5.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan daftar yang memuat
rencana seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam rangka mencapau tujuanya yang
biasanaya disusun untuk tahun anggaran. Manfaat dilakukannya analisis terhadap dokumen APBN
adalah untuk mengetahui model penerimaan dan pembiayaan keuangan negara, khususnya yang
berkaitan dengan anggaran transfer ke daerah dari tahun ke tahun.
5.1.1 Penerimaan Negara
Penerimaan APBN berasal dari sektor-sektor penerimaan dalam negeri dan hibah. Sektor
penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak.
Sedangkan sector penerimaan pajak dapat diuraikan yaitu pajak dalam negeri yang terdiri dari
pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.
Selanjutnya penerimaan pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk dan pajak
eksport. Selanjutnya sektor penerimaan bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber daya alam
(SDA), bagian laba BUMN, Penerimaan bukan pajak lainnya, dan pendapatan badan layanan
umum.
Berikut ini merupakan uraian penerimaan APBN dari tahun 2011-2015, dapat dilihat
Tabel 5. 1
Uraian Penerimaan APBN Tahun 2011-2015
(Dalam Milyar Rupiah)
Penerimaan APBN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
I. Penerimaan Dalam Negeri 1,205,346.00 1,332,322.90 1,432,058.60 1,545,456.30 1,758,330.90
Penerimaan Perpajakan 873,874.00 980,518.10 1,077,306.70 1,146,865.80 1,489,255.50
Pajak Dalam Negeri 819,752.00 930,861.80 1,029,850.00 1,103,217.60 1,439,998.60
Pajak Penghasilan 431,122.00 465,069.60 506,442.80 546,180.90 679,370.10
Pajak Pertambahan Nilai 277,800.00 337,584.60 384,713.50 409,181.60 576,469.20
Pajak Bumi dan Bangunan 29,893.00 28,968.90 25,304.60 23,476.20 26,689.90
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan -1 0 0 0 0
Cukai 77,010.00 95,027.90 108,452.00 118,085.50 145,739.90
Pajak Lainnya 3,928.00 4,210.90 4,937.10 6,293.40 11,729.50
Pajak Perdagangan Internasional 54,122.00 49,656.30 47,456.60 43,648.10 49,256.90
Bea Masuk 25,266.00 28,418.40 31,621.30 32,319.10 37,203.90
Pajak Ekspor 28,856.00 21,237.90 15,835.40 11,329.00 12,053.00
Penerimaan Bukan Pajak 331,472.00 351,804.70 354,751.90 398,590.50 269,075.40
Penerimaan Sumber Daya Alam 213,823.00 225,844.00 226,406.20 240,848.30 118,919.10
Bagian laba BUMN 28,184.00 30,798.00 34,025.60 40,314.40 36,956.50
Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 69,361.00 73,458.50 69,671.90 87,746.80 90,109.60
Pendapatan Badan Layanan Umum 20,104.00 21,704.30 24,648.20 29,681.00 23,090.20
II. Hibah 5,253.90 5,786.70 6,832.50 5,034.50 3,311.90
Jumlah 1,210,599.70 1,338,109.60 1,438,891.10 1,550,490.80 1,761,642.80
Berdasarkan uraian tabel penerimaan APBN Indonesia dari tahun 2011 – 2015
maka dapat diketahui trend pertumbuhan pendapatan Negara dari tahun 2011 – 2015.
Pada keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sektor penerimaan
APBN tahun 2011-2015 mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2011 sektor
penerimaan Negara sebesar 22%, namun mengalami penurunan sampai tahun 2014
hingga 8 %, kemudian naik kembali sebesar 6 point hingga mencapai kenaikan 14% pada
tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pertumbuhan penerimaan
Negara dibawah ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil olahan)
Gambar 5. 1
Grafik Pertumbuhan Penerimaan APBN Tahun 2015
Sektor yang memberikan kontribusi terbesar ke Negara dalam aspek
penerimaan APBN Indonesia pada tahun 2015 adalah Penerimaan dalam negeri yang
mencapai angka 99,8% dan sisanya adalah hasil dari hibah. Penerimaan dalam negeri
APBN terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan non pajak. Untuk lebih
jelasnya kontribusi sector penerimaan APBN tahun 2015 dapat dilihat pada gambar
grafik dibawah ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (Hasil Olahan)
5.1.2 Belanja Negara
Selain menjelaskan mengenai anggaran pendapatan Negara, didalam dokumen
APBN juga menjelaskan mengenai anggaran belanja Negara mulai dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2014. Dapat dijelaskan bahwa jenis pengeluaran pemerintah
terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Uraian mengenai
belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan social, dan belanja lain-lain.
Sedangkan terkait dengan pengeluaran transfer ke daerah, dapat dijelaskan terdiri dari
dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus
(DAK)), dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Untuk lebih jelasnya mengenai
uraian belanja APBN Indonesia tahun 2011-2014 dapat dijelaskan pada keterangan tabel
dibawah ini.
Tabel 5. 2
Uraian Belanja APBN Indonesia Tahun 2011-2014
(Dalam Miliyar Rupiah)
Jenis Pengeluaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
I. Belanja Pemerintah Pusat 883 ,722 1.,010, 558 1 ,196 ,828 1 ,230 ,304
Berdasarkan keterangan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, belanja APBN dari
tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2011, belanja negara sebesar 24%
kemudian terus menurun sampai 5% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran penerimaan negara untuk biaya belanja negara mengecil. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)
Gambar 5. 2
Grafik Pertumbuhan Belanja APBN Tahun 2011-2014
Selanjutnya berdasarkan grafik pertumbuhan belanja negara, terlihat bahwa
terjadi penurunan hingga 5 % pada tahun 2015. Belanja negara yang paling besar berada
pada sektor belanja pemerintah pusat yaitu sebesar 68% sedangkan sebanyak 32%
adalah transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai,
belanja modal,belanja barang, pembayaran bunga utang baik luar negeri maupun dalam
negeri, subsidi, belanja hibah, belanja sosial dan belanja lain-lain. Terkait dengan
kontribusi belanja Negara dapat dilihat pada keterangan gambar dibawah ini.
24%
19%
16%
5%
2011 2012 2013 2014
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)
Gambar 5. 3
Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014
5.2. PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG
Pendapatan Daerah Kota Semarang mengalami tren peningkatan tiap
tahunnya,rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kota Semarang Tahun
2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 16,11%, Pertumbuham pada masing-masing
pos penerimaan pendapatan mengalami pertumbuhan yang positif, PAD mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 31,91%, Dana Perimbangan Daerah Kota Semarang
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,87%, dan Pendapatan Daerah yang berasal
dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
23,70%.
Dilihat dari pertumbuhan Penerimaan PAD 5 (lima) tahun terakhir (2010-2015)
mengalami pertumbuhan sebesar 31,91% per tahun atau melebih target yang
ditetapkan dalam RPJMD 2010-2015 yakni sebesar 12,5% pertahun. Peningkatan ini
terjadi disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat berkaitan Pajak Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB)yang semula berada di pos Dana Perimbangan bergeser ke Pos Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimulai tahun 2011, sehingga Pendapatan Asli Daerah pada Pos Pajak
Daerah mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
68% 32%
Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014
Dari kontribusi penerimaan PAD terhadap APBD secara total selama kurun waktu
5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 20,20%
menjadi 36,53% pada tahun 2015, hal ini menunjukan ketergantungan Pemerintah Kota
Semarang terhadap Dana Perimbangan dan Pendapatan lain yang sah semakin
menurun.
Hasil perhitungan kontribusi realisasi masing-masing komponen pendapatan
daerah terhadap total pendapatan daerah menunjukan bahwa Dana Perimbangan
memiliki rata-rata pertumbuhan terendah yakni hanya 5,87%. Sementara itu rata-rata
pertumbuhan PAD sebesar 31,91% tanpa mengurangi komponen PBB-BPHTB sedangkan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 23,70%.
Jika dirinci per sub komponen, gambar berikut menyajikan tentang kontribusi
masing-masing sub komponen pendapatan daerah dirinci per sub komponen.
Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015)
Gambar 5.4.
Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah 2010-2015 Dilihat Dari Masing-masing Komponen
RATA-RATA
Untuk Pendapatan Asli Daerah, kontribusi terbesar diberikan dari Pajak Daerah
dengan persentase kontribusi rata-rata sebesar 51%. Disusul oleh Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah dengan kontribusi sebesar 32%, Ini dikarenakan pada tahun 2011
ada penambahan kontribusi Pajak Daerah dari Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan di tahun 2012 ada penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).Hal ini menyebabkan anomali pertumbuhan di tahun 2011 dan 2012. Bisa
disandingkan analisa Perbandingan Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :
Gambar 5.5
Persandingan Rata-rata Pertumbuhan PAD 2010-2015 Dengan dan Tanpa Komponen PBB & BPHTB
Pendapatan pajak daerah terbesar berasal dari pengelolaan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) dan PBB Pedesaan Dan Perkotaan ternyata memiliki
kontribusi yang cukup signifikan.Di tahun 2014, perolehan pendapatan pajak daerah dari
BPHTB meningkat 64,7% di tahun 2014 dari realisasi tahun 2011. Sementara itu, PBB
Pedesaan dan Perkotaan meningkat 60,5% di tahun 2014 dari realisasi tahun 2011.
Jika dilakukan perbandingan antara realisasi dengan target pendapatan, realisasi
anggaran pendapatan daerah Kota Semarang telah melampaui target yang telah
ditetapkan dimana antara tahun 2010-2015 rata-rata realisasi mencapai
106,37%.Realisasi pendapatan tertinggi dicapai di tahun 2012 dengan persentase
realisasi mencapai 111,21%. Dan persentase realisasi terendah dicapai di tahun 2010
Tabel 5.3
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun 2010 – 2015
2010 1.378.069.725.000 1.594.662.575.000 1.623.567.254.798 101,81% 28.904.679.798 2011 1.713.581.233.923 1.992.693.893.000 2.053.919.562.042 103,07% 61.225.669.042 2012 1.928.691.520.339 2.278.353.606.000 2.533.676.148.800 111,21% 255.322.542.800 2013 2.107.776.916.723 2.594.562.688.000 2.796.570.726.860 107,79% 202.008.038.860 2014 2.304.734.720.409 2.865.509.578.000 3.166.016.041.565 110,49% 300.506.463.565 2015* 2.552.029.032.166 3.263.824.536.000 3.390.172.448.717 103,87% 126.347.912.717
Total 11.984.883.148.560 14.589.606.876.000 15.563.922.182.783 106,37% 974.315.306.783
Sumber: DPKAD Kota Semarang 2010-2015 (diolah, 2015)
5.2.1. Neraca Daerah
Analisis Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan
pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas
serta kemampuan asset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca
Daerah menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Unsur yang dicakup oleh sebuah
neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Perkembangan neraca daerah Kota
Semarang tahun 2010-2015 dan rata-rata pertumbuhannya terlihat di tabel 5.4.
Aset Pemerintah Kota Semarang dari kurun waktu tahun 2013 sampai dengan
tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang meningkat rata-rata sebesar 28,82% (tabel
3.26).Aset memberikan informasi tentang sumber daya yang dimiliki dan dikuasai
pemerintah Kota Semarang yang mampu memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi
pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2015 memiliki aset
total sebesar Rp 15.660.868.697.440,-atau meningkat sebesar 107,01% dibanding tahun
2014 yang sebesar Rp 7.565.283.848.059,- peningkatan terbesar adalah pada aset tetap
yang meningkat sangat signifikan yakni sebesar 132,48%.
Kewajiban menggambarkan tentang kondisi utang pemerintah daeah dengan
pihak ketiga.Kewajiban daerah sendiri dapat dibangi menjadi 2, yakni kewajiban jangka
panjang dan kewajiban jangka pendek.Di tahun 2014, Pemerintah Kota Semarang
ini meningkat 1% dibanding kewajiban tahun 2013 sebesar Rp 27.415.290.205. Ekuitas
dana adalah selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Di tahun 2014,
nilai ekuitas dana Pemerintah Kota Semarang mencapai Rp 15.147.458.705.353 dan
Tabel 5.4
Perkembangan Anggaran dan Realisasi BUMD Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 NO URAIAN
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realiasasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi 1
Perusahaan Daerah RPH & BHP
31.045.922 29.877.700 31.158.328 33.744,600 33.698.720 39.017.100 37.237.146 40.024.700 40.150.000 40.263.443 0 0
2
Perusahaan Daerah Percetakan
140.519.500 0 146.806.000 0 223.522.280 101.166.915 179.481.482 181.801.835 157.178.000 186.582.943
3
Perusahaan Daerah Bank Pasar
166.923.578 167.492.521 198.000.000 175.866.325 279.500.000 302.940.370 361.116.372 330.515.110 385.769.000 191.206.550
4
Perusahaan Daerah BPR / BKK
0 0 0 0 574.658.000 309.669.986 1.044.925.000 6.049.636.864 1.406.770.000 934.594.286
5
Bank Jateng Cabang Semarang
5.000.000.000 6.013.056.741 5.629.835.672 5.771.918.433 5.250.000.000 6.024.524.882 5.250.000.000 1.048.800.379 6.000.000.000 6.683.452.338
JUMLAH
Tabel 5.5
Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang Tahun 2013-2015
No Uraian 2013 2014 2015 Tk.
Pertumb (%)
1 ASET 14.942.228.456.870 14.752.011.257.325 15.660.868.697.440 2,75%
1.1 ASET LANCAR 1.042.372.527.574 14.752.011.257.325 1.180.796.595.962 6,66%
1.1.1 Kas 922.751.717.344 1.086.300.120.262 1.203.791.855.520
1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG 78.105.882.735 66.465.922.740 100.055.857.602 17,82%
1.2.1 Investasi Non Permanen 3.781.112.967 3.619.379.238 3.356.751.971
1.2.2 Investasi Permanen 74.324.769.768 62.846.543.502 96.699.105.631
1.3 ASET TETAP 13.717.885.116.131 6.119.616.888.621 14.226.857.060.638 38,55%
1.3.1 Tanah 10.809.811.533.805 10.809.811.533.805 10.862.926.513.191
1.3.2 Peralatan dan Mesin 957.835.854.744 989.497.933.801 1.140.779.561.749
1.3.3 Gedung dan Bangunan 1.656.851.392.286 1.457.131.509.262 1.872.765.197.493
1.3.3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.654.555.357.306 1.279.544.234.937 1.987.265.452.595
1.3.4 Aset Tetap Lainnya 73.945.990.040 62.232.661.307 88.708.674.161
1.3.5 Konstruksi dalam Pengerjaan 102.732.023.730 109.950.402.504 87.286.319.793
1.3.6 Akumulasi Penyusutan (1.537.847.035.780) (1.401.823.977.729) (1.812.874.658.344)
1.4 DANA CADANGAN 0 0 39.562.373.739 -
1.4.1 Dana Cadangan- 0 0 39.562.373.739
1.5 ASET LAINNYA 103.864.930.430 195.235.321.214 113.596.809.499 23,08%
1.5.1 Tagihan Penjualan Angsuran - - -
1.5.2 Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah - - -
1.5.3 Kemitraan dengan Pihak Kedua 11.056.831.000 66.053.931.000 11.056.831.000
No Uraian 2013 2014 2015 Tk. Pertumb (%)
1.5.5 Aset lain-lain `74.449.767.898 111.085.904.808 77.936.630.197
JUMLAH ASET DAERAH 14.942.228.456.870 14.752.011.257.325 15.660.868.697.440 2,75%
2 KEWAJIBAN 27.069.052.431 27.415.290.205 128.618.072.540 185,21%
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 27.067.052.431 27.392.290.205 128.558.072.540 185,26%
2.1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 4.522.375.560 4.442.638.263 6.820.256.343
2.1.2 Utang Bunga 874.741 62.604.529 -
2.1.3 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang ` - 1.816.665.353 -
2.1.4 Pendapatan Diterima Dimuka 2.054.073.350 1.964.887.805 13.124.433.770
2.1.5 Utang Belanja 20.489.728.780 19.105.494.255 108.613.382.427
2.1.6 Utang Jangka Pendek Lainnya - -
-
2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 2.000.000 23.000.000 60.000.000 605,43%
2.2.1 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan - -
3 EKUITAS DANA 15.147.458.705.353 7.402.393.039.253 15.532.250.624.900 29,35%
3.1 EKUITAS DANA 15.147.458.705.353 7.402.393.039.253 15.532.250.624.900
Gambaran kondisi neraca daerah tersebut lebih lanjut dapat digunakan sebagai
bahan analisis kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio,
dimana terdapat 2 jenis Rasio yang digunakan, yakni rasio likuiditas dan
solvabilitassebagaimana terjabarkan sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah
dalam memenuhi kewajiban jangka pandek. Data rasio likuiditas tahun terakhir
2015dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6
Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun 2015
Ratio Rumus 2015
Ratio Lancar Aset Lancar 19.680
Kewajiban Jangka Panjang
Rasio Quick (Quick Ratio) Aset Lancar - Persediaan 8,24
Kewajiban Jangka Pendek Rasio total hutang terhadap total
asset
Total Hutang 0,0000038
Total Aset
Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2013-2015
Hasil analisis diatas menunjukan bahwa Pemerintah Kota Semarang memiliki
kondisi pendanaan yang cukup kuat dilihat dari hasil analisis ratio lancar,quick
ratiodanrasio total hutang terhadap total aset juga bernilai sangat kecil. Hal ini
menunjukan bahwa kapabilitas keuangan pemerintah Kota Semarang cukup kuat dalam
pelunasan kewajiban-kewajiban daerahnya.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas tahun 2015
dapat dilihat di tabel sebagai berikut:
Tabel 5.7
Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun 2014
Rasio Rumus 2014 (Persentase)
Rasio Kewajiban terhadap Aset Kewajiban/ Aset 0,19%
Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas Kewajiban/ Ekuitas 0,37%
5.2.2. Analisis Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayan Daerah
Memahami kinerja belanja daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran
realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada
periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan
kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan dimasa mendatang.Beberapa hal
yang perlu dipahami dari analisis ini mencakup proporsi realisasi belanja daerah
dibanding anggaran, analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur,
analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta
prioritas utama.
5.2.2.1.Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dibanding Anggaran
Belanja daerah Kota Semarang dibagi menjadi belanja langsung dan belanja tidak
langsung. Belanja langsung memiliki delapan komponen belanja yaitu belanja pegawai,
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Sedangkan untuk belanja
langsung daerah Kota Semarang, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa
dan belanja modal.
Tabel 5.8
Uraian 2010
Sumber: DPKAD, Kota Semarang, 2010-2015
Tabel proporsi realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota Semarang
2010-2015 menunjukan bahwa selama enam tahun terakhirempat tahun terakhir proporsi
belanja tidak langsung terhadap anggaran belanja memiliki proporsi lebih besar
dibanding belanja langsung. Proporsi penggunaan belanja tidak langsung rata-rata
sebesar 50,47% sedangkan belanja langsung hanya 49,53%.
Ini mengindikasikan bahwa belanja langsung yang notabene berhubungan dengan
program-program pembangunan kota, pencapaian kesejahteraan masyarakat dan
pelayanan publik belum maksimal. Sementara itu, pada komponen belanja tidak
langsung proporsi terbesar digunakan untuk belanja pegawai. Sedangkan untuk belanja
langsung proporsi terbesar untuk belanja barang dan jasa.
5.2.2.2.Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Selain gambaran mengenai belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak
langsung, perlu diketahui juga gambaran proporsi anggaran belanja untuk pemenuhan
kebutuhan aparatur Kota Semarang. Kebutuhan belanja aparatur Kota Semarang
selama periode tahun 2010-2015 antara lain meliputi Belanja Pegawai untuk Gaji dan
Tunjangan, Tambahan Penghasilan, dan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan
DPRD serta Operasional KDH/ WKDH), Belanja Bunga, Belanja Bantuan Keuangan dan
Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus
diselenggarakan.
Proporsi belanja aparatur terhadap total pengeluaran memiliki kondisi fluktuatif
Tabel 5.9
Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja Kota Semarang Tahun 2010-2015
2010 1.086.192.210.382 1.732.662.151.376 62,69%
2011 1.200.312.619.500 2.036.582.638.750 58,94%
2012 1.269.801.879.039 2.053.334.797.224 61,84%
2013 1.344.389.282.604 2.473.490.609.436 54,35%
2014 1.434.769.283.942 2.957.435.259.381 48,51%
2015 1.361.912.732.416 2.686.040.155.327 50,70%
Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015
Adapun rincian mengenai total belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur
Kota Semarangsebagaimana tabelRealisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kota Semarang Tahun 2010-2015.
5.2.2.3.Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Selain belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang, perlu
diketahui juga bagaimana gambaran pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas
utama Kota Semarang. Belanja untuk pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas
utama adalah menyangkut pelayanan dasar wajib yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan dan menyangkut kebutuhan operasional rutin perkantoran yang
harus diselenggarakan. Pengeluaran wajib dan mengikat mencakup pengeluaran untuk
bidang pendidikan dan kesehatan. Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas
utama pada tabel diatas menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja
yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan
kapasitas riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan. Tabel berikut adalah
rincian pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Semarang Tahun
Tabel 5.10
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun 2010 – 2015
Urusan 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015
Belanja Tidak Langsung 876.462.046.627 987.918.816.135 1.086.857.725.418 1.144.155.404.342 1.172.889.136.216 1.075.960.876.751 Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja
Tambahan Penghasilan, dan Belanja
Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD
serta Operasional KDH/ WKDH
1.084.323.643.257 1.198.759.910.675 1.268.289.406.939 1.343.222.420.204 1.433.649.178.942 1.361.047.074.141
Belanja Bantuan Keuangan 788.567.125 788.567.000 788.567.000 870.105.000 865.658.275 788.567.125
Belanja Bunga 1.080.000.000 764.141.700 723.905.100 378.295.400 250.000.000 -
Belanja Langsung 209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665 Belanja Langsung untuk kebutuhan
operasional rutin perkantoran yang
harus diselenggarakan.
209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665
Tabel 5.11
RealisasiBelanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun 2010 – 2015
No Anggaran Rata-Rata
Pertumbuhan
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BELANJA TIDAK LANGSUNG
1
Belanja Gaji, Tunjangan dan termasuk( Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH)
874.593.479.502 986.366.107.310 1.085.345.253.318 1.142.988.541.942 1.171.769.031.216 1.075.095.218.476 4,48
2 Belanja Bantuan Keuangan 788.567.125 788.567.000 788.567.000 870.105.000 865.658.275 788.567.125
3 Belanja Bunga 1.080.000.000 764.141.700 723.905.100 378.295.400 250.000.000 - (29,04)
4 Belanja Bagi Hasil - - - - -
209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665 209.730.163.755
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
1 Pembentukan Dana
Cadangan 0 0 30.000.000.000 15,000,000,000 25.439.914.000
2 Pembayaran Pokok Hutang 1.821.488.200 1.816.665.400 1.816.665.500 1.816.665.353 - -
TOTAL (A+B+C)
5.2.2.4.Analisis Pembiayaan Daerah
Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang bertujuan untuk
menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah ketika terjadi defisit
anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA) tahun lalu, penerimaan, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana
cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran
dalam pembiayaan adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana
cadangan.
5.2.2.5.Analisis Sumber Penutup Defisit Riil
Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan
anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah yang dilakukan.
Berikut menyajikan gambaran realisasi penutup defisit riil anggaran Kota Semarang
Tabel 5.12
Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun 2010 – 2015
NO Uraian 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012(Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp.) 2015 (Rp)
A. Pendapatan
1.
Realisasi Pendapatan Daerah 1.623.567.254.798 1.813.927.543.692 2.342.123.646.801 2.466.593.494.884 2.882.095.765.066 3.033.103.312.563
Jumlah A 1.623.567.254.798 1.813.927.543.692 2.342.123.646.801 2.466.593.494.884 2.882.095.765.066 3.033.103.312.563
B Dilkurangi Realisasi Belanja :
1. Realisasi Belanja Daerah 1.732.662.151.376 2.036.582.638.750 2.053.334.797.224 2.473.490.609.436 2.957.435.259.381 2.686.040.155.327
2. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah 8.821.488.200 4.816.665.400 52.602.590.534 45.816.665.353 48.095.579.353 41.686.874.742
Jumlah B 1.741.483.639.576 2.041.399.304.150 2.105.937.387.758 2.519.307.274.789 3.005.530.838.734 2.727.727.030.069
Surplus/ Defisit riil (A-B) (117.916.384.778) (227.471.760.458) 236.186.259.043 (52.713.779.905) (123.435.073.668) 305.376.282.494
C Ditutup Oleh Realisasi Penerimaan Pembiayaan :
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Tahun Anggaran sebelumnya 313.114.935.618 195.198.550.840 207.718.808.732 635.457.569.772 905.242.914.000 1.010.221.556.625
2. Pencairan Dana Cadangan - - - - 7.478.024.158 62.981.890.550
Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan
Daerah (C) 313.114.935.618 195.198.550.840 207.718.808.732 635.457.569.772 912.720.938.158 1.073.203.447.175
Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun
berkenaan (A-B) + C 195.198.550.840 (32.273.209.618) 443.905.067.775 582.743.789.867 789.285.864.490 1.378.579.729.669
Berdasarkan pada tabel penutup defisit riil menunjukkan bahwa pada tahun 2012
dan tahun 2015 terjadi surplus dimana realisasi pendapatan daerah lebih besar dari
belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Namun apabila dilihat dari sisa lebih
pembiayaan anggaran tahun berkenaan pada tahun 2011 terjadi defisit dimana tercatat
minus Rp. 32.273.209.618,-. Mulai tahun 2012 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun
berkenanan terjadi surplus sampai dengan tahun 2015 dimana desifit anggaran ditutup