• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi. secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi. secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.

Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Perkembangan usaha dan organisasi perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas tenaga kerja yang ada diperusahaan.

Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seieksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi (Hani Handoko, 2001:1). Terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia (Mangkunegara, 2000:2) yaitu sebagai berikut:

a. Pemeliharaan tenaga kerja mencakup: 1) Komunikasi kerja

2) Kesehatan dan keselamatan kerja 3) Pengendalian konflik kerja

(2)

b. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari: 1) Perencanaan sumber daya manusia 2) Analisis Jabatan

3) Penarikan Pegawai 4) Penempatan Kerja 5) Orientasi Kerja

c. Pengembangan tenaga kerja mencakup: 1) Pendidikan dan Pelatihan

2) Pengembangan

3) Penilaian prestasi kerja d. Integrasi mencakup: 1) Kebutuhan karyawan 2) Motivasi kerja 3) Kepuasan kerja 4) Disiplin Kerja 5) Partisipasi kerja

e. Pemberian balas jasa mencakup: 1) Balas jasa langsung terdiri dari:

a) gaji/upah b) insentif

2) Balas jasa tak langsung terdiri dari: a) Keuntungan

(3)

f. Pemisahan tenaga kerja mencakup: 1) Pemberhentian karyawan

2.2 Kesehatan Kerja

2.2.1 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif. Di dalam Undang-Undang N0. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Bidang kesehatan kerja mempunyai implikasi luas baik secara mikro maupun makro. Potensi munculnya berbagai penyakit akibat kerja yang dialami pekerja akan merugikan perusahaan dari segi biaya kesehatan, absen kerja yang pada ujungnya mengganggu produktivitas kerja. Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-Undang N0. 23 tahun 1992 pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja.Perusahaan yang mempunyai banyak pegawai, apalagi yang memukimkan karyawannya di suatu daerah, sebaiknya menentukan jenis atau bentuk pelayanan kedokteran (medical services) atau pelayanan

(4)

services) adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangann, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 pasal 1 tentang pelayanan kesehatan kerja bahwa pelayanan kesehatan adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari

pekerjaan atau lingkungan kerja

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit

Suatu pelayanan kesehatan perusahaan dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Tersedia (available), perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan untuk karyawannya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila tidak menyerahkannya kepada pihak ketiga.

2. Wajar (appropriate), pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan, misalnya suatu perusahaan tambang haruslah menyediakan pelayanan bedah, karena

(5)

kemungkinan akan sering terjadi kecelakaan akibat bekerja dengan alat-alat berat (dozer, crane, shovel, excavator).

3. Berkesinambungan (continue), pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala harus dilakukan secara periodik sehingga keadaan kesehatan karyawan bias dipantau terus-menerus.

4. Dapat diterima (acceptable), suatu perusahaan besar dengan laba yang besar tentu saja tidak layak bila memberikan fasilitas kesehatan yang minimal. Karyawan tidak akan menerimanya. Itu berarti pelayanan tidak acceptable. Sedangkan perusahaan yang belum mampu memberikan layanan kesehatan yang lengkap sesuai standar, bisa memberikan pelayanan yang minimal tetapi dengan memberikan penjelasan kepada karyawannya bahwa perusahaan belum mampu. Apabila alasan ini masuk akal, maka karyawan akan bisa menerima layanan tersebut dengan ikhlas. Jadi walaupun layanannya minimal, tetapi tetap acceptable.

5. Dapat tercapai (accessible), pelayanan kesehatan yang diupayakan harus mudah dicapai. Karyawan yang lokasi kerjanya jauh dari tempat fasilitas kesehatan harus mendapat jemputan untuk pemeriksaan kesehatan, atau apabila ada kecelakaan harus bisa cepat dijemput dengan ambulan untuk medical evacuation.

6. Terjangkau (affordable), perusahaan bisa memilih layanan kesehatan yang sesuai standard dan harganya terjangkau oleh perusahaan. Banyak cara untuk

(6)

melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, namun tidak setiap cara cocok untuk suatu perusahaan.

Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja iebih lama.

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen (Ranupandojo dan Husnan, 2002:263) berikut ini :

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja. b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal) secara

periodik.

c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk sernua karyawan secara periodik.

d. Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.

e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan,

f. Pemeriksaan sistematis dan periodic terhadap persyaratan-persyaratan sanitasi yang baik.

Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan

(7)

selama mereka bekerja. Stress yang diderita oleh karyawan selama kerjanya, sumbernya bisa dikelompokkan menjadi empat sebab : (Ranupandojo dan Husnan, 2002:264)

a. Yang bersifat kimia b. Yang bersifat fisik c. Yang bersifat biologis d. Yang bersifat sosial

Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh manusia tetapi juga pikiran manusia, Kalau manusia tidak tahan terhadap ketegangan ini mereka akan menjadi sakit. Karenanya usaha yang perlu dilakukan adalah untuk menghilangkan sumber ketegangan. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengendalikan tekanan di dalam tempat kerja dapat dijalankan dengan cara (Ranupandojo dan Husnan, 2002:264) sebagai berikut:

a. Mencari sumber dari tekanan.

b. Mencari media yang menjadi alat penyebaran tekanan tersebut.

c. Memberi perawatan khusus pada karyawan yang menderita tekanan tersebut. Usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga diiakukan (Ranupandojo dan Husnan, 2002:265) yaitu dengan cara:

a. Tersedianya psyichiatrist untuk konsultasi.

b. Kerjasama dengan psyichiatrist diluar perusahaan atau yang ada dilembaga-lembaga konsultan.

c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental.

(8)

d. Mengembangkan dan memelihara program-program human relation yang baik.

Dalam perusahaan diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja, Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2000:162) adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan,

b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang rnemungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2000:163) yaitu :

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya,

2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 4) Pengaturan Udara

(9)

5) Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).

6) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. b. Pengaturan Penerangan

1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. 2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

c. Pemakaian Peralatan Kerja

1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik. d. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak.

2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.

2.3 Keselamatan Kerja

2.3.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celakaan (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan

(10)

berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempattempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.

Husni (2005) menyatakan bahwa keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik. Keselamatan kerja juga menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja

(11)

melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Hadiguna, 2009:47).

2.3.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Kansil, 1997:26). Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi merupakan akibat langsung dari pekerjaaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat. Dengan kata lain kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Ruang lingkup kecelakaan akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga melingkupi juga kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja.

Faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari dimensi pokok, yaitu:

1. Berkaitan dengan sistem kerja yang merupakan penyebab utama dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi baik dikantor maupun di pabrik atau ditempat kerja lainnya.

2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa yang dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi bisa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja.

(12)

Pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:

a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja b. Melakukan pengawasan yang teratur

c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian

d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan (Abdurrahmant, 2006:109).

2.3.3 Tujuan Keselamatan Kerja

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah :

1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya

3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamananya

4. Agar adanya jaminan pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai 5. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh periindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.

(13)

keselamatan kerja yakni:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

3. Memberi kesempatan, atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

4. Memberi pertolongan pada kecelakaan

5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara dan getaran

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan

8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai 9. Menyelenggarakan udara yang cukup

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik 11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

12. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya

13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang

(14)

15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang

16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya- Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (UU No.1 Pasal 3 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja).

2.4 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.4.1 Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah usaha perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan sebagai berikut: a. Perlindungan terhadap kecelakaan yang dapat menimpa:

1. Tenaga kerja (pegawai dan bukan pegawai) dan orang lain yang berada di tempat kerja/berhubungan dengan kegiatan Perseroan (umum dan pelanggan)

(15)

3. Proses produksi, seperti pembangunan, pembangkitan, penyaluran, dan distribusi tenaga listrik

4. Hasil produksi, seperti pemanfaatan tenaga listrik oleh pelanggan b. Pencegahan timbulnya kecelakaan, seperti:

1. Kecelakaan dinas yang menimpa pegawai (kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan dinas lainnya)

2. Kecelakaan masyarakat umum yang ada hubungannya dengan perseroan 3. Kerugian aset Perseroan akibat kecelakaan (kecelakaan dinas, kecelakaan

tenaga kerja bukan pegawai, kecelakaan masyarakat umum, kebakaran ledakan, kerusakan/gangguan, bencana alam dan kehilangan)

c. Penyelesaian bila terjadi kecelakaan dan kerugian

Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singakatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan hal yang sangat penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus utamanya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Suria, 2011:130).

(16)

Menurut Sedarmayanti (2000), mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap manusia, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar karyawan tidak mengalami cedera.

Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki sasaran yang hendak dicapai yaitu:

1. Timbulnya motivasi untuk bekerja secara aman

2. Terciptanya kondisi yang tertib, aman dan menyenangkan 3. Mengurangi tingkat kecelakaan di lingkungan tempat kerja 4. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya makna keselamatan kerja 5. Meningkatkan produktifitas kerja (Sedarmayanti, 2000:145)

Pada prinsipnya dasar keselamatan dan kesehatan kerja menekankan beberapa hal, yaitu:

a. Setiap karyawan berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan

b. Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman (Sedarmayanti,

2007:208)

2.4.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

(17)

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23650/5/Chapter%20I.pdf. diakses pada 3 Januari 2014 pukul 15.30 WIB)

Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan masalah perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah industri.

(18)

Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaatmanfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmenc. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim

e. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan

g. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial (Sculler dan Jackson, 1999).

2.5 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabiia ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dan lebih berkualitas

(19)

Produktivitas kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas (Cahyono, 1996:283) adalah:

a. Manusia

Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin.

b. Modal

Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknoiogi, bahan baku. c. Faktor metode (proses)

Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknoiogi yang memakai cara alternatif.

d. Faktor produksi

Meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi.

e. Faktor iingkungan organisasi

Meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia, system manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklimkerja, system intensif.

(20)

Meliputi struktur social politik, struktur industri, pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lain-lain.

g. Faktor lingkungan internasional

Meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan internasional, kebijakan migrasi tenaga kerja.

h. Umpan balik

Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu diupayakan, karena mempunyai manfaat, baik secara makro maupun secara mikro. Secara makro peningkatan produktivitas bermanfaat dalam pendapatan masyarakat yang lebih tinggi, tersedianya barang kebutuhan masyarakat yang lebih banyak dengan harga lebih rendah, perbaikan kondisi kerja termasuk jam kerja dan lain-lain, Secara mikro bermanfaat bagi karyawan yaitu dapat meningkatkan gaji atau upah, memperbaiki kondisi kerja, meningkatkan semangat kerja, menimbulkan rasa aman di tempat kerja dan lain-lain. Oleh karenanya meningkatkan produktivitas karyawan merupakan suatu keinginan perusahaan. Melalui para manajernya, perusahaan berusaha untuk memaksimalkan potensi karyawan.

2.6Penelitian Terdahulu

(21)

Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant Kawasan Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Keselamatan (X1) dan

Kesehatan Kerja (X1

Berdasarkan uji F variabel bebas (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Produktivitas kerja Karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan merapakan hubungan yang erat. Kesehatan kerja merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant Kawasan Medan.

) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT, Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant Kawasan Medan.

Fauzi (2008), dengan judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PG. Rajawali I Unit Krebet Baru Bululawang Malang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. PG. Rajawali I Unit Krebet Baru Bululawang Malang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja (X1) dan

kesehatan kerja (X2) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. PG. Rajawali I Unit Krebet Baru Bululawang Malang. Dari perhitungan uji F diperoleh Fhitung 25,690 > Ftabel 3,09 dengan nilai Adjusted R Square 0,362 yang berarti besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 36,2%. Dan uji t diketahui bahwa secara parsial variabel

(22)

keselamatan kerja (X1) dan kesehatan (X2) berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan.

2.7Kerangka Konseptual

Kerangka sebagai suatu hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan segala kemungkinan hasil yang dicapai (Nawawi, 1995:33). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995:34).

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PTP Nusantara IV (Persero) Kebun Pabatu”, dimana keselamatan kerja dan kesehatan kerja ditujukan sebagai variabel bebas dan produktivitas kerja sebagai variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh antara Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan Kerja (X2) terhadap tingkat Produktivitas Kerja (Y) di PTPN IV (Persero) Kebun Pabatu.

Berdasarkan teori pendukung kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keselamatan Kerja (X1)

Kesehatan Kerja (X2)

Produktivitas Kerja (Y)

(23)

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2005:51). Berdasarkan perumusan masalah di atas penulis memberikan hipotesis dari penelitian ini adalah “Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prduktivitas Karyawan pada PTP Nusantara IV (Persero) Kebun Pabatu.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Keselamatan Kerja (X1)

Referensi

Dokumen terkait

Semakin berkurangnya luas lahan pertanian yang digunakan untuk kebutuhan dan diperuntukan kegiatan penduduk maka para petani mau tidak mau akan mempengaruhi luas

SETIAP SOAL HARUS MENGGUNAKAN BAHASA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH BAHASA

a) Pindahkan saklar catu daya ke posisi “on”... b) Perhatikan penunjukkan arus pada amperemeter. Gunakan batas ukur arus pada amperemeter yang menghasilkan ketelitian pengukuran

(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan

Seringkali bias kekerasan atas dasar SOGIE dikarenakan mereka dituduh sebagai perihal baru dan ‘barat’, yang pada kenyataannya dalam struktur tradisional masyarakat mana pun,

1) Masih banyaknya kebutuhan rumah yang belum dapat terpenuhi oleh pengembang maupun masyarakat, hal ini dapat diketahui dari masih banyaknya jumlah rumah tidak layak

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

“Pemerintah seharunya serius terhadap kondisi pekerja anak di pasar sentral kota Gorontalo. Jika tidak jumlah tersebut akan bertambah dan semakin bertambah sehingga akan