• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH

(Baseline Economic Survey) PROVINSI ACEH 2010

di

KABUPATEN PIDIE JAYA

dan

KOTA SUBULUSSALAM

Kerjas ama antara :

KANTOR BANK INDONESIA BANDA ACEH

Dengan

(2)

2| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

KELOMPOK PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL DAN UMKM

KANTOR BANK INDONESIA BANDA ACEH

BASELINE ECONOMIC SURVEY

KOTA SUBULUSSALAM DAN KABUPATEN PIDIE JAYA

TAHUN 2010

(3)

3| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penelitian dasar potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan komoditi unggulan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Subulussalam ini akhirnya dapat diselesaikan tepat waktu. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan informasi mengenai potensi dasar komoditas/produk/jenis usaha unggulan (KPJu) pada 2 daerah pemekaran di Provinsi Aceh.

Baseline Economic Survey (BLS) merupakan penelitian dasar potensi ekonomi dalam

rangka mengidentifikasi berbagai Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJu) unggulan UMKM. Harapannya, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan tumpuan prioritas pengembangan suatu daerah, sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Penelitian ini disusun dengan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Peneliti Periscope Indonesia, Bupati Kab. Pidie Jaya beserta jajarannya, Walikota Subulussalam beserta jajarannya serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu penyediaan data yang terkait dengan penulisan penelitian ini.

Kami menyadari bahwa kajian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masukan dan kritik akan sangat kami nantikan. Akhir kata, semoga kajian ini bemanfaat terhadap peningkatan perekonomian khususnya di Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Subulussalam serta peningkatan perekonomian di Provinsi Aceh pada umumnya.

Banda Aceh, November 2010 Bank Indonesia Banda Aceh

Mahdi Muhammad Pemimpin

(4)

4| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(5)

5| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

SAMBUTAN BUPATI PIDIE JAYA

Dengan memanjatkan Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, kami sangat menghargai Penerbitan buku hasil penelitian Baseline Ekonomi Survey (BLS) Kabupaten Pidie Jaya 2010, karena buku hasil penelitian ini lebih mengenal profil daerah Pidie Jaya, profil UMKM dan kebijakan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM dan Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM serta Informasi tentang komoditi/produk/jenis/usaha unggulan Daerah Kabupaten Pidie Jaya.

Kami memandang buku ini sangatlah bermanfaat dan dibutuhkan karena menyajikan data dan informasi yang dapat dijadikan sumber informasi kepada stakeholder baik kalangan Pemerintah, Perbankan dan kalangan swasta yang ingin berpartisipasi dan membantu program pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya.

Dan sisi lain dengan adanya buku ini dapat diketahui kemungkinan tingkat keberhasilan pembangunan Bidang UMKM yang dilaksanakan di kabupaten Pidie Jaya, sehingga dengan demikian dapat diketahui pula kendala yang dihadapi dalam mencapai keberhasilan pembangunan sektor UMKM.

Selanjutnya kami mengharapkan kepada pihak Bank Indonesia dapat meneruskan publikasi informasi ini kepada masyarakat luas yang membutuhkan dan kami ucapkan tenma kasih atas segala usahanya semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya.

(6)

6| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(7)

7| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

SAMBUTAN WALIKOTA SUBULUSSALAM

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Sholawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta sahabatnya sekalian, yang telah membawa umat manusia dari alam Jahiliyah kealam Islamiyah yang penuh dengan Peradapan dan Ilmu Pengetahuan.

Pemerintah Kota Subulussalam merupakan anak bungsu dari 23 (dua puluh tiga) Kabupaten/Kota dalam Provinsi Aceh, yang dibentuk dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 8 Tahun 2007 tentang Pemerintah Kota Subulussalam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Bahwa Kota Subulussalam terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, 8 (delapan) Mukim, dan 74 (tujuh puluh empat) Kampong, dengan luas wilayah 1.391 Km2, dengan jumlah Penduduk sebanyak 67.316 jiwa dengan berbagai etnis atau suku. Sumber daya Kota Subulussalam meliputi Perkebunan Kelapa Sawit, Karet, hasil pertanian lainnya dan Pertambangan.

Sesuai dengan Visi kami adalah Mewujudkan Masyarakat Kota Subulussalam yang Berkualitas, Sejahtera, Damai dan Bermartabat , dengan 7 (tujuh) Misi yang berkaitan dengan hasil Penelitian Baseline Ekonomi Survei (BLS) ini adalah Misi yang ketiga yaitu, Pemberdayaan Ekonomi. Dengan adanya hasil penelitian BLS tersebut, akan menjadi acuan dalam kebijakan peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sehingga diharapkan secara bertahap Rumah Tangga Miskin akan berkurang. Untuk itu kami atas nama Pemerintah dan Masyarakat Kota Subulussalam mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia Banda Aceh. Demikian sambutan kami, semoga segala usaha kita mendapat berkat dari Allah SWT.

(8)

8| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

(9)

9| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN BUPATI PIDIE JAYA ... iii

SAMBUTAN WALIKOTA SUBULUSSALAM... v

DAFTAR ISI ………...vii

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

BAB I PENDAHULUAN... 3

BAB II MENENTUKAN KOMODITAS UNGGULAN... 5

2.1 Tahapan Penelitian... 5

2.2 Tahapan Penentuan Komoditas Unggulan... 6

BAB III KOTA SUBULUSSALAM... 9

3.1 Kondisi Geografis dan Demografis... 9

3.2 Gambaran Umum Perekonomian... 10

3.3 Penetuan Komoditas Unggulan... 12

3.4 Sektor Unggulan Subulussalam... 12

3.4.1 Komoditas Unggulan Sektor Perkebunan ...13

3.4.2 Komoditas Unggulan Sektor Perdagangan ...13

3.4.3 Komoditas Unggulan Sektor Industri ...14

3.4.4 Komoditas Unggulan Sektor Tanaman Pangan ...14

3.4.5 Komoditas Unggulan Sektor Peternakan ...15

3.5 Komoditas Unggulan Lintas Sektor... 15

BAB IV Kabupaten Pidie Jaya... 17

4.1 Kondisi Geografis dan Demografis... 17

4.2 Gambaran Umum Ekonomi... 18

4.3 Sektor Unggulan Pidie Jaya ... 20

4.3.1 Komoditas Unggulan Sektor Perkebunan ...21

4.3.2 Komoditas Unggulan Sektor Tanaman Pangan ...21

4.3.3 Komoditas Unggulan Sektor Perdagangan ...22

4.3.4 Komoditas Unggulan Sektor Industri ...22

4.3.5 Komoditas Unggulan Sektor Peternakan ...23

4.4 Komoditas Unggulan Lintas Sektoral... 23

BAB V UMKM dan PERBANKAN... 25

5.1 Tantangan UMKM dan Peran Pemerintah... 25

5.2 Peran Perbankan Terhadap UMKM... 26

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 29

DAFTAR PUSTAKA ...31 LAMPIRAN

(10)

10| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tujuan Penetapan KPJU Unggulan ...6

Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat Kecamatan ...6

Tabel 3. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat kabupaten/ kota...7

Tabel 4. Sektor Unggulan Subulussalam...12

Tabel 5. KPJU Unggulan Sektor Perkebunan ...13

Tabel 6. KPJU Unggulan Sektor Pedagangan...14

Tabel 7. KPJU Unggulan Sektor Industri...14

Tabel 8. KPJU Unggulan Sektor Tanaman Pangan...15

Tabel 9. KPJU Unggulan Sektor Tanaman Pangan...15

Tabel 10. KPJU Unggulan Lintas Sektor...16

Tabel 11. Sektor KPJU Pidie Jaya ...20

Tabel 12. KPJU Sektor Perkebunan...21

Tabel 13. KPJU Unggulan Sektor Perkebunan ...21

Tabel 14. KPJU Sektor Perdagangan ...22

Tabel 15. KPJU Sektor Industri...22

Tabel 16. KPJU Sektor Peternakan...23

Tabel 17. KPJU Lintas Sektoral...23

Tabel 18. Kinerja Perbankan Aceh, 2005-2008 ...26

Tabel 19. Pertumbuhan Kredit UMKM Aceh, 2006-2009 ...27

(11)

11| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Geografis Kota Subulussalam...9

Gambar 2. Sebaran penduduk dan komposisi penduduk Subulussalam...10

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Subulussalam – Aceh, 2005-2008 ...10

Gambar 4. Struktur Ekonomi Subulussalam, 2008...11

Gambar 5. Penduduk Berdasarkan lapangan Usaha, Subulussalam 2008...11

Gambar 6. Kondisi Geografis Pidie Jaya...17

Gambar 7. Luas dan Jumlah Penduduk...18

Gambar 8. Luas dan Jumlah Penduduk...18

Gambar 9. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pidie Jaya, 2004-2008 ...18

Gambar 10. Struktur Perekonomian Pidie Jaya...19

(12)

12| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(13)

13| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Aceh perlu tumbuh lebih cepat sehingga dapat setara dengan tingkat nasional. Dibandingkan dengan pendapat perkapita nasional, Aceh masih tertinggal dengan beberapa provinsi lainnya. Pada tahun 2008, pendapatan perkapita nasional tercatat sebesar Rp 7,7 juta sedangkan Provinsi Aceh sebesar Rp 6 juta. Meskipun tercatat pertumbuhan ekonomi yang baik pada beberapa tahun belakangan ini, akan tetapi jika dibandingkan dengan tingkat nasional, celah pendapatan per kapita antara Aceh dan Nasional terhitung semakin besar. Salah satu strategi dalam mengejar ketertinggalan ini adalah dengan mendorong pertumbuhan komoditas, produk, maupun jenis usaha unggulan di tiap-tiap daerah di Aceh.

Potensi ekonomi satu daerah dengan daerah yang adalah berbeda. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas dan karakteristik yang melekat dengan sumber daya manusia, struktur alam, dan letak geografis yang dimilikinya. Namun potensi ekonomi suatu daerah tersebut merupakan modal dasar bagi pertumbuhan ekonomi, industri, investasi, penyerapan tenaga kerja, dan pangsa pasar bagi produk-produk industri, pertanian dan jasa. Potensi ekonomi suatu daerah juga akan menggambarkan kemampuan daerah tersebut dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kemampuannya dalam penyerapan investasi, tenaga kerja, barang, jasa, dan tabungan.

Laporan ini mengetengahkan analisis Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJu) unggulan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Subulussalam dan Pidie Jaya. Bank Indonesia sudah sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk memberikan infromasi kepada stakeholders mengenai komoditas produk jenis usaha yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Kota Subulussalam dan Pidie Jaya memiliki komoditas unggulan Kelapa Sawit dan Kakao. Berdasarkan hasil analisa terhadap data-data primer dengan menggunakan metode Analitical

Hierarchy Process (AHP) dan Bayesian, diketahui bahwa komoditas kelapa sawit merupakan

komoditas unggulan Subulussalam, sedangkan Kakao menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Pidie Jaya. Kebijakan yang tepat dari pemerintah serta dukungan perbankan terhadap kedua komoditas ini tentunya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke dua daerah ini, termasuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing komoditas ini.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan serta referensi dari pemangku kebijakan, termasuk lembaga keuangan dalam menentukan prioritas penyaluran kredit UMKM. Dengan menggunakan hasil penelitan ini kebjiakan pemerintah melalui dinas-dinas terkait dalam meningkatkan peran UMKM seharusnya berfokus pada kedua komoditas unggulan tersebut. Hasil

(14)

14| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

penelitian ini juga dapat digunakan oleh pihak perbankan untuk mengembangkan skema-skema kredit yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan UMKM dalam mengembangkan usahanya.

(15)

15| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(16)

16| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB I

PENDAHULUAN

Membangun ekonomi daerah tentunya tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah, lembaga-lembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku usaha. Pemerintah sebagai pembuat dan pengatur kebijakan diharapkan dapat memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, sehingga lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan serta pelaku usaha di lapangan mampu memanfaatkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan usaha dengan lancar, yang pada akhirnya dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi.

Salah satu pelaku ekonomi yang memiliki eksistensi penting adalah UMKM. UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. UMKM tercatat sebagai penyumbang perekonomian terbesar di banyak negara berkembang termasuk Indonesia dan kini telah mengalami perkembangan pesat, meskipun masih terdapat beberapa tantangan besar yang masih perlu diperhatikan.

Beberapa kebijakan pemerintah serta instrumen perbankan telah diimplementasikan dalam rangka meningkatkan kinerja UMKM. Berbagai program sejak masa order baru telah diluncurkan kepada masyarakat melalui program-program nasional maupun daerah yang dilaksanakan oleh Departemen Kementrian dan Dinas-Dinas terkait. Di Aceh sendiri, cukup banyak program pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh berbagai LSM internasional dan lokal. Terlepas dari diskusi tentang keberhasilan program-program ini, UMKM di Aceh masih mengalami tantangan besar dalam perkembangannya.

Pertumbuhan ekonomi yang inklusif terhadap pengembangan UMKM di Aceh seharusnya diarahkan terhadap pengembangan komoditas atau produk unggulan. Berbagai kebijakan pembangunan ekonomi seharusnya diarahkan kepada sektor dan komoditas yang merupakan unggulan di setiap daerah. Fokus kebijakan pemerintah serta peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi tentunya akan dapat lebih mudah dirumuskan setelah ditentukannya komoditas unggulan yang tepat dan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Penelitan ini bertujuan untuk menentukan komoditas unggulan di dua wilayah di Aceh, yaitu Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya. Bank Indonesia sudah sejak lama mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk memberikan infromasi kepada pemangku kepentingan mengenai komoditas atau usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

(17)

17| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Penelitian ini melibatkan banyak pihak, diantaranya pemerintah setempat, pelaku usaha serta pihak perbankan di Aceh. Penelitian merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan tim peneliti Periscope Indonesia. Tim peneliti dari Bank Indonesia yaitu; Jamaluddin, Mahyuni, Citra Agustina, Taufan Adaman, Idham Edo. Tim peneliti Periscope Indonesia dipimpin oleh Azka Rafiqi. Dukungan terhadap penelitian ini juga diberikan oleh DR. Saiful Mahdi, Harry Masyrafah, DR. Surya Satria Trihandaru dan Ratmaji Heru serta lembaga penelitian CEMSED dari UKSW Salatiga.

(18)

18| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB II

MENENTUKAN KOMODITAS UNGGULAN

2.1 Tahapan Penelitian

Daerah penelitian adalah Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Subulussalam. Kabupaten Pidie Jaya memiliki 8 kecamatan sedangkan Kota Subulussalam memiliki 5 kecamatan. Data Primer yang digunakan adalah data hasil survey Baseline Economic Survey (BLS) yang yang diperoleh secara langsung dari narasumber melalui Pengisian kuisioner Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara dengan dinas-dinas terkait. Selain itu kami juga menggunakan data sekunder dalam penelitian ini, diantaranya berasal dari dokumen, publikasi, laporan penelitian dari dinas atau instansi maupun sumber data lainnya.

Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan penelitan ini. Tahapan persiapan adalah melakukan sosialisasi mengenai tujuan penelitian Potensi Ekonomi Daerah kepada seluruh dinas terkait di tingkat propinsi maupun kabupaten, serta asosiasi maupun perbankan

Tahap Pembobotan; pembobotan tujuan dan kriteria untuk tingkat provinsi. Pada tahap ini dilakukan pembobotan terhadap tujuan serta kriteria untuk Analytic Hierarchy Process (AHP) dan kriteria untuk Metode Perbandingan Eksponensial MPE). Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta sektor/sub sektor dalam suatu Provinsi. Tahap Penentuan KPJu dengan MPE di Kecamatan. Penilaian setiap alternatif KPJu ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber di tingkat kecamatan yang terdiri dari mantri tani, mantri statistik, dan staf/seksi perekonomian. Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat Kecamatan.

Tahap Penentuan Komoditi Produk Jenis Usaha dengan Metode Borda di Tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil KPJu dari seluruh Kecamatan dengan metode MPE, dilakukan pemilihan KPJu kabupaten/kota menggunakan metode Borda. Kemudian Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJu untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota.

Tahap Penentuan KPJu dengan AHP di Tingkat Kabupaten/Kota. Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJu unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat Kabupaten/Kota. Kriteria yang digunakan pada proses penetapan KPJu unggulan tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas Sektoral dengan Metode Bayes di Tingkat Kabupaten/Kota. Setelah mendapatkan KPJu per sektor/sub sektor di tingkat kabupaten/kota dengan metode AHP, kemudian dilakukan pemilihan KPJu lintas sektoral dengan

(19)

19| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

metode Bayes, yang didahului dengan normalisasi. Berdasarkan perhitungan dengan metode normalisasi ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJu lintas sektoral ditingkat kabupaten/kota.

2.2 Tahapan Penentuan Komoditas Unggulan

Pada tahapan ini ditentukan tujuan penetapan KPJu unggulan di tingkat provinsi terhadap beberapa kriteria. Kriteria penetapan tujuan KPJu unggulan: pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Dibawah ini merupakan hasil analisis terhadap pembobotan masing-masing kriteria tujuan penetapan KPJu di kota Subulussalam dan Pidie Jaya. Pertumbuhan Ekonomi menjadi tujuan utama dalam penentuan komoditas unggulan. Berdasarkan data-data serta diskusi kelompok terfokus, disepakati bahwa dalam penentuan komoditas unggulan, pertumbuhan ekonomi menjadi landasan utama, dibandingkan dengan penciptaan lapangan kerja serta peningkatan daya saing produk. Secara matematis, pertumbuhan ekonomi memiliki bobot sebesar 0.39, sementara dua kriteria lainnya yaitu penciptaan lapangan kerja dan daya saing sebesar 0.28 dan 0.32

Tabel 1. Tujuan Penetapan KPJu Unggulan

1 Pertumbuhan ekonomi 0.3985

2 Penciptaan lapangan kerja 0.2804

3 Peningkatan daya saing produk 0.3211

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Jangkauan pemasaran merupakan kriteria utama dalam penetapan komoditas unggulan di tingkat kecamatan. Terhitung sebesar 0.27, sedikit lebih besar dibandingkan kriteria ketersediaan bahan baku/sarana produksi yaitu sebesar 0.26. Ketersediaan bahan baku lokal di tingkat kecamatan meskipun sedikit lebih rendah namun masih menjadi kriteria yang cukup besar dalam penentuan komoditas unggulan di tingkat kecamatan.

Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat Kecamatan

1 Jumlah unit usaha 0.2162

2 Jangkauan/kondisi pemasaran 0.2747

3 Ketersediaan bahan baku/sarana produksi 0.2618

4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan) 0.2474

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Sumbangan terhadap perekonomian kabupaten menjadi kriteria utama dalam penentuan komoditas unggulan di tingkat Kabupaten-Kota, yaitu tercatat sebesar sebesar 0.13. Kriteria tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan kriteria lainnya seperti ketersediaan tenaga kerja terampil dan penyerapan tenaga kerja. Idealnya, KPJu yang terpilih akan mampu memberikan sumbangan serta dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/ kota masing-masing.

(20)

20| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Tabel 3. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat kabupaten/kota

1 Tenaga kerja terampil 0.1164

2 Bahan baku 0.0662 3 Modal 0.1031 4 Sarana produksi/usaha 0.0842 5 Teknologi 0.0707 6 Sosial budaya 0.0732 7 Manajemen usaha 0.0797 8 Ketersediaan pasar 0.0774 9 Harga 0.0918

10 Penyerapan tenaga kerja 0.1036

11 Sumbangan terhadap perekonomian (kabupaten) 0.1337

(21)

21| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

DOKUMENTASI TAHAPAN BLS 2010

Pelaksanaan Kunjungan Tingkat Kecamatan Meureudu Kab. Pidie Jaya

Pelaksanaan Kunjungan Tingkat Kecamatan Longkib Kota Subulussalam

Pelaksanaan FGD Tingkat Kabupaten Kota Subulussalam Pelaksanaan FGD Tingkat Kabupaten

Kab. Pidie Jaya

Pelaksanaan FGD Tingkat Kabupaten Kab. Pidie Jaya

Pelaksanaan FGD Tingkat Kabupaten Kota Subulussalam

Pelaksanaan FGD Tingkat Provinsi Kota Banda Aceh

Pelaksanaan FGD Tingkat Provinsi Kota Banda Aceh

(22)

22| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB III

KOTA SUBULUSSALAM

3.1 Kondisi Geografis dan Demografis

Kota Subulussalam memiliki luas 1,391 Km2. Sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan

perkebunan. Sementara sisanya digunakan untuk bangunan dan halaman serta sawah (21%;19%). Kecamatan Sultan Daulat merupakan wilayah terluas yang meliputi 34 % dari bagian kesuluruhan Kota Subulussalam (Gambar 1).

Kota Subulussalam memiliki 70,000 jiwa penduduk yang tersebar di 5 kecamatan. Simpang Kiri merupakan salah satu kecamatan yang memiliki sebaran penduduk terbanyak dengan porsi 39%. Sementara, Kecamatan Sultan Daulat dengan wilayah terbesar hanya ditempati sebesar 15% penduduk. Hal ini dikarenakan pusat kota terletak di Kecamatan Simpang Kiri. Sedangkan Kecamatan Longkib memiliki sebaran penduduk terkecil, yaitu sekitar 7 persen dari total penduduk kota Subulussalam (Gambar 2).

Gambar 1. Kondisi Geografis Kota Subulussalam

Bangunan & Halaman 21% Kebun-Ladang 60% Sawah 19%

Penggunaan Lahan Subulussalam, 2008

S im p a n g K ir i 4 ,4 1 1 K m 2 1 4 % P e n a n g g a la n 4 ,7 2 3 K m 2 1 5 % R u n d e n g 6 ,3 9 9 K m 2 2 0 % S u lta n D a u la t 1 1 ,0 0 9 K m 2 3 4 % L o n g k ib 5 ,4 7 1 K m 2 1 7 % L u a s W ila y a h K o t a S u b u lu s s a la m B e r d a s a r k a n K e c a m a t a n 2 0 0 8

Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka 2009

Berdasarkan letak geografis, Kota Subulussalam berbatasan langsung dengan beberapa Kabupaten. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan. Letak geografis Kota Subulussalam yang berada di tengah kabupaten lainnya, seharusnya menjadi insentif bagi pertumbuhan ekonomi kota Subulussalam.

Kota Subulussalam memiliki rasio ketergantungan (Dependency Ratio) yang relatif kecil. Hal ini diakibatkan karena lebih besarnya jumlah penduduk usia 15-64 tahun dibandingkan kelompok umur lainnya yang tercatat hampir separuh jumlah penduduk Kota Subulussalam. Sedangkan 42% lainnya tergolong bukan angkatan kerja, Gambar 2.

(23)

23| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 2. Sebaran Penduduk dan Komposisi Penduduk Subulussalam

4,895

11,106 12,385

13,936

27,454

Longkib Sultan Daulat Rundeng Penanggalan Simpang Kiri

Jumlah Penduduk Kecamatan di Kota Subulussalam Tahun 2008 0 - 14 42% 15 - 64 55% 65 - 75+ 3%

Jumlah penduduk Kota Subulussalam Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008

Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka 2009

3.2 Gambaran Umum Perekonomian

Pertumbuhan Ekonomi Subulussalam tercatat terus meningkat, meskipun pergerakannya relatif lambat. Tahun 2008, laju pertumbuhan ekonomi Kota Subulussalam tercatat sebesar 4,29% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Aceh pada umumnya. Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pada beberapa bagian di Aceh telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh secara signifikan sejak tahun 2005. Selain itu, hal tersebut juga didorong oleh kondisi keamanan yang lebih kondusif sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Subulussalam – Aceh, 2005-2008

3.15 3.91 4.03 4.29 1.20 7.7 7.4 7.2 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 2005 2006 2007 2008 %

Kota Subulussalam Aceh

Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka 2009

Sektor pertanian merupakan kontributor utama penyumbang PDRB Kota Subulussalam. Sebesar 46% perekonomian kota disokong oleh sektor pertanian, kemudian sektor perdagangan menduduki urutan kedua dengan proporsi sebesar 24%. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian di tingkat provinsi, dimana kedua sektor tersebut memiliki andil terbesar dalam pembentukan PDRB.

(24)

24| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 4. Struktur Ekonomi Subulussalam, 2008

Pertanian 46% Pertambangan 1% Industri 1% Bangunan 18% Perdagangan 24% Transportasi 5% Keuangan 1% Jasa 4%

Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka 2009

Selain dari itu, sektor pertanian juga merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Subulussalam. Tercatat sebesar 73% tenaga kerja di Subulussalam terserap di sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada tahun 2008, terhitung sebesar 10,500 jiwa bekerja di sektor perkebunan atau sekitar 50% dari total keseluruhan pekerja yang bekerja di sektor pertanian itu sendiri. Preferensi masyarakat terhadap sektor perkebunan menggambarkan potensi pengembangan sektor tersebut cukup besar

Gambar 5. Penduduk Berdasarkan lapangan Usaha, Subulussalam 2008

Pertanian 73% Industri 4% Perdagangan 10% Jasa 8% Transportasi 1% Lainnya 4%

Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka 2009

Pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Subulussalam sebaiknya bertumpu pada sektor pertanian. Berdasarkan beberapa gambaran umum diatas, berbagai kebijakan pembangunan ekonomi seharusnya diarahkan kepada sektor pertanian dengan meningkatkan produktifitas dan efisiensi pertanian yang lebih baik, termasuk pemilihan komoditas unggulan yang tepat bagi daerah Subulussalam. Fokus kebijakan pemerintah serta peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi tentunya akan lebih mudah dirumuskan dengan pemilihan komoditas unggulan yang tepat dan sesuai bagi masyarakat Subulussalam.

(25)

25| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

3.3 Penentuan Komoditas Unggulan

Terdapat beberapa tahapan dalam menentukan komoditas unggulan. Tahap pertama, pengkoleksian data dilakukan di lima kecamatan kota Subulussalam diawali dengan menggunakan daftar komoditas unggulan. Kemudian komoditas-komoditas setiap sektor diseleksi dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Dari setiap sektor yang terhitung, selanjutnya akan ditentukan 10 komoditas unggulan menggunakan metode Borda.1 Selanjutnya di tingkat kabupaten komoditi dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu KPJu Unggulan dan KPJu Potensial dengan menggunakan metode AHP. Dan kemudian, penentuan komoditas unggulan lintas sektoral yang dilakukan dengan menggunakan metode Bayesian.

Selanjutnya, komoditas unggulan tersebut dipilih berdasarkan kontribusi komoditas terhadap tiga kriteria yang telah ditentukan. Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJu) unggulan adalah KPJu yang bobot nilai AHP nya berada pada urutan pertama hingga ke lima. Sedangkan KPJu Potensial adalah KPJu yang berpotensi untuk menjadi KPJu unggulan di masa yang akan datang jika mendapatkan pembinaan dan pendampingan, yang dapat dilihat berdasarkan nilai AHP urutan enam sampai dengan sepuluh.

3.4 Sektor Unggulan Subulussalam

Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan dari Kota Subulussalam. Hasil analisa data menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kota Subulussalam dengan bobot sebesar 0.18, kemudian diikuti dengan sektor perdagangan. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Subulussalam yang menempatkan sektor pertanian dan sektor perdagangan sebagai sektor utama dalam struktur ekonomi Subulussalam.

Tabel 4. Sektor Unggulan Subulussalam

Ranking Sektor Nilai AHP

1 Perkebunan 0.185185 2 Perdagangan 0.162963 3 Industri 0.145679 4 Tanaman Pangan 0.138272 5 Peternakan 0.091358 6 Perikanan 0.079012 7 Pariwisata 0.079012 8 Jasa-jasa 0.076543 9 Angkutan 0.041975

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

1

Perlu diperhatikan dalam daftar hasil analisis dengan metode MPE tidak seluruh kecamatan memiliki 5 (lima) KPJu. Ketersedian data dan karakteristik setiap sektor di suatu Kecamatan mempengaruhi jumlah KPJu yang dapat diperoleh dengan mengunakan alat analisis MPE ini

(26)

26| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

3.4.1 Komoditas Unggulan Sektor Perkebunan

Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Subulussalam. Dari hasil analisa AHP, komoditas kelapa sawit memiliki nilai AHP terbesar, yaitu sebesar 0.28. Sementara komoditas nilam menduduki peringkat ke lima sebagai tanaman perkebunan unggulan dengan nilai AHP sebesar 0.12. Luas lahan yang memadai dan dukungan pemerintah setempat terhadap komoditas ini menjadikan menjadi komoditas utama. Pada tahun 2008, jumlah produksi kelapa sawit tercatat sebesar 11,209 ton.2 Banyaknya kelapa sawit yang dihasilkan tidak terlepas dari luas areal perkebunan kelapa sawit yang terbentang sebesar 2,900 Ha, meningkat 3% dari tahun 2006, yaitu sebesar 2,800 Ha3.4

Tabel 5. KPJu Unggulan Sektor Perkebunan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Kelapa Sawit 0.285714

2 Karet 0.238095

3 Kelapa Buah 0.129205

4 kakao 0.127852

5 Nilam 0.123033

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Nilam juga tercatat sebagai salah satu komoditas unggulan sektor perkebunan di Subulussalam. Dibandingkan dengan komoditas lainnya, nilam menduduki rangking terakhir dari ke lima komoditas unggulan lainnya. Produksi nilam yang terus menurun diprediksi menjadi penyebab mengapa nilam berada pada posisi terakhir komoditas unggulan Kota Subulussalam. Produksi nilam tercatat sebesar 5,3 ton pada tahun 2008, menurun dari 7,3 ton pada tahun 20075. Kerentanan tanaman nilam terhadap penyakit dan harga yang berfluktuatif di pasar menyebabkan tanaman nilam kurang diminati oleh masyarakat.

3.4.2 Komoditas Unggulan Sektor Perdagangan

Maraknya penjualan serta penyediaan jasa komputer menjadikan usaha tersebut sebagai jenis usaha unggulan di Kota Subulussalam dengan bobot sebesar 0.18. Kemudian perdagangan hasil perkebunan menduduki urutan kedua. Meskipun tercatat lebih rendah, perdagangan hasil perkebunan terlihat masih mendominasi perdagangan di Subulussalam, Tabel 6. Pada tahun 2008, sektor perdagangan ini tercatat mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,400 orang atau 10% dari tenaga kerja di Subulussalam6

3

Subulussalam Dalam Angka, 2009

4 idem 5 idem 6 idem

(27)

27| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Tabel 6. KPJu Unggulan Sektor Pedagangan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Komputer 0.148838

2 Hasil Perkebunan 0.143704

3 Ekspedisi 0.137825

4 Furniture 0.122175

5 Hasil Kehutanan 0.113729

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

3.4.3 Komoditas Unggulan Sektor Industri

Industri perbengkelan tercatat sebagai industri unggulan pada sektor industri. Jenis usaha unggulan urutan pertama ini banyak diproduksi di Kecamatan Sultan Daulat dan Penanggalan. Usaha ini mendapatkan nilai persepsi yang tinggi dalam hal tenaga kerja terampil, modal, manajemen usaha penyerapan tenaga kerja serta sumbangan terhadap perekonomian daerah.

Tabel 7. KPJu Unggulan Sektor Industri

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Air Minum/Mineral 0.159398

2 Bahan Bangunan 0.149871

3 Batu Bata 0.110060

4 Konveksi 0.097129

5 Moulding & Bahan Bangunan 0.096960

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Industri bahan bangunan juga tercatat sebagai produk unggulan di Subulussalam. Nilai AHP untuk produksi ini tercatat sebesar 0.11, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan industri konveksi7 yang terhitung sebesar 0.09. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor bangunan yang tercatat meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008, sektor bangunan tercatat tumbuh sebesar 18%8.

3.4.4 Komoditas Unggulan Sektor Tanaman Pangan

Komoditas jagung menempati ranking tertinggi sebagai komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan. Nilai tanaman jagung terhitung sebesar 0.208, lebih tinggi dibandingkan tanaman padi. Produksi padi pada tahun 2008 di Subulussalam tercatat sebesar 24,000 ton, meningkat signifikan dari 5,000 ton pada tahun 2007. Berbeda dengan tanaman padi, produksi jagung tercatat menurun sebesar 13% pada tahun 2008 atau dari 1,478 ton menurun hingga 1,276 ton. Secara keseluruhan pada tahun 2008, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini tercatat

7 Industri bahan bangunan ini mungkin terklasifikasi juga di dalam industri batu bata. 8 Subulussalam Dalam Angka, 2009

(28)

28| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

sektiar 10,00 jiwa9. Pada tahun 2009 dan tahun 2010, diindikasikan produksi jagung meningkat signifikan sehingga menjadi komoditas unggulan.

Tabel 8. KPJu Unggulan Sektor Tanaman Pangan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Jagung 0.208753

2 Padi Sawah 0.203331

3 Padi Ladang 0.162269

4 Ubi kayu 0.128233

5 Rambutan 0.110497

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

3.4.5 Komoditas Unggulan Sektor Peternakan

Ternak ayam ras pedaging dan sapi merupakan jenis usaha unggulan pada sektor peternakan. Hasil perhitungan AHP menunjukkan bahwa kedua usaha ini berada pada peringkat teratas dari jenis peternakan yang ada di Subulussalam. Sedangkan ternak kerbau menempati ranking ke lima, dengan nilai AHP tercatat sebesar 0.10. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor peternakan relatif kecil, tercatat hanya sebesar 138 orang pada tahun 2008.10

Tabel 9. KPJu Unggulan Sektor Tanaman Pangan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Ayam Ras Pedaging 0.207594

2 Sapi Daging 0.201094

3 Kambing Daging 0.157022

4 Ayam Buras/Kampung 0.156511

5 Kerbau 0.108961

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

3.5 Komoditas Unggulan Lintas Sektor

Kelapa sawit dan karet merupakan komoditas unggulan utama di Subulussalam. Setelah diperoleh KPJu unggulan untuk setiap sektor di Kota Subulussalam, selanjutnya dilakukan analisis dengan Metode Bayes untuk menentukan KPJu unggulan lintas sektoral di Kota Subulussalam KPJu unggulan lintas sektoral. Nilai Bayes untuk kelapa sawit tercatat sebesar 0.031 di ikuti dengan komoditas karet pada rangking ke dua. Kedua komoditas merupakan hasil dari sektor perkebunan.

9

Subulussalam Dalam Angka, 2009

10

(29)

29| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Tabel 10. KPJu Unggulan Lintas Sektor

Sektor KPJu Nilai Bayes Ranking

Perkebunan Kelapa Sawit 0.031746 1

Perkebunan Karet 0.026455 2

Perdagangan Komputer 0.024255 3

Perdagangan Hasil Perkebunan 0.023418 4

Industri Air Minum/Mineral 0.023221 5

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Sektor perdagangan merupakan sektor unggulan kedua, yang di dominasi oleh perdagangan komputer dan hasil perkebunan. Nilai kedua usaha unggulan ini tercatat relatif besar dibandingkan dengan KPJu lainnya. Hal ini sesuai dengan PDRB kota Subulussalam yang mencatat sektor perdagangan sebagai kontributor PDRB terbesar kedua dengan proporsi sebesar 24%11.

(30)

30| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB IV

KABUPATEN PIDIE JAYA

4.1 Kondisi Geografis dan Demografis

Kabupaten Pidie Jaya memiliki 8 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 1,162.84 Km2.

Sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Kecamatan Meurah Dua merupakan wilayah terluas yang meliputi 25% bagian di kabupaten Pidie Jaya, sedangkan Meureudu, ibu kota Pidie Jaya, hanya menempati 14% luas lahan (157 Km2 ).

Kecamatan Meurah Dua memiliki luas wilayah terbesar akan tetapi jumlah penduduk di kecamatan ini hanya tercatat sekitar 10,000 jiwa. Sementara, Kecamatan Bandar Dua yang memiliki proporsi luas lahan sebesar 15% memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu sebesar 33,000 jiwa12. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena Kecamatan Bandar Dua merupakan pusat kota Kabupaten Pidie Jaya.

Gambar 6. Kondisi Geografis Pidie Jaya

2 9 2 .2 0 K m 2 2 5 % 2 8 1 .2 4 K m 2 2 4 % 1 7 4 .2 6 ,K m 2 1 5 % 1 5 7 ,K m 2 1 4 % 1 2 8 .0 0 K m 2 , 1 1 % 6 0 .7 3 K m 2 5 % 4 0 .0 4 K m 2 3 % 2 9 .6 4 K m 2 3 % M e u r ah D u a B an d ar B ar u B an d ar D u a M e u r e u d u Tr ie n gg ad e n g Ulim P an te R aja Jan gk a B u ya

Sumber : BPS, Pidie Jaya Dalam Angka 2009

Secara geografis, Pidie Jaya berbatasan langsung dengan dua kabupaten, sebelah barat dengan Kabupaten Bireuen dan sebelah timur dengan Kabupaten Pidie. Letak Kabupaten Pidie Jaya yang cukup strategis karena berada di jalur lintas sumatera seharusnya dijadikan peluang baik dalam pengembangan pembangunan ekonominya.

Lebih dari separuh penduduk Pidie Jaya termasuk dalam usia produktif. Tercatat sebesar 42% penduduk di bawah angkatan kerja, sedangkan 55% penduduk Kabupaten Pidie Jaya merupakan penduduk usia 15 hingga 64 tahun. Besarnya proporsi angkatan kerja yang produktif di kabupaten ini merupakan suatu peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik jika digunakan secara optimal.

(31)

31| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 7. Jumlah Penduduk Gambar 8. Komposisi Jumlah Penduduk

8,279 9,374 10,331 14,885 19,961 21,490 24,437 33,192 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Ji w a

Jumlah Penduduk Pidie Jaya Berdasarkan Kecamatan, 2008

0 - 14 42% 15 - 64 55% 65 - 75+ 3%

Sumber : BPS, Pidie Jaya Dalam Angka 2009

4.2 Gambaran Umum Ekonomi

Meskipun sedikit berfluktuatif, pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya tercatat cukup positif. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 3,25% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya juga didorong oleh adanya proses rehabilitasi dan rekonstruksi di provinsi Aceh. Namun, tingkat pertumbuhannya masih berada dibawah tingkat pertumbuhan provinsi Aceh.

Gambar 9. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pidie Jaya, 2004-2008

3 .9 5 2 .5 3 3 .3 6 2 .9 1 3 .2 5 1 .8 0 1 .2 0 7 .7 7 .4 7 .2 0 .0 0 1 .0 0 2 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 6 .0 0 7 .0 0 8 .0 0 9 .0 0 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 % P id ie Jay a A c e h Sumber : BPS, Pidie Jaya Dalam Angka 2009

Sama dengan struktur perekonomian Aceh dimana sektor pertanian memiliki porsi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya. Sebesar 66% dari perekonomian Pidie Jaya disumbang oleh sektor pertanian, sedangkan sektor perdagangan hanya menyumbang sebesar 8%, lebih rendah dibandingkan sektor jasa. Sub sektor tanaman pangan mendominasi sektor pertanian dengan proporsi sekitar 43%, sedangkan sub sektor tanaman perkebunan tercatat lebih kecil, hanya sebesar 10%.

(32)

32| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 10. Struktur Perekonomian Pidie Jaya

Pertanian 66% Pertambangan 1% Industri 4% Bangunan 3% Perdagangan 8% Transportasi 4% Keuangan 2% Jasa-jasa 12%

Sumber : BPS, Pidie Jaya Dalam Angka 2009

Sektor Pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu tercatat sebesar 73%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan. Pada tahun 2008, sekitar 3,500 jiwa bekerja pada sektor perdagangan. Sedangkan sektor pertanian, khususnya tanaman pangan menyerap sekitar 10,000 orang.13

Gambar 11. Struktur Perekonomian Pidie Jaya

P e r tan ian 7 3 % In d u str i P e n go lah an 4 % P e r d aga n g an 1 0 % Jasa-jasa 8 % P e n gan gku ta n 1 % L ain n y a 4 %

Sumber : BPS, Pidie Jaya Dalam Angka 2009

Diperlukan kebijakan dan arah pembangunan yang menitikberatkan pada sektor pertanian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan gambaran umum diatas, sektor pertanian dan segala turunan sektor ini diharapkan menjadi tumpuan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Angkatan kerja yang memadai dan letak geografis yang strategis merupakan suatu peluang bagi Pidie Jaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, termasuk meningkatkan produksi komoditas unggulannya

(33)

33| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Pengembangan UMKM masih menghadapi tantangan besar. Hampir serupa dengan beberapa daerah di Indonesia, perkembangan UMKM masih terbentur beberapa masalah mendasar; seperti permodalan, jangkauan pemasaran serta kemampuan mengadopsi dan menerapkan tekonologi yang lebih baik dalam meningkatkan produktifitas. Kebijakan pemerintah serta peran perbankan yang tepat tentunya dapat mendorong perkembangan UMKM yang lebih baik.

Beberapa program pemerintah dalam mendorong UMKM telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Meskipun belum terdapat kesimpulan khusus terhadap tingkat keberhasilan bantuan pemerintah, beberapa program pemerintah yang bertujuan untuk mengatasi beberapa tantangan diatas telah dilakukan, khususnya di permodalan dan peningkatan kualitas masukan produksi seperti penyediaan bibit unggul, penyuluhan dan lain sebagainya. Pemerintah melalui program nasional dan lokal telah mengucurkan berbagai instrumen dan mekanisme kredit seperti KUR, pemberdayaan koperasi, termasuk penyuluhan dan pendampingan.

4.3 Sektor Unggulan Kabupaten Pidie Jaya

Subsektor perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP, sektor perkebunan memiliki ranking tertinggi, kemudian diikuti sub-sektor tanaman pangan dan perdagangan.14 Pada tahun 2008, subsektor perkebunan tercatat menyerap tenaga kerja sebesar 10,500 jiwa, hampir sama dengan subsektor tanaman pangan15

Tabel 11. Sektor KPJu Pidie Jaya

Ranking Sektor Nilai AHP

1 Perkebunan 0.200000 2 Tanaman Pangan 0.177778 3 Perdagangan 0.125926 4 Industri 0.123457 5 Peternakan 0.120988 6 Perikanan 0.118519 7 Angkutan 0.059259 8 Pariwisata 0.046914 9 Jasa-jasa 0.027160

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

14

Hal ini sedikit berbeda jika dibandingkan struktur perekonomian Pidie Jaya yang mencatat kontribusi subsektor perkebunan hanya sebesar 10% dari sektor pertanian pada tahun 2008. Hal ini dimungkinkan, mengingat keterbatasan data PDRB pada tahun 2010, pada saat survey BLS ini berlangsung.

(34)

34| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

4.3.1 Komoditas Unggulan Sektor Perkebunan

Kakao merupakan komoditas unggulan pada sektor perkebunan dengan nilai AHP sebesar 0.17. Komoditas kakao dianggap berpotensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memiliki daya saing dan menyerap tenaga kerja. Pada urutan kedua, komoditas kelapa sawit juga dianggap sebagai komoditas unggulan kabupaten Pidie Jaya. Pada tahun 2008, tercatat sebanyak 1,625 ton kakao telah dihasilkan, dimana sebagian besar kakao diproduksi di Kecamatan Bandar Baru16.

Tabel 12. KPJu Sektor Perkebunan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Kakao 0.176989

2 Kelapa Sawit 0.154148

3 Pinang 0.138629

4 Nilam 0.132873

5 Kelapa Dalam 0.116587

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

4.3.2 Komoditas Unggulan Sektor Tanaman Pangan

Padi menduduki ranking tertinggi untuk komoditas di sektor tanaman pangan dengan nilai AHP sebesar 0.17. Padi masih merupakan komoditas unggulan dari subsektor tanaman pangan. Sedangkan melinjo menduduki rangking kelima dengan nilai AHP sebesar 0.115. Kecamatan Bandar Dua terhitung sebagai kecamatan yang memiliki produksi padi terbesar yang menyumbangkan sekitar 25% dari keseluruhan produksi padi atau sebesar 79,000 ton pada tahun 2008. Akan tetapi kecamatan Meureudu terhitung sebagai kecamatan yang paling produktif, karena menghasilkan padi sebesar 11,400 to dengan luas lahan sebesar 1,850 hektar17.

Tabel 13. KPJu Unggulan Sektor Tanaman Pangan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Padi Sawah 0.177596

2 Semangka 0.128504

3 Pisang 0.126720

4 Cabe Rawit 0.116153

5 Melinjo 0.115553

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Melinjo menduduki ranking ke-5 dari komoditas unggulan tanaman pangan. Meskipun Pidie Jaya juga terkenal dengan produksi melinjo, ternyata berdasarkan persepsi responden komoditas melinjo tidak lagi menjadi komoditas unggulan urutan pertama. Harga yang berfluktuatif

16 Pidie Jaya Dalam Angka, 2009 17 idem

(35)

35| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

merupakan salah satu alasan dimana komoditas ini dianggap tidak begitu menarik untuk dijadikan usaha jangka panjang dibandingkan dengan padi sawah, semangka, pisang, dan cabe rawit.

4.3.3 Komoditas Unggulan Sektor Perdagangan

Perdagangan hasil bumi merupakan jenis usaha unggulan dari sektor perdagangan. Hal ini searah dengan struktur ekonomi Pidie Jaya yang berbasis pertanian, perdagangan hasil pertanian menduduki ranking pertama dari usaha unggulan di Pidie Jaya, terhitung sebesar 0.18. Kemudian didukung oleh preferensi masyarakat terhadap usaha alat-alat produksi pertanian yang juga menduduki ranking ke tiga sebagai usaha unggulan di Pidie Jaya. Sedangkan perdagangan bahan bangunan menduduki ranking ke lima dengan nilai AHP sebesar 0.089.

Tabel 14. KPJu Sektor Perdagangan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Hasi bumi pertanian 0.181818

2 Penjual Ikan 0.144644

3 Usaha Saprodi 0.135693

4 Warung Kopi 0.124713

5 Toko Bahan Bangunan 0.089042

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

4.3.4 Komoditas Unggulan Sektor Industri

Industri pengolahan kakao merupakan industri ungulan Pidie Jaya. Searah dengan komoditas unggulan di sektor perkebunan, jenis usaha pengolahan kakao di Pidie Jaya merupakan salah satu industri yang sedang berkembang. Nilai AHP dari industri ini tercatat sebesar 0.18. Industri emping melinjo selanjutnya menduduki tempat ke dua dengan nilai AHP 0.15, meskipun bahan baku industri ini yaitu tanaman melinjo menduduki ranking ke lima dari komoditi unggulan di sektor tanaman pangan.

Tabel 15. KPJU Sektor Industri

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Pengolahan Kakao 0.181818

2 Emping Melinjo 0.155540

3 Usaha Kue Adee 0.140469

4 Pengolahan Ikan Teri 0.107111

5 Industri arang tempurung kelapa 0.094625

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

Kue Adee yang merupakan salah satu makanan khas Pidie Jaya yang menempati ranking ketiga sebagai komoditas unggulan sektor industri. Industri rumah tangga ini pada tahun 2008 mempekerjakan sekitar 250 rumah tangga di Pidie Jaya18. Industri ini pada umumnya masih

18

(36)

36| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

menggunakan cara pengelolaan secara tradisional. Keterbatasan modal menjadi kendala utama dalam meningkatkan produksi pada industri tersebut.

4.3.5 Komoditas Unggulan Sektor Peternakan

Sapi pedaging merupakan salah satu usaha unggulan di bidang peternakan di Pidie Jaya. Tercatat sebesar 0.199 usaha unggulan sapi pedaging ini dianggap sebagai jenis usaha unggulan pada sektor peternakan. Tingkat permintaan yang cukup tinggi terhadap daging serta ketersediaan pakan tradisional merupakan salah satu faktor yang menyebabkan usaha ini cukup berkembang di Pidie Jaya.

Tabel 16. KPJu Sektor Peternakan

Ranking KPJu Nilai AHP

1 Sapi Pedaging 0.199342

2 Ayam Pedaging (Ras) 0.193764

3 Kambing 0.169725

4 Ayam Buras/Kampung 0.148381

5 Kerbau 0.113942

Sumber : Data Primer Survey KPJu, Diolah

4.4 Komoditas Unggulan Lintas Sektoral

Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan lintas sektoral Kabupaten Pidie Jaya dimana komoditas unggulannya adalah kakao. Komoditas lainnya seperti kelapa sawit, pinang, nilam, serta tanaman perkebunan lainnya juga mendominasi komoditas unggulan di Pidie Jaya. Tanaman kakao tercatat memiliki nilai Bayes sebesar 0.035, lebih tinggi dibandingkan tanaman Padi. Beberapa program pemerintah Kabupaten Pidie Jaya juga mulai mendorong produktifitas tanaman tersebut, salah satunya dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk sarana pengolahan kakao.

Tabel 17. KPJu Lintas Sektoral

Sektor KPJu Nilai Bayes Ranking

Perkebunan Kakao 0.035398 1

Tanpang Padi Sawah 0.031573 2

Perkebunan Kelapa Sawit 0.030836 3

Perkebunan Pinang 0.027726 4

Perkebunan Nilam 0.026575 5

(37)

37| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(38)

38| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB V

UMKM dan PERBANKAN

5.1 Tantangan UMKM dan Peran Pemerintah

UMKM merupakan tulang punggung perekonomian. Berdasarkan data BPS pada tahun 2009, menunjukan bahwa UMKM menyumbangkan 45% perekonomian nasional. Sekitar 51,26 juta unit usaha UMKM tercatat di Indonesia pada tahun 2009.19 Dari sejumlah unit usaha ini, sekitar 90% unit usaha terdapat pada tingkat usaha mikro dimana tingkat kekayaan bersih terhitung lebih kecil dari Rp 50 juta rupiah per tahun. UMKM juga tercatat sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, tercatat hampir sebesar 80% tenaga kerja di Indonesia bergerak di sektor non-formal. Hal yang serupa seperti ini tentunya terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia termasuk di Aceh.

Di Aceh, terdapat sekitar 280,000 unit usaha UMKM20. Data dari Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi menyatakan bahwa UMKM Aceh menyerap sekitar lebih dari 90% tenaga kerja yang kebanyakan non-formal. Sebagian besar dari UMKM bergerak pada sektor perdagangan, pertanian dan jasa-jasa. Sumber daya alam yang kaya serta situasi kemanan yang semakin baik di Aceh memberikan peluang yang besar bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya di masa mendatang ditengah berbagai tantangan yang dihadapi.

Pengembangan UMKM masih menghadapi tantangan besar. Hampir serupa dengan beberapa daerah di Indonesia, perkembangan UMKM masih terbentur beberapa masalah mendasar; seperti permodalan, jangkauan pemasaran serta kemampuan mengadopsi serta menerapkan tekonologi yang lebih baik dalam meningkatkan produktifitas. Kebijakan pemerintah serta peran perbankan yang tepat tentunya diharapkan dapat mendorong perkembangan UMKM yang lebih baik.

Secara mendasar; terdapat dua tantangan bagi UMKM baik tingkat nasional maupun daerah.21

Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM, antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya non formal, pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan produk serta akses pemasaran. Permasalahan lanjutan dari UMKM ini, antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor.

Beberapa program pemerintah dalam mendorong UMKM telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Meskipun belum ada kesimpulan khusus terhadap tingkat keberhasilan bantuan pemerintah, beberapa program pemerintah yang bertujuan untuk mengatasi beberapa tantangan diatas telah dilakukan, khususnya di permodalan dan peningkatan kualitas masukan produksi

19

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

20

Dinas Perindustrian dan Perdangan Aceh, 2008

21

(39)

39| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

seperti penyediaan bibit unggul, penyuluhan dan lain sebagainya. Pemerintah melalui program nasional telah mengucurkan berbagai instrumen dan mekanisme kredit seperti KUR, pemberdayaan koperasi, termasuk penyuluhan dan pendampingan dari berbagai dinas, seperti Dinas Pertanian, Disperindagkop, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Sosial dan lain-lain.

Bank Indonesia juga telah melakukan beberapa usaha dalam mendorong perkembangan UMKM. Dengan diberlakukannya UU Nomor 3 Tahun 2004, kebijakan Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM mengalami perubahan paradigma yang mendasar karena BI tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sehingga peranan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM berubah menjadi tidak langsung. Bantuan Bank Indonesia pada saat ini memberikan pelatihan-pelatihan kepada lembaga pendamping UMKM, pendirian Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM), Pengembangan Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK) sebagai sarana untuk lebih menyebarluaskan secara cepat hasil-hasil penelitian dan berbagai informasi lainnya. Bank Indonesia juga mengadakan berbagai penelitian dalam rangka memberikan informasi untuk mendukung pengembangan UMKM. Khusus di Provinsi Aceh, Bank Indonesia Banda Aceh bersama Pemerintah Aceh memfasilitasi pengembangan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) sebagai pendamping UMKM terhadap akses permodalan usaha ke lembaga perbankan.

5.2 Peran Perbankan Terhadap UMKM

Kredit semakin meningkat dan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Realisasi kredit tahun 2009 tercatat lebih dari Rp 12 trilliun, meningkat tajam dari tahun sebelumnya, yang juga mengakibatkan peningkatan LDR yang lebih tinggi. Aktivitas rekonstruksi dan sisa anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten kota juga berkontribusi terhadap tingginya tingkat simpanan pada perbankan di Aceh. 22 Peningkatan jumlah simpanan di Aceh juga di dorong oleh bertambahnya cabang-cabang baru dari bank-bank swasta di Aceh.

Tabel 18. Kinerja Perbankan Aceh, 2005-2008

Indikator (Rp. Milyar) 2005 2006 2007 2008 2009

Asset 16,463.2 27,403.9 23,301.5 28,559.9 29,207.6

Dana Pihak Ketiga 13,850.5 21,928.1 18,304.9 20,463.6 19,506.48

Kredit 3,599.2 4,598.0 6,573.9 9,382.6 12,600

Laba / Rugi -6.3 371.0 490.8 607.4 685,68

LDR Aceh (%) 26.0 21.0 35.9 45.9 64.59

LDR Nasional (%) 64.7 64.7 69.2 69.8 77

Sumber : Bank Indonesia

22 Komposisi dari simpanan publik meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 17 persen pada tahun 2004 ke 40 persen tahun 2009. Transfer terbesar terjadi pada tahun 2006, ketika transfer DAU meningkat hampir sepertiga dalam angka riil

(40)

40| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Meskipun tercatat meningkat, ternyata pertumbuhan kredit di Aceh belum dinikmati sepenuhnya oleh UMKM. Peningkatan kredit yang disalurkan oleh perbankan di Aceh yang tercatat sebesar 34 % (yoy) ternyata tidak diikuti oleh peningkatan kredit di sektor UMKM. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun 2006, pangsa UMKM terhadap kredit semakin mengecil. Pada tahun 2009, pangsa UMKM tercatat sebesar 63%, lebih kecil daripada tahun 2006 sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa akses permodalan masih menjadi tantangan utama bagi UMKM untuk berkembang.

Tabel 19. Pertumbuhan Kredit UMKM Aceh, 2006-2009

Tahun Kredit (Juta Rp) Pertumbuhan Total Kredit (%) UMKM (Juta Rp) Pertumbuhan UMKM (%) Pangsa UMKM 2006 4,598,035 27.75 3,069,812 37.40 66.76 2007 6,573,891 42.97 4,152,379 35.26 63.16 2008 9,382,586 42.73 6,082,328 46.48 64.83 2009 12,600,046 34.29 8,016,820 31.81 63.63

Sumber : Bank Indonesia

Kredit di sektor Pertanian, termasuk perkebunan tercatat sangat rendah demikian juga di sektor produktif lainnya. Meskipun terdapat peningkatan kredit di sektor ini pada tahun 2009, jika dibandingkan pada tahun 2005, kredit di sektor pertanian masih tercatat relatif rendah dibandingkan dengan sektor konstruksi yang meningkat pesat pada tahun 2009. Rendahnya pangsa kredit di sektor ini diakibatkan oleh adanya persepsi perbankan akan risiko sektor pertanian yang relatif lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor lain, seperti konstruksi yang meningkat pesat dibandingkan dengan sektor lain pada tahun 2009. Kredit produktif seperti di sektor industri juga tercatat menurun pada tahun 2009, tercatat sebesar 4,71% pada tahun 2009, yang pada tahun 2005 terhitung sebesar 12,83%.

Tabel 20. Alokasi Kredit Sektoral

Sektor 2005 Pangsa (%) 2009 Pangsa (%)

Pertanian 59,203 1.64 280,512 2.23

Pertambangan 378 0.01 31,184 0.25

Perindustrian 461,860 12.83 592,839 4.71

Perdagangan 598 0.02 29,137 0.23

Listrik, Gas dan Air 122,027 3.39 746,299 5.92

Konstruksi 501,297 13.93 3,524,827 27.97

Pengangkutan 27,555 0.77 44,892 0.36

Jasa Dunia Usaha 76,532 2.13 353,625 2.81

Jasa Sosial Masyarakat 32,132 0.89 92,326 0.73

Lain-lain 2,317,630 64.39 6,904,405 54.80

Total 3,599,212 100 12,600,046 100

(41)

41| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Diperlukan terobosan-terobosan baru pada skema kredit pada sisi supply dan juga peningkatan kapasitas manajemen usaha pada sisi demand. Dari paparan diatas, terdapat berbagai tantangan dalam meningkatkan kredit UMKM, seperti diperlukannya skema-skema baru dalam kredit UMKM yang dapat menstimulasi pertumbuhan UMKM. Pada sisi demand, pengelolaan unit usaha UMKM yang lebih profesional yang dapat meminimalkan resiko-resiko usaha juga sangat diperlukan dalam mendapatkan akses pendanaan yang lebih mudah dan murah.

(42)

42| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UMKM merupakan tulang punggung perekonomian yang penting sekaligus memiliki tantangan yang besar. Selain menyumbangkan porsi terbesar dari PDRB nasional bahkan tingkat daerah, UMKM tercatat mampu menyerap sebesar 80% tenaga kerja di Indonesia bergerak di sektor non-formal. Hampir serupa dengan beberapa daerah di Indonesia, perkembangan UMKM masih terbentur beberapa masalah mendasar; seperti permodalan, jangkauan pemasaran serta kemampuan mengadopsi serta menerapkan tekonologi yang lebih baik dalam meningkatkan produktifitas. Kebijakan pemerintah serta peran perbankan yang tepat tentunya dapat mendorong perkembangan UMKM yang lebih baik.

Kota Subulussalam dan Pidie Jaya memiliki komoditas unggulan Kelapa Sawit dan Kakao. Laporan ini mengetengahkan tentang pemilihan komoditas unggulan di kedua daerah ini dengan menggunakan metode AHP dan Bayesian. Berdasarkan hasil analisa terhadap data-data primer, komoditas kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Subulussalam, sedangkan Kakao menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Pidie Jaya. Kebijakan yang tepat dari pemerintah serta dukungan perbankan terhadap kedua komoditas ini tentunya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke dua daerah ini, termasuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing komoditas ini.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan serta referensi dari pemangku kebijakan. Hasil penelitian ini mengetengahkan berbagai komoditas unggulan dan potensial untuk di kembangkan searah dengan mendorong perkembangan UMKM di Subulussalam atau Pidie Jaya. Namun demikian hasil Baseline Economic Survey (BLS) seyogyanya dapat didukung oleh setiap pemangku kepentingan ekonomi atau menjadi bahan referensi dan acuan dalam pengambilan kebijakan di kabupaten Pidie Jaya dan Kota Subulussalam, termasuk penyediaan sarana infrastruktur yang lebih baik dalam mengembangkan komoditas unggulan di daerah masing-masing.

Hasil penelitian ini juga seyogyanya dapat digunakan oleh berbagai pihak termasuk perbankan dalam menentukan prioritas penyaluran kredit UMKM. Dengan menggunakan hasil penelitan ini pihak perbankan dapat mengetahui dengan jelas komoditas atau usaha unggulan yang disuatu daerah yang perlu didorong perkembangannya. Untuk ini, pihak perbankan juga perlu mengembangkan skema-skema kredit yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan UMKM dalam mengembangkan usahanya.

(43)

43| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

Beberapa langkah kongkrit yang dapat dilakukan daerah dalam meningkatkan komoditas unggulan adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan tim terpadu pembinaan UMKM berdasarkan Surat Keputusan Bupati/ Walikota sehingga program pengembangan UMKM diimplementasikan secara terpadu dan peran-peran masing-masing stakeholders dapat dioptimalkan dan akan terjadi sinergi antar instansi. 2. Hasil BLS hendaknya digunakan sebagai masukan dalam perumusan Rencana Stratagis dan

Rencana Induk Pengembangan (RIP) UMKM bagi pemerintah kabupaten/ kota khususnya. 3. Pihak lembaga keuangan dan perbankan memanfaatkan hasil BLS berupa daftar KPJu

unggulan baik per-sektor maupun lintas sektoral sebagai masukan untuk menentukan prioritas penyaluran kredit UMKM. Pemerintah dan perusahaan besar sebagai wujud

Corporate Social Responbility (CSR) hendaknya dapat menyusun skema kredit tersendiri bagi

KPJu ungggulan yang termasuk dalam sektor berisiko tinggi. Pada penelitian ini sektor yang dinilai berisiko tinggi adalah sektor tanaman pangan, peternakan dan perikanan.

4. Pemerintah kabupaten/kota dapat memanfaatkan KPJu unggulan sebagai daya tarik investasi yang mempertimbangkan reaksi negatif masyarakat dan daftar negatif investasi. Untuk kepentingan tersebut maka pemerintah kabupaten/kota seyogjanya menyusun profil masing-masing jenis KPJu UMKM yang menjadi unggulan sebagai sarana kegiatan promosi menarik investasi.

5. Dinas teknis terkait hendaknya dapat menyusun data base yang menyangkut berbagai data indikator kunci keberhasilan usaha (key performance indicators) seperti jumlah tenaga kerja, nilai investasi dan jaringan pemasaran dab sebagainya terus menerus di-update sehingga dapat digunakan dengan baik sebagai pijakan kegiatan monitoring perkembangan UMKM unggulan maupun pembaharuan strategi serta program pengembangan.

(44)

44| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS), 2009. Subulussalam Dalam Angka 2009 Badan Pusat Statistik (BPS), 2009. Pidie Jaya Dalam Angka 2009

Badan Pusat Statistik (BPS), 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota Subulussalam Badan Pusat Statistik (BPS), 2009. Produk Domestik Regional Bruto Pidie Jaya

(45)

45| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

(46)

46| Baseline Economic Survey Wilayah Kota Subulussalam dan Kabupaten Pidie Jaya

LAMPIRAN

Lampiran 1. KPJu Unggulanper Sektor di Kota Subulussalam

No Tujuan/ Kriteria Bobot

Tujuan Penetapan KPJu Unggulan

1 Pertumbuhan ekonomi 0.3985

2 Penciptaan lapangan kerja 0.2804

3 Peningkatan daya saing produk 0.3211

Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat Kecamatan

1 Jumlah unit usaha 0.2162

2 Jangkauan/kondisi pemasaran 0.2747

3 Ketersediaan bahan baku/sarana produksi 0.2618

4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan) 0.2474

Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat kabupaten/ kota

1 Tenaga kerja terampil 0.1164

2 Bahan baku 0.0662 3 Modal 0.1031 4 Sarana produksi/usaha 0.0842 5 Teknologi 0.0707 6 Sosial budaya 0.0732 7 Manajemen usaha 0.0797 8 Ketersediaan pasar 0.0774 9 Harga 0.0918

10 Penyerapan tenaga kerja 0.1036

Gambar

Tabel 3. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan tingkat kabupaten/kota
Gambar 1. Kondisi Geografis Kota Subulussalam
Gambar 2. Sebaran Penduduk dan Komposisi Penduduk Subulussalam
Gambar 4. Struktur Ekonomi Subulussalam, 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Selama periode Oktober 2016 – September 2017, CV Graha Papan Lestari melakukan pembelian bahan baku kayu gergajian yang seluruhnya berasal dari hutan rakyat dengan

Program Studi Teknik Informatika DPPL – TeManMu 45/ 51 Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Program Studi Teknik Informatika-UAJY dan

“pesantren merupakan bagian integral dari masyarakat sekitarnya karena maju maupun tidaknya pesantren sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu peran kyai sebagai figur sentral

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap senjangan anggaran pada Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan

The type of gasoline fuel used in this study is pre miu m.This study are to determine the effect of the additive materials on pre miu m fuel to increase the octane number and

Conclusion of this study is risk factor comorbid diabetes mellitus and the history of previous treatment are factor affecting the incidence of Multi Drug Resistance Tuberculosis

Penelitian ini untuk melihat Iklim Komunikasi Organisasi IDN Media positif atau negatif, dikarenakan adanya fenomena mengenai uniknya iklim komunikasi organisasi

Hasil akhir dari penelitian ini berupa aplikasi web pengajuan judul skripsi yang dapat diakses secara online dengan menggunakan berbagai macam ukuran device yang