BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik sehingga
terjadi perubahan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran atau psikomotor,
dan sikap atau afektif (Rahyubi, 2011). Guru harus dapat melakukan
pembelajaran yang efektif agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran
di kelas baik secara individu atau kelompok. Menurut Hamalik (2011),
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Pengalaman belajar siswa itu dapat diperoleh jika siswa itu
sendiri aktif bereaksi terhadap lingkungan.
Proses pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru sebaiknya
menekankan pada aktivitas belajar siswa dan akademik siswa di dalam kelas.
Aktivitas belajar yang dimaksud meliputi aktivitas jasmaniah dan mental
(Dimyati, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung
melalui penggunaan dan meningkatkan aktivitas belajar, agar siswa mampu
berperan aktif di kelas. Menurut Sanjaya (2007) aktivitas merupakan
keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung dalam
pembentukan sikap dan nilai.
Aktivitas belajar yang perlu ditekankan selama proses pembelajaran
yaitu pemberian pengalaman langsung, dikarenakan siswa perlu dibantu
untuk meningkatkan aktivitas belajar. Menurut Rahyubi (2012) aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar, sedangkan menurut Hamalik (2010), adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek
tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, pengertian, kebiasaan, apresiasi,
emosional, keterampilan, emosional, hubungan sosial, budi pekerti, jasmani,
dan sikap. Sependapat dengan hal tersebut, ada pula yang mengelompokkan
aktivitas belajar menjadi 2 yakni aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik
ialah siswa gerak aktif yang menggunakan anggota tubuhnya, membuat
sesuatu, bermain atau bekerja, selain itu siswa tidak hanya duduk,
mendengarkan, dan melihat dengan pasif. Oleh karena itu kegiatan aktivitas
secara fisik dapat terlihat secara lahiriah, sedangkan aktivitas psikis dapat
terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya, seperti siswa
mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan,
mengasosiasikan ketentuan yang satu dengan yang lain. Aktivitas psikis ini
dapat terlihat apabila siswa sedang mengamati dengan teliti, memecahkan
persoalan, dan mengambil keputusan.
Aktivitas pembelajaran dapat dilakukan oleh siapapun yang berminat,
adalah seorang pembelajar dalam lingkup dengan caranya masing-masing
(Rahyubi,2012). Menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik, 2011 membagi
aktivitas belajar ke dalam beberapa kelompok, yaitu: Kegiatan visual, yang
termasuk di dalam kegiatan visual diantaranya membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, kegiatan lisan (oral),
yang termasuk di dalamnya antara lain mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, kegiatan mendengarkan, yang termasuk di
dalamnya antara lain mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi, kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara
lain menulis cerita, menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes,
dan mengisi angket, kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya
antara lain menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola,
kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun, kegiatan mental, yang
termasuk di dalamnya antara lain merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, melihat, kegiatan emosional, yang termasuk di
dalamnya antara lain minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Pada umumnya, proses pembelajaran di sekolah seringkali
menimbulkan permasalahan, baik dari guru maupun siswa. Salah satu
permasalahan yang sering timbul di sekolah adalah mengenai kurangnya
terutama IPA. Di sini peran guru hanya mengutamakan menyampaikan materi
yang hanya terdapat dibuku sedangkan aktivitas siswa didalam kelas kurang
mendapatkan perhatian. Akibatnya, kebanyakan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran hanya mendengarkan saja tanpa melakukan suatu
aktivitas apapun contohnya tidak berperan aktif ketika berdiskusi, lebih
banyak menghafalkan materi pembelajaran yang diberikan, tidak
memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran, tidak berani
menanggapi pendapat teman, dan seringkali tidak mengerjakan tugas di
rumah. Kondisi seperti inilah yang dapat menyebabkan melemahnya kualitas
pembelajaran, padahal proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas
seharusnya diimbangi dengan aktivitas siswa untuk mendengarkan penjelasan
guru, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru
tentang hal-hal yang belum jelas.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan kepada guru kelas
VII SMPN 3 Purwokerto, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA di SMP
tersebut masih tergolong rendahnya aktivitas belajar siswa, contohnya yang
sering terjadi di dalam proses pembelajaran yaitu seperti siswa pasif dalam
mengikuti proses pembelajaran, siswa jarang untuk menyampaikan pendapat,
kurangnya minat siswa dalam belajar, kurangnya persepsi siswa terhadap
materi IPA. Hal ini disebabkan oleh pembelajarannya masih berpusat kepada
guru (teacher centered) guru aktif sedangkan siswa cenderung pasif dalam
tidak menggunakan metode yang menarik, sehingga menimbulkan rendahnya
aktivitas belajar di dalam kelas.
Menurut Sudjana (1989) faktor–faktor yang mempengaruhi rendahnya
aktivitas belajar siswa salah satunya adalah metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Contohnya
seperti guru hanya menuntut agar siswa dapat memahami materi yang telah
diberikan sedangkan sebagian dari siswa ada yang belum memahami materi
pembelajaran tersebut. Menurut Sanjaya (2007), permasalahan yang sering
muncul dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia ialah kurang
aktif atau suasana kelas cenderung pasif, misalnya siswa kurang aktif
bertanya, berdiskusi, dan melakukan percobaan.
Permasalahan rendahnya aktivitas belajar siswa memang tidak bisa
dipisahkan oleh peran guru dalam mengajar IPA di kelas. Pembelajaran IPA
di kelas masih dilakukan secara teacher centered atau pembelajaran masih
berpusat kepada guru (Fatmawati dalam Ningsih:2013). Berdasarkan hasil
observasi di SMP Negeri 3 Purwokerto, cara guru mengajar di dalam kelas
hanya terfokus dengan buku pelajaran dan tanya jawab tanpa menggunakan
metode yang bervariasi. Adapun beberapa dampak dari rendahnya aktivitas
pembelajaran siswa di dalam kelas apabila tidak ditingkatkan seperti
mengakibatkan siswa menjadi pasif di dalam kelas, kurangnya diskusi, dan
siswa lebih banyak ngobrol dengan temannya.
Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan proses pencarian
siswa tidak hanya memahami produk-produk sains, tetapi juga diharapkan
dapat terampil meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran IPA dituntut keterlibatan siswa secara aktif. ( Trianto, 2011).
Permasalahan mengenai rendahnya aktivitas belajar siswa seharusnya
cepat untuk diselesaikan, agar kemampuan aktivitas belajar siswa dapat
ditingkatkan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA perlu adanya model
pembelajaran yang menarik agar siswa antusias dan tertarik untuk
mempelajari dan memahami mata pelajaran tersebut. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kurang aktifnya siswa
selama proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (Handoko, 2010).
Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah metode pembelajaran
yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan
sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
(knowledge) baru. Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah
di dunia nyata (Sudarman, 2007). PBL memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut: belajar dimulai dari suatu permasalahan, memastikan
permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata pembelajaran,
mengorganisasikan pelajaran diseputar permasalahan, bukan di seputar
disiplin ilmu, memmberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pembelajar
kelompok kecil, dan menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang
mereka pelajari dalam bentuk produk kinerja (performance) (Lestari, 2011).
Dengan demikian, siswa diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran secara
bertahap dan efektif.
Dengan penerapan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Penyajian materi pembelajaran diberikan pada masalah-masalah nyata
dalam kehidupan, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengetahui
bagaimana cara memahami materi tersebut. Hal ini akan menimbulkan rasa
penasaran siswa dan akan meningkatkan aktivitas siswa, sehingga muncul
keaktifan dari diri siswa untuk memecahkannya.
Dalam permasalahan di atas, peneliti menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning sebagai solusinya, sebab dalam
metode pembelajaran ini siswa dituntut aktif dan bertanggung jawab secara
individu maupun kelompok. Penggunaan metode inilah yang akan diteliti
terhadap siswa SMP Negeri 3 Purwokerto, untuk melihat seberapa besar
pengaruhnya pada aktivitas belajar siswa serta dalam meningkatkan aktivitas
pembelajaran dilihat dari sikap tanggung jawab, bekerjasama dan peduli.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil rumusan masalah dalam
penelitian ini apakah pengaruh pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran pbl pada mata pelajaran ipa dapat meningkatan aktivitas belajar
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
pbl pada mata pelajaran ipa terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas
VII SMPN 3 Purwokerto tahun ajaran 2014/2015
1.4 Manfaat penelitian
Pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning
diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi perorangan maupun
instansi di bawah ini.
1. Manfaat bagi siswa
a. Aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok
meningkat.
b. Dapat meningkatkan hubungan sosial yang baik antara pribadi siswa
yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
c. Keberanian siswa mengungkapkan pertanyaan, dan pendapat
meningkat
d. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
biologi
2. Manfaat bagi guru
a. Sebagai bahan masukan bagi bidang dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran.
c. Dapat memperoleh strategi pembelajaran yang bervariasi untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran dikelas.
3. Manfaat bagi sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah sebagai masukkan dan perbaikan
proses pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki kualitaas
pembelajaran pada khusunya dan memperbaiki kualitas sekolah tersebut
pada umumnya.
1.5 Hipotesis Penelitian
Menurut Riduwan (2011), maka hipotesis penelitiannya adalah:
1. H0: = : Tidak ada pengaruh antara pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning dengan pe
2. nanaman karakter peserta didik.
3. Ha: ≠ : Ada pengaruh antara pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan penanaman karakter
peserta didik
Keterangan :
- H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel, artinya bahwa tidak
terdapat pengaruh antara pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning dengan penanaman karakter
peserta didik.
- H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel, artinya bahwa terdapat
pengaruh antara pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan penanaman