Module consists of two parts, namely: the sending and the receiving device. Sending device consists of a series of temperature sensors, signal conditioning circuits, and voltage to frequency converter circuit. The receiving device consists of a series of frequency to voltage converter, signal conditioning circuits, and LED indicator circuit. The temperature sensor serves to detect changes in temperature. So that data can be transmitted, the data is converted to AC voltage level using a voltage to frequency converter circuit. The series of signal conditioners on the sending device serves to condition the output voltage of temperature sensor to match the input voltage range required by the voltage to frequency converter circuit. Data sent to the receiving device using a jumper cable 1 meter long. In the data receiving device is converted back into a DC voltage level by a frequency to voltage converter circuit. The output voltage from frequency to voltage converter circuit is conditioned to match the input voltage range of the LED circuit viewer. LEDs represent the level of the viewer a series of temperature measured at the temperature sensor.

Telemetry Application Module has been successfully made and the results can work well. The temperature measured at the temperature sensor can be represented by either the viewer a series of LEDs.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang ingin penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang

MahaKuasa dan Yesus Kristus anak - Nya yang tunggal Tuhan kita selain puji dan syukur,

sebab hanya oleh anug'rah - Nya yang luar biasa penulis mendapatkan harapan dan

keteguhan untuk mengerjakan tugas akhir, sehingga tugas akhir "Modul Aplikasi Telemetri"

ini dapat selesai dengan dengan baik.

Penulis juga menyadari ada begitu banyak uluran tangan yang diberikan kepada

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Karena itu dari hati yang tulus penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Gidheon Tri Pudjo Wahyono dan Dra. Etty Sulijanti selaku kedua orangtua

penulis yang telah memberikan segalanya termasuk dukungan doa dan materi serta

menunjukkan kesabaran selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

2. Alm Ny. Sulastri selaku nenek penulis yang telah menginspirasi penulis untuk

memulai dan menyelesaikan tugas akhir.

3. Ibu Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma

yang telah memberikan toleransi dan kesempatan kepada penulis untuk tetap menjadi

mahasiswa aktif dan menyelesaikan tugas akhir.

4. Ibu Bernadeta Wuri Harini, S.T., M.T. selaku kepala program studi Teknik Elektro

Universitas Sanata Dharma yang masih memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan tugas akhir.

5. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah

memberikan arahan, masukan, dan bimbingan kepada penulis selama mengerjakan

tugas akhir.

6. Bapak Agustinus Bayu Primawan, S.T., M.Eng. selaku dosen mata kuliah Sistem

Telemetri yang telah memberikan ide materi tugas akhir kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma yang

telah mendidik dengan sabar dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis.

8. Mas Petrus Sumardi, mas FX. Suryo Asih Subrata, mas Antonius Suryana, dan mas

Hardi Subarja selaku laboran program studi Teknik Elektro Universitas Sanata

Dharma yang telah membantu menyiapkan sarana - sarana di laboratorium untuk

keperluan pengerjaan tugas akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Judul ... 1

1.2.Latar Belakang ... 1

1.3.Tujuan dan Manfaat ... 2

1.4.Batasan Masalah ... 2

1.5.Metodologi Penelitian ... 3

BAB II DASAR TEORI ...5

2.1.Sistem Telemetri ... 5

2.2.Sensor Suhu ... 7

2.3.Pengkondisi Sinyal ... 12

2.3.1. Penyangga Tegangan (Voltage Buffer) ...13

2.3.2. Penguat Membalik (Inverting Amplifier) ...14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xiii

2.3.3. Penguat Tak Membalik (Non – Iverting Amplifier) ...14

2.3.4. Penguat Penjumlah (Summing Amplifier) ...15

2.2.1. Penguat Pengurang (Voltage Substraction) ... 15

2.4.Voltage to Frequency Converter ... 16

2.5.Frequency to Voltage Converter ... 18

2.6.Penampil LED ... 19

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT PEMANCAR DAN PERANGKAT PENERIMA ... 21

3.1.Diagram Blok ... 21

3.2.Perancangan Perangkat Pemancar ... 22

3.2.1. Perancangan Sensor Suhu...22

3.2.2. Perancangan Rangkaian Pengubah Tegangan ke Frekuensi ... 24

3.2.3. Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal ... 28

3.2.3.1. Blok 1 : Rangkaian Penguat Non – Iverting dengan Av = 13,744 ...31

3.2.3.2. Blok 2 : Rangkaian Penguat Inverting dengan Vo = -39,6115 ...32

3.2.3.3. Blok 3 : Rangkaian Penguat Penjumlah ...33

3.2.3.4. Blok 4 : Rangkaian Penguat Inverting dengan Av = -1... 35

3.3.Perancangan Perangkat Penerima ...36

3.3.1. Rangkaian Pengubah Frekuensi ke Tegangan ... 36

3.3.2. Rangkaian Penampil LED ... 40

3.3.3. Rangkaian Pengkondisi Sinyal ... 44

3.3.3.1. Blok 1 : Rangkaian Penguat Non – Iverting dengan Av = 1,0399 ...47

(14)

xiv

dengan Vo = -0,6131 ... 48

3.3.3.3. Blok 3 : Rangkaian Penguat Penjumlah ... 50

3.3.3.4. Blok 4 : Rangkaian Penguat Inverting dengan Av = -1... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1.Hasil Pengujian Sistem secara Keseluruhan ... 53

4.2.Hasil Pengujian Perangkat Pengirim ... 57

4.2.1. Pengujian Rangkaian Sensor Suhu ... 57

4.2.2. Pengujian Rangkaian Pengkondisi Sinyal ... 60

4.2.3. Pengujian Rangkaian Pengubah Tegangan ke Frekuensi ... 62

4.3.Hasil Pengujian Perangkat Penerima ... 64

4.3.1. Pengujian Rangkaian Pengubah Frekuensi ke Tegangan ... 64

4.3.2. Pengujian Rangkaian Pengkondisi Sinyal ... 66

4.3.3. Pengujian Rangkaian Penampil LED ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1.Kesimpulan ... 70

5.2.Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Diagram blok Modul Aplikasi Telemetri ... 3

Gambar 2.1. Proses sistem telemetri pada umumnya ... 5

Gambar 2.2. Sistem telemetri analog single input – single display ... 6

Gambar 2.3. Sistem telemetri analog multi input – multi display ... 6

Gambar 2.4. Sistem telemetri digital single input – single display ... 7

Gambar 2.5. Sistem telemetri digital multi input – single display ... 7

Gambar 2.6. Absolute maximum ratings LM335 ... 10

Gambar 2.7. Rangkaian pengkalibrasi LM335 ... 11

Gambar 2.8. Karakteristik akurasi temperatur LM335 ... 11

Gambar 2.9. Koneksi pin LM335 ... 11

Gambar 2.10. Grafik karakteristik rangkaian pengondisi sinyal ... 13

Gambar 2.11. Rangkaian penyangga tegangan ... 13

Gambar 2.12. Rangkaian penguat membalik ... 14

Gambar 2.13. Rangkaian penguat tak membalik ... 14

Gambar 2.14. Rangkaian penguat penjumlah ... 15

Gambar 2.15. Rangkaian voltage substraction ... 15

Gambar 2.16. Grafik karakterstik ideal V/F converter ... 16

Gambar 2.17. Karakteristik voltage controlled oscillator ... 17

Gambar 2.18. Konfigurasi dan diagram blok IC CD4046B ... 18

Gambar 2.19. Karakteristik F/V converter ... 19

Gambar 2.20. Konfigurasi dan diagram blok IC LM2907N ... 19

Gambar 2.21. Rangkaian LED ... 20

(16)

xvi

Gambar 3.2. Diagram blok perangkat penerima ... 21

Gambar 3.3. Rangkaian pengkalibrasi LM335 ... 23

Gambar 3.4. Rangkaian sensor suhu ... 24

Gambar 3.5. Grafik karakteristik fMAX/fMIN terhadap R2/R1 pada IC CD4046B ... 25

Gambar 3.6. Grafik karakteristik fMIN terhadap C pada IC CD4046B ... 27

Gambar 3.7. Rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi ... 27

Gambar 3.8. Grafik karakteristik rangkaian pengondisi sinyal pada perangkat pemancar ... 28

Gambar 3.9. Rancangan awal rangkaian pengkondisi sinyal di perangkat pemancar ... 31

Gambar 3.10. Blok 1 rangkaian pengkondisi sinyal: Penguat inverting dengan Vo = - 2,8821 ... 32

Gambar 3.11. Blok 2 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat penjumlah ... 33

Gambar 3.12. Blok 3 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat inverting dengan Av = - 13,744 ... 34

Gambar 3.13. Rancangan akhir rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat pengirim ... 34

Gambar 3.14. Rancangan awal rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan ... 35

Gambar 3.15. Karakteristik I2 terhadap suplai tegangan LM2907N ... 36

Gambar 3.16. Rancangan akhir rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan ... 38

Gambar 3.17. Rancangan awal rangkaian penampil LED ... 39

Gambar 3.18. Rancangan akhir rangkaian penampil LED ... 42

Gambar 3.19. Grafik karakteristik rangkaian pengondisi sinyal pada perangkat penerima ... 43

Gambar 3.20. Rancangan awal rangkaian penkondisi sinyal di perangkat penerima ... 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xvii

Gambar 3.21. Blok 1 rangkaian pengkondisi sinyal: Penguat non – inverting

dengan Av = 1,04 ... 46

Gambar 3.22. Blok 2 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat inverting dengan Vo = - 0,58686 V ... 48

Gambar 3.23. Blok 3 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat inverting dengan Av = -1 ... 48

Gambar 3.24. Blok 4 rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat penerima : Penguat penjumlah ... 49

Gambar 3.25. Blok 5 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat inverting dengan Av = -1 ... 50

Gambar 3.26. Rancangan akhir rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat penerima ... 51

Gambar 4.1. Bentuk fisik perangkat pengirim ... 52

Gambar 4.2. Bentuk fisik perangkat penerima ... 52

Gambar 4.3. Grafik pengujian sistem ... 56

Gambar 4.4. Blok rangkaian sensor suhu pada blok diagram perangkat pengirim ... 57

Gambar 4.5. Grafik perbandingan data sensor suhu ... 59

Gambar 4.6. Blok rangkaian pengkondisi sinyal pada blok diagram perangkat pengirim ... 60

Gambar 4.7. Grafik perbandingan data rangkaian pengkondisi sinyal di perangkat pengirim ... 61

Gambar 4.8. Blok rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi pada blok diagram perangkat pengirim ... 62

Gambar 4.9. Grafik perbandingan data rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi .... 63

(18)

xviii

Gambar 4.11. Grafik perbandingan data rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan .... 65

Gambar 4.12. Blok rangkaian pengkondisi sinyal pada blok diagram

perangkat penerima ... 66

Gambar 4.13. Grafik perbandingan data data rangkaian pengkondisi sinyal

di perangkat pengirim ... 67

Gambar 4.12. Blok rangkaian penampil LED pada blok diagram perangkat penerima.. 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Data keluaran sensor suhu pada suhu 27 s.d 77 °C ... 23

Tabel 3.2. Data pengujian awal rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi ... 28

Tabel 3.3. Data hasil pengujian awal rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan ... 40

Tabel 3.4. Perancangan nilai Vref dan Vin serta kondisi LED ... 41

Tabel 4.1. Hasil pengujian sistem secara keseluruhan ... 54

Tabel 4.2. Hasil pengujian rangkaian sensor suhu ... 57

Tabel 4.4. Hasil pengujian rangkaian pengondisi sinyal di perangkat pengirim ... 61

Tabel 4.5. Hasil pengujian rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi ... 63

Tabel 4.6. Hasil pengujian rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan ... 65

Tabel 4.7. Hasil pengujian rangkaian pengondisi sinyal di perangkat penerima ... 67

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tidak semua kondisi memungkinkan seorang peneliti untuk melakukan pengamatan

langsung terhadap objek pengamatan. Kondisi – kondisi seperti letak obyek pengamatan yang

terlalu jauh dan terlalu bahaya untuk ditempuh, cuaca, dan temperatur yang tidak bersahabat

membuat pengamatan/pengukuran tidak dapat dilakukan terus – menerus secara langsung.

Kendala pengukuran pada lokasi yang tidak terjangkau tersebut dapat diatasi dengan

menggunakan metode pengukuran jarak jauh atau biasa disebut telemetri.

Telemetri merupakan suatu metode pengukuran yang dilakukan dari jarak yang relatif

jauh [1]. Dengan telemetri, peneliti tinggal meletakkan alat ukur pada lokasi pengamatan dan

kemudian memantau objek pengamatan dari tempat lain yang cukup aman. Sebuah sistem

telemetri terdiri dari beberapa proses, yaitu : sensing, akuisisi data, modulasi atau

pengkodean, transmisi sinyal, dan penampil [2].

Pada perkembangannya, sistem telemetri sangat bermanfaat dalam kehidupan kita

karena sistem telemetri berperan sebagai bagian dari early warning system atau sistem

peringatan dini terhadap datangnya bencana [3]. Sehingga kerusakan dan jatuhnya korban jiwa

dalam suatu bencana dapat diminimalkan. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai aplikasi

sistem telemetri perlu diterapkan di institusi pendidikan sejak dini, khususnya perguruan

tinggi.

Untuk keperluan pembelajaran aplikasi sistem telemetri, penulis ingin membuat sebuah

modul aplikasi telemetri suhu. Modul ini terdiri dua perangkat, yaitu perangkat pengirim dan

perangkat penerima. Pada perangkat pengirim terdapat sensor yang berfungsi untuk

mendeteksi suhu di lingkungan sekitar. Data dari sensor ini selanjutnya akan dikirim dan

kemudian ditampilkan di perangkat penerima dengan indikator berupa tampilan LED.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

1.2

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan modul aplikasi telemetri suhu yang terdiri dari

perangkat pemancar dan perangkat penerima.

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai modul pembelajaran mengenai sistem telemetri, khususnya pada perkuliahan

sistem telemetri.

2. Menambah literatur tentang perancangan sistem telemetri, aplikasi instrumentasi

elektronis dan teknologi telekomunikasi analog.

3. Menjadi acuan, rujukan, dan bahan pertimbangan untuk pengembangan sistem

peringatan dini terhadap bencana alam.

1.3

Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Tugas akhir ini tidak membahas sistem transmisi antara perangkat pengirim dan

penerima.

2. Proses pengiriman dan penerimaan data antar perangkat tidak melalui udara.

3. Proses pengiriman dan penerimaan data berjalan satu arah dari perangkat pengirim

menuju perangkat penerima.

4. Proses pengiriman data dari perangkat pengirim menuju perangkat penerima

menggunakan kabel dengan panjang 1 meter.

5. Jangkauan (range) suhu yang akan diukur oleh sensor antara 27 °C (suhu ruangan

normal) s.d. 77 °C yang terbagi menjadi 6 tingkatan suhu.

6. Jangkauan (range) frekuensi sinyal keluaran (output voltage) dari Voltage Controlled

Oscillator (VCO) antara 2 KHz s.d. 7 KHz yang dibagi menjadi 6 tingkatan frekuensi.

(22)

3

1.4

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan perancangan perangkat pengirim dan penerima.

Tahap perancangan perangkat pengirim adalah tahap untuk mendesain konstruksi

rangkaian dari sensor suhu dengan mengkalibrasinya terlebih dahulu pada suhu 25° C agar

didapatkan sensor yang memiliki sensitifitas yang baik. Selain itu tahap perancangan

perangkat pemancar juga membuat rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi (voltage to

frequency converter) dengan menggunakan VCO. Rangkaian pengkondisi sinyal dibuat untuk

mengkondisikan tegangan keluaran sensor suhu agar sesuai dengan tegangan masukan voltage

to frequency converter, sehingga menghasilkan frekuensi keluaran sesuai dengan kebutuhan

penulis.

Tahap perancangan perangkat penerima adalah mendesain konstruksi rangkaian

pengubah frekuensi ke tegangan (frequency to voltage converter). Kemudian tahap

perancangan perangkat penerima juga membuat rangkaian penampil LED dengan 6 tingkatan

indikator. Selain itu, rangkaian pengkondisi sinyal juga dibuat di antara blok frequency to

voltage converter dengan blok penampil LED. Diagram blok dari modul aplikasi telemetri

yang dibuat, ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Diagram blok Modul Aplikasi Telemetri

2. Pengujian dan pengambilan data pada perangkat pengirim dan penerima.

Tahap pengujian pada perangkat pengirim pertama – tama mengukur tegangan

keluaran sensor suhu. Sensor suhu diberikan rangsangan suhu dengan cara mendekatkan

solder pada jarak tertentu, sehingga penulis mendapatkan pengukuran tingkatan suhu sesuai

perancangan. Tahap pengujian selanjutnya mengukur tegangan masukan Voltage Controlled

Oscillator (VCO) untuk mendapatkan jangkauan frekuensi sesuai perancangan, dan Sensor suhu Pengkondisi

Sinyal

Voltage to Frequency Converter

Penampil LED

Kabel Transmisi

Frequency to Voltage Converter

Pengkondisi Sinyal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

mengukur tegangan keluaran yang dihasilkan rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat

pengirim. Setelah itu, melakukan pengujian pada perangkat penerima dengan mengukur

tegangan keluaran Frequency to Voltage Converter dan tegangan keluaran yang dihasilkan

rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat penerima. Tahap pengujian terakhir adalah

pengambilan data dari rangkaian penampil LED untuk membandingkan data sensor suhu yang

diterima oleh perangkat penerima dengan data yang dikirim dari perangkat pemancar.

3. Menganalisis data yang diperoleh dari alat yang dirancang.

Analisa data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil kerja alat dengan data

yang dirancang. Selain itu, kesalahan yang terjadi pada saat alat bekerja juga akan dianalisis.

4. Membuat kesimpulan dari alat yang dirancang.

Kesimpulan secara keseluruhan diambil dari cara kerja alat yang dibuat dan analisa

(24)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1

Sistem Telemetri

Sistem telemetri adalah cara pengukuran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi

komunikasi [4]. Sebuah sistem telemetri umumnya terdiri dari beberapa proses seperti pada

Gambar 2.1 [2].

Gambar 2.1. Proses sistem telemetri pada umumnya [2]

Keterangan Gambar 2.1 :

1. Sensing

Sensor yang terpasang pada stasiun pemantau mengukur besaran – besaran fisis pada

suatu lingkungan (suhu udara, ketinggian air, kelembaban udara, kecepatan angin,

curah hujan, dan sebagainya).

2. Akuisi data

Data hasil pengukuran berupa sinyal elektris selanjutnya diproses dan dikondisikan

menggunakan penguat dan pengkondisi sinyal agar data tersebut mempunyai kualitas

data yang baik serta bersih dari noise maupun sinyal – sinyal palsu.

3. Modulasi atau pengkodean

Sebelum dikirim, data dimodulasi (untuk pengiriman data secara analog) atau

dikodekan (untuk pengiriman data secara digital) terlebih dahulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

4. Transmisi sinyal

Data berupa sinyal elektris tersebut kemudian dikirimkan ke stasiun pengendali

menggunakan pemancar gelombang radio, pemancar gelombang ultrasonik, atau

dikirimkan melalui satelit.

5. Penerimaan dan penampilan data

Data kemudian diterima di stasiun pengendali dan ditampilkan secara sederhana

menggunakan Light Emiting Diode (LED) display maupun secara detail dengan proes

komputerisasi.

Berdasarkan jumlah data dan jenis data yang ditransmisikan, sistem telemetri dibagi

menjadi 4 jenis [2] seperti berikut :

1. Sistem telemetri analog single input – single display.

Gambar 2.2. Sistem telemetri analog single input – single display [2]

Data yang dikirim dan diterima berupa data analog tunggal hasil pengukuran satu buah

sensor, kemudian ditampilkan pada penampil analog tunggal.

2. Sistem telemetri analog multi input – multi display.

Gambar 2.3. Sistem telemetri analog multi input – multi display [2]

Data yang dikirim dan diterima berupa data analog hasil pengukuran dari beberapa

sensor, kemudian ditampilkan pada penampil analog yang jumlahnya sama dengan

(26)

7

3. Sistem telemetri digital single input – single display.

Gambar 2.4. Sistem telemetri digital single inputsingle display [2]

Data yang dikirim dan diterima berupa data digital tunggal hasil pengukuran satu buah

sensor, kemudian ditampilkan pada penampil digital.

4. Sistem telemetri digital multi input – single display.

Gambar 2.5. Sistem telemetri digital multi inputsingle display [2]

Data yang dikirim dan diterima berupa data digital hasil pengukuran beberapa sensor,

kemudian ditampilkan pada penampil digital yang dapat menampilkan beberapa data

sekaligus.

2.2

Sensor Suhu

Sensor adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi atau mengukur nilai suatu besaran

fisis [5]. Khususnya pada tugas akhir ini, sensor yang dibahas adalah sensor yang

menghasilkan keluaran berupa tegangan listrik. Sensor adalah salah satu bentuk transduser

karena transduser adalah sebuah alat yang mengubah energi dari satu bentuk ke yang lain.

Perbedaan antara sensor dan transduser terletak pada efisiensi dari proses perubahan energi

dan kelinieran antara respon keluaran terhadap masukan. Sebuah sensor tidak begitu

mementingkan efisiensi dari proses perubahan energi, tetapi lebih menitikberatkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

kelinieran antara respon keluaran dengan masukan. Sementara, pada transduser berlaku

kebalikannya.

Sensor dapat diklasifikasikan berdasarkan banyak hal. Dari sudut pandang

pengkondisi sinyal, sensor dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai sensor aktif dan sensor pasif

[6]. Sensor aktif membutuhkan sebuah sumber eksternal untuk aktivasi sensor. Thermistor,

RTD (Resistance Temperature Detector), dan strain gages merupakan contoh sensor aktif

karena sensor tersebut perlu dialiri arus listrik agar dapat aktif dan menghasilkan tegangan

keluaran. Sedangkan sensor pasif atau self - generating sensor menghasilkan tegangan

keluarannya sendiri tanpa memerlukan catu tegangan atau arus eksternal. Contoh sensor pasif

diantaranya thermocouples dan photodiodes yang masing - masing menghasilkan

thermoelectrics voltage dan photocurrents yang independen dari pengaruh catu eksternal.

Sensor tidak dapat berdiri sendiri [5]. Bisanya sensor adalah bagian dari suatu sistem

elektronis yang terdiri dari banyak pengkondisi sinyal dan berbagai circuit pemrosesan sinyal

analog maupun digital. Sistem elektronis tersebut dapat berupa sistem pengukuran, sistem

akuisisi data, sistem kontrol, atau sistem lainnya.

Bila dibandingkan dengan variabel besaran fisis yang lain, temperatur/suhu adalah

besaran fisis yang paling sensitif untuk diukur karena suhu memiliki efek yang signifikan

terhadap materi suatu bahan dan proses sampai pada tingkat molekuler [6]. Definisi dari suhu

adalah tingkat tertentu dari keadaan panas atau dingin sesuai referensi skala tertentu. Suhu

juga dapat didefinisikan sebagai jumlah energi panas pada suatu objek atau sistem. Sensor

suhu mendeteksi perubahan parameter fisik seperti resistansi atau tegangan keluaran yang

sesuai dengan perubahan suhu. Ada dua tipe dasar penginderaan (sensing) suhu, yaitu :

1. Kontak.

Tipe penginderaan suhu yang membutuhkan sensor untuk kontak fisik langsung

dengan media atau obyek yang diukur. Tipe ini dapat digunakan untuk memonitor

suhu dari benda padat, cairan, atau gas di atas rentang temperatur yang cukup

luas/ekstreme.

2. Non – Kontak.

Pengukuran tanpa kontak menafsirkan energi radiasi dari sumber panas dalam bentuk

(28)

9

ini dapat digunakan untuk memantau benda padat dan cairan yang bersifat non

reflektif namun tidak efektif dengan gas karena sifat keterbukaan (transparancy)

mereka yang alami

Sebuah sensor yang dijual di pasaran biasanya dilengkapi dengan datasheet.

Datasheets biasanya dibuat untuk memberikan informasi mengenai karakteristik positif

tertentu dari sensor dan beberapa aplikasi pemakaian sensor. Umumnya sensor dirancang

untuk memenuhi spesifikasi kinerja tertentu, dan informasi mengenai spesifikasi tersebut

tercantum di datasheet. Karena itu, sangat penting untuk memahami datasheet sensor

sebelum mengaplikasikan sensor dalam sebuah rangkaian elektronika. Berikut ini adalah

beberapa informasi karakteristik sensor yang biasanya terdapat di datasheet [6]:

1. Transfer Function (Fungsi Transfer/Fungsi Alih)

Funsi transfer / fungsi alih menunjukkan hubungan fungsional antara tegangan

masukan dan tegangan keluaran sensor. Fungsi transfer biasanya digambarkan dalam

sebuah grafik antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan.

2. Sensitivity (Sensitifitas)

Sensitifitas adalah rasio antara perubahan kecil yang terjadi pada tegangan keluaran

terhadap perubahan kecil nilai besaran fisis yang terukur oleh sensor [6]. Satuan dari

sensitivitas biasanya miliVolts/Kelvin, milivolts/Pascal, dll.

3. Span / Dynamic Range (Rentang dinamis)

Jangkauan dinamis adalah jangkauan nilai besaran fisis yang dapat diubah menjadi

tegangan listrik oleh sensor.

4. Uncertainty adalah toleransi error atau kesalahan terbesar yang diperbolehkan antara

keluaran ideal dan keluaran aktual. Uncertainty juga berkaitan dengan informasi

mengenai tingkat akurasi penginderaan sensor.

5. Hysterisis

Ada beberapa sensor yang tegangan keluarannya tidak kembali ke nilai yang sama

pada saat masukannya bersiklus naik ataupun turun. Rentang toleransi error atau

kesalahan terhadap nilai besaran fisis yang terukur disebut hysterisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

6. Nonlinearity

Nonlinearity adalah deviasi maksimum dari fungsi transfer linier yang melebihi

spesifikasi nilai jangkauan dinamis (dynamic range).

7. Resolution

Resolusi dari sebuah sensor adalah fluktuasi sinyal minimum yang terdeteksi oleh

sensor. Karena fluktuasi adalah fenomena temporal/sementara, maka terdapat

hubungan antara skala waktu terjadinya fluktuasi dengan amplitudo minimum sinyal

yang terdeteksi. Itu sebabnya definisi resolusi harus mencakup beberapa informasi

tentang sifat pengukuran yang dilakukan.

IC LM 335 merupakan salah satu jenis sensor suhu presisi, yaitu sebuah piranti yang

dapat mengubah besaran temperatur menjadi sinyal elektrik [7]. Tegangan keluaran LM 335

berubah – ubah secara linier seiring dengan perubahan temperatur. Berdasarkan informasi

datasheets [7], LM 335 memiliki karakteristik jangkauan operasi dari 400 µA s.d. 5 mA,

memiliki impedansi dinamik kurang dari 1 Ω, akurasi inisial sebesar 1°C, dan mudah

dikalibrasi dengan kalibrasi secara langsung dalam satuan derajat Kelvin (°K). Informasi

yang penting untuk diperhatikan, LM335 beroperasi pada temperature antara -40 °C s.d. 100

°C dan arus maksimum sebesar 15 mA seperti tertera pada Gambar 2.6 [7].

Gambar 2.6. Absolute maximum ratings LM335 [7]

Untuk dapat beroperasi dengan presisi, LM 335 perlu dikalibrasi terlebih dahulu

(30)

11

dihubungkan dengan potensiometer. Kemudian dikalibarasi agar menghasilkan tegangan

keluaran sebesar 2,982 V pada suhu 25 °C.

Gambar 2.7. Rangkaian pengkalibrasi LM335 [7]

Setelah dikalibrasi, LM 335 dapat menghasilkan tegangan keluaran secara linier

sebesar +10 mV / °C dengan nilai penyimpangan (error) maksimal 2 °C. Hal ini ditunjukkan

pada Gambar 2.8 [7].

Gambar 2.8. Karakteristik akurasi temperatur LM335 [7]

Gambar 2.9. Koneksi pin LM335 [7]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

2.3

Pengkondisi Sinyal

Pengkondisi sinyal mengukur elemen-elemen sinyal yang dimulai dengan sinyal

output sensor listrik, kemudian menghasilkan sinyal yang cocok untuk transmisi, untuk

display/penampil atau untuk data recording atau menghasilkan sinyal yang lebih memenuhi

untuk spesifikasi pada blok rangkaian elektronika berikutnya [8]. Umumnya, jenis

pengkondisi sinyal yang banyak digunakan berupa penguat operasional, penapis (filter),

pengubah bentuk tegangan (converter), pembagi tegangan sederhana, level shifting,

impedance matching, komparator tegangan, modulasi dan demodulasi.

Pada tugas akhir ini penulis membuat pengkondisi sinyal pada perangkat pemancar

dan perangkat penerima. Pengkondisi sinyal pada perangkat pemancar digunakan untuk

mengkondisikan tegangan keluaran dari sensor suhu LM335 agar sesuai dengan masukan

yang dibutuhkan oleh voltage controlled oscillator (VCO) pada IC CD4046B, sehingga

keluaran VCO menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang diinginkan. Pengkondisi sinyal

pada perangkat penerima digunakan untuk mengkondisikan tegangan keluaran dari rangkaian

pengubah frekuensi ke tegangan agar sesuai dengan jangkauan tegangan masukan yang

dibutuhkan oleh rangkaian penampil LED sehingga dapat menyalakan LED sebagai

representasi dari suhu yang terukur oleh sensor suhu.

Pengkondisi sinyal pada tugas akhir ini memiliki karakteristik yang ditunjukkan pada

Gambar 2.10. grafik pada Gambar 2.10 menunjukkan hubungan kelinieran (linearity) antara

sumbu y dengan sumbu x, yaitu antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan

pengkondisi sinyal. Bentuk persamaan dari kurva linier pada Gambar 2.10 adalah

y = m.x + c (2.1)

m = yMAX - yMIN

xMAX - xMIN (2.2)

c = -��yMAX - yMIN�.xMIN

xMAX - xMIN �+ yMIN (2.3)

dengan y adalah nilai pada sumbu y, yMAX dan yMIN adalah nilai maximum dan minimum

pada sumbu y, x adalah nilai pada sumbu x, xMAX dan xMIN adalah nilai maximum dan

(32)

13

Gambar 2.10. Grafik karakteristik rangkaian pengondisi sinyal

Jenis pengkondisi sinyal yang akan digunakan adalah penguat operasional berupa

voltage buffer, inverting amplifier, non – inverting amplifier, voltage summing, dan voltage

subtraction.

2.3.1

Penyangga tegangan (

Voltage Buffer

)

Voltage buffer berfungsi untuk menyangga tegangan yang masuk, sehingga tegangan

keluaran yang dihasilkan nilai dan besarannya tetap [9]. Sejatinya, sebuah voltage buffer

menggunakan penguat operasional (op – amp), hanya saja nilai penguatannya sama dengan 1,

sehingga tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan. Konfigurasi rangkaian

penyangga tegangan ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Rangkaian penyangga tegangan [9]

Keterangan :

Vo = tegangan keluaran

Vin = tegangan masukan

Vo = Vin (2.4)

X 1

V C V E

V o

V i n

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

2.3.2

Penguat Membalik (

Inverting Amplifier

)

Inverting amplifier merupakan penguat yang membalik nilai fasa dari tegangan

masukan sehingga nilai fasa tegangan keluaran dengan tegangan masukan berbeda 180°,

sementara besarannya tergantung dari nilai penguatan [9]. Gambar 2.12 merupakan

kofigurasi rangkaian penguat membalik.

Gambar 2.12. Rangkaian penguat membalik [9]

Nilai penguatan penguat membalik menggunakan persamaan (2.5) dan persamaan

(2.6).

Av =

𝑅𝑓

𝑅𝑖 (2.5)

Vo =

𝑅𝑓

𝑅𝑖 Vin (2.6)

2.3.3

Penguat Tak Membalik (

Non – Inverting Amplifier

)

Non - inverting amplifier merupakan penguat yang tak membalik nilai phasa dari

tegangan masukan sehingga nilai fasa tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan,

sementara besarannya tergantung dari nilai penguatan. Gambar 2.13 merupakan konfigurasi

rangkaian penguat tak membalik.

Gambar 2.13. Rangkaian penguat tak membalik [9] X1

Ri

Rf

VC VE

Vo Vin

X1

Ri

Rf

VC

VE

(34)

15

Nilai penguatan penguat tak membalik menggunakan persamaan (2.6) dan persamaan

(2.7).

Av = (1 +𝑅𝑓

𝑅𝑖) (2.6)

Vo = (1 +𝑅𝑓

𝑅𝑖) Vin (2.7)

2.3.4

Penguat penjumlah (

Summing Amplifier

)

Penguat penjumlah berfungsi untuk menjumlahkan sekaligus menguatkan dua

tegangan masukan atau lebih [9]. Konfigurasi rangkaian penguat penjumlah tampak pada

Gambar 2.14 dan hubungan antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan berlaku

persamaan (2.8).

Vo =

-

Rf

R1

V1

+

Rf

R2

V2

+

Rf

R3

V3

(2.8)

Gambar 2.14. Rangkaian penguat penjumlah [9]

2.3.5

Penguat Pengurang (

Voltage Substraction

)

Voltage Substraction berfungsi untuk mengurangkan sekaligus menguatkan dua

tegangan masukan atau lebih seperti yang tampak pada Gambar 2.15. Hubungan antara

tegangan masukan dan keluaran berlaku persamaan (2.9)

Vo = 𝑅3 𝑅1+𝑅3

𝑅2+𝑅4

𝑅2

𝑉

1 –

𝑅4

𝑅2

𝑉

2

(2.9)

Gambar 2.15. Rangkaian voltage substraction [9]

X 1 Rf R1 R2 R3 V C V E V o V 1 V 2 V 3 X1 R4 R3 R2 R1 VC VE Vo V1 V2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

2.4

Voltage to Frequency Converter

Sebuah pengubah tegangan ke frekuensi (V/F converter) menghasilkan sinyal

keluaran dengan frekuensi sesaat yang merupakan fungsi alih dari tegangan pengontrol

eksternal [10]. Keluaran dari V/F converter dapat berupa sinyal sinus, sinyal kotak, atau

sinyal pulsa. Frekuensi sesaat yang dihasilkan oleh V/F converter sering ditafsirkan sebagai

jumlah pulsa yang dihasilkan per unit waktu. V/F converter yang menghasilkan variasi

frekuensi sinyal adalah salah satu bentuk dari sebuah modulasi frekuensi, dan beberapa

teknologi yang dikembangkan dalam dunia telekomunikasi dapat diterapkan untuk V/F

conversion (pengubahan tegangan ke frekuensi).

Grafik karakteristik yang ideal dari sebuah V/F converter ditunjukkan pada Gambar

2.16. Masukan tegangan pengontrol ditunjukkan oleh sumbu x dan keluaran berupa deviasi

frekuensi ditunjukkan oleh sumbu y. Deviasi frekuensi yang dihasilkan adalah selisih dari

frekuensi aktual dengan frekuensi referensi (frekuensi yang dihasilkan tanpa memberikan

masukan pada V/F converter).

Gambar 2.16. Grafik karakterstik ideal V/F converter [10]

Grafik karakteristik V/F converter idealnya berupa kurva linier, hal ini berarti apabila

V/F converter menghasilkan frekuensi sebesar 1000 Hz tanpa adanya tegangan masukan, dan

menghasilkan frekuensi sebesar 1050 Hz dengan tegangan masukan 1 V, maka tegangan

masukan sebesar 2 V idealnya mengasilkan sinyal dengan frekuensi 1100 Hz [10].

Pengubahan dari tegangan ke frekuensi idealnya berguna untuk aplikasi - aplikasi

(36)

17

jarak tertentu (wajar), karena keluaran dari sistem konversi sudah dalam bentuk termodulasi

[10]. Dengan demikian data yang ditransmisikan bukan lagi dalam bentuk sinyal DC

melainkan AC, dan berbagai metode kopling AC seperti transformers dan penguat sinyal AC

tidak diperlukan. Dan pada bagian penerima, sebuah pengubah frekuensi ke tegangan yang

cocok / matched dengan pengubah tegangan ke frekuensi pada bagian pengirim digunakan

untuk mengubah data kembali ke bentuk sinyal DC.

Istilah voltage - controlled oscillator (VCO) berasal dari subsistem modulasi

frekuensi, dan istilah ini identik dengan V/F converter. Voltage - controlled oscillators

banyak terdapat di beberapa aplikasi, seperti pada pengendali frekuensi otomatis, tuning

radio, dan phase-locked loop [11]. VCO dirancang untuk menghasilkan frekuensi yang

berbeda-beda dengan pengaturan tegangan. Namun, yang harus dipertimbangkan dengan

serius apabila VCO digunakan sebagai V/F converter yaitu VCO harus dirancang sedemikian

rupa sehingga menampilkan karakteristik yang tepat, karena itu VCO perlu dirancang dengan

hati – hati [10].

Karakteristik voltage-controlled oscillator ditunjukkan pada Gambar 2.17. VCO

beroperasi pada frekuensi free-running (ωFR) ketika v3 sama dengan nol. Nilai positif atau

negatif dari v3 menyebabkan frekuensi free - running menjadi meningkat atau menurun

sesuai persamaan (2.10) dengan Ko adalah konstanta.

ω

o

=

ω

FR

+

K

o

v

3

Gambar 2.17. Karakteristik voltage controlled oscillator [11]

(2.10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan IC CD 4046B Micropower Phase Lock

Loop yang di dalamnya sudah terdapat blok VCO (Voltage Controlled Oscillator) [12]. Hal

ini ditunjukkan pada Gambar 2.18. VCO pada IC CD4046 akan dimanfatkan sebagai piranti

voltage to frequency converter.

Gambar 2.18. Konfigurasi dan diagram blok IC CD4046B [12]

2.5

Frequency to Voltage converter

Sebuah pengubah frekuensi ke tegangan (F/V converter) menghasilkan tegangan

keluaran yang amplitudonya merupakan fungsi alih dari frekuensi pada sinyal masukan.

Sama seperti V/F converter, F/V converter dapat merespon terhadap sinyal masukan yang

berupa sinyal sinus, sinyal kotak, ataupun sinyal pulsa. rangkaian ini pada dasarnya adalah

sebuah pemisah atau detektor FM [10].

Grafik karakteristik ideal dari sebuah F/V converter ditunjukkan pada Gambar 2.19.

Deviasi frekuensi pada sinyal masukan (mengacu pada center frequency sinyal) ditunjukkan

oleh sumbu x, dan tegangan keluaran ditunjukkan oleh sumbu y. Grafik karakteristik ini

idealnya juga berupa kurva linier, hal ini berarti apabila sinyal masukan dengan frekuensi

(38)

19

Hz menghasilkan tegangan keluaran 1 V, maka sinyal masukan dengan frekuensi 1100 Hz

idealnya menghasilkan tegangan keluaran 2 V.

Gambar 2.19. Karakteristik F/V converter [10]

Pada perangkat penerima, data diterima dalam bentuk sinyal AC. Karena tugas akhir

ini menggunakan LED sebagai penampil data pengukuran pada perangkat penerima, maka

data yang diterima perlu dikonversi ke level tegangan DC menggunakan piranti frequency to

voltage converter IC LM2907N dengan diagram blok seperti pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20. Konfigurasi dan diagram blok IC LM2907N [13]

2.6

Penampil LED

Light Emmiting Diode (LED) merupakan suatu komponen semikonduktor yang

memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju [14].

Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai dan bisa juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

dekat ultraviolet, tampak atau inframerah.Arus maksimal yang dibutuhkan LED yaitu 20mA

[14]. Sehingga nilai resistor yang paling kecil dapat dihitung dengan persamaan (2.12)

I

V V

R = − LED

min (2.11)

20 10 3

min

× − = V VLED

R (2.12)

dengan VCC adalah tegangan catu daya (Volt), VLED adalah beda tegangan pada LED (Volt),

Rmin adalah resistansi yang diseri dengan LED (ohm) dan I adalah arus yang mengalir pada

LED (Ampere). Besarnya nilai VLED berbeda – beda tergantung dari warna cahaya LED yang

digunakan [14]. Untuk LED warna hijau besarnya VLED adalah 2,1 V. Untuk LED warna

kuning besarnya VLED adalah 2 V. Dan untuk LED warna merah besarnya VLED adalah 1,7

V. Rangkaian LED ditunjukkan pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21. Rangkaian LED [14]

R

Vled VCC

(40)

21

BAB III

PERANCANGAN

PERANGKAT PENGIRIM

DAN PERANGKAT PENERIMA

Perancangan modul aplikasi telemetri terdiri dari 2 bagian, yaitu: bagian perangkat

pengirim dan bagian perangkat penerima. Bagian perangkat pengirim berisi rangkaian sensor

suhu, rangkaian pengkondisi sinyal, dan rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi (voltage to

frequency converter). Sedangkan untuk bagian perangkat penerima berisi rangkaian pengubah

frekuensi ke tegangan (frequency to voltage converter), rangkaian pengkondisi sinyal, dan

rangkaian penampil berupa LED.

3.1

Diagram Blok

Diagram blok dalam perancangan ini terdiri dari 2 bagian yaitu perangkat pengirim dan

perangkat penerima. Diagram blok modul pengirim ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan diagram

blok modul penerima ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Diagram blok perangkat pengirim

Gambar 3.2 Diagram blok perangkat penerima

Secara umum cara kerja dari perangkat pengirim dapat dijelaskan seperti berikut :

Ketika sensor suhu mendeteksi perubahan suhu, maka sensor menghasilkan arus atau tegangan Rangkaian

Penampil LED Rangkaian

Frequency to Voltage Converter

Rangkaian Pengkondisi Sinyal Rangkaian

Sensor Suhu

Rangkaian Pengkondisi Sinyal

Rangkaian

Voltage to Frequency Converter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

keluaran yang nilainya berubah – ubah sesuai dengan karakteristik sensor suhu. Tegangan

keluaran yang dihasilkan sensor suhu merupakan data yang akan dikirim ke perangkat

penerima. Data ini masih berupa level tegangan DC. Agar data dapat dikirim, data perlu

diubah ke level tegangan AC menggunakan rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi

(voltage to frequency converter). Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi untuk

mengkondisikan tegangan keluaran dari sensor suhu agar sesuai dengan jangkauan tegangan

masukan yang dibutuhkan oleh voltage to frequency converter sehingga dapat menghasilkan

tegangan keluaran dengan frekuensi yang telah ditentukan penulis. Setelah diubah ke level

tegangan AC, data dapat dikirim ke perangkat penerima. Pada tugas akhir ini sarana

pengiriman data dari perangkat pengirim ke perangkat penerima tidak melalui udara,

melainkan hanya menggunakan kabel sepanjang 1 meter.

Cara kerja perangkat penerima dapat dijelaskan sebagai berikut : Data yang dikirim

dari perangkat pengirim diterima di perangkat penerima dan diubah kembali ke level tegangan

DC oleh rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan (frequency to voltage converter).

Tegangan keluaran frequency to voltage converter dikondisikan agar sesuai dengan jangkauan

tegangan masukan dari rangkaian penampil LED, sehingga rangkaian penampil LED dapat

merepresentasikan tingkatan suhu yang terukur pada sensor suhu.

3.2

Perancangan Perangkat Pengirim

3.2.1

Perancangan Sensor Suhu

Sensor suhu pada tugas akhir ini menggunakan IC LM335, sensor suhu presisi yang

dapat dikalibrasi langsung dalam °K (derajat Kelvin) maupun °C (derajat Celcius), memiliki

impedansi dinamik kurang dari 1 Ω, memiliki tegangan keluaran dalam orde Volt bukan

milivolt, serta lebih murah dibanding sensor sejenis yang tersedia di pasaran. IC LM335

memiliki karakteristik jangkauan operasi dari suhu -40 °C s.d. 100 °C dan arus maksimum

sebesar 15 mA [7].

Untuk dapat beroperasi dengan presisi, LM 335 dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara

merangkai LM335 seperti Gambar 3.3. Kaki adjustment pada LM 335 di hubungkan dengan

potensiometer. Kemudian dikalibarasi agar menghasilkan tegangan keluaran sebesar 2,982 V

(42)

23

Gambar 3.3. Rangkaian pengkalibrasi LM335 [7]

Setelah dikalibrasi, LM 335 dapat menghasilkan tegangan keluaran secara linier sebesar +10

mV / °C. Pada tugas akhir ini, batasan suhu yang diukur adalah dari 27 °C s.d. 77 °C yang

dibagi menjadi 6 tingkatan suhu yaitu : 27 °C, 37 °C, 47 °C, 57 °C, 67 °C, dan 77 °C. Jika

pada suhu 25 °C sensor suhu mengeluarkan tegangan sebesar 2,982 Volt [7] dan tegangan

keluaran sensor meningkat secara linier + 10 mV/°C atau +100 mV/°C (0,1 V/°C), maka

besarnya tegangan keluaran sensor suhu pada suhu 27 s.d. 77 °C ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data keluaran sensor suhu pada suhu 27 s.d 77 °C

Suhu (°C) Keluaran sensor suhu (Volt)

27 3,002

37 3,102

47 3,202

57 3,302

67 3,402

77 3,502

Jika diketahui Vcc = 12 Volts, dan arus maksimum (Is) yang dapat mengalir pada IC

LM335 adalah 15 mA, maka nilai resistor pada rangkaian sensor suhu (Rs) atau nilai R1 pada

Gambar 3.3 dapat dihitung dengan dengan persamaan (3.1).

Rs= Vcc

Is (3.1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

R1 = Rs

R1= 12

15× 10-3 R1 = 800 Ω

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai R1 pada rangkaian sensor adalah 800 Ohm.

Resistor yang akan digunakan pada perancangan ini terdiri dari 4 resistor sebesar 200 Ohm

yang dirangkai seri. Rangkaian sensor suhu pada perancangan ini ditunjukkan pada Gambar

3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian sensor suhu

3.2.2

Perancangan Rangkaian Pengubah Tegangan ke Frekuensi

Rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi (voltage to frequency converter) berfungsi

sebagai representasi tegangan keluaran dari sensor suhu pada level AC. Pada perancangan ini

penulis menggunakan VCO (Voltage Controlled Oscillator) pada IC CD4046B sebagai piranti

pengubah tegangan ke frekuensi. IC CD4046B adalah IC Micropower Phase Lock Loop yang

di dalamnya juga sudah tersedia blok VCO [12].

Perancangan rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi dilakukan dengan menentukan

nilai R1, R2, dan C pada rangkaian eksternal VCO dari IC CD4046B [12]. Nilai dari

rangkaian tersebut dapat ditentukan dengan melihat grafik karakteristik pada datasheet IC

CD4046B. Nilai R1 dan R2 dapat ditentukan dengan melihat Gambar 3.5 dan nilai C dapat

200

LM335 POT

1

3

2

+12 V

200 200 200

(44)

25

ditentukan dengan melihat Gambar 3.6. Untuk menentukan nilai C, R1, dan R2 terlebih dahulu

harus menentukan batasan maksimum dan minimum frekuensi pada tegangan keluaran VCO.

Batasan frekuensi tegangan keluaran dari VCO (Voltage Controlled Oscillator)

dirancang dari 2 KHz s.d. 7 KHz yang dibagi menjadi 6 tingkatan frekuensi, yaitu 2, 3, 4, 5, 6,

dan 7 KHz. Dengan demikian, nilai R1 dan R2 dapat ditentukan sebagai berikut :

fMIN = 2 KHz

fMAX = 7 KHz

ffMAX MIN =

7KHz

2KHz

ffMAX MIN = 3,5

Gambar 3.5. Grafik karakteristik fMAX/fMIN terhadap R2/R1 pada IC CD4046B [12]

3,5

3,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

Berdasarkan Gambar 3.5, jika diketahui VDD = 10 Volt dan fMAX/fMIN = 3,5 penulis

mendapatkan nilai R2/R1 dengan cara menarik garis lurus (garis merah) pada sumbu y di

angka 3,5 ke kurva karakteristik fMAX/fMIN terhadap R2/R1, kemudian titik pertemuan garis

(merah) tersebut ditarik lagi garis ke arah sumbu x. Titik pertemuan garis (merah) dengan

sumbu x menunjukkan nilai R2/R1, yaitu sebesar 3,5. Kemudian, jika nilai R2 yang dipilih adalah 100 KΩ (berkaitan dengan penentuan nilai C), maka nilai R1 dapat dihitung sebagai berikut :

R2 R1 = 3,5

R2 = 100 KΩ

R1 = R2 3,5

R1 = 100×10 3

3,5

R1 = 28,571 KΩ

Nilai R1 yang digunakan adalah 28,570 KΩ yang terdiri dari resistor 27 KΩ, resistor 1 KΩ,

resistor 470 Ω, dan resistor 100 Ω yang disusun seri.

Untuk menentukan nilai C, jika diketahui VDD = 10 Volt, fMIN = 2 KHz, R2 = 100 KΩ,

maka berdasarkan Gambar 3.6, dengan menarik garis lurus (garis biru muda) pada sumbu y

(fMIN) pada angka 2 ke arah kurva karakteristik fMIN terhadap C, kemudian dari titik

pertemuan garis tersebut dengan kurva ditarik lagi garis ke arah sumbu x, penulis

mendapatkan nilai C sekitar 0,8 X 10-2 µF atau sekitar 8 nF. Akan tetapi, berdasarkan

pengujian awal terhadap rangkaian VCO dengan nilai C = 8 nF, dan berdasarkan keterangan

kondisi VCO pada Gambar 3.6, pada saat tegangan keluaran VCO pada kondisi minimum (f =

2 KHz), nilai VCOIN (tegangan masukan VCO) adalah 0 Volt atau sama dengan nilai VSS. Hal

ini berarti tegangan keluaran sensor suhu pada suhu 27 °C akan direpresentasikan dengan 0

Volt pada level tegangan AC oleh VCO. Karena itu, untuk representasi data yang lebih baik

dan memudahkan perancangan rangkaian pengkondisi sinyal, nilai C ditentukan ulang dengan

memilih nilai fMIN = 1,5 KHz. Kemudian dengan cara yang sama seperti sebelumnya penulis

(46)

27

Gambar 3.6. Grafik karakteristik fMIN terhadap C pada IC CD4046B [12]

Rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi menggunakan VCO dan hasil pengujian

awal rangkaian tersebut ditunjukkan berturut – turut pada Gambar 3.7 dan Tabel 3.2.

Gambar 3.7. Rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi

Output VCO C1 10nF 8 R2 100 Kohm VSS U1 4046 3 4 14 6 7 5 11 12 1 2 13 9 10 15 CIN VCOUT SIN CX CX INH R1 R2 PP P1 P2 VCOIN DEMO ZEN 1 Kohm Input VCO 470 ohm 27 Kohm 100 ohm VDD 10 V 1.5 1 0,8 2 Vdd =

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

Tabel 3.2. Data pengujian awal rangkaian pengubah tegangan ke frekuensi

VCO input (Volt) VCO output (KHz)

0 1,789

1,648 2,0016

3,099 2,9996

4,47 4,0095

5,82 5,0086

7,16 6,0047

8,52 7,0029

3.2.3

Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal

Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi untuk mengkondisikan tegangan keluaran dari

sensor suhu pada suhu 27 s.d. 77 °C yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 agar sesuai dengan

jangkauan tegangan masukan yang dibutuhkan oleh rangkaian pengubah tegangan ke

frekuensi sehingga dapat menghasilkan tegangan keluaran dengan frekuensi dari 2 s.d. 7 KHz.

Jangkauan tegangan masukan yang dibutuhkan oleh rangkaian pengubah tegangan ke

frekuensi ditunjukkan pada Tabel 3.2. Gambar 3.8 menunjukkan grafik karakteristik dari

rangkaian pengkondisi sinyal pada perancangan perangkat pengirim yang direpresentasikan

dengan persamaan (2.1).

y = m.x + c (2.1)

Gambar 3.8. Grafik karakteristik rangkaian pengondisi sinyal pada perangkat pemancar

3,002; 1,648 3,102; 3,009 3,202; 4,47 3,302; 5,82 3,402; 7,16 3,502; 8,52 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2,9 3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6

T e g a n g a n k e lu a ra n p e n g k o n d is i s in y a l (T e g a n g a n ma su k a n V C O )

Tegangan masukan pengkondisi sinyal (Tegangan keluaran sensor suhu)

Volt

(48)

29

Keterangan :

Sumbu y = tegangan keluaran pengkondisi sinyal sekaligus tegangan masukan VCO

Sumbu x = tegangan masukan pengkondisi sinyal sekaligus tegangan keluaran sensor suhu

yMAX = tegangan masukan VCO yang menghasilkan keluaran dengan frekuensi 7 KHz

yMIN = tegangan masukan VCO yang menghasilkan keluaran dengan frekuensi 2 KHz

xMAX = tegangan keluaran sensor suhu pada suhu 77 °C

xMIN = tegangan keluaran sensor suhu pada suhu 27 °C

Nilai xMAX dan xMIN dapat diketahui dengan melihat Tabel 3.1, sedangkan nilai yMAX

dan yMIN dapat diketahui dengan melihat Tabel 3.2. Dengan demikian nilai m dan c dapat

dihitung dengan mensubtitusi nilai xMAX, xMIN, yMAX, dan yMIN ke dalam persamaan (2.2) dan

(2.3).

m = yMAX - yMIN

xMAX - xMIN (2.2)

c = -��yMAX - yMIN�.xMIN

xMAX - xMIN �+ yMIN (2.3)

Diketahui :

xMAX = 3,502 V

xMIN = 3,002 V

yMAX = 8,52 V

yMIN = 1,648 V

m = yMAX - yMIN

xMAX - xMIN

m = 8,52 - 1,684

3,502 - 3,002

m = 13,744

c = -��yMAX - yMIN�.xMIN

xMAX - xMIN �+ yMIN

c = -�(8,52 -1,648).3,002

3,502 -3,002 �+ 1,648

c = -41,2595 + 1,648

c = -39,6115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

Substitusi nilai m dan c ke dalam persamaan (2.1) menghasilkan persamaan (3.1).

y = m.x + c

m = 13,744

c = -39,6115

y = 13,744.x – 39,6115 (3.1)

Untuk mengecek kecocokan dari persamaan (3.1) nilai xMAX, xMIN, yMAX, dan yMIN

disubstitusi ke persamaan tersebut.

xMIN = 3,002 V

yMIN = 1,648 V

y = 13,744.x – 39,6115

1,648 = 13,744.(3,002) – 39,6115

1,648 = 41,2595 – 39,6115

1,648 = 1,648 (cocok)

xMAX = 3,502 V

yMAX = 8,52 V

y = 13,744.x – 39,6115

8,52 = 13,744.(3,502) – 39,6115

8,52 = 48,1315 – 39,6115

8,52 = 8,52 (cocok)

Untuk merancang rangkaian pengkondisi sinyal berdasarkan persamaan (3.1), maka

persamaan (3.1) disederhanakan terlebih dulu menjadi persamaan (3.2).

y = 13,744.x – 39,6115 y

13,744 =

13,744.x 13,744 –

39,6115 13,744 y

13,744 = x – 2,8821

y = (x – 2,8821).13,744 (3.2)

Dari persamaan (3.2) penulis membuat rancangan awal rangkaian pengondisi sinyal di

(50)

31

Gambar 3.9. Rancangan awal rangkaian pengkondisi sinyal di perangkat pengirim

3.2.3.1

Blok 1 : Rangkaian Penguat

Inverting

dengan Vo = - 2,8821 Volt

Blok 1 dari rangkaian pengkondisi sinyal merupakan penguat inverting yang dirancang

agar menghasilkan tegangan keluaran (Vo) sebesar – 2,8821 Volt. Sehingga besarnya

penguatan (Av) dari penguat inverting dapat dihitung seperti berikut :

Vo = - 2,8821 V

Vi = 12 V

Av = Vo

Vi

Av = -2,8821 12 Av = - 0,240175

Untuk mendapatkan penguatan (Av) sebesar - 0,240175 nilai R1 dan R2 dari Gambar 3.9

dapat dihitung dengan persamaan (2.5). Jika nilai R1 yang dipilih sebesar 1 KΩ, maka

besarnya R2 dapat dihitung seperti berikut :

Av= - Rf

Ri (2.5) Rf = R2

Ri = R1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

Av= - R2

R1

- 0,240175 = - R2

1 × 103

R2 = - 0,240175 × - �1 × 103�

R2 = 240,175 Ω

Untuk mendapatkan nilai R2 sebesar 240,175 Ω penulis menggunakan trimpot.

Rangkaian penguat inverting sebagai blok 1 dari rangkaian pengkondisi sinyal ditunjukkan

pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Blok 1 rangkaian pengkondisi sinyal: Penguat inverting dengan Vo = -2,8821 V

3.2.3.2

Blok 2 : Rangkaian Penguat Penjumlah

Blok 2 dari rangkaian pengkondisi sinyal merupakan penguat penjumlah yang

dirancang untuk menjumlahkan tegangan keluaran dari rangkaian sensor suhu dengan

tegangan keluaran blok 1 pengkondisi sinyal.

Besarnya tegangan keluaran (Vo) dari blok penguat penjumlah pada Gambar 3.9 dapat

dihitung dengan persamaan (2.8).

Vo = - �Rf

Ri1 V1 + Rf

Ri2 V2� (2.8) Rf = R5

Ri1 = R3

Ri2 = R4

Vo = - �R5 R3 V1 +

R5 R4 V2� X1

R1 1k

Vi

R2 24 0, 175

= 12 V

VC VE

(52)

33

Agar tidak mengubah nilai dari V1 dan V2, nilai penguatan dari penguat penjumlah dirancang

sebesar 1. Maka nilai R3, R4, dan R5 yang dipakai adalah 1 KΩ. Kemudian subtitusi Vo

dengan y, V1 dengan x, dan V2 dengan – 2,8821 menghasilkan persamaan (3.3).

Vo = - �R5 R3 V1 +

R5

R4 V2�

y = - �1×10 3

1×103 x + 1×103

1×103 –2,8821�

y = - (x – 2,8821) (3.3)

Sehingga rangkaian penguat penjumlah sebagai blok 3 dari rangkaian pengkondisi sinyal

ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Blok 2 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat penjumlah

3.2.3.3

Blok 3 : Rangkaian Penguat

Inverting

dengan Av = - 13,744

Rangkaian penguat inverting ini berfungsi untuk mengubah polaritas tegangan

keluaran penguat penjumlah yang bernilai negatif menjadi bernilai positif . Penguatan

tegangan pada blok ini dirancang sebesar – 13,744 . Untuk mendapatkan penguatan (Av)

sebesar – 13,744 nilai R6 dan R7 dari Gambar 3.9 dapat dihitung dengan persamaan (2.5). Jika

nilai R6 yang dipilih sebesar 1 KΩ, maka besarnya R7 dapat dihitung seperti berikut :

Av= - Rf

Ri (2.5) Rf = R7

Ri = R6

Av= - R7

R6

- 13,744 = - R7

1 × 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

R7 = - 13,744 × - �1 × 103�

R7 = 13,744 KΩ

Untuk mendapatkan nilai resistor sebesar 13,744 KΩ penulis menggunakan trimpot

pada rangkaian. Rangkaian penguat inverting sebagai blok 3 dari rangkaian pengkondisi sinyal

ditunjukkan pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Blok 3 rangkaian pengkondisi sinyal : Penguat inverting dengan Av = - 13,744

Rancangan akhir rangkaian pengkondisi sinyal pada perangkat pengirim berdasarkan

persamaan (3.2) ditunjukkan pada Gambar 3.13.

(54)

35

3.3

Perancangan Perangkat Penerima

3.3.1 Rangkaian Pengubah Frekuensi ke Tegangan

Data yang diterima di penerima berupa level tegangan AC diubah ke level tegangan

DC supaya dapat ditampilkan di penampil LED. Piranti pengubah frekuensi ke tegangan yang

digunakan pada perancangan ini adalah IC LM2907N yang dirancang sedemikian rupa

sehingga saat tegangan masukan berada dalam kondisi frekuensi minimum (ƒMIN), IC

menghasilkan tegangan keluaran yang sama dengan tegangan masukan VCO yang

menghasilkan tegangan dengan frekuensi minimum (ƒMIN). Demikian juga saat tegangan

masukan berada dalam kondisi frekuensi maksimum (ƒMAX), IC menghasilkan tegangan

keluaran yang sama dengan tegangan masukan VCO yang menghasilkan sinyal dengan

frekuensi maksimum (ƒMAX).

Rancangan awal rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan menggunakan IC

LM2907N ditunjukkan pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Rancangan awal rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan

Nilai C1, C2, dan R1 dapat ditentukan berdasarkan persamaan (3.4), persamaan (3.5),

dan persamaan (3.6) [13]

Vo = Vcc x ƒIN x C1 x R1 x K

(3.4)

Vripple = Vcc 2 ×

C1

C2 × �1

-Vcc×fin×C1

I2 �pk-pk (3.5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

fMAX= I2

C1 ×Vcc (3.6) keterangan :

K = konstanta penguatan Op – Amp. Tipikalnya 1, karena op – amp difungsikan sebagai

buffer dengan menghubungkan kaki 10 (kaki inverting op – amp) dengan kaki 5 (pin

keluaran LM2907N).

I2 = arus yang mengalir keluar dari kaki 2 (charge pump). Besarnya I2 ditentukan

dari datasheet, yaitu sebesar 180 µA typical [13]. Hal ini ditunjukkan pada Gambar

3.15.

Vripple= ripple tegangan keluaran. Umumnya dirancang mendekati 0 agar tegangan keluaran

pengubah frekuensi ke tegangan benar – benar berada pada level tegangan DC.

Gambar 3.15. Karakteristik I2 terhadap suplai tegangan LM2907N [13]

Jika diketahui fMAX = 7 KHz, I2 = 180 µA, dan Vcc = 12 V, maka besarnya nilai C1

dapat dihitung seperti berikut :

fMAX= I2

C1 ×Vcc

7 × 103= 180 × 10 -6

C1 × 12 C1 = 2,143 nF

C1 yang dipakai 2,1 nF yang terdiri dari 2 kapasitor 1nF dan kapsitor 100 pF yang

(56)

37

kondisi frekuensi maksimum 7 Khz (ƒMAX), IC menghasilkan tegangan keluaran sebesar 8,52

volt, yaitu tegangan masukan VCO yang menghasilkan sinyal dengan frekuensi maksimum 7

KHz (ƒMAX), maka untuk menentukan nilai R1, nilai Vo yang digunakan adalah 8,52 volt

berdasarkan data pada Tabel 3.2.

Vo = 8,52 V

fin = 7,0029 KHz

C1 = 2,1 nF

Vo = Vcc x fin x C1 x R1 x K

R1 = Vo

fin ×Vcc×C1

R1 = VoMAX fin MAX×Vcc×C1

R1 = 8,52

7,0029×103 ×12×2,1×10-9

R1 = 48,279 KΩ

Nilai R1 yang dipakai sebesar 48,282 KΩ yang terdiri dari resistor 47 KΩ, resistor 1,2 KΩ,

dan resistor 82 Ω (tersedia di pasaran) yang disusun secara seri.

Besarnya nilai C2 yang dipilih akan menentukan ripple dari tegangan keluaran

rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan. Karena ripple tegangan akan dirancang mendekati

nilai 0 V, maka nilai C2 yang dipilih harus cukup besar. Nilai C2 yang dipakai pada

perancangan ini sebesar 4,7 µF (tersedia di pasaran) yang menghasilkan ripple tegangan

sebesar 0,0525 mV pada finMAX (7,0029 KHz) dan 0,00193 V pada finMIN (2,0016 KHz).

finMAX = 7,0029 KHz

C1 = 2,1 nF

C2 = 4,7 µF

Vripple = Vcc 2 ×

C1

C2 × �1

-Vcc×fin×C1

I2 �pk-pk

Vripple = 12 2 ×

2,1×10-9

4,7×10-6 × �1 -

12×7,0029×103×2,1×10-9

180×10-6 �pk-pk

Vripple = 0,0525 mVpk-pk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

finMIN = 2,0016 KHz

C1 = 2,1 nF

C2 = 4,7 µF

Vripple= Vcc 2 ×

C1

C2 × �1

-Vcc×fin×C1

I2 �pk-pk

Vripple = 12 2 ×

2,1×10-9

4,7×10-6 × �1 -

12×2,0016×103×2,1×10-9

180×10-6 �pk-pk

Vripple = 0,00193 Vpk-pk

Rancangan akhir rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan pada perangkat penerima

dan hasil pengujian awal rangkaian tersebut berturut – turut ditunjukkan pada Gambar 3.16

dan Tabel 3.3.

Gambar 3.16. Rancangan akhir rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan

Tabel 3.3. Data hasil pengujian awal rangkaian pengubah frekuensi ke tegangan

LM2907 in (KHz) LM2907 out (Volt)

2,00284 2,032

3,00312 3,021

4,01272 3,97

5,00721 4,92

6,00040 5,90

7,00987 6,84

3.3.2 Rangkaian Penampil LED

Data yang diterima di perangkat penerima akan ditampilkan menggunakan 6 buah LED

yang masing – masing akan merepresentasikan suhu 27 s.d. 77 °C yang terukur di perangkat

1,2k 82

1nF 100pF C1

1nF

Output (V)

VCC 12 V

(58)

39

pengirim. Dua buah LED warna hijau merepresentasikan suhu 27 dan

Gambar

Gambar 1.1. Diagram blok Modul Aplikasi Telemetri
Gambar 2.1 [2].
Gambar 2.2. Sistem telemetri analog single input – single display [2]
Gambar 2.4. Sistem telemetri digital single input – single display [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Juni 2016 di Merauke adalah: kelompok bahan makanan sebesar 0,06 persen; kelompok makanan

Laporan Keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat digunakan ketika

Kepala Bagian Iklan: Ali Usodo Kepala Bagian Pemasaran: Monang Sitorus Wakil Kepala Bagian Iklan: Nenny Indriasari.. Telepon Pengaduan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada daun mimba dan kemampuan zona hambat ekstrak etanol daun mimba sebagai antibakteri

Dalam penelitian tersebut penulis akan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing, yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu pada pokok bahasan gaya dapat

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya untuk kami, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah

Guru-guru tidak dibenarkan mengutip sebarang wang / yuran daripada murid-murid kecuali dengan kebenaran Guru Besar. Sekiranya ada kutipan wang, rekodnya atau rekod