10 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB
KHULASHAH NURUL YAQIN
KARYA UMAR ABDUL DJABBAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nafi’atu
n Khasanah
111-14-299
PROGRAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
10 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB
KHULASHAH NURUL YAQIN
KARYA UMAR ABDUL DJABBAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nafi’atu
n Khasanah
111-14-299
PROGRAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini
saya persembahkan kepada:
1. Bapak Ahmad So’ir dan Ibu Yamini tercinta yang telah mendidik,
membimbing, memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang
menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal
shalih dan ridho Allah.
2. Kakak tercinta, M. Rojin Najach yang selalu mendukung dan
membantuku.
3. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi
semangat dan membantuku.
4. Maftukhah, Anis Mustiya sari, Ifa durrotik, Putri Aprilia, Hani’ah, Nonik
dan Desi Nur baiti yang selalu memberi motivasi dan mendo’akanku.
5. Rohmatika, Farida dan Munawaroh yang telah memberikan dukungan,
do’a dan semangat untukku.
6. Teman-teman KKN 2018 posko 95 yang telah membantu dan mendukung
saya.
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrohim
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Yang Terdapat Dalam Kitab Khulashah Nurul Yaqin Karya Umar
Abdul Djabbar”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki
sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu
terselesainya skripsi ini. oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4.Bapak Moh. Hafidz M. Ag, selaku dosen Pembimbing Akademik dan
DAFTAR ISI
SAMPUL... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 7
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Masalah ... 7
E. Kajian pustaka ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II BIOGRAFI NASKAH ... 14
A. Biografi pengarang kitab Khulasahah nurul yaqin ... 14
B. Sistematika Penulisan kitab Khulasahah nurul yaqin ... 16
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN UMAR ADDUL DJABBAR ... 21
A. Disiplin Keilmuwan ... 21
B. Deskripsi Pemikran Umar Abdul Djabbar ... 25
BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB KHULASHAH NURUL YAQIN KARYA ABDUL DJABBAR ... 35
1. Pendidikan Toleransi ... 36
2. Perduli Sosial... 41
3. Pendidikan Disiplin ... 42
4. Pendidikan Mandiri ... 44
5. Pendidikan Cinta Damai... 47
6. Pendidikan semangat kebangsaan ... 49
7. Pendidikan jujur ... 51
8. Pendidikan Relegius ... 54
9. Pendidikan Kerja keras... 56
BAB V PENUTUP ... 64
A.KESIMPULAN ... 64
B.SARAN ... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar pustaka
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Cover Buku
4. Nota Pembimbing
5. Lembar Konsultasi
ABSTRAK
Khasanah, Nafi’atun, 2018. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab
Khulashah Nurul Yaqin Karya Umar Abdul Djabbar. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz M.Pd.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Karakter, Khulashah Nurul Yaqin Karya Umar Abdul Djabbar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai pendidikan karakter dalam kitab
Khulshah Nurul Yaqin. Focus masalah yang akan dikaji adalah, bagaimana nilai
pendidikan dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin.
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pusaka yang dilakukan dengan mengimpun dan menganlisis data yang bersumber dari perpustakaan, dengan metode library dan literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan
sumber data primer berupa kitab Khulashah Nurul Yaqin dan sumber data
sekunder yang berupa buku pendidikan karakter, adapun teknik analisis data yang
dilakukan adalah metode content analysis dengan menganalisis dengan
menganalisis isi untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kitab tersebut.
Hasil penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter dalam kitab
Khulashah Nurul Yaqinkarya Umar Abdul Djabbar dapat tercermin dari teladan Rasulullah saw dengan akhlak terpuji beliau. Adapun nilai pendidikan karakter
dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul Djabbar meliputi 10 nilai
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern yang semakin maju dan berkembang ditambah
adanya teknologi canggih membuat semua orang bisa memenuhi
kebutuhanya. Dengan alat tersebut dapat menghibur diri dengan menonton
beberapa film. Kebanyakkan dari mereka lebih menyukai film-film barat
dari pada film timur. Karena film-film barat itu kebanyakan menayangkan
drama romantis dibuat yang menonton pasti ketagihan. Dampak dari itu
akan menumbuhkan sifat malas, mudah menyerah ataupun putus asa.
Dari sifat-sifat tersebut, dapat menurunkan karakter yang berakibat
buruk dan tidak baik moralnya. Sebenarnya, banyak faktor yang ikut andil
pada proses menurunnya moral dan karakter, namun dari berbagai faktor
yang paling mengakar terjadianya kerusakan di tengah manusia adalah
lemahnya atau rusaknya kualitas hati manusia, buruknya lingkungan,
lemahnya atau rusaknya pergaulan.
Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang
penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Karakter yang kuat akan
membentuk mental kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan
spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengarungi proses panjang,
Mereka yang memiliki karakter yang kuat baik dalam prinsip
maupun sikap selalu mengantarkan dirinya sebagai pemimpin realitas, baik
sebagai pemimpin formal sebuah kelompok ataupun pemimpin informal.
Untuk itu hal yang paling utama adalah sikap teladan dalam segala aspek
kehidupan, karena seseorang mesti menjadi sorotan dari semua orang
sehingga setiap tindakannya akan menjadi rujukan dan model bagi banyak
orang. Karenanya keteladanan sikap haruslah menjadi bagian terpenting
hidupnya. Jejak kebaikan yang kemudian ditiru oleh orang lain akan
menjadi nilai kebaikan juga bagi dirinya, demikian sebaliknya sebagaimana
dalam firman Allah sebagai berikut (Saleh, 2012:264).
Keteladanan hendaknya diartikan dalam arti luas, yaitu berbagai
dilakukan dan dibiasakan dengan baik sejak awal, khususnya bagi pendidik,
maka akan memiliki arti penting dalam membentuk karakter sebagai
seorang guru yang mendidik (Hidayatullah, 2009: 95).
Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat
dari al qur’an. Sebab keteladanan adalah sarana penting dalam pembentukan
seribu kata yang diucapkan. Oleh karena itu, sekali lagi, keteladanan dalam
mendidik karakter anak adalah sangat penting, apalagi kita sebagai orangtua
yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita harus menjadi teladan
yang baik buat mereka. Kita harus menjadi figur yamg ideal bagi anak-anak,
kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalka dalam mengarungi
kehidupan ini (Amirullah, 2015:80).
Indonesia merupakan negara yang terus menerus berupaya
menyempurnakan sistem pendidikannya, selalu memperbaharui berbagai
kebajikan dan perundang-undangan sistem pendidikan nasionalnya. Hal ini
dilakukan agar pendidikan benar-benar mampu menjadi agen pembaharuan
dan kemajuan bagi bangsa dan negara dengan tetap berlandasan pada
prinsip keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani, aspek fisik-material,
dan mental spiritual, sehingga setiap warga negaranya memperolah
kesejahteraan lahir dan batin. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan
secara sistematis guna mencapai mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter anak sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat
(Wiyani, 2012:1-2).
Diskursus pendidikan akhir-akhir ini terus memposisikan pendidikan
karakter sebagai “jalan keluar” bagi berbagai kebutuhan moral yang sedang
melanda bangsa Indonesa, sehingga tidak salah jika berbagai komunitas
untuk mencegah perilaku korupsi, praktik politik yang tidak bermoral, bisnis
yang nakal, penegakan hukum yang tidak adil, perilaku vandalisme, dan
sebagainya (Zuchdi, 2009:9).
Di Indonesia sendiri, nilai-nilai pendidikan karakter terus digali dan
dikembangkan. Banyak institusi, komunitas, bahkan individu mulai tertarik
dengan konsep pendidikan karakter. Hal ini, dipercaya akan bisa
menghantarkan bangsa indonesia untuk membantu krisis moral, yang belum
kunjung usai. Jika kita mau jujur, sesungguhnya indonesia merupakan
negara yang beruntung. Bangsa indonesia dikarunia nikmat yang tiada
terhingga nilainya, berupa iklim tropis basah (humid tropic) dan sumber
daya alam melimpah. Karunia ini hanya mungkin dapat bangsa indonesia
menjadi teladan di dunia. Apabila kita sebagai suatu bangsa memiliki
karakter yang terpuji dan kecerdasan yang dapat diandalkan. Dua kualiatas
bangsa yang bagus ini hanya mungkin dicapai kalau nasionalisme sudah
bersemayam dalam qulbu atau hati nurani rakyat Indonesia (Zuchdi,
2009:13).
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah
benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang
hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki
kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta keperdulian dan komitmen
untuk menerapkan kebajian dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata
melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain,
dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut
dapat diidentifikasikan pada perilaku individu dan bersifat unik, maka
karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter
setiap individu ini bersifat unik, karakteristik umum yang menjadi stereotip
dari sekelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasiakan sebagai
karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula dipandang sebagai
karakter suatu bangsa. Dengan demikian, istilah karakter berkaitan erat
dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang
yang berkarakter (a person of character)jika perilaku sesuai dengan etika
atau kaidah moral (Mulyasa, 2011:3).
Seseorang dapat dikatakan telah berhasil jika menyerap nilai dan
keyakinan yang dihendaki masyarakat sebagai kekuatan dalam hidupnya.
Demikian seseorang yang berkarakter, berarti ia memiliki kepribadian
yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah,
keteladaan, ataupun sifat-sifat lain yang harus melekat pada diri seseorang
(Hidayatullah, 2009:12).
Dalam persepsi Islam, pendidikan karakter secara teoretik
sebenarnya telah ada sejak islam diturunkan di dunia: seiring dengan
diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau
menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran islam sendiri
keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlaq. Pengalaman ajaran
islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seoarang muslim,
bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW,
yang memiliki sifat shidiq, Tabliq, Amanah, Fathonah (Mulyasa, 2011:4-5).
Dalam kitab Khulasoh Nurul Yaqin, beliau syaikh Umar Abdul
Djabbar membahas sosok teladan bagi Rasulullah saw, mulai dari
perjalanan hidup, dakwah, sifat-sifat terpuji hingga keindahan akhlak
Raulullah saw. Agar mengetahui siapa idola yang paling bersinar diantara
semua idola yang patut untuk menjadi teladan dari dunia hingga akhirat.
Kitab ini yang terbagi beberapa atas jilid yang kesemuanya merangkum
kehidupan Rasulullah saw dari kelahiran hingga wafatnya Rasulullah saw.
(http:/sukadukadimi.blogspot.ci.id/2010/12/Ringkasan-khulashah-nurul
yaqin.httm, diakses 20 Mei 2018).
Dengan pertimbangan latar belakang diatas penulis berniat menggali
nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin karya
Umar Abdul Djabbar, yang mengkaji perjalanan Rasulullah, dari sebelum
lahirnya Rasulullah hingga perjuangan Rasulullah menyiarkan agama islam,
hingga wafatnya Rasulullah. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis
memberi judul: (NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
KITAB KHULASHAH NURUL YAQIN KARYA UMAR ABDUL
DJABBAR. Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan karakter
dalam kitab khulasah nurul yaqin yang didasarkan pada 18 nilai karakter
referensi dalam pembimbingan karakter para pelajar dan juga masyarakat
umum.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan, yang akan menjadi pokok
pembahasan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab
Khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul Djabbar?
C. Tujuan Permasalahan
Dari persoalan di atas tujuan yang hendak penulis diskripsikan dalam
penelitian ini adalah:
Mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam buku Khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul Djabbar.
D. Kegunaan Penelitian
Suatu pengkajian dan telaah baru terhadap suatu ilmu pengetahuan
diharapkan mampu menambah dan memberikan temuan dan informasi baru
yang dapat diambil manfaatnya. Manfaat bagi para praktisi yang aktif dalam
bidang ini maupun kepada khalayak yang membaca serta mempelajari
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan khususnya mengenai nilai pendidikan karakter yang ada
pada diri Rasulullah. Selain itu diharapkan juga dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya pribadi, dan sahabat-sahabat,
dan bagi semua pembaca. Dan memberikan kontribusi pemikiran dalam
upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian sejarah perjalanan nabi
Muhammad SAW.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat:
a. Agar pembaca mengetahui Rasulullah dari dekat, sehingga
meningkatkan cintanya dan keinginan untuk mengikutinya.
b. Meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pendidikan karakter.
c. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis dan
mahasiswa PAI IAIN Salatiga khususnya dan mahsiswa jurusan
lainnya dan para pembaca pada umunnya.
E. Kajian Pustaka
Dari hasil penelusuran penulis, belum ada skripsi yang membahas
tentang Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Khulashah Nurul
Yaqin Karya Umar Abdul Djabbar. Tetapi terdapat beberapa skripsi yang di
1. Skripsi yang di tulis oleh Nurtadho, tahun 2016, IAIN salatiga, berjudul
“nilai-nilai pendidikan karakter pada kitab ta’lim al-muta’alim karya al
-zarnuji.
2. Skripsi yang di tulis oleh Afif Zainal Mustohfirin, tahun 2016, IAIN
salatiga, berjudul “nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab at-tahliyah
wa at-targhib fi at-tarbiyah wa at-tahdib.
3. Skripsi yang di tulis oleh Reny Nawang Sakti, tahun 2013, UNY, berjudul
“nilai pendidikan karakter novel bumi cinta karya habiburrahman el
shirazy dan relevansinya terhadap materi pembelajaran sastra di SMA.
4. Skripsi yang di tulis oleh Firly Maulana Sani, tahun 2016, berjudul, UIN
Walisongo, berjudul nilai-nilai pendidikan karakter dalam al qur’an surat
al baqarah ayat 261-262.
Pada dasarnya keempat karya skripsi di atas sama-sama nilai-nilai
pendidikan karakter dan letak perbedaan penelitian yang penulis lakukan
dengan penelitian terdahulu yaitu pada sumber kajian atau objek
penelitiannya yaitu pada kitab Khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul
Djabbar.
F. Metode penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata methods (Yunani) yang
dimaksud adalah cara atau jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahan (Ruslan,
2010:24). Metode dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yaitu
suatu penelitian yang dilakukan di ruang pustakaan untuk menghimpun
dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa
buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah,
dukomen-dokumen, dan materi perpustakaan lainnya, dapat dijadikan
sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah (Fathoni,
2006:95-96).
2. Sumber Penelitian
Sumber penelitian adalah subjek darimana data itu diperoleh
(Arikunto, 2014:172). Sedangkan data-data tersebut terbagi dalam dua
bagian:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
yang digunakan dan sesuai dengan permasalahan. Sumber primer
dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya
peneliti atau teoritis yang orisini (Hadjar, 1996:83) adapun sumber
data primer adalah “ kitab Khulashah Nurul Yaqin karya Umar
b. Sumber data sekunder
sumber data sekunder adalah, data yang diperoleh dari
sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu buku
Pendidikan karakter di sekolahan (Jamal Ma’mur Asmani),
Pendidikan karakter dalam perspektif teori dan praktik (Darmiyati
Zuchdi), Manajemen Pendidikan Karakter (Mulyasa). Serta
buku-buku lainya yang relevan dengan penidikan karakter. Jurnal
pendidikan karakter dan media elektronik internet yang mendukung
objek penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kepustakaan
untuk mendapat sumber data, dengan melakukan serangkai kegiatan
yang berkenaan dengan membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian (Zed, 2004:3). Yang dilakukan dari berbagai buku karya
ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini., akan tetapi tetap
mengutamakan data primer.
4. Analisis Data
Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu:
Metode contet analysis (analisis isi)
Analisis ini digunakan memahami isi dan makna dalam
berbagai penelitian. Weber menambahkan, kajian ini merupakan
menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
(Moleong, 2010:220). Dengan teknik analisis ini penulisan akan
menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam
ulasan-ulasan kitab “Khulashah Nurul Yaqin” dan kaitannya
dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kesan runtutnya pembahasan dan memberikan
yang penulis jabarkan dalam skripsi ini, maka disusunlah pembahasan
dalam suatu sistematika sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan. Dalam bab ini penulisan memaparkan tentang
pokok-pokok penulisan dalam skripsi ini. Bagian ini memuat: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II. Biografi dan pemikiran Umar Abdul Djabbar yang meliputi
riwayat kelahiran, perjalanan karirnya. Selain itu dalam bab ini juga
membahas tentang karya-karyanya. Dan sistematika penulisan kitab
Khulashah Nurul Yaqin
Bab III Deskripsi pemikiran Umar Abdul Djabbar dalam kitab
Khulashah Nurul Yaqin, dan isi pokok kitab Khulashah Nurul Yaqin.
Bab IV. Analisis nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab
karakter yang terdapat kitab khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul
Djabbar dengan aplikasi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Pengarang Kitab Khulashah Nurul Yaqin
Dalam sejarah pendidikan Islam, syaikh umar Yahya, abdul djabbar
merupakan salah seorang ulama saudi arabia yang telah menyusun
buku-buku muqarrar berbahasa arab untuk santri-santri pemula. Umar abdul
jabbar dilahirkan pada tahun 1320 H di Makkah Al Mukarramah yang juga
menjadi tempatnya tumbuh dan belajar. Pendidikannya ditangani oleh para
ulama negeri Tanah Suci di Zamannya. Disamping itu, beliau juga masuk
ke Madrasah ‘askariyyah (kemiliteran) dan kelulusan dari fakultas
kemiliteran di masa Syarif Al-Husain.
Di usianya yang masih tergolong muda, beliau berpindah ke
Indonesia menjadi seorang penulis dan guru agama setelah sebelumnya
sebagai seorang yang tumbuh di ketentaraan meski tidak luput dari
pelajaran-pelajaran diniyah yang beliau terima dari para ulama di
zamannya.
Beliau berguru pada beberapa ulama di Negeri ini, diantara yang
beliau jumpai di makkah adalah Ahmad Al-Khathib, Muhammad Nawawi
Banten (mengajarkan kitab tafsirnya yang berjudul murah labid),
Mauhibah Dzil Fadhl, Al-Kaubah As-Sathi), uhaid bi idris, Muhammad
patani, Muhammad Nur Patani, Mukhtar ‘Atharid Batavia dan lainnya.
Kemudian beliau juga berguru pada ulama-ulama lain dari penjuru
Negeri, diantaranya adalah: Muhammad ‘Ali Al-Maliki, Jamal Al-Maliki,
‘Abbdussattar Ad-Dahlawi As-Salafi, Muhammad Sulaiman Hasbullah,
‘Abdul Hamid Kudus, Yusuf Al-Khayyath, Muhammad Al-Marzuqi,
Kholifah An-Nabhani, Abu Bakar Khauqir Al-Hindi As-Salafi, dan lain
sebagainya.
Pada 16 Muharram 1391 H/ 1970 M, akhirnya beliau
menghempuskan nafas terakhirnya di Makkah Al-Mukarramah setelah
sekian tahun melewat di Negeri fana ini, beliaupun di makamkan di Ma’la.
Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya disurga (
https://Al-Mawardi.Wordpress.Com/2013/04/14Jasa-Seorang-UlamaSaudiTerhadap
Pendidikan-Islam-di-Indonesia.Diakses Pada 20 Mei pkl 20; 29).
Adapun Karya-Karya Umar Abdul Djabbar. Di Indonesia, beliau
termasuk penulis buku-buku muqarrar berbahasa arab di Madrasah untuk
jenjang pemula. Sampai detik ini kita masih dapat menjumpi sejumlah
buku-bukunya yang diajarkan hampir diseluruh pesantren dan Madrasah
Diniyah di Indonesia, termasuk Madrasah tradisional, bahkan juga di
sekolah formal. Karya beliau diantaranya sebagai berikut:
1. Kitab “Khulashah Nurul Yaqin” dalam 2 juz,
2. Al-Al- Mabadi Al-Fiqhiyyah ‘ala Madzahab Al Imam Asy-Syafi’i
3. “Taqrib Al-Fiqh Asy-Syafi’i
4. “, Khulashah Itmam Al-Wafa” fi Sirah Al-Khulafa
5. Siyar wa Tarajim Ba’dh ‘Ulamaina fi AL-Qarn Ar-Rabi ‘Asyar Al
-
Hijrri(https:/safinah.id/618-umar-abdul-djabbar-pengarang-khulashah-nurul-yaqin-yang-terlupakan-trashed/ diakses pada 27 agustus pukul
21.57)
B. Sistematika Penulisan Kitab Khulashah Nurul Yaqin
Sistematika penulisan karya Umar Abdul Djabbar selengkapnya
sebagai berikut:
1. Khulasah Nurul Yaqin Jilid Pertama
Kitab ini diterbitkan oleh toko kitab Ahmad Nabhan, panggung
No. 146 kotak pos No. 350 Surabaya. Di terjemahkan oleh Al-Ustadz
Umar Abdul-Djabbar panggung No. 146 kotak pos No. 350 Surabaya.
Kitab Khulasah Nurul Yaqin ini dibagi menjadi dua pembahasan,
yaitu pembahasan pertama tentang masa pertama kehidupan
Rasulullah saw, dan pembahasan kedua masa dari kehidupan
Rasulullah saw.
a. Masa pertama kehidupan Rasulullah SAW, meliputi:
1) Penghulu kita, Muhammad SAW.
2) Nasab beliau dan penyusunan Ayah Nabi saw.
4) Kematian Ibu beliau dan pengasuhnya beliau.
5) Pendidikan Nabi saw dan kematian datuk beliau
6) Pengembalaan dan perjalanan bisnis Nabi ke Syam pertama
kalinya.
7) Perjalanan Nabi kedua kalinya ke Syam
8) Perkawinan Nabi dengan Siti Khadijah
9) Peletakan Hajar Aswad
10) Perjalanan hidup Nabi Muhammad saw
11) Kehidupan Nabi Muhammad saw sebelum menjadi Rasul
(Djabbar, tt:5).
b. Masa kedua dari kehidupan Rasulullah saw, meliputi:
1) Permulaan turun wahyu
2) Keadaan bangsa Arab sebelum Islam
3) Ajakan dakwah dengan tidak terang-terangan
4) Orang yang pertama beriman
5) Ajakan dakwah dengan terang-terangan
6) Nabi kumpulkan keluarga
7) Panas hati Quraisy kepada Nabi Muhammad saw
8) Kedatangan Quraisy kepada Abi Tholib kedua kalinya
9) Kedatangan Quraisy ketiga kalinya kepada Abi Tholib
10)Gangguan Quraisy kepada Rasulullah saw
11)Gangguan kepada Sahabat Nabi Muhammad saw
13)Hijrah ke Habasyah pertama
14)Hamzah dan Umar masuk Islam
15)Dikepung Nabi dan ahli rumahnya
16)Hijrah ke Habasyah kedua kalinya
17)Raja Habasyah masuk Islam
18)Nabi keluar dari kepungan
19)Utusan Najraan
20)Wafat Khadijah dan pernikahan beliau dengan saudah dan
Aisyah r.a
21)Paman Nabi wafat
22)Gangguan Quraisy kepada Nabi Muhammad saw
23)Hijrah ke Thaif
24)Isra’ dan Mi’raj Nabi saw
25)Mengajak beberapa Pemuka keagamaan
26)Permulaan Islam kaum Anshar
27)Bai’ah ‘Aqobah pertama
28)Aqobah yang kedua
29)Hijrah kaum Muslimin ke Madinah
30)Kesepakatan Quraisy membunuh Nab Muhammad saw
31)Hijarah Rasulullah saw
32)Quraisy mencari Nabi Muhammad saw
33)Nabi Muhammad keluar dari Gua
35)Awal jum’at dan khutbah dalma Islam
36)Kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin
37)Hijrah keluarga Nabi, adanya qunut dan demam Madinah
(Djabbar,tt:15-39).
2. Khulasah Nurul Yaqin Jilid kedua
Kitab ini diterbitkan oleh tokoh kitab al-hikmah, jl. KH.
M.Mansyur No.63 Surabaya. Diterjemahkan dari susunan Ustadz
Umar Abdul-Djabbar. Kitab khulashah Nurul Yaqien jilid kedua
dibagi menjadi 11 pembahasan diantaranya adalah:
a. Tahun pertama hijrah, meliputi: mendirikan masjid permulaan
adzan, adzan fajar ramadhan dan adzan jum’at, kaum yahudi
madinah, peperangan.
b. Tahun kedua hijrah, meliputi: beberapa peperangan tahun ini dan
peran Qainuqa’, perang Badar besar, tuan diutus membawa
kebenaran dan keadilan, tebusan tahanan perang Badar, beberapa
syari’at Islam.
c. Tahun ketiga hijrah, meliputi: peperangan, cerita Da’tsur dan
keislaman, perang Ghathafan, perang Uhud, Rasulullah saw tetap
diperang Uhud, korban dalam peran Uhud, beberapa kejadian
(peristiwa).
d. Tahun keempat hijrah, meliputi: peperangan Banu Nadlir, beberapa
e. Tahun kelima hijrah meliputi: sebab masuk islamnya Banu
Mus-Thaliq, khabar bohong, perang khandaq, perang Banu Quraidlah,
masalah Zaid dan Zainab, membatalkan pengangkatan anak, ayat
hijab dan kewajiban.
f. Tahun keenam hijrah, meliputi: peperangan-peperangan yang
terjadi, dan masuk islamnya tsummah dan pengakuannya, perang
Hudaibiah dan bai”atur-ridlwan, perdamaian Hudaibiah.
g. Tahun ketujuh hijrah, meliputi: penaklukan fadak, perdamaian
Taima’ dan peperangan Wadi-Qura, ‘Umrah Qadla’, beberapa
peristiwa Zainab binti Harits.
h. Tahun kedelapan hijarah, meliputi: pesan Rasulullah saw terhadap
tentara mu’tah dan pembebasan kota Mekkah, pembebasan kota
Mekkah pada 20 Ramadhan, perang Hunain, perang Thaif,
Rasulullah saw kembali ke Madinah.
i. Tahun kesembilan hijrah, meliputi: perang Tabuk, orang-orang
munafik membangkang, Rasulullah saw ke Madinah.
j. Tahun kesepuluh hijrah, meliputi: pengiriman utusan ke Negeri
Yaman, Hajji wada’, beberapa kejadian dalam tahun kesepuluh ini.
k. Tahun kesebelasan, meliputi: persiapan tentara Usmah, Rasulullah
mulai sakit, Rasulullah wafat, pemakaman Rasulullah saw,
putera-puteri Rasulullah saw, istri Rasulullah saw, paman dan bibi, bentuk
tubuh dan sebagian keadaan Rasulullah saw, budi perangai
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN UMAR ABDUL DJABBAR
A. Disiplin KeilmuwanUmar Abdul Djabbar
Umar Abdul Djabbar, sosok ulama’ penulis penuh jasa yang penuh
misterius. Diantara pelajaran-pelajaran yang Umar Abdul Djabbar terima
di kajian-kajian Masjidil Haram tersebut ialah tafsir, hadits, dan fiqh.
Nampaknya di masa-masa itulah yang dijadikan sebagai bekal kelak di
kemudian hari ketika pemain peran penting dalam meletakkan
pondasi-pondasi kurikulum madrasah-madrasah Islam di Yaman, Indonesia, dan
tentunya Saud Arabiyah.
Misi utamanya Umar Abdul Djabbar ialah membentengi umat
Islam dari para misionaris dan pemikiran-pemikiran menyusup lainnya
dalam umat Islam, semacam syirik, bid’ah, khurafat, dan kawan
-kawannya yang memang menjamur di Negeri ini. Cita-cita itu akan
terwujud dengan sukses dengan menggalakkan pendidikan, disemarakkan
kajian-kajian Islam, khutbah-khutbab yang berbobot. Oleh karena itu
berdakwah memerlukan ilmu yang cukup dan cakrawala pengetahuan
yang baik, terutama untuk menghadapi kaum misionaris harus berbekalan
ilmu kristologi, “Umar Abdul Djabbar sudah mempersiapan itu semua.
Bahkan demi mencerdasakan umat Islam di Indonesia dan mningkatkan
perbendaharaan perpustakaan pribadinya ke Indonesia yang dikemudian
hari ia wakafkan seluruh untuk kaum muslimin di Negeri Melayu itu. Dari
sini terlihat jelas betapa perjuangan Syaikh Umar bukan sesuatu yang
ringan, namun penuh keikhlasan dan rahmat kasih sayang sepenuhnya.
Demi meningkatkan mutu pendidikan anak-anak kaum muslimin di
tanah Nusantara, Umar Abdul Djabbar telah berhasil mendirikan ratusan
Madrasah yang menitikberatkan unggulannya pada dua pokok, yaitu
tahfizh Al-Qu’an dan pengajaran Bahasa Arab sebagai bahasa syariat
Islam. tidak hanya itu, pengalamannya yang ia peroleh sewaktu
mengabdikan diri di beberapa Negeri Yaman, membuatnya semakin
pandai mengatur strategi pendidikan formal. Salah satunya dalam masalah
buku-buku wajib atau kurikulum pendidikan. Dalam hal ini ia melihat
bahwa selama ini madrasah-madarsah Islam di kepulauan Nusantara
masing menggunakan kitab-kitab pelajaran yang sulit dimegerti oleh
peserta didik dalam jangka waktu pendek. Walaupun memang tetap bisa
dimengerti dan dituntaskan, namun memerlukan masa yang cukup lama.
Hal ini tidak lain karena itu, Syaikh Umar mencurahkan seluruh pikiran,
waktu, dan tenaganya untuk mewujudkan kitab-kitab pelajaran yang
sesuai dengan masa dan cocok untuk pelajar-pelajar non Arab, dari sinilah
kemudian terlahir dari tangannya kitab Khulashah Nurul Yaqin dan
Ad-Durus Al-Fiqhiyyah’ala Madzab Al-Imam Asy-Syafi’iyang telah
Secara ringkas kitab Khulasahah Nurul Yaqin merupakan teks
pelajaran yang terdiri dari tiga juz. Asal mulanya dari kitab Nur Al-Yaqin
fi Sirah Sayyid Al-Mursalin karya Syaikh Muhammad Al-Khudhari Bek,
seorang ulama Mesir. Kitab itu kemudian dipangkas dan diringkas
menjadi dua juz tipis beserta ringkasan tiap-tiap topik pelajaran beserta
latihan soal mudzkarah para siswa. Sedangkang juz ketiga dari
Khulasahah itu sebetulnya ringkasan dari kitab karya Syaikh Muhammad
Al-Khudhari Bek, yaitu Itmam Al-Wafa’fi Sirah Al-Khufa’ yang berisi
tentang biografi perjuangan empat khulafa’Rasyidin, Abu Bakar, Umar,
Ustman, dan Ali. Namun entah kenpa judulnya tetap Khulasahah Nurul
Yaqin, padahal lebih tepat apabila diberi judul Khulashah Itmamul Wafa’.
Adapun Ad-Darus Al-Fiqhiyyah, sebagaimana jelas melalui
judulnya, merupakan madzab Imam Asy-Syafi’i. Buku ini terdiri dari
empat juz dengan penyusunan yang berbeda. Juz satu dan dua disusun
dengan memanfaat metode soal-jawab dan pembahasannya sudah sedikit
agak luas walaupun masing-masing juz itu kisaran masalah yang
ditampilkan hanya Ushuluddin, thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji.
Di samping dua kitab di atas, Syaikh Umar Abdul Djabbar juga
menulis kitab-kitab lainnya yang mayoritasnya diperuntukkan
siswa-siswa Madrasah formal dan juga mencetak serta mengedit kitab-kitab
ulama-ulama Ahlussunah wal Jama’ah seperti: Manhaj ‘imarah Al
-Masjidil Haram karya Al Marhum Husain bin ‘Abdullah Basalamah
An-Nabi saw, Al Muthala’ah Al Haditsah (ditulis bersama Syaikh
Muhammad Ahmad Syatha dan Syaikh Ahmad Al-‘Arabi), Taqrib Al
-Fiqh Asy-Syafi’i, dan Durus Min Madhi At-Ta’il wa Hadhiruh bi
Al-Masjid Al-Haram, sedangkan cetakan berikutnya berubah nama menjadi
Siyar Wa Tarajim Ba’dh ‘Ulamaina bi Al-Masjid Al-Haram.
Adapun kitab-kitab yang beliau biayai percetakan ialah seperti
Muqarrar At-Tauhid yang berisi dua kitab kecil karya Syaikhul Islam
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab (mungkin Al-Ushul Ats-Tsalatsah dan
lainnya) dan ‘Umdah Al-A’lam karya Al-Hafizh ‘Abdul Ghani Al
-Maqdisi, Hayat Sayyid Al-Arab karya Syaikh Husain bin ‘abdullah Bela,
Al-Amtsilah Al-Mukhatalifah fi At-Tashrif.
Tidak tahu pasti mana di antara buku-buku ini yang diterapkan
penggunaanya di Indonesia, namun yang jelas usaha beliau dalam
membenahi kurikulum pendidikan tidak berhenti sampai di Indonesia.
Bahkan sekembalinya ke tanah airnya, beliau terus memantapkan karirnya
sebagai bapak pendidikan.
Dari tangannya muncul da’i-da’i, ulama-ulama, dan para
cendekiawan yang akan segera meneruskan estafet gurunya. Apalagi
belaiu telah mewafakafkan perpustakaan pribadinya yang berisi
kitab-kitab besar untuk kaum muslimin, pelajar, dan ulama di Indonesia. Bukan
hanya itu saja, beliau juga meninggalkan karya-karyanya untuk tetap
dipakai dan dimanfaatkan sebagai buku wajib santri dan pelajar di
Nurul Yaqin dan Ad-Durus Al-Fiqhiyyah hingga detik ini masih diajarkan
di madrasah-madrasah Islam di Tanah Melayu dengan berbagai latar
belakang tradisional ataupun yang menganut dfaham pembaharuan. Selain
itu, beliau juga menulis Al-Mahfuzhat, Al-Muntakhabat fi Al-Mahfuzhat,
Al-Hisab Al-Hadist, Muqarar Al-Imla, Madarij Al-Hisab Al-Madrasi,
Madarij Ta’lim Al-Lughah Al-‘Arabiyyaah bi At- Tamarin wa
Ash-Shuwar, dan lain-lain
(https:/safinah.id/618-umar-abdul-djabbar-pengarang-khulashah-nurul-yaqin-yang-terlupakan-trashed/ diakses pada
27 agustus pukul 21.57)
Demikianlah kitab Khulashah Nurul Yaqin dan Ad-Durus
Al-Fiqhiyyah’ala Madzab Al-Imam Asy-Syafi’iyang telah disinggung di
muka. Yang paling diterima oleh khalayak ramai, diantara kitab yang
sempurna, dan dipelajari siswa-siswa madrasah formal.
B. Deskripsi Kitab Khulsahah Nurul Yaqin
Adapun dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin, beliau Umar Abdul
Djabbar menuliskan dengan begitu mendetail dan terfokus dengan titik
pembahasan yaitu mengenai sosok teladan Nabi, mulai dari perjalan
hidup, dakwa, sifat-sifat terpuji hingga keindahan akhlak beliau.
Kitab ini secara struktural terdiri dari tiga jilid; jilid pertama terdiri
dua pembahasan (bab), jilid kedua sebelas pembahasan sedang jilid ketiga
muqddimah. Penjelasan atau ringkasannya setiap jilid tersebut adalah
sebagai berikut:
Dari antara kitab-kitab tarikh, yang saya pilih adalah kitab Nurul
Yaqin tentang “Perjalanan Penghulu bagi Rasul-Rasul, susunan Umar
Abdul Djabbar, karena dalam meriwayatkan, bersandar kepada Qur’an
dan hadis, karena masyurnya antara umum dan yang tertentu, karena
jauhnya dari perasaan cinta dan benci yang bisa menyebabkan hilang
faedah perjalanan-perjalanan itu karena perasaan cinta kepada sesuatu itu
menjadikan baik tiap-tiap yang tidak baik dan berusaha memutar-mutar
kejadian-kejadian dengan jalan yang rendah, sehingga membawa kepada
kejatuhan yang berbuatnya dan sia-sia, sedang perasaan benci kepada
sesuatu, mengajak kepada sebalik dari itu, yaitu yang baik ia jadikan tidak
baik dan dari yang baik ia keluarkan keburukan.
1. Khulashah Nurul Yaqin Jilid Pertama
Kitab ini diterbitkan oleh toko kitab Ahmad Nabhan, panggung
No. 146 kotak pos No. 350 Surabaya. Di terjemahkan oleh Al-Ustadz
Umar Abdul-Djabbar panggung No. 146 kotak pos No. 350 Surabaya.
Kitab Khulasah nurul yaqin ini dibagi menjadi dua pembahasan,
yaitu pembahasan pertama tentang masa pertama kehidupan
Rasulullah saw, dan pembahasan kedua masa dari kehidupan
a. Masa Pertama dari Penghidupan Rasulullah saw
Penghulu kita, Muhammad bin ‘Abdillah dan Aminah Al
-Qurasyiah, ialah penutup sekalian nabi-nabi dan utusan Allah
kepada semua manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah
semata-mata, dan supaya mereka tidak menyekutukan sesuatu
dengan Allah swt.
Nabi Muhammad saw lahir pada hari senin, tanggal 12
Rabi’ul-Awwal. Nabi ditinggal Ayahnya sebelum beliau dilahirkan
dan ketika berumur 6 tahun ibunya meninggal jadi Nabi menjadi
serang anak yatim piatu. Kemudian Nabi diasuh oleh kakeknya
sendiri yang bernama Abdul-Muththolib selama dua tahun dan
kakek beliau meninggal dunia ketika beliau berumur delapan tahun.
Sesudah kakeknya meninggal dunia, Nabi diasuh oleh pamannya
bernama Abu Tholib. Ketika Nabi berumur sembila tahun diajak
berlayar kenegeri Syam dengan membawa dagangan. Tatkala
sampai disuatu tempat yang bernama Bushra, seorang pendita
bernama Buhaira melihat Nabi. Lalu pendita ini memberi tahu
kepada pamannya, bahwa beliau akan menjadi Nabi yang terakhir
dari antara Nabi-nabi. Pendata tersebut mengetahui tanda-tanda
kenabian yang ada pada Nabi Muhammad saw.
Ketika berumur 25 tahun, Nabi Muhammad saw berlayar
kedua kalinya kenegeri Syam dengan membawa dagangan Siti
berharta. Khadiejah memilih Nabi untuk pekerjakan itu, karena ia
pernah mendengar tentang kebenaran Nabi yang mempunyai
kejujuran serta akhlak yang mulia. Sesudah kembalinya dua bulan,
Nabi menikah dengan Khadiejah pada umur 25 tahun dan
Khadiejah sendiri berumur 40 tahun.
Waktu Nabi berumur 35 tahun, beliau bersatu dengan kaum
Qurasyi dalam mendirikan ka’bah, dan beliau memberi putusan di
antara mereka tentang perletakan Hajar Aswad. Mereka memilih
Nabi karena beliau orang yang pertama masuk Masjidil Haram.
Kaum Qurasyi senang atas keputusan bahwa peletakan Hajar
Aswad dilakukan oleh Nabi karena beliau orang yang terpercaya
dan mempunyai akhlak terpuji, sehingga mereka gelarkan beliau
dengan Al-Amin.
Tatkala hampir sampai umur 40 tahun mulailah Nabi suka
mengasingkan diri digua Hira yaitu sebuah gunung di jalanan
Makkah. Nabi menjalankan ibadah itu menurut Agama kakeknya,
yaitu Nabi Ibrahim.
b. Masa Kedua dari Kehidupan Rasulullah
Pada umur 40 tahun, diutuslah beliau oleh Allah swt sebagai
penyampai kabar gembira, penyampai ancaman, pengajak kepada
kebenaran dengan perintah Allah swt sebagi lampu yang
menerangi. Setelah mendapatkan wahyu mulailah Nabi mengajak
mengajak kaum kerabatnya agar mereka menyembah kepada Allah
swt semata-mata dan belas kasihan kepada orang-orang yang
lemah. Sesudah tiga tahun, Nabi diperintahkan berterang-terangan,
lalu beliau mengumpulkan kaumnya dan mengancam mereka
dengan azab akhirat. Maka ajakan itu dijawab oleh Abu Lahab
dengan satu jawaban yang tidak baik dan marahlah kaum quraisy
kepada Nabi.
Tatkala Rasulullah maki tuhan-tuhan mereka, dan
menyesatkan bapa-bapa mereka, pergilah mereka kepada paman
beliau tiga kali, dan tiap-tiap kali menjawab mereka dengan baik.
sesungguhnya sesudah kedatangann orang-orang itu, pamann
beliau meminta berhenti, akan tetapi Rasulullah saw enggan tetep
menyiarkan Agama, sedang paman beliau tetap membelanya.
Orang-orang quraisy mulailah menyakiti beliau, dan
mengejek beliau, tetapi Nabi menghadapi dengan sabar, tenang dan
memaafkan. Kemudian mereka menganggu sahabat-sahabat atau
orang yang masuk Islam dengan cara menyiksanya. Lalu Nabi
menyuruh mereka berhijrah ke Habsyah dan terdiri 10 laki-laki dan
5 wanita. Mereka kembali sesudah tiga bulan, inilah pertama Hijrah
dalam Islam.
Pada tahun yang kelima dari kenabian Nabi Muhammad,
Allah kuatkan Islam dengan tenaga Umar bin Khattab dan Hamzah
kenabian, tatkala orang-orang Quraisy melihat Islam tersiar
diantara kabilah-kabilah, mereka mengambil keputusan membunuh
Nabi saw. Nabi mengetahui hal tersebut menyuruh
sahabat-sahabatnya berhijrah kedua kalinya ke Habasyah dan hijarah kedua
ini terdiri 33 orang laki-laki dan 11 perempuan.
Dalam tahunn kesepuluh, bangkitlah beberapa jago quraisy
untuk mengoyak surat itu, lalu dikoyak. Keluarlah Nabi bersama
pengikutnya dari kepungan itu, sesudah mereka tinggal 3 tahun
lamanya dalam syi’ah itu. Dalam tahun ini datanglah perutusan
Nashara Najran kepada Nabi dan mereka masuk Islam. Dan pada
tahun kesepuluh meninggallah siti Khadijah dan paman Nabi Abu
Thalib. Sesudahnya wafatnya mereka, gangguan kau quraisy
bertambah hebat. Oleh karena itu Nabi berhijrah ke Thaif menuju
Bani Tsaqief dan meminta pertolongan dari mereka untuk melawan
kaumnya, akan tetapi permintaan beliau mereka tolak dengan cara
tidak baik, kemudian Nabi kembali ke Mekkah.
Dalam tahun kesebelas, Allah swt muliakan beliau degan
Isra’ Mi’raj: pada ketika itu diwajibkan sembayang yang lima
waktu dan dalam tahun ini juga Nabi keluar ke kabilah-kabilah
mengajak mereka masuk Islam. Maka berimanlah 6 orang dari
Dalam tahun kedua belas, datanglah kepada Nabi 12 orang
laki-laki dari bangsa Arab Madinah.mereka beriman kepadanya dan
kembali ke Madinah. Dengan begini tersiarlah Islam di Madinah.
Pada tahun yang ketiga belas dari kenabian, datanglah kpada
Nabi 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari Arab Madinah.
Mereka beriman kepada beliau dan kembali ke Madinah. Maka
bertambahlah tersiarnya Islam disitu. Dalam tahun ini juga Nabi
memerintahkan sahabat-sabahat belaiu berhijrah ke Madinah.
Tatkala orang-orang Quraisy mendengar ini, mereka ambil
keputusan hendak membunuh Nabi, lalu Allah perintahkan beliau
berhijrah, sedang sekeliling rumah beliau, malam hendak berhijrah
itu, telah dikelilingi oleh kaaum quraisy. Nabi keluar diantara
mereka sesudah Allah jadikan mereka tertidur. Nabi pergi bersama
Abu Bakar ke gua Hira’ dan kedua-duanya bersembunyi disitu
selama 3 malam, pada hari ketiga mereka berjalan sehingga sampai
di Quba’ pada hari yang kedua dari Rabi’ul Awwal. Nabi tinggal di
Quba’ 22 malam dan Nabi juga mendirikan MasjidQuba’.
Kemudian Nabi pindah ke Madinah, dan dalam perjalanan,
Nabi dapati jum’at lalu beliau sembayang jumat. Inilah pertama
sembayang jumat dan khutbahnya dalam Islam. Tatkala Nabi
sampai kejurusan Madinah, keluarlah orang-orang menemui beliau
2. Khulashah Nurul Yaqin Jilid Kedua
Kitab ini diterbitkan leh tokoh kitab al-hikmah, jl. KH.
M.Mansyur No.63 Surabaya. Diterjemahkan dari susunan Ustadz
Umar Abdul-Djabbar. Kitab khulashah Nurul Yaqin jilid kedua dibagi
menjadi 11 pembahasan diantaranya adalah:
a. Tahun Pertama Hijrah
Dalam tahun pertama hijrah Rasulullah mendirikan masjid
dan adanya adzan. Dalam tahun ini orang-orang yahudi Madinah
dan munafik menampakan permusuhannya terhadapkaum
muslimin. Kemudian Rasulullah mengadakan perjanjian dengan
mereka, bahwa mereka tidak akan menyakiti beliau, beliaupun juga
tidak akan menyakiti pula. Adapun orang-orang munafik itu
menerima tapi dalam hati menolak. Dan tahun ini Rasulullah
mengutus pamannya dengan satu sariyah, untuk menyerbu kafilah
quraisy.
b. Tahun kedua hijrah
Meliputi beberapa peperangan tahun ini dan perang
Qainuqa’, perang Badar besar, tuan diutus membawa kebenaran
dan keadilan, tebusan tahanan perang Badar, bebeapa syari’at
c. Tahun Ketiga Hijrah
Meliputi peperangan, cerita Da’tsur dan keislaman, perang
Ghathafan peran Uhud, Rasulullah saw tetap diperang Uhud,
korban dalam peran Uhud, beberapa kejadian (peristiwa).
d. Tahun Keempat Hijrah
Meliputi peperangan Banu Nadlir, beberapa kejadian dalam
perang Dzatur-riqa” yaitu: meninggal dunia Zainab istri Rasullah
saw, Abu Salamah anak bibinya, beliau menikahi Ummu Salamah,
dan tahun ini lahirlah Husain putera Ali bin Abi Tholib.
e. Tahun Kelima Hijrah
Meliputi sebab-sebab masuk islamnya Banu Mus-Thaliq,
khabar bohong, perang khandaq, peperangan Banu Quraidlah,
masalah Zaid dan Zainab, membatalkan pengangkatan anak, ayat
hijab dan kewajiban.
f. Tahun Keenam Hijrah
Meliputi peperangan-peperangan yang terjadi, dan masuk
islamnya tsummah dan pengakuannya, perang Hudaibiah dan
bai”atur-ridlwan, perdamaian Hudaibiah.
g. Tahun Ketujuh Hijrah
Meliputi penaklukan fadak, perdamaian Taima’ dan
peperangan Wadi-Qura, ‘Umrah Qadla’, beberapa peristiwa Zainab
h. Tahun Kedelapan Hijarah
Meliputi pesan Rasulullah saw terhadap tentara mu’tah dan
pembebasan kota Mekkah, pembebasan kota Mekkah pada 20
Ramadhan, hari ini, adalah pengampunan, pengampunan itu, ketika
berkuasa, berjanji dan bai’at perang Hunain, perang Thaif,
Rasulullah saw kembali ke Madinah.
i. Tahun Kesembilan Hijrah
Tahun ini meliputi perang Tabuk, orang-orang munafik
membangkang, Rasulullah saw ke Madinah dan dalam tahun ini
Abdullalh bin Ubai pemimpin kaum munafik meninggal dunia dan
juga wafatlah Ummu Kultsum putri Rasulullah saw.
j. Tahun Kesepuluh Hijrah
Meliputi pengiriman utusan ke Negeri Yaman, Hajji wada’,
beberapa kejadian dalam tahun kesepuluh ini yaitu; orang-orang
masuk Islam dengan berduyung-duyung.
k. Tahun Kesebelasan
Meliputi persiapan tentara Usmah, Rasulullah saw mulai
sakit, Rasulullah saw wafat, pemakaman Rasulullah saw,
putera-puteri Rasulullah saw, istri-istri Rasulullah saw, paman dan bibi,
bentuk tubuh dan sebagian keadaan Rasulullah saw, budi perangai
BAB IV
ANALISIS NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB KHULASHAH NURUL
YAQIN KARYA UMAR ABDUL DJABBAR
Pendidikan menjadi media yang sangat terbukti paling efektif dalam
mewujudkan berbagai tujuan, termasuk tujuan mencetak manusia-manusia yang
memiliki karakter. Hanya lewat pendidikan, baik formal maupun nonformal
karakter seseorang dapat dibentuk (Naim, 2012:44).
Pada hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan
melibatkan pihak-pihak sebagai aktor penting yang ada di dalam aktivitas
pendidikan tersebut. Aktor penting itu oleh Noeng Muhadjir (1994) disebut
sebagai subjek yang menerima disatu pihak dan subjek memberi pihak lain dalam
suatu interaksi pendidikan. Subjek yang memberi disebut pendidik, sedang subjek
yang menerima disebut dengan peserta didik (Rohman, 2013:105).
Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi
Rasulullah saw. Dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang terpuji
diantaranya beliau memiliki sifat-sifat seperti: benar, amanat, sabar, malu,
merendah diri, sehingga beliau diberi gelarkan Al-Amin artinya orang yang
dipercaya, orang yang bersifat amanat (Djabbar, tt:12).
Nabi Muhammad saw adalah sosok pribadi yang agung dimana beliau
telah berhasil membawa risalahnya sebagai Nabi dan Rasul dengan sangat
gemilang, yakni dengan jalan berdakwah secara damai dan simpatik dalam kurung
Sosok Nabi Muhammad saw telah dianggap sebagai manusia sempurna (insanul
kamil) dan telah diakui oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu di dunia baik
muslim maupun non muslim akan berhasilnya mengubah wajah dunia yang
biadap menjadi beradap, dari zaman jahiliyah menjadi terang yang penuh hidayah.
Keberhasilan Nabi Muhammad saw sebagai, seorang kepala rumah tangga,
pemimpin umat dunia, dan juga kepala pemerintahan Madinah telah banyak
menginspirasi dan memberi teladan kebaikan bagi seluuruh umat manusia di
dunia sebagaimana misi rislahnya adalah rahmatan lil’alamin sehingga tidaklah
berlebihan dan sangatlah tepat jika nama beliau diletakan diperingkat pertama
sebagai tokoh berpengaruh dan idola tingkat dunia dari seratus tokoh yang
disurvei (Hermawan, 2015:1).
Dalam Sejarah Islam, Nabi Muhammad saw, Nabi terakhir dalam ajaran
Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah
untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik. berikutnya ribuan tahun
setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap wilayah serupa, yakni
pembentukan kepribadian manusia yang baik (Majid, dan Andayani, 2011:30).
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin yaitu:
1. Pendidikan Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
(Listyarti, 2012:6). Toleransi dapat diartikan sebagai sikap
pihak lain walaupun yang membiarkannya tidak sependapat
dengannya.
Di dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin:
ْ دَقَو
Artinya: Sebelum tentara itu berangkat, beliau berpesan
memberi amanat yang sangat berharga dan berguna yang patut
dicontoh. Diantaranya:”Kamu nanti akan menjumpai beberapa orang
lelaki (pendeta-pendeta) yang menyendiri dan beribadah di dalam gereja-gereja, maka janganlah sekali-sekali menggangu mereka itu. Janganlah membunuh orang perempuan, anak kecil, orang tua yang lemah dan janganlah kamu memotong pohon dan menumbangkan
bagunan-bagunan”
Toleransi bukan semata konsep bersikap seorang pemeluk agama
dengan pemeluk agama lain. Tetapi Islam sebagai agama toleransi
juga telah membangun toleransi di dalam. Meliputi toleransi agama
kepada pemeluknya dan toleransi sesama muslim atau disebut
Ukhuwah Islamiyah. Adapun toleransi agama kepada pemeluknya
adalah:
a. Toleransi akidah
Akidah adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan
kepercayaan yang bersifat demikian mantap mengikat hati sang
muslim sehingga hatinya tidak tergoyah oleh apapun.
Kepercayaan yang sedemikian mantap sehingga kalau ia dipaksa
dengan akidahnya, hatinya tidak ikut bergerak dan menyimpang
(Shihab, 2016:187).
b. Toleransi ibadah
Toleransi hanya bisa diterapkan pada rahan sosialis.
Upaya-upaya membangun toleransi melalui aspek teologis, seperto doa
dan ibadah bersama, adalah gagasan yang sudah muncul sejak era
jahiliah dan sejak itu pula telah ditolak oleh al-quran melalui surat
Kafirun. Penggagas teologi inklusif jahiliah itu adalah;
Al-Aswad bin Muthalib. Walid bin Mughirah, Umayah bin Khalaf,
dan Al-Ash bin Wail. Mereka menawarakan secara terang kepada
Rasulullah,”wahai Muhammad, bagaimana jika kami menyembah
TuhanMU setahun, dan Engkau menyembah Tuhan kami satu
tahun?”
Sekilas, usulan Al-Asad dan kawan-kawannya, adalah baik
toleran. Sebuah negosiasi yang lahir dari keputusasaan masyarakat
Makkah saat itu, saat masyarakat Makkah yang homogeny, tidak
terbiasa dengan sebuah perbedaan. Lalu, sikapapa yang diambil
Rasullah atas tawaran itu, Tentu saja Rasulullah menolak. Dan tak
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Tegas, ayat ini menolak sinkretisme. Sebagai agama yang suci
akidah dan Syariah, Islam tidak akan mengotorinya dengan
mencampur dengan akidah dan syariah lainnya. Dan ini bukan
bentuk toleransi, sebab rahan toleransi adalah menghargai bukan
membenarkan dan mengikuti (Syarif, 2017:4-5).
c.Toleransi muamalah
Dalam masalah mumalah transaksionl, Islam sangat toleran
dengan tidak melarang seorang muslim melakukan transaksi niaga
atau berkerjasama dengan non muslim dalam urusan duniawi.
Rasulullah saja bermuamalah duniawi dengan orang-orang
nonmuslim, seperti riwayat Aisyah: Rasulullah meninggal, sedang
baju besi-Nya tergadaikan pada seorang yahudi dengan
(pinjaman) tiga puluh, tiga sha’ jagung (Syarif, 2017: 73-74).
Dalam hal ini dilakukan untuk mengajarkan kepada
umatnya bahwa kerjasama dengan orang-orang non muslim
Dalam kitab Khulasahah Nurul Yaqin Rasulullah menyuruh
“Kamu nanti akan menjumpai beberapa orang lelaki
(pendeta-pendeta) yang menyendiri dan beribadah di dalam gereja-gereja,
maka janganlah sekali-sekali menggangu mereka itu. Sikap tersebut
menggambarkan karakter Rasulullah saw yang memiliki toleransi
yang tinggi. Meskipun beliau sedang berperang untuk memberantas
kaum musyrik, namun beliau menghargai perbedaan agama dengan
cara tidak menganggu. Tidak hanya itu beliau juga menyuruh
“Janganlah membunuh orang wanita, anak kecil, orang tua yang
lemah dan janganlah kamu memotong pohon dan menumbangkan
bangunan-bangunan.”Hal ini, merupakan teladan yang baik untuk
saling menghargai keberagaman agama, saling menyanyangidan
perduli lingkungan.
Konsep toleransi dipahami sebagai bentuk penghormatan,
penerimaan, apresiasi terhadap keragaman budaya dan agama tanpa
memandang latar belakang kehidupan seseorang. Toleransi adalah
sikap harmonis dalam perbedaan yang membuat perdamaian dan
keseimbangan hidup menjadi mungkin dan terbuka lebar. Sikap
toleransi perlu digalakkan dalam dinamika kehidupan masyarakat
untuk mewujudkan koeksistensi, yaitu kesadaran hidup berdampingan
secara damai dan harmonis. Bahkan, bisa dikatakan bahwa
akan pentinnya penerimaan terhadap keberbedaan tergantung
sejauhmana toleransi diterima masyarakat (Ilahi, 2014:186).
2. Peduli Sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
(Listiyarti, 2012:7). Dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin jilid 2,
halaman 59 yang berbunyi “ Janganlah membunuh orang perempuan,
anak kecil, orang tua yang lemah”. Jadi Peduli sosial merupakan
sikap yang timbul dari dalam hati untuk memberikan bantuan dengan
ikhlas kepada orang lain.
Adapun jenis-jenis keperdulian sosial dibagi menjadi tiga:
a. Keperdulian yang berlangsung saat suka maupun duka
Keterlibatan pihak yang satu kepada pihak yang lain dalam
turut merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh
orang lain.
b. Keperdulian pribadi dan bersama
Keperdulian bersifat pribadi, namun ada kalanya
keperdulian itu dilakukan bersama. Cara ini penting apabila
bantuan yang dibutuhkan cukup besar atau berlangsung secara
c. Keperdulian yang sering lebih mendesak
Kerperdulian hal yang sering mendesak untuk dilakukan.
Caranya dengan melakukan atau justru menahan diri untuk tidak
melakukan sesuatu demi kepentingan bersama (Ramdhani,
2015:45).
3. Pendidikan Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan (Asmani, 2011:37). Kedisplinan
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem
yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah, dan
peraturan yang berlaku.
Di dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin:
َْفَقَو
Artinya: Suatu ketika Rasulullah saw berdiri dalam perang Badar,
dengan membawa tongkat. Dilihatnya Sawad bin Ghaziah keluar dari barisan. Kemudian dipukullah perutnya dengan tongkat .
Seseorang dikatakan disiplin karena telah melakukan perbuatan
yang patuh terhadap peraturan, baik yang telah disepakati dengan
pihak maupun peraturan yang dibuat sendiri. Sikap disiplin dikaitkan
dengan hidup ala militer. Perlu diketahui bahwa tidak hanya militer
saja yang hidup disiplin. Setiap individu, dan sebagai warga negara,
baiknya untuk menyelesaikan tugas, juga dapat disebut dengan
disiplin diri.
Disiplin perlu diterapkan untuk mengatur kehidupan dari berbagai
aspek. Mengapa demikian? Karena apabila tidak didukung dengan
disiplin, berbagai aspek kehidupan akan menjadi carut-marut dan
berantakan. Itulah sebabnya dibuat berbagai rambu-rambu lalu-lintas,
yaitu untuk meminimlisir terjadinya kecelakaan di jalan raya,
pengguna jalan merasa aman, dan nyaman (Listianingsih, 2016:24).
Sebagaimana Rasulullah telahmenggambarkan dalam kitab
Khulashah Nurul Yaqin sikap disiplin yang ditanamkan terhadap
tentaranya yaitu Sawad binGhaziahdengan cara memukulnya ketika
Sawad keluar dari barisannya. Firman Allah swt dalam surat surat Al-
Ashr ayat 1-3 yaitu:
Artinya: Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Q.S Al-Ashr:1-3).
Surat tersebut telah menjelaskan menunjukkan kepada kita bahwa
Allah swt telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu
disiplin. Karena dengan kedisiplinan kita dapat hidup
Disiplin juga mengandung arti kepatuhan kepada perintah
pemimpin, perhatikan dan kontrol yang kuat terhadap penggunaan
waktu, tanggung jawab atas tugas yang diamanahkan, serta
kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni.
4. Pendidikan Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas (Koesoema, 2012:189). Seseorang
dikatakan mandiri apabila pemikiran dan sikap yang ia tujukkan
menuju arah kedewasaan dan bertanggung jawab dengan tindakan
yang telah dilakukan. Dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin:
ْر غَص ىف
Artinya: Ketika kecilnya suka menggembalakambing orang-orang
mekkah dengan suatu upahan yang beliau bisa hidup dengannya, tatkala sampai umur sembilan tahun, Nabi berlayar ke Syam bersama paman beliau yang bernama Abu Thalib dengan membawa dagangannya
Individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan
dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakan.
Dalam hal ini, pemahaman mendalam tentang hukum moralitas
menjadi faktor pendukung utama mandiri. Pada dasarnya,
perkembangan kemandirian individu merupakan perkembangan
eksitensial manusia. Seseorang dikatakan mandiri apabila pemikiran
dan sikap yang ia tujukkan menuju arah kedewasaan dan bertanggung
sikap yang tidak bergantung kepada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawab (Rosikah, dan Listianingsih 2016:72).
Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran
yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia.
Bisa saja seorang anak sudah memilki sifat mandiri karena proses
latihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi
mandiri. Tetapi tidak jarang seorang yang sudah dewasa, tetapi tidak
juga hidup mandiri. Ia selalu tergantung kepada orang lain (Naim,
2012:162). dalam surat Al -Jumua’ah ayat 10-11 yang berbunyi:
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki (Q.S
Al-Jumu’ah:10-11).
Ayat Al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa seorang Muslim
harus memiliki kemandiri, tidak mengandalkan orang lain atau tidak
Seperti aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukan
merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.
Perkembangan kemandirian seseorang dipengaruhi oleh berbagai
stimulasi yang datang dari lingkungan, selain dari potensi keturunan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian seorang remaja menurut Ali dan Asrori.
a. Gen atau keturunan orang tua. Faktor ini sering menjadi perdebatan
ada yang berpendapat bahwa sebenarnya bukan sifat orang tua
yang menurun kepada anak, melainkan cara orangtua dalam
mendidik anak yang menjadikan anak menjadi pribadi yang
mandiri.
b. Pola asuh orang tua. Orang tua yang selalu banyka melarang atau
sering mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai
penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan
kemandirian anak.
c. Sistem pendidikan sekolahan. Proses pendidikan yang tidak
mengembangkan prinsip demokrasi dan cenderung menekan
indoktrinasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.
Pemberian sanksi hukuman juga menjadi faktor penghambat
kemandirian remaja.
d. Sistem kehidupan masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa