• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TATA LETAK PRODUK TERHADAP KEPUASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TATA LETAK PRODUK TERHADAP KEPUASAN"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh : Nama : Agnes Sefrina Lase NIM : 042214004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)
(3)
(4)

-Hadiah Terbaik-

(Soesan)

Buat Musuhmu...Pengampunan

Buat Temanmu...Kasih dan Kesetiaan Buat Teman Hidupmu... Kesetiaan dan Pengertian Buat Atasanmu... Pengabdian dan Kesetiaan Buat Orang tuamu... Pengabdian dan Kasih Buat Anakmu... Teladan dan Kasih Buat Semua Orang... Kasih

Buat YESUS... HIDUPMU

Tak ada kejutan yang lebih ajaib daripada mengetahui bahwa diam-diam kita dicintai; hal itu seperti merasakan tangan Tuhan di bahu kita.

(Charles Morgan)

Love Your Self and U will Learn How to Love Others and Me (Glenn Fredly_Selamat Pagi Dunia)

(5)

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus

Atas segalanya yang telah Dia berikan kepadaku

Papa & Mama tercinta

Kakak & adik2ku

(6)
(7)

Studi Kasus Pada Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta Agnes Sefrina Lase

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) karakteristik responden yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta, 2) pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan pelanggan dalam berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara pihak Mirota Kampus dan membagikan kuesioner kepada konsumen yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah Purposive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis persentase, dan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) responden penelitian ini sebagian besar adalah wanita, berusia 21-25 tahun, mahasiswa, jumlah penghasilan kurang dari Rp 1.000.000 per bulan, sudah berlangganan di Mirota Kampus selama lebih dari 18 bulan 2) tata letak produk berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dalam berbelanja.

(8)

A Case Study at Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta

Agnes Sefrina Lase

Sanata Dharma University Yogyakarta 2008

The purposes of this research are to know: 1) characteristics of customers of Mirota Kampus Yogyakarta 2) the influence of product layout on customers’ satisfaction in buying at Mirota Kampus Yogyakarta.

The data were collected by interviewing Mirota Kampus staff and distributing questionnaire to customers who were shopping at Mirota Kampus Yogyakarta. The population of this research consisted of customers of Mirota Kampus Yogyakarta. The samples of this research were 100 respondents. The sampling method was Purposive Sampling. The analysis methods were percentage analysis, and multiple linear regression analysis.

Results of this research show that: 1) most of the research’s respondents were female, 21 until 25 years old, university students, with salary of less than IDR 1,000,000/month, and had been a loyal customer at Mirota Kampus for more than 18 months 2) product layout affected customer satisfaction positively.

(9)
(10)

dan tuntunan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Tata Letak Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam Berbelanja, studi kasus pada Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat ujian sarjana untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan begitu banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M. Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S. E., M. B. A., selaku Ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M. S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, dan saran serta meluangkan waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

(11)

5. Bapak John Philio Simandjuntak, S. E., M. M., selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan yang sangat berguna bagi penulis.

7. Ibu Indarti Rahayu, selaku Staff HRD Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan data yang dibutuhkan penulis.

8. Orang tuaku tersayang, Papa (Arief A. Lase), Mama (Tetty M. Zebua), terima kasih atas doa, cinta dan kasih sayang, kesabaran dan nasehat serta dukungan moril dan finansial yang diberikan sehingga aku bisa menyelesaikan kuliah dan memperoleh gelar sarjana.

9. Saudara-saudaraku : kakakku Buala, adik-adikku Bella dan Astrid. Terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan selama ini. Selamat berjuang menyelesaikan studi. Semangat!!

10.Bimo, terima kasih buat semangat, kasih sayang, kesabaran, dan perhatiannya selama ini. Terima kasih telah menambahkan warna baru dalam hidupku..

(12)
(13)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR BAGAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran ... 9

B. Kepuasan Pelanggan ... 10

C. Retail Display... 18

D. Unsur-unsur Tata Letak Toko ... 27

E. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 28

(14)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

E. Pengukuran Variabel Penelitian ... 34

F. Populasi dan Sampel... 37

G. Teknik Pengambilan Sampel... 38

H. Metode Pengumpulan Data... 38

I. Definisi Operasional... 40

J. Teknik Pengujian Instrumen... 45

K. Teknik Analisis Data... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 58

A. Sejarah dan Perkembangan... 58

B. Visi, Misi, dan Semboyan... 61

C. Tujuan Pendirian dan Filosofi... 62

D. Logo Perusahaan... 63

E. Lokasi Perusahaan... 65

F. Bidang Usaha Perusahaan... 65

G. Sistem Pelayanan... 66

H. Struktur Organisasi... 67

(15)

C. Pembahasan... 92

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 94

A. Kesimpulan... 94

B. Saran... 95

C. Keterbatasan... 96 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

Departemen... 74

V.2 Hasil Uji Validitas Pengaturan (Penempatan) Departemen (tanpa butir 1)... 75

V.3 Hasil Uji Validitas Pengaturan (Penempatan) Display... 75

V.4 Hasil Uji Validitas Kepuasan Pelanggan Dalam Berbelanja... 76

V.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 77

V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 78

V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 79

V.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 80

V.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan per Bulan... 81

V.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berlangganan... 82

V.11 Output Uji Multikolinieritas... 83

V.12 Ouput Uji Multikolinieritas... 83

V.13 Output Uji F... 89

(17)

V.2 Output Uji Normalitas... 86 V.3 Output Uji Normalitas... 86 V.4 Daerah Hasil Uji F... 90

(18)

IV.1 Struktur Organisasi Mirota Kampus... 72

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan mengerti benar bahwa salah satu tugas yang harus dikerjakan adalah menciptakan pelanggan. Menciptakan pelanggan dalam arti, perusahaan harus menarik kelompok masyarakat untuk mau mengkonsumsi produk baik barang maupun jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Pada masa sekarang ini, tugas menciptakan pelanggan dapat menjadi sebuah tantangan yang berat. Pelanggan sekarang menghadapi banyak pilihan produk dan merek, harga, pelayanan yang semakin banyak ditawarkan oleh setiap perusahaan. Hal ini mengingat pertumbuhan dunia usaha yang semakin mudah dan persaingan yang semakin ketat.

Pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh perusahaan adalah bagaimana pelanggan membuat pilihan? Jawabannya ialah pelanggan akan memilih penawaran pemasaran yang mereka percaya akan memberi nilai yang paling tinggi. Apakah penawaran itu memberikan nilai harapan (kepuasan) atau tidak akan mempengaruhi kepuasan dan perilaku pembelian berulang dari pelanggan.

Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler et al dalam Tjiptono,1997:24). Kepuasan pelanggan tercapai di saat

(20)

apa yang dikehendaki dan diterima oleh pelanggan saat mengkonsumsi produk sesuai atau melebihi harapan (ekspektasi) mereka. Hal ini sesuai dengan definisi kepuasaan pelanggan yang dikemukakan oleh Engel dalam Tjiptono (1996:146) bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan akan berpengaruh pada perilaku pembelian selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas maka pelanggan akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembali berbelanja di tempat yang sama (melakukan pembelian ulang), terciptanya loyalitas konsumen, memberikan referensi (rekomendasi) kepada orang lain mengenai keunggulan dari suatu perusahaan.

Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memuaskan pelanggan. Cara pengungkapannya mungkin beragam. Ada yang merumuskannya “Memberikan segala sesuatu yang diharapkan pelanggan”, “Pelanggan adalah raja”, “Kepuasan pelanggan adalah tujuan kami”. Semua slogan maupun ungkapan tersebut menggambarkan bahwa dengan cara apapun perusahaan akan mementingkan kepuasan pelanggan. Demikian pula yang diterapkan oleh perusahaan ritel seperti pasar swalayan atau supermarket.

(21)

perkembangan zaman yang semakin modern dan mengarah pada era globalisasi dimana segala kepraktisan dan kemudahan menjadi tuntutan semua orang. Berdasarkan hal ini, supermarket mengambil peran dalam masyarakat melalui penawaran bentuk kepuasan yang jauh berbeda dengan pasar tradisional.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Widiasmara (2005:2), kepuasan pelanggan “customer satisfaction” dipengaruhi faktor kualitas produk (product quality), kualitas pelayanan (service quality), dan harga (price). Bentuk-bentuk kualitas pelayanan yang ditawarkan oleh supermarket untuk memberikan kepuasan pada pelanggan antara lain pelayanan kasir, ketersediaan produk yang lengkap, suasana yang nyaman (ruangan belanja yang luas, tempat parkir yang memadai), serta tata letak produk yang ditawarkan oleh supermarket yang bersangkutan.

(22)

Penempatan (pengaturan) display yaitu pajangan barang-barang untuk menarik perhatian pengunjung.

Tanpa disadari tata letak (penempatan) produk merupakan salah satu hal penting yang diharapkan pelanggan pada saat berbelanja di supermarket. Konsumen akan tertarik berbelanja di supermarket tertentu apabila tata letak produk yang ditawarkan menarik dan memberikan kenyamanan pada konsumen saat berbelanja. Menarik dalam arti produk disusun secara rapi dan teratur di suatu rak atau kotak, produk terlihat bersih. Sedangkan tata letak produk yang memberikan kenyamanan kepada konsumen dalam arti penempatan produk yang tidak terlalu tinggi dan disesuaikan dengan jangkauan normal konsumen, produk dikelompok-kelompokkan sesuai dengan fungsi produk yang saling berkaitan, misalnya produk makanan diletakkan berdampingan dengan produk minuman. Sering kali penempatan produk yang terlalu tinggi, pencampuran jenis produk yang berbeda, penyajian produk yang berantakan, kurangnya informasi mengenai produk akan menimbulkan ketidaktertarikan dan ketidaknyamanan pada saat konsumen berbelanja. Kondisi saat konsumen mulai merasa tidak tertarik dan tidak nyaman berbelanja di sebuah supermarket akan berpengaruh pada tingkat kepuasan yang diharapkannya saat berbelanja.

(23)

Kepuasan Pelanggan Dalam Berbelanja. Studi kasus Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana karakteristik (profil) dari responden yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta?

2. Apakah ada pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan pelanggan dalam berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta?

C. Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah penelitian yaitu terbatas pada : 1. Tata Letak Produk

(24)

2. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan dalam penelitian ini terbatas pada suatu hasil yang sesuai maupun melebihi harapan pelanggan saat berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta dimana hasil ini mengarah pada keinginan pembelian atau berbelanja ulang, terciptanya loyalitas pelanggan, membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) di Mirota Kampus Yogyakarta.

3. Pelanggan

Pelanggan yang dimaksud adalah masyarakat yang berbelanja dan berlangganan di Mirota Kampus Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai oleh penulis dalam memecahkan permasalahan yang dirumuskan. Secara garis besar, penulis ingin mengetahui pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan belanja pelanggan. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui karakteristik responden yang berbelanja di Mirota Kampus

Yogyakarta.

(25)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, masukan, dan dapat dijadikan pertimbangan bagi Mirota Kampus Yogyakarta dalam membuat keputusan mengenai kebijakan tata letak produk guna memberi kepuasan belanja kepada pelanggan.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi pengetahuan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan referensi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

3. Bagi Penulis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh kuliah di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

F. Sistematika Penulisan 1. BAB I Pendahuluan

(26)

2. BAB II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang penjelasan manajemen pemasaran dan pemasaran, kepuasan pelanggan, retail display, unsur-unsur tata letak toko, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis.

3. BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi metode penelitian dan metode analisis data. 4. BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi sejarah dan perkembangan perusahaan, visi misi dan slogan, tujuan pendirian dan filosofi, logo, lokasi, bidang usaha, sistem pelayanan, dan struktur organisasi.

5. BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi pengujian instrumen (uji validitas dan reliabilitas), analisis data (analisis persentase, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji F), dan pembahasan.

6. BAB VI Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan Bab ini berisi kesimpulan, saran, dan keterbatasan. DAFTAR PUSTAKA

(27)

A. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:16), definisi dari manajemen pemasaran ialah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

Pengertian lain dari manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh American Marketing Association (AMA) pada tahun 1985 (Kotler, 2002:9) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Jadi, dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran berisi tentang pengelolaan permintaan, yang akhirnya berisi pengelolaan hubungan dengan pelanggan.

2. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

(28)

penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Dengan kata lain definisi singkat dari pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba (Kotler dan Amstrong, 2003:7). Kegiatan pemasaran lebih pada urusan dengan pelanggan dibandingkan dengan fungsi bisnis lainnya.

Inti pemikiran dan praktek pemasaran modern adalah memahami, menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai serta kepuasan kepada konsumen. Adapun sasaran utama dalam pemasaran yaitu menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan.

B. Kepuasan Pelanggan

1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, kompleks maupun rumit. Beberapa ahli merumuskan pengertian mengenai kepuasan konsumen (pelanggan) antara lain :

(29)

b. Menurut Engel et al dalam Tjiptono (1996:146), kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil atau outcome sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.

c. Menurut Kotler dalam Tjiptono (1996:147), kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

d. Menurut Wilkie dalam Tjiptono (1997:24), kepuasan pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.

Kesamaan berbagai definisi tersebut yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

2. Manfaat Terciptanya Kepuasan Pelanggan

(30)

a. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis b. Memberikan dasar yang baik bagi pelanggan untuk pembelian ulang c. Terciptanya loyalitas konsumen

Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen untuk berbelanja di lokasi ritel tertentu. Mempertahankan keunggulan bersaing dapat membantu menarik perhatian dan mempertahankan para konsumen yang loyal. Mempunyai konsumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan dari para pesaing, mengingat memiliki konsumen yang loyal berarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel pesaing (Utami, 2006:58-59). Beberapa cara dalam membangun loyalitas konsumen adalah dengan (Utami, 2006:59) :

1) Mengembangkan strategi yang jelas dan tepat

2) Menciptakan hubungan emosional dengan para konsumen melalui program loyalitas, misalnya Alfa menawarkan program AFC (Alfa Family Club), Carrefour dengan Kartu Belanja Carrefour, Matahari dengan MCC (Matahari Club Card).

d. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan

(31)

sebagai dasar pertimbangan untuk kepercayaan, perasaan, dan perilaku. Kelompok ini mempengaruhi keputusan belanja dengan (Utami, 2006:46): 1) Menawarkan informasi

2) Menyediakan penghargaan untuk perilaku pembelian yang spesifik 3) Penambahan citra diri pelanggan

3. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler dalam Tjiptono (1996:148-150) ada empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :

a. Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis, menyediakan kartu komentar, maupun saluran telepon khusus.

Informasi yang diperoleh dapat memberikan masukan, ide-ide baru kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk memberikan respon secara cepat dan tanggap terhadap setiap masalah yang timbul. b. Survei kepuasan pelanggan

(32)

memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada pelanggan.

c. Ghost Shopping

Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan dan bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Ghost shopper akan menyampaikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dan pesaing lewat pengalaman mereka membeli produk.

d. Lost customer analysis

Metode ini sedikit unik karena perusahaan menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti membeli atau beralih pemasok. Harapan dari metode ini adalah perusahaan akan memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

4. Harapan Pelanggan

Menurut Zeithaml et al dalam Tjiptono (1997:28) dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Pengertian ini didasarkan pada pandangan bahwa harapan merupakan standar prediksi ataupun standar ideal.

(33)

mulut, dan iklan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya harapan pelanggan terhadap kualitas suatu jasa (Zeithaml et al dalam Tjiptono (1997:28) :

a. Enduring Service Intensifiers

Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang tentang jasa. Seorang pelanggan akan berharap bahwa ia patut untuk dilayani dengan baik apabila pelanggan lainnya dilayani dengan baik oleh pemberi jasa.

b. Personal Needs

Personal needs adalah kebutuhan mendasar bagi kesejahteraan seseorang seperti kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis juga sangat menentukan harapan pelanggan.

c. Transitory Service Intensifiers

Faktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara (jangka pendek) yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa. Faktor ini meliputi :

(34)

2) Jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuan pelanggan untuk menentukan baik-buruknya jasa berikutnya.

d. Perceived Service Alternatives

Perceived service alternatives merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki beberapa alternatif, maka harapan konsumen terhadap suatu jasa cenderung akan semakin besar.

e. Self-Perceived Service Roles

Faktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Persepsi pelanggan tentang derajat keterlibatannya akan mempengaruhi tingkat jasa atau pelayanan yang bersedia diterimanya.

f. Situational Factors

(35)

g. Explicit Service Promise

Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) oleh organisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Pernyataan ini bisa berupa iklan, personal selling, perjanjian, atau komunikasi dengan karyawan organisasi tersebut.

h. Implicit Service Promise

Faktor ini menyangkut petunjuk yang memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang seharusnya dan yang akan diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran jasa meliputi biaya untuk memperolehnya (harga) dan alat-alat pendukung jasa. Pelanggan biasanya menghubungkan harga dan peralatan (tangible assets) pendukung jasa dengan kualitas jasa. Harga yang mahal dihubungkan secara positif dengan kualitas yang tinggi.

i. Word of Mouth (Rekomendasi atau saran dari orang lain)

Word of Mouth merupakan pernyataan yang disampaikan oleh orang lain kepada pelanggan. Word of Mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercaya dan pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri.

j. Past Experience

(36)

Harapan-harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang seiring dengan semakin banyaknya informasi (nonexperimential information) yang diterima pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman pelanggan, dimana semua ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.

C. Retail Display

1. Pengertian Retail Display

Retail display adalah penyajian non personal atau tidak mengenali orang-orang tertentu dari barang atau informasi terhadap pesan sasaran yang dilakukan dalam lingkungan fisik toko. Display yang efektif akan memperkuat daya tarik produk di suatu point-of-purchase, memberi manfaat untuk menarik lebih banyak pengunjung dan memberi minat baru bagi pembeli.

2. Display yang Baik

(37)

a. Display yang baik harus mempunyai tema atau tujuan

Pembuatan display-display dalam supermarket diusahakan berhubungan dengan tema promosi yang akan membantu pengecer menjual barang dagangan.

b. Display yang baik harus mempunyai kekhususan atau keistimewaan

Display yang khas akan menarik perhatian pembeli potensial. Pengecer perlu mengubah display-display dalam jangka waktu tertentu dengan bentuk yang disesuaikan dengan pasar sasaran, agar konsumen tidak bosan sehingga tetap tertarik untuk datang ke supermarket.

c. Display yang baik harus tepat dan penuh citarasa

Citarasa yang baik akan membantu konsumen untuk mengerti dan tahu tentang produk yang dijual. Citarasa yang buruk akan menjatuhkan minat konsumen terhadap produk yang dijual, sebagai contoh display yang menjual produk keluarga berencana tetapi menampilkan orang tua dengan lebih dari dua anak. Contoh ini merupakan citarasa yang buruk.

d. Display yang baik harus bersih, rapi, dan menarik

Display tidak akan menarik bagi konsumen jika kotor dan tidak teratur. e. Display yang baik harus memberikan atau menyediakan informasi

(38)

f. Display yang baik harus sederhana

Display yang baik tidak akan menampilkan berbagai jenis barang yang berbeda dalam jumlah yang banyak. Pertimbangan pada display yang sederhana adalah display yang ditampilkan tidak berlebihan karena display berlebihan akan membingungkan konsumen.

g. Display yang baik harus memperlihatkan kegunaan dari barang dagangan h. Display yang baik harus menimbulkan kesan yang tepat bagi toko

Display dapat menampilkan kepribadian dari toko. Display yang menampilkan produk dengan membubuhkan harga pada setiap produknya akan menimbulkan kesan bahwa supermarket menjual harga dengan murah. Sebaliknya, jika supermarket menampilkan produk tanpa membubuhkan harga maka akan menimbulkan kesan produk dijual dengan harga mahal. Contohnya produk fashion, peralatan rumah tangga. i. Display yang baik tidak berbahaya bagi konsumen

Display akan dapat membahayakan pembeli jika pengecer tidak memberikan perhatian khusus dalam membuat suatu display.

j. Display yang baik harus aman

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam membuat display yang aman :

1) Ketika menampilkan produk yang berpasangan seperti sepatu, kaos kaki sebaiknya dijadikan satu jangan terpisah-pisah.

(39)

3) Menggunakan tempat atau kotak tertutup pada area yang kurang terjamin.

3. Tipe-tipe Retail Display

Tipe-tipe display menurut beberapa ahli yaitu:

a. Menurut Morgenstein dan Strongin (1992:447), display meliputi dua kategori yaitu :

1) Window Display

Window Display bertujuan membuat kesan pertama bagi calon konsumen dan berusaha menarik orang untuk masuk ke toko. Biasanya menggunakan boneka pajangan, tata cahaya, animasi, dan pewarnaan. Tipe ini lebih bernilai daripada iklan karena lebih dekat dengan point-of-purchase.

2) Interior Display

Tipe ini terbagi menjadi dua kategori yaitu:

a) Merchandise Display dengan beberapa tipe yaitu: (1) Open Display

(40)

(2) Closed Display

Closed display adalah tipe display yang menunjukkan barang pada tempat khusus yang terbuat dari kaca dan biasanya untuk barang-barang bernilai seperti perhiasan dan jam.

(3) End-aisle Display

End-aisle display adalah tipe display yang menempatkan produk pada tempat kosong di akhir gang seperti di supermarket.

(4) Related-merchandise Display

Related-merchandise display biasanya ditemui di supermarket dan toko obat, dimana penyusunan barang yang saling berhubungan seperti pasta gigi dengan sikat gigi.

(5) Area Display

Area display dibuat untuk barang dagangan yang memiliki gaya hidup spesial, seperti peralatan olah raga yang dilengkapi dengan peralatan ski, pakaian musim dingin, aksesoris tenis.

(6) Special-event Display

(41)

(7) Checkout counter

Checkout counter merupakan tampilan display yang selalu bercirikan barang yang dapat langsung dibeli karena letak produk dekat dengan kasir, misalnya majalah, rokok, permen. Tampilan display ini adalah kesempatan terakhir untuk berkomunikasi dengan pembelanja.

(8) Assortment Display

Assortment display merupakan tipe display yang menunjukkan kelengkapan barang dagangan yaitu warna, ukuran, bentuk, dan harga. Hal ini membantu konsumen untuk mampu memilih sendiri barang dan mempercepat proses memillih.

(9) Theme Display

Theme display adalah tipe display yang menggunakan desain toko dengan sebuah ide seperti “kembali ke sekolah”, hari raya dan lain-lain yang merangsang konsumen.

(10)Ensemble Display

(42)

b) Point-of-Purchase, terdiri dari beberapa kategori yaitu : (1) On-the-self Display

On-the-self display merupakan tipe display yang menggunakan ruang khusus sebagai display barang, termasuk di dalamnya yaitu rak beserta tanda yang menunjukkan informasi seperti “harga murah”, “hanya hari ini”.

(2) Mobile

Mobile merupakan tipe display yang digantung di tiang atas dan secara tidak langsung mampu menarik perhatian.

(3) Cut-case Display

Cut-case display adalah pengepakan pada kotak yang telah terbungkus sendiri dari pembuat produk.

(4) Catchall Display

Catchall display adalah tipe display yang menunjukkan barang dengan menggunakan wadah atau kotak besar seperti keranjang dengan jumlah besar pada satu jenis barang. Peletakan barang dibiarkan berantakan dan biasanya menunjukkan barang murah atau sedang diskon.

(5) Counter Display

(43)

b. Menurut Bollen (1988:436), tipe-tipe Point-of-Purchase Display yaitu: 1) Cutout

Cutout merupakan suatu point-of-purchase yang disediakan oleh produsen produk yang dijual, biasanya terbuat dari papan atau material-material lain yang bersifat tidak permanen penempatannya. Display ini biasanya didampingi oleh perwakilan dari penyedia produk atau personal dari toko tersebut. Tujuan adanya perwakilan dari penyedia produk adalah agar produk yang ditempatkan tidak berantakan pada saat konsumen berusaha mengambil atau membeli produk yang berada di cutout tersebut.

2) Dump Display

Dump display merupakan tipe display dimana barang dagangan ditempatkan berserakan di suatu kotak.

3) Merchandise Rack

Merchandise rack merupakan rak-rak penjualan yang bersifat permanen atau tidak permanen dimana barang dagangan diletakkan. 4) Audiovisual Display

Audiovisual display merupakan suatu display yang berupa audio (suara) dan visual (gambar atau film).

5) Sign

(44)

hadiah-hadiah atau hal-hal khusus jika konsumen membeli produk yang ditawarkan. Selain itu, papan petunjuk juga membantu konsumen untuk lebih mudah dan cepat mencari produk yang akan dibeli.

6) Product

Product merupakan barang dagangan yang dijual yang menjadi tujuan utama pada display tempat penjualan sehingga pengaturan barang dagangan harus dijaga agar selalu baik dan menarik.

c. Menurut Marquardt (1993: 461), tipe-tipe point-of-purchase yaitu: 1) Cut Case Display

Cut case display merupakan display yang dibuat dari peti kemas pengiriman barang, biasanya dipakai pada tempat luas yang menyediakan barang yang banyak.

2) Dump-bin Display

Dump-bin-display merupakan bak, kotak, keranjang atau lainnya dimana produk ditaruh berantakan secara acak.

3) Mobile Display

Mobile display merupakan tanda atau gambar yang umumnya digantung di langit-langit toko, berguna untuk menarik konsumen pada merek-merek khusus.

4) Counter Display

(45)

pembelian (tak terencana) pada produk. Banyak perusahaan memberikan rak khusus yang ditaruh di dekat kasir.

5) Window Display

Window display bertujuan untuk menarik perhatian konsumen, mengenalkan apa produk yang diinginkan konsumen, menyampaikan pesan secara tepat dan memberikan penyajian yang menarik.

D. Unsur-unsur Tata Letak Toko

Unsur-unsur tata letak toko menurut Amir (2004:104) yaitu : 1. Pengaturan atau penempatan departemen

Dalam pengaturan atau penempatan sebuah departemen, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :

a. Mudah dijangkau oleh konsumen b. Barang terlihat jelas dan rapi c. Penampilan dan teknologi rak d. Pengelompokan barang yang tepat 2. Pengaturan atau penempatan display

Dalam pengaturan atau penempatan display (pajangan), ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

(46)

d. Kaitkan dengan program promosi 3. Pengaturan lalu lintas pengunjung

Dalam pengaturan lalu lintas pengunjung, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :

a. Gang atau lorong yang cukup luas

b. Gang atau lorong yang dapat mengakses barang c. Pemisahan pintu masuk dan keluar

d. Tempat pembayaran yang memadai

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Menurut Sekaran dalam www.google.com (1992) kerangka pemikiran teoritis adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan pertautan secara teoritis antar variabel yang akan diteliti, sehingga harus dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen dan jika ada kedudukan variabel moderator dan intervening dalam penelitian.

(47)

Untuk lebih mempermudah dalam pemahaman pertautan secara teoritis antar variabel yang akan diteliti (hubungan antara variabel independen dan variabel dependen), maka digambarkan dalam sebuah kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :

Bagan II.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengaturan (Penempatan) Departemen

Pengaturan (Penempatan) Display

Kepuasan Pelanggan yang meliputi :

Pembelian ulang

Loyalitas konsumen

Menjadi Group of Reference (kelompok referensi) bagi orang lain

Tata Letak Produk

(48)

Keterangan :

Kerangka ini menunjukkan pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan pelanggan dalam berbelanja. Tata letak produk yang terkait dengan unsur-unsur dalam tata letak toko yaitu pengaturan (penempatan) departemen dan pengaturan (penempatan) display. Pengaturan (penempatan) departemen harus memperhatikan beberapa faktor yaitu mudah dijangkau oleh konsumen, barang terlihat jelas dan rapi, penampilan dan teknologi rak, dan pengelompokan barang yang tepat. Pengaturan (penempatan) display juga harus memperhatikan beberapa faktor yaitu show and tell (tunjukkan dan katakan), hindari penampilan yang berlebihan, fokus pada item-item impulse buying, dan kaitkan dengan program promosi. Pengaturan (penempatan) display dikaitkan dengan tipe-tipe display seperti window display, open display, closed display, end-aisle display, related-merchandise display, area display, assortment display, theme display, catchall

(49)

F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih memerlukan jawaban atau pembuktian kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih perlu diuji secara empirik. Jadi hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau tinggi tingkat kebenarannya (Bohar Soeharto, 1989:134).

(50)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar

belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang akan diteliti, serta interaksinya

dengan lingkungan (Indriantoro dan Supomo, 1999:26). Penulis melakukan

penelitian di Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud adalah responden yang terlibat langsung

dalam penelitian ini. Responden tersebut adalah masyarakat (konsumen) yang

(51)

berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta dalam rentang waktu bulan Januari

– Juli 2008.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal-hal yang ingin diteliti dari suatu penelitian.

Objek penelitian dalam kasus ini adalah tata letak produk yang mempengaruhi

kepuasan pelanggan dalam berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai

(Indriantoro dan Supomo, 1999:26). Variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau diduga menjadi sebab perubahan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tata letak produk. Variabel bebas

masih bersifat abstrak, oleh karena itu pengukuran tata letak produk sebagai

variabel bebas meliputi :

a. Pengaturan atau penempatan departemen

b. Pengaturan atau penempatan display

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

(52)

dengan perilaku pembelian (belanja) ulang, ketertarikan menjadi pelanggan

tetap, dan usaha memberikan informasi kepada orang lain mengenai

keunggulan dari Mirota Kampus Yogyakarta.

E. Pengukuran Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas (X)

dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) adalah tata letak produk yang terkait

dengan unsur-unsur dalam tata letak toko yaitu pengaturan (penempatan)

departemen dan pengaturan (penempatan) display. Pengaturan (penempatan)

departemen didasarkan pada faktor yang harus diperhatikan yaitu mudah

dijangkau oleh konsumen, barang terlihat jelas dan rapi, penampilan dan

teknologi rak, dan pengelompokkan barang yang tepat, sedangkan pengaturan

(penempatan) display didasarkan pada faktor show and tell (tunjukkan dan

katakan), hindari penampilan yang berlebihan, fokus pada item-item impulse

buying, dan kaitkan dengan program promosi yang dikaitkan dengan tipe-tipe

display yang diterapkan oleh Mirota Kampus Yogyakarta yaitu window display,

open display, closed display, end-aisle display, related-merchandise display, area

display, assortment display, theme display, catchall display, cutout, sign, mobile

display, dan counter display.

Variabel terikat (Y) adalah kepuasan pelanggan dalam berbelanja yang terdiri

(53)

dan usaha memberikan informasi kepada orang lain mengenai keunggulan dari

Mirota Kampus Yogyakarta.

Berdasarkan dua variabel di atas, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua kelompok daftar pertanyaan. Kelompok pertanyaan pertama

adalah pertanyaan mengenai tata letak produk dan kelompok pertanyaan kedua

adalah pertanyaan mengenai kepuasan pelanggan dalam berbelanja.

1. Kelompok pertanyaan pertama

Kelompok pertanyaan pertama mengenai tata letak produk yang terdiri

atas dua item meliputi pengaturan atau penempatan departemen dan

pengaturan atau penempatan display yang diterapkan oleh Mirota Kampus

Yogyakarta.

2. Kelompok pertanyaan kedua

Kelompok pertanyaan kedua mengenai kepuasan pelanggan dalam berbelanja yang terdiri dari perilaku pembelian (belanja) ulang, ketertarikan

menjadi pelanggan tetap, dan usaha memberikan informasi kepada orang lain

mengenai keunggulan dari Mirota Kampus Yogyakarta.

Pengukuran variabel tata letak produk dan kepuasan pelanggan menggunakan

skala Likert (Likert Scale) yang didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek

setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik (Sekaran, 2006:31)

(54)

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

N = Netral

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Setiap alternatif jawaban di atas diberi skor penilaian untuk memudahkan

penulis dalam melakukan pengkodingan kuesioner. Koding adalah usaha untuk

mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya.

Koding digunakan agar peneliti lebih mudah mentranskripsi data dari kuesioner

dan kemudian memasukkan data ke dalam komputer. Pengklasifikasian dilakukan

dengan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu, biasanya dalam

bentuk angka (Sekaran, 2006:171-172). Skor penilaian masing-masing alternatif

tersebut yaitu :

Kriteria Jawaban Skor

SS (Sangat Setuju) 5

S (Setuju) 4

N (Netral) 3

TS (Tidak Setuju) 2

(55)

Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala ordinal karena

pengukuran data bernilai klasifikasi dan ada urutannya, misalnya : penilaian

(kurang, baik, sangat baik) (H. M. Jogiyanto, 2004:64). Dalam penelitian ini

klasifikasi dan urutan pengukuran data adalah sangat setuju, setuju, netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,

benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh

objek yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 323).

Populasi penelitian ini bersifat tidak terbatas karena jumlah populasi tidak

diketahui secara pasti. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah

masyarakat (konsumen) yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian

(Suharyadi dan Purwanto, 2004: 323). Sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat (konsumen) yang berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta dalam

(56)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah Nonprobability

Sampling. Nonprobability Sampling adalah metode sampling dimana

elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

sampel (Indriantoro dan Supomo, 1999:130).

Jenis nonprobability sampling yang dipilih yaitu pemilihan sampel bertujuan

(Purposive Sampling) yaitu sebuah sampel nonprobabilita yang menyesuaikan

diri dengan kriteria tertentu (Cooper & Emory, 1996:245). Kriteria tertentu yang

dimaksud adalah masyarakat (konsumen) yang berbelanja di Mirota Kampus

Yogyakarta dalam rentang waktu bulan Januari – Juli 2008.

H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung dengan responden (Soeratno dan Arsyad, 1993:92). Penulis akan

melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan Mirota Kampus

Yogyakarta guna mengetahui informasi tentang profil perusahaan terkait

(57)

2. Metode Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah cara mengumpulkan informasi dengan membuat

pertanyaan yang telah ditulis secara sistematis dan disebarkan kepada

responden yang telah ditunjuk. Tujuan pembuatan angket atau kuesioner

adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian dengan

kesahihan yang cukup tinggi (Soeratno dan Arsyad, 1993:97). Responden

yang ditunjuk mengisi kuesioner adalah masyarakat (konsumen) yang

berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta dalam rentang waktu Januari – Juli

2008.

Pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan kepada responden berisi

tentang beberapa pertanyaan karakteristik (profil) dari responden yang

berbelanja di Mirota Kampus Yogyakartadan mengenai tata letak produk dan

kepuasan pelanggan dalam berbelanja dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Tanggapan pelanggan mengenai pengaturan atau penempatan departemen

pada Mirota Kampus Yogyakarta.

b. Tanggapan pelanggan mengenai pengaturan atau penempatan display

terkait dengan tipe-tipe display yang diterapkan oleh Mirota Kampus

Yogyakarta.

c. Tanggapan pelanggan mengenai kepuasan pelanggan dalam berbelanja di

(58)

Rincian pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut, ditujukan untuk

mengetahui kepuasan pelanggan dalam berbelanja atas tata letak produk yang

diterapkan oleh Mirota Kampus Yogyakarta.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria atau

operasi yang dapat diuji secara khusus.

Istilah-istilah ini harus mempunyai rujukan-rujukan empiris (artinya, kita

harus bisa menghitung, mengukur, atau dengan cara yang lain dapat

mengumpulkan informasi menurut penalaran kita). Definisi operasional harus

merinci secara jelas ciri-ciri yang akan dipelajari dan bagaimana mengamatinya

(Cooper dan Emory, 1996:37). Berdasarkan hal tersebut, maka definisi

operasional dalam penelitian ini adalah

1. Tata Letak

Tata letak produk yang dimaksud adalah tata letak yang diterapkan oleh

Mirota Kampus Yogyakarta menyangkut :

a. Pengaturan atau penempatan departemen

Departemen adalah bagian atau seksi suatu toko eceran yang

menggunakan suatu klasifikasi berbeda-beda mengenai suatu

barang-barang. Pengaturan (penempatan) departemen didasarkan beberapa faktor

yaitu mudah dijangkau oleh konsumen, barang terlihat jelas dan rapi,

(59)

b. Pengaturan atau penempatan display

Display adalah pajangan barang-barang untuk menarik perhatian

pengunjung. Pengaturan (penempatan) display yang dikaitkan dengan

tipe-tipe display yang diterapkan oleh Mirota Kampus Yogyakarta yaitu :

1) Window Display

Window display bertujuan membuat kesan pertama bagi calon

konsumen dan berusaha menarik orang untuk masuk ke toko. Biasanya

menggunakan boneka pajangan, tata cahaya, animasi, dan pewarnaan.

Tipe ini lebih bernilai daripada iklan karena lebih dekat dengan

point-of-purchase.

2) Open Display

Open display adalah tipe display yang menunjukkan barang pada

meja, gantungan-gantungan, keranjang, dan rak. Open display

bertujuan untuk membuat konsumen mudah mencapai barang dan

melihatnya.

3) Closed Display

Closed display adalah tipe display yang menunjukkan barang pada

tempat khusus yang terbuat dari kaca dan biasanya untuk

barang-barang bernilai seperti perhiasan dan jam.

4) End-aisle Display

End-aisle display adalah tipe display yang menempatkan produk pada

(60)

5) Related-merchandise Display

Related-merchandise display biasanya ditemui di supermarket dan

toko obat, dimana penyusunan barang yang saling berhubungan seperti

pasta gigi dengan sikat gigi.

6) Area Display

Area display dibuat untuk barang dagangan yang memiliki gaya hidup

spesial, seperti peralatan olah raga yang dilengkapi dengan peralatan

ski, pakaian musim dingin, aksesoris tenis.

7) Assortment Display

Assortment display merupakan tipe display yang menunjukkan

kelengkapan barang dagangan yaitu warna, ukuran, bentuk, dan harga.

Hal ini membantu konsumen untuk mampu memilih sendiri barang

dan mempercepat proses memillih.

8) Theme Display

Theme display adalah tipe display yang menggunakan desain toko

dengan sebuah ide seperti “kembali ke sekolah”, hari raya dan lain-lain

yang merangsang konsumen.

9) Catchall Display

Catchall display adalah tipe display yang menunjukkan barang dengan

menggunakan wadah atau kotak besar seperti keranjang dengan

(61)

berantakan dan biasanya menunjukkan barang murah atau sedang

diskon.

10) Cutout

Cutout merupakan suatu point-of-purchase yang disediakan oleh

produsen produk yang dijual, biasanya terbuat dari papan atau

material-material lain yang bersifat tidak permanen penempatannya.

Display ini biasanya didampingi oleh perwakilan dari penyedia produk

atau personal dari toko tersebut. Tujuan adanya perwakilan dari

penyedia produk adalah agar produk yang ditempatkan tidak

berantakan pada saat konsumen berusaha mengambil atau membeli

produk yang berada di cutout tersebut.

11) Sign

Sign adalah papan petunjuk yang berfungsi sebagai alat untuk

menunjukkan harga atas suatu produk, adanya diskon, potongan harga,

hadiah-hadiah atau hal-hal khusus jika konsumen membeli produk

yang ditawarkan. Selain itu, papan petunjuk juga membantu konsumen

untuk lebih mudah dan cepat mencari produk yang akan dibeli.

12) Mobile Display

Mobile display merupakan tanda atau gambar yang umumnya

digantung di langit-langit toko, berguna untuk menarik konsumen

(62)

13) Counter Display

Counter display terletak di dekat kasir dan merupakan kesempatan

penjualan terakhir, merupakan tempat yang baik untuk mendorong

pembelian (tak terencana) pada produk. Banyak perusahaan

memberikan rak khusus yang ditaruh di dekat kasir, biasanya produk

yang disediakan seperti permen, rokok, majalah.

2. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan yang dimaksudkan adalah hasil akhir yang diterima oleh

pelanggan pada saat berbelanja produk di Mirota Kampus Yogyakartaterkait

dengan tata letak produk yang ditawarkan oleh Mirota Kampus Yogyakarta.

Kepuasaan yang didapat ini mengarah pada perilaku berbelanja ulang

terhadap produk yang ada, ketertarikan menjadi pelanggan tetap, dan usaha

memberikan informasi kepada orang lain mengenai keunggulan dari Mirota

Kampus Yogyakartasehingga tercipta konsumen yang loyal.

3. Pelanggan

Pelanggan adalah masyarakat yang berbelanja produk yang ditawarkan oleh

Mirota Kampus Yogyakarta.

4. Produk

Produk adalah segala macam jenis barang dagangan yang ditawarkan oleh

Mirota Kampus Yogyakarta. Jenis-jenis produk tersebut antara lain produk

makanan dan minuman, peralatan rumah tangga, pakaian, alat tulis, peralatan

(63)

J. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan penelitian atau diujikan pada

kuesioner yang disebarkan sebagai sampel. Rumus untuk menguji validitas

suatu kuesioner digunakan rumus korelasi product moment (Hadi, 1992:13),

yaitu:

(

)(

)

(

)

[

]

[

(

)

]

− − − = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy

Keterangan:

r

= korelasi korelasi dari setiap pertanyaan (product moment)

X = nilai seluruh butir atau item

Y = nilai setiap butir atau item

N = banyaknya subjek

Untuk menentukan apakah instrumen itu valid atau tidak, digunakan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

(64)

b. Jika r hitung ≤ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan selalu konsisten dari waktu ke waktu

(Dwiatmoko, 2004:2). Rumus untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan

metode genap ganjil dengan memisahkan item nomor genap dan item nomor

ganjil. Item bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama (X),

sedangkan bernomor genap dimasukkan dalam belahan kedua (Y). Skor

masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Rumus yang digunakan

adalah rumus Pembelahan Ganjil Genap, yaitu rumus Product Moment

sebagai berikut:

(

)(

)

(

)

[

]

[

(

)

]

=

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

Keterangan :

r

= koefisien korelasi dari setiap pertanyaan

X = nilai item dari pertanyaan bernomor ganjil

Y = nilai item dari pertanyaan bernomor genap

(65)

Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan genap ditemukan,

maka digunakan rumus Spearman Brown untuk memperoleh koefisien

reliabilitas sebenarnya. Rumus Spearman Brown yaitu:

xy xy xx

r

r

r

+

=

1

2

Keterangan :

r

xx = Koefisien keterandalan

r

xy = Korelasi antar item bernomor ganjil dan genap (koefisien korelasi

product moment)

Untuk menentukan apakah instrumen itu reliabel atau tidak, digunakan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan reliabel.

b. Jika r hitung ≤ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel.

K. Teknik Analisis Data 1. Analisis Persentase

Untuk menjawab masalah pertama dalam penelitian ini mengenai

karakteristik (profil) responden yang berbelanja di Mirota Kampus

(66)

digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing klasifikasi sampel

penelitian (deskripsi responden) meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan,

penghasilan dan lama berlangganan.

Rumus perhitungan persentase :

N nx

P =

Keterangan :

P = jumlah persentase

nx = jumlah yang akan dianalisis

N = jumlah total

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dipakai untuk analisis regresi berganda yang

terdiri atas dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3,...,Xn), dimana

akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan atau pengaruh antar

variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi

multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas (X1 dan X2)

lebih besar dari 0,60 (r > 0,60) dan dikatakan tidak terjadi

multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil

atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60). Pendapat lain yaitu menurut Santoso

(67)

maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan

variabel bebas lainnya.

Cara lain dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas adalah

dengan (Sunyoto, 2007: 89-90) :

1) Nilai tolerance (α) adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan

secara statitik.

2) Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi

penyimpangan baku kuadrat.

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari

dengan menggabungkan kedua nilai tersebut yaitu :

- besar nilai tolerance (α) : α = 1 / VIF

- besar Nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = 1 / α

Ketentuan :

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : α hitung < α dan

VIF hitung > VIF.

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : α hitung > α

dan VIF hitung < VIF.

Cara mengatasi multikolinieritas yaitu :

a) Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas yang

mempunyai koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan

(68)

b) Jika tidak dihilangkan (nomor 1) hanya digunakan untuk

membantu memprediksi dan tidak untuk diinterpretasikan.

c) Mengurangi hubungan linier antar variabel bebas dengan

menggunakan logaritma natural (ln).

d) Menggunakan metode lain misalnya metode regresi Bayesian dan

regresi ridge.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dipakai untuk menguji sama atau tidak varians

dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika

residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi

homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut

terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah persamaan

yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui

grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel

bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID)

merupakan variabel terikat (sumbu Y = Yprediksi – Yriil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil

pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun

di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola

(69)

Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titiknya mempunyai

pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun

bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2007: 93-94).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dipakai untuk menguji data variabel bebas (X) dan data

variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi

normal atau tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas

dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama

sekali. Ada dua cara untuk melakukan uji normalitas (Sunyoto,

2007:96-102) yaitu :

1) Cara Statistik

Cara statistik yang dipakai untuk menguji data variabel bebas dan

variabel terikat berdistribusi normal atau tidak adalah melalui nilai

kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan kurva

(kurtosis = α4) dibandingkan dengan nilai Z tabel.

Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) :

Z skewness = Skewness / √ 6 / N atau Zα3 = α3/ √ 6 / N

Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) :

Z kurtosis = kurtosis / √ 24 / N atau Zα4 = α4/ √ 24 / N, dimana N =

(70)

Ketentuan analisis yaitu :

a) Variabel bebas atau terikat berdistribusi normal jika Z hitung (Zα3

atau Zα4) < Z tabel.

b) Variabel bebas atau terikat berdistribusi tidak normal jika Z hitung

(Zα3 atau Zα4) > Z tabel.

2) Cara Grafik Histogram dan Normal Probability Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi

normal atau tidak, cukup dengan membandingkan antara data riil

(nyata) dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal

atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis

kurva cenderung tidak simetris terhadap mean (U), maka dapat

dikatakan data berdistribusi tidak normal. Jika data riil membentuk

garis kurva cenderung simetris terhadap mean (U), maka dapat

dikatakan data berdistribusi normal.

Cara normal probability plots lebih handal daripada cara grafik

histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data

distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara kumulatif. Suatu

data dikatakan berdistribusi normal ketika garis data riil mengikuti

garis diaogonal.

d. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

(71)

tidak baik atau tidak layak dipakai sebagai prediksi. Masalah autokorelasi

baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu

periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1

(sebelumnya).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai

berikut (Sunyoto, 2007: 104-105):

1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2).

2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2 ≤DW≤ +2.

3) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas +2 (DW > +2).

3. Analisis Regresi Berganda

Untuk menjawab masalah kedua dalam penelitian ini yaitu mengenai

pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan pelanggan dalam berbelanja

digunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh tata letak produk terhadap kepuasan pelanggan dalam

berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta. Tata letak produk diukur dengan

dua item yaitu pengaturan atau penempatan departemen dan pengaturan atau

(72)

Rumus regresi linier berganda (Wuri, 2005:83) :

Y = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

Untuk menghitung harga-harga a, b1, b2 dapat menggunakan persamaan

berikut (Sugiyono, 2005:252) :

∑Y = an + b1 ∑ X1 + b2∑ X2

∑ X1 Y = a ∑ X1 + b1 ∑ X1 + b2∑ X1X2

∑ X2 Y = a ∑ X1 + b1 ∑ X1 + b2∑ X22

Keterangan :

Y = variabel terikat (dependent variable) yaitu kepuasan pelanggan

dalam berbelanja.

a = konstanta

b1 = koefisien regresi X1

b2 = koefisien regresi X2

X1 = pengaturan atau penempatan departemen seperti kemudahan

penjangkauan produk, produk terlihat jelas dan rapi,

penampilan dan teknologi rak, dan pengelompokkan produk

yang tepat.

X2 = pengaturan atau penempatan display terkait tipe-tipe display

yang diterapkan oleh Mirota Kampus Yogyakarta seperti

(73)

display, related-merchandise display, area display, assortment

display, theme display, catchall display, cutout, sign, mobile

display, dan counter display.

X1, X2 = variabel bebas (independent variable) yaitu tata letak produk.

4. Uji F

Uji koefisien regresi yang digunakan adalah pengujian simultan.

Pengujian simultan adalah pengujian yang melibatkan kedua variabel bebas

(pengaturan atau penempatan departemen dan pengaturan atau penempatan

display) terhadap variabel terikat (kepuasan pelanggan dalam berbelanja)

dalam menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan atau

bersama-sama. Pengujian secara simultan menggunakan distribusi F yaitu

membandingkan antara Fhitung (F rasio) dengan Ftabel (Sunyoto, 2007:19-21).

Langkah pengujian secara simultan (Priyanto, 2008:82 – 83) yaitu :

a. Merumuskan Hipotesis

Ho : b1, b2 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh tata letak produk yang

terdiri dari pengaturan atau penempatan departemen dan pengaturan atau

penempatan display secara simultan (bersama-sama) terhadap kepuasan

pelanggan dalam berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta.

Ha : b1, b2 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh tata letak produk yang terdiri

dari pengaturan atau penempatan departemen dan pengaturan atau

penempatan display secara simultan (bersama-sama) terhadap kepuasan

(74)

b. Menentukan tingkat signifikansi atau level of significance (α)

Level of significance (α) yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Tingkat

signifikansi ini adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam

penelitian.

c. Menentukan Fhitung

Fhitung

=

)

1

(

)

1

(

2 2

R

m

m

N

R

Keterangan :

F = Harga F garis regresi yang dicari

N = Banyaknya subjek yang terlibat

m = Banyaknya prediktor

R2 = Koefisien determinasi d. Menentukan Ftabel

Penentuan Ftabel menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df1

(jumlah variabel–1) dan df2 (n-k-1), dimana n adalah jumlah kasus dan k

adalah jumlah variabel independen). Cara lain menentukan Ftabel yaitu

dengan mengetikkan =finv(tingkat signifikansi,df1,df2) pada cell kosong

program Microsoft Excel.

e. Kriteria pengujian

Ho diterima dan Ha ditolak bila F hitung ≤ F tabel

(75)

f. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

g. Ketentuan :

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

F tabel

h. Kesimpulan

Jika Ho diterima berarti tidak terdapat pengaruh tata letak produk yang

terdiri dari pengaturan atau penempatan departemen dan pengaturan atau

penempatan display secara simultan (bersama-sama) terhadap kepuasan

pelanggan dalam berbelanja di Mirota Kampus Yogyakarta.

Jika Ho ditolak berarti terdapat pe

Gambar

Tabel
Tabel V.1
Tabel V.3
Tabel V.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas telah dilakukan di kelas X AP 2 SMK Prawira Marta Kartasura dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model

sistem pengelolaan stok bahan baku pada bisnis. kuliner yang berbasis web dan

Hasil penelitian ini adalah pada awalnya pembelajaran matematika materi keliling persegi dan persegi panjang bersifat verbalisme, guru cenderung menggunakan metode

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia

[r]

[r]

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu Sumber

11 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penanganan Tersangka Dan/ Atau Terdakwa Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.Sekalipun