• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemasaran di PT. Alfa Scorpii Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemasaran di PT. Alfa Scorpii Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa orientasi pasar, kelengkapan produk, dan efektifitas saluran distribusi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pemasaran.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Orientasi Wirausaha dan Kreativitas Program Pemasaran terhadap Kinerja Pemasaran bila di dukung adanya Faktor Lingkungan yang kompetitif.

Bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap inovasi produk, orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran, orientasi pasar terhadap strategi pemasaran, inovasi terhadap kinerja pemasaran dan strategi pemasaran terhadap kinerja marketing adalah positif

Terbukti bahwa faktor kualitas hubungan dan persepsi birokrasi menjadi efek positif terhadap integrasi strategis dan efektivitas saluran distribusi, yang kesemuanya bermuara pada peningkatan kinerja penjualan produk yang signifikan.

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat satu variabel yang harus dihilangkan karena nilainya tidak valid yaitu variabel Iklan dan Promosi,

sehingga yang tersisa menjadi lima variabel. Kelima variabel pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus berdasarkan dengan urutannya yaitu Variabel Harga, Variabel Lokasi, Variabel Kelengkapan Produk, Variabel Pelayanan, dan Variabel Kenyamanan Berbelanja

(2)

2.2. Kinerja Pemasaran

Kinerja pemasaran merupakan hal sangat penting di zaman sekarang. Dilihat

pada tingkat persaingan yang sangat ketat, maka kinerja pemasaran dituntut

memberikan nilai tersendiri bagi perusahaan untuk dapat tetap bertahan dalam

persaingan yang kian hari semakin ketat. Kinerja pemasaran selalu dipandang

sebagai hasil dari dijalankannya sebuah peran stratejik tertentu. Bagi seorang

tenaga penjualan kinerja dihasilkan sebagai akibat dari keagresifan tenaga

penjualan mendekati dan melayani dengan baik pelanggannya.

Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang umum digunakan untuk

mengukur dampak penerapan strategi perusahaan (Ferdinand, 2000:115). Namun

demikian, masalah pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan

klasik karena sebagai sebuah konstruk, kinerja pemasaran bersifat

multidimensional yang mana di dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe

organisasi. Oleh karena itu kinerja sebaiknya diukur dengan menggunakan

berbagai kriteria pengukuran sekaligus (Eryanafita, 2008). Prasetya (2002:227)

menyatakan jika menggunakan pengukuran dengan kriteria tunggal (single

measurement) maka tidak akan mampu memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan itu sesungguhnya.

Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang sering digunakan untuk

mengukur dampak strategi-strategi dan orientasi yang diterapkan perusahaan.

Strategi pemasaran selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran

(seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga

kinerja keuangan yang baik (Eryanafita, 2008). Seperti yang diketahui bahwa

(3)

Strategi manajemen pemasaran ditetapkan untuk menghasilkan kinerja

pemasaran terbaik, yang merupakan ukuran prestasi dari sebuah aktivitas

pemasaran secara menyeluruh dari sebuah organisasi (Widodo, 2008). Ferdinand

(2000:125) menyatakan bahwa kinerja pemasaran yang baik dinyatakan dalam

tiga besaran utama, yaitu nilai penjualan, pertumbuhan penjualan dan porsi pasar,

yang pada akhirnya bermuara pada keuntungan perusahaan. Nilai penjualan

menunjukkan rupiah ataupun unit produk yang terjual, sedangkan pertumbuhan

penjualan menunjukkan seberapa besar kenaikan penjualan produk yang sama

Dibandingkan satuan waktu tertentu, serta porsi pasar menunjukkan seberapa

besar kontribusi produk menguasai pasar produk sejenis di banding kompetitor.

Lambin (1976) dalam Astrid (2010) menyatakan bahwa tak jarang suatu

perusahaan mengeluarkan sumber daya yang begitu besar untuk

mengimplementasikan strategi mereka. Strategi perusahaan ini selalu diarahkan

untuk menghasilkan kinerja baik berupa kinerja pemasaran, seperti volume

penjualan, market share, tingkat pertumbuhan penjualan, maupun kinerja

keuangan, yaitu dengan menggunakan ratio-ratio keuangan.

Narver dan Slater (1994) dalam Astrid (2010) menggambarkan outcomes

dari penerapan strategi perusahaan sebagai kepuasan konsumen, kesuksesan

produk baru, peningkatan penjualan, dan profitabilitas. Sedang Ferdinand, (2000)

dalam Astrid (2010) menyatakan bahwa pengukuran kinerja pemasaran dengan

variabel jumlah unit penjualan, pertumbuhan pelanggan, perputaran pelanggan,

lebih menyatakan kinerja pemasaran dan persaingan. Sedangkan faktor-faktor

yang mendasari kinerja pemasaran adalah satisfaction with profit, relative profit,

(4)

2008). Selanjutnya, kinerja pemasaran juga didefinisikan sebagai usaha

pengukuran tingkat kinerja, yang meliputi omzet penjualan, jumlah pelanggan,

keuntungan, dan pertumbuhan penjualan (Voss dan Voss, 2000).

Pelham dalam Anjas (2007) menyebutkan tiga indikator dari kinerja

pemasaran yaitu efektivitas perusahaan, pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan

keuntungan relatif, dalam penelitiannya juga menduga ada hubungan yang

signfikan antara orientasi pasar dengan efektivitas perusahaan dan pertumbuhan

penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan keuntungan.

Variabel kinerja pemasaran mengacu pada Voss dan Voss (2000:69), Song

dan Parry (1997:3), Johnson dan Arunthanes (1995:37) yang dibentuk oleh tiga

indikator yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan dan volume

penjualan.

2.3. Orientasi Pasar

Orientasi pasar merupakan pola dari nilai dan kepercayaan yang membantu

individu untuk dapat memahami fungsi organisasi berdasarkan norma – norma

tertentu (Nur dkk, 2004:51). Menurut Slater dan Narver dalam Nur dkk (2004:51)

orientasi pasar didefinisikan sebagai budaya perusahaan yang efektif dan efisien

dalam menciptakan perilaku yang diperlukan untuk menciptakan nilai yang

superior bagi pelanggan.

Orientasi pasar didefinisikan sebagai suatu proses membangkitkan dan

mengeluarkan intelligence pasar dengan tujuan untuk menciptakan nilai unggul

bagi pembeli (Lukas dan Ferrel, 2000:240). Menurut Lukas dan Ferrel (2000:240)

(5)

1. Orientasi Pelanggan

2. Orientasi Pesaing

3. Koordinasi interfungsional

Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua aktivitasnya

dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembelian dan pesaing pada

pasar yang dituju dan menyebarkannya melalui bisnis, sedangkan koordinasi

interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari

usaha bisnis yang terkoordinasi. Perusahaan yang memiliki orientasi pasar yang

kuat merupakan situasi yang terbaik bagi keberhasilan produk baru, tidak peduli

apapun lingkungan bisnisnya. Jadi terdapat hubungan yang erat antara orientasi

pasar dengan kinerja pemasaran (Lukas dan Ferrel, 2000:240).

Kebutuhan pelanggan terbatas pada produk yang sudah mereka kenal atau

produk yang berhubungan dengan mereka. Pelanggan tidak dapat melihat

dunianya melalui dunia teknologi dan oleh karena itu tidak mengetahui apa yang

mungkin secara teknologi dan pelanggan tidak mengetahui secara sempurna

tentang trend pasar yang terbaru. Perusahaan lebih suka meluncurkan produk baru

yang mempunyai kesamaan dengan lini produk yang sudah ada jika mereka

mengandalkan proses inovasi pada input pelanggan (Lukas dan Ferrel, 2000:240).

Perusahaan akan berhasil secara gemilang bila mereka secara cermat

memilih pasar – pasar sasarannya dan mempersiapkan program pemasaran yang

dirancang khusus untuk pasar tersebut. Selain itu dengan melakukan perencanaan

strategis yang berorientasi pasar, maka perusahaan akan dapat mencapai

tujuannya sesuai dengan sumber daya dan keahlian yang dimilikinya (Kotler,

(6)

Orientasi pesaing berarti bahwa perusahaan yang berorientasi pesaing sering

dilihat sebagai perusahaan yang mempunyai strategi bagaimana membagikan

informasi mengenai pesaing, bagaimana merespon tindakan pesaing, dan juga

bagaimana manajemen puncak di dalam mendistribusikan strategi pesaing (Narver

dan Slater dalam Anjas, 2007).

Orientasi pesaing pada intinya berpusat pada pertanyaan, “siapa saja yang

menjadi pesaing ?”, “teknologi apa yang ditawaran pada konsumen ?”, “apakah

mereka merupakan alternatif dari sudut pandang target konsumen kita ?” (Narver

dan Slater dalam Anjas, 2007). Aaker dalam Anjas (2007) menyatakan bahwa

orientasi pesaing berarti bahwa penjual memahami kekuatan jangka pendek dan

kelemahan serta kemampuan jangka panjang dan strategi baik dari pesaing kunci

saat ini serta pesaing potensial.

Koordinasi interfungsi merupakan kegunaan dari sumber daya perusahaan

yang terkoordinasi dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan yang

ditargetkan. Koordinasi interfungsional menunjukkan pada aspek khusus dari

struktur organisasi yang mempermudah komunikasi antar fungsi organisasi yang

berbeda. Koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan dan

pesaing serta terdiri dari upaya penyelarasan bisnis, serta melibatkan lebih dari

departemen pemasaran, untuk menciptakan nilai unggul bagi pembeli (Gatignon

dan Xuereb dalam Anjas, 2007).

Dengan adanya koordinasi interfungsional dapat mempertinggi komunikasi

dan pertukaran antara semua fungsi organisasi yang memperhatikan pelanggan

dan pesaing serta untuk menginformasikan trend pasar yang terkini. Hal ini

(7)

fungsional yang terpisah, yang pada akhirnya menimbulkan lingkungan yang

lebih mau menerima suatu produk yang benar–benar baru.

Jadi semakin baik orientasi pada pelanggan, maka perluasan lini akan

semakin diperkenalkan. Semakin baik orientasi pada pesaing, maka produk baru

akan semakin diperkenalkan. Semakin baik koordinasi interfungsional, maka

produk benar – benar baru akan semakin diperkenalkan (Lukas dan Ferrel,

2000:241).

Narver dan Slater dalam Anjas (2007), mendefinisikan orientasi pasar

sebagai budaya organisasi yang paling efektif dalam menciptakan nilai unggul

bagi pembeli serta kinerja dalam bisnis. Orientasi pasar merupakan budaya

perusahaan yang secara mendasar menetapkan prinsip perilaku organisasi

berkenaan dengan pelanggan, pesaing dan fungsi internal. Day dalam Anjas

(2007) menyatakan yang termasuk dalam orientasi pasar tidak hanya konsep

orientasi pelanggan tetapi juga konsep orientasi persaingan.

Menurut Narver dan Slater dalam Anjas (2007) orientasi pelanggan

diartikan sebagai pemahaman yang memadai tentang target beli pelanggan dengan

tujuan agar dapat menciptakan nilai unggul bagi pembeli secara terus menerus.

Pemahaman disini mencakup pemahaman terhadap seluruh rantai nilai pembeli,

baik pada saat terkini maupun pada perkembangannya pada masa yang akan

datang. Pemahaman yang menyeluruh terhadap rantai nilai pembeli dapat dicapai

melalui perolehan informasi tentang pelanggan dan pengetahuan terhadap

hambatan politis dan ekonomis yang dihadapi oleh setiap tingkatan dalam seluruh

distribusi. Pemahaman menyeluruh seperti ini menjadikan penjual memahami

(8)

yang akan datang, apa yang diinginkan mereka pada saat ini dan pada saat

mendatang, serta apa yang dirasakan mereka pada saat ini dan pada saat

mendatang.

Menurut Esteban et al dalam Nur dkk (2004:51) menyatakan orientasi pasar

bukan hanya membuat referensi pilihan menjadi nyata tetapi juga menjadikan

pelanggan menjadi potensial. Orientasi pasar terbagi dalam tiga dimensi yaitu

orientasi pada pelanggan, pembagian informasi pasar dan koordinasi antar fungsi

dalam perusahaan, yang keputusannya akan bermuara pada fokus jangka panjang

dan peningkatan keuntungan (Nur dkk, 2004:51).

Penelitian ini, untuk variabel orientasi pasar akan digunakan 3 indikator

berdasarkan indikator menurut Nur dkk (2004:55), yaitu :

1. Orientasi Pelanggan

2. Penyerbaran Informasi pasar

3. Koordinasi Antar Fungsi

2.4. Kelengkapan Produk

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan. Produk adalah sesuatu yang kompleks, baik dapat

diraba (barang), maupun tidak (jasa) dan jenis – jenis produk dapat dibagi

berdasar berbagai macam kriteria. Klassifikasi produk adalah sebagai berikut

(Astrid, 2010) :

1. Barang Konsumen

a. Convenience Goods, yaitu barang yang dibeli konsumen dalam frekuensi

(9)

yang minimum dalam membandingkan dan pembeliannya. Barang ini

diperlukan setiap hari dan didistribusikan secara luas, lebih laku, dan

mudah diperoleh. Jenisnya :

1) Staples goods adalah barang yang dibeli konsumen secara reguler

atau rutin

2) Impluse goods adalah barang yang dibeli tanpa perencanaan terlebih

dulu

3) Emergency goods adalah barang yang dibeli karena kebutuhan yang

sangat mendesak

b. Shopping goods, yaitu barang yang dalam proses pemilihan dan

pembeliannya dibandingkan dengan karakteristiknya untuk melihat

kecocokan, baik dalam bentuk model, mutu, harga dan lainnya

c. Specialty goods, yaitu barang yang memiliki karakteristik unik atau

identifikasi merek yang sedemikian rupa sehingga untuk

mendapatkannya pembeli bersedia membayar dengan harga mahal

d. Unsought goods, yaitu barang – barang yang tidak diketahui konsumen

ataupun sudah diketahui, namun belum terpikirkan untuk membeli,

karena tingkat pemakaiannya yang sangat jarang.

2. Barang Industri, yaitu barang – barang yang dikonsumsi oleh industriawan

(konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain untuk

digunakan secara langsung, juga :

a. Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali

(10)

b. Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa melakukan transformasi

fisik (proses produksi)

Kelengkapan produk menurut Engel dalam Astrid (2010) adalah

kelengkapan produk yang menyangkut kedalaman, luas dan kualitas produk yang

ditawarkan, juga ketersediaan produk tersebut setiap saat di toko. Sedangkan

Gasperz dalam Astrid (2010) menyatakan bahwa produk menyangkut lingkup

pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer

lainnya. Dengan semakin tingginya tingkat keinginan konsumen untuk dapat

memenuhi banyak kebutuhannya di satu tempat, maka tuntutan akan kelengkapan

produk juga semakin meningkat. Sedangkan Swastha dan Irawan (2002)

berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi loyalitas adalah harga,

penggolongan dan keragaman barang, lokasi penjual yang strategis dan mudah

dicapai, desain fisik toko, service yang ditawarkan pada pelanggan, kemampuan

tenaga penjual dan pengiklanan serta promosi di toko.

Menurut Swastha dan Handoko dalam Astrid (2010) bahwa motivasi

seseorang dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh kelengkapan produk,

meliputi mutu dan ketersediaan produk. Ketersediaan ini dapat diukur melalui

presentase kebutuhan produk yang langsung bisa dipenuhi (service level) dan

biaya – biaya persediaan yang timbul. Kedua hal ini merupakan dua hal yang

saling berlawanan.

Kelengkapan produk juga perlu memperhatikan kesesuaian dan

keistimewaan. Kesesuaian produk berarti ukuran sejauh mana jenis dan sifat

produk yang ditawarkan perusahaan mendekati standar yang dituju. Hal ini

(11)

spesifikasi. Keistimewaan merupakan kiat kompetitif untuk membedakan produk

perusahaan (Kotler, 2001).

Konsumen cenderung memilih pasar swalayan yang menawarkan produk

yang bervariasi dan lengkap menyangkut kedalaman, luas dan kualitas keragaman

barang yang ditawarkan perusahaan (Raharjani, 2005:6). Indikator empiris dari

kelengkapan produk adalah 1) kelengkapan produk yang dijual, 2) variasi produk

yang dijual, dan 3) ketersediaan produk yang dijual.

2.5. Efektivitas Saluran Distribusi

Saluran distribusi adalah jaringan organisasi yang melakukan fungsi-fungsi

yang menghubungkan produsen dengan konsumen dimana mereka terdiri dari

berbagai lembaga yang saling bergantung dan saling berhubungan yang berfungsi

sebagai suatu sistem jaringan yang secara bersama-sama berusaha menghasilkan

dan mendistribusikan produk kepada konsumen (Louis W.Stern 1989 dalam

Kusumawardhani, 2002:81).

Pemilihan saluran distribusi bukanlah merupakan suatu kebutuhan mudah

karena kesalahan dalam penentuan saluran distribusi dapat menggagalkan tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Penentuan saluran distribusi dan strateginya

merupakan salah satu keputusan penting, karena agen perusahaan akan menjadi

perwakilan citra perusahaan di mata konsumen. Saluran distribusi efektif

memerlukan kebijakan yang berkaitan dengan bagaimana membawa produk yang

tepat ke pasar target.

Narus dan Anderson dalam Astrid (2010) menyatakan saluran distribusi

juga disebut sebagai rangkaian aktivitas dari produsen ke konsumen dimana

(12)

produk dari perusahaan, distributor, sampai ke pasar sehingga konsumen dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Saluran distribusi bertujuan untuk

mencapai pasar tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa pasar adalah tujuan

akhir dari setiap saluran distribusi. Ada dua kegiatan yang dilaksanakan saluran

distribusi, yaitu mengadakan penggolongan dan mendistribusikannya (Astrid,

2010).

Kesuksesan perusahaan dalam memasarkan produknya tidak terlepas dari

pemilihan strategi distribusi produk yang digunakan. Tidak efektifnya strategi

distribusi yang digunakan, maka berpotensi berdampak pada kelangkaan produk

tersebut dipasar, tingkat kepuasan pelanggan menurun, dan persepsi kemudahan

mendapatkan produk menghilang. Kerugian bagi perusahaan adalah kemungkinan

masuknya ancaman dari pesaing yang memanfaatkan peluang dari langkanya

barang di pasar atau adanya barang subtitusi sehingga pelanggan beralih ke

produk tersebut. Akibatnya produk yang diproduksi tidak memberi keuntungan

apapun bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut Narus dan Anderson dalam Astrid (2010) untuk mengetahui

efektivitas saluran distribusi dapat dilakukan melalui :

1. Frekuensi pemesanan

Keterbatasan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dapat

dilakukan dengan kerja sama antara perusahaan pada saluran distribusi.

Semakin efektif saluran distribusi dikarenakan kerjasama yang terjalin, akan

(13)

2. Ketepatan waktu

Perencanaan ini meliputi perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman,

memonitor service level di tiap pusat distribusi, dan lain – lain. Ketepatan

waktu menjadi penting karena kesalahan dalam penjadwalan, apakah itu

terlalu cepat, maupun terlalu lama, mengakibatkan kerugian bagi kedua belah

pihak.

3. Pengorganisasian

Organisasi yang baik, yang dilakukan pada setiap level, dimulai sejak

bagaimana memilih saluran distribusi yang tepat, menyatukan kepentingan

antara saluran distribusi dengan penjual, serta bagaimana menjalin hubungan

yang baik antara keduanya, sehingga akan berdampak positif pada

pertumbuhan pelanggan (Butary & Lawrence dalam Wibowo, 2006).

Namun Kusumawardhani (2002:81) menggunakan tiga indikator untuk

mengukur efektivitas saluran distribusi sebagai berikut:

1. Ukuran lot (menyeluruh)

Yaitu produk tersedia dengan jumlah sesuai volume yang diinginkan oleh

pelanggan. Ini tentu akan sangat menentukan komprehensif pemasaran

produk-produk untuk setiap varietasnya.

2. Ketepatan waktu pengiriman

Indikasi yang menunjukkan ketersediaan produk di outlet sesuai keinginan

pelanggan dalam dimensi waktu yang semestinya. Ini erat kaitannya dengan

(14)

pindah pelanggan pada outlet atau produk akan dapat berfungsi secara

optimal

3. Kecepatan pencarian produk

Ini diidentikkan dengan kecepatan atau waktu yang dibutuhkan pelanggan

untuk mendapatkan suatu produk, di masa semakin cepat menunjukkan

semakin efektif saluran distribusi.

Jaringan distribusi yang terintegrasi dan didasarkan pada komitmen antara

perusahaan dengan agennya akan menjadi kekuatan perusahaan yang kompetitif.

Perusahaan dan penjual akan sama – sama melakukan tindakan – tindakan yang

diperlukan secara terkoordinasi dan bersama – sama dalam rangka pencapaian

keberhasilan distribusi suatu produk.

2.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir sama dengan kerangka bangun dari penelitian yang akan

dilakukan. Hubungan yang terjadi antara variabel, baik variabel yang terikat

maupun variabel yang tidak terikat akan tampak pada kerangka berpikir ini. Hal

ini sesuai dengan pendapat dari Sugiono (2006:49) yang memberikan pengertian

kerangka berpikir, “yaitu merupakan sintesa tentang hubungan antara variable

yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan”. Hubungan variabel

yang terjadi, dihubungkan melalui indikator–indikator dari setiap variabel.

Untuk memberikan gambaran tentang kerangka berpikir pada penelitian ini,

(15)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Orientasi pasar berpengaruh terhadap kinerja pemasaran secara keseluruhan,

keberhasilan produk baru, dan perubahan relatif dalam pangsa pasar juga

dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Sinkula, (1999).

Namun demikian, pengaruh positif market orientation tersebut harus disertai

dengan adanya kemampuan belajar yang tinggi. Dengan kata lain, kualitas dari

perilaku yang berorientasi pasar akan meningkat apabila anggota organisasi

meningkatkan orientasi belajar yang pada akhirnya akan berdampak pada

meningkatnya kinerja, keberhasilan produk baru, dan pangsa pasar.

Soehadi (2002) menyatakan bahwa kinerja pemasaran suatu perusahaan

memang tidak hanya diukur oleh indikator finansial, melainkan juga indikator non

finansial, seperti produktivitas tenaga kerja, market share, stock age, dan lain

lain, termasuk kelengkapan produk yang mengandung selling space, dan

Mustamu (2000) menyatakan bahwa strategi kelengkapan produk menjadi salah

satu critical success factors yang bisa mendorong kinerja pemasaran.

Pemahaman distributor akan kebutuhan penjual mempengaruhi

pertumbuhan pangsa pasar melalui pembentukan hubungan pembeli dan penjual

yang kuat sehingga meningkatnya proporsi kinerja pemasaran produk kepada

konsumen. Pemilihan saluran distribusi yang tepat menyatukan kepentingan

Orientasi Pasar (X1)

Kelengkapan Produk (X2)

Efektivitas Saluran Distribusi (X3)

(16)

antara distributor dengan outlet dalam saluran distribusi serta menjaga kerja sama

akan berdampak pada peningkatan pangsa pasar yang merupakan salah satu

dimensi dari kinerja pemasaran. Dengan demikian kinerja pemasaran ditentukan

salah satunya oleh saluran distribusi, semakin efektif saluran distribusi maka

berdampak pada peningkatan kinerja pemasaran perusahaan.

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kepada penjelasan – penjelasan sebelumnya, maka dapat

ditentukan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Orientasi Pasar terhadap Kinerja

Pemasaran pada PT. Alfa Scorpii Medan

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kelengkapan Produk terhadap

Kinerja Pemasaran pada PT. Alfa Scorpii Medan

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Saluran Distribusi terhadap Kinerja

Pemasaran pada PT. Alfa Scorpii Medan

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Orientasi Pasar, Kelengkapan

Produk dan Saluran Distribusi terhadap Kinerja Pemasaran pada PT. Alfa

Gambar

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain; (1) pendapatan yang direncanakan merupakan

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

Metode yang dipergunakan dalam kerja praktek yaitu berupa jenis data, antara lain: data primer (sistem pemberian kredit PT Bank Tabungan Negara (Persero)), data sekunder (teori

Dengan melakukan registrasi ini, pemberi kerja akan mendapatkan username dan password untuk dapat login dan dapat melihat data pencari kerja serta dapat melakukan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Salah satu kekurangan dari metode maserasi adalah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambahkan komponen pada sistem pengenalan suara yang dapat menangani masalah pendiktean waktu nyata, dalam hal ini adalah

Kecemasan menghadapi dunia kerja adalah perasaan khawatir yang dialami seseorang ketika memasuki dunia kerja Biasanya kecemasan ini dialami bagi mereka yang baru saja