• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - UPAYA MENINGKATKAN AFEKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) DI KELAS V SD N 3 TAMBAKSOGRA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - UPAYA MENINGKATKAN AFEKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) DI KELAS V SD N 3 TAMBAKSOGRA - repository perpustakaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta didik sebagai bekal untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dimasa yang akan datang. Terlebih pada era globalisasi saat ini yang menuntut adanya persaingan potensi dan keterampilan yang ada dalam diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dalam Elmubarok (2008: 2) tentang Sistem pendidikan Nasional Bab I pasal I dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana.Pendidikan tidak sekedar untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun hal terpenting adanya proses pendidikan adalah pengembangan potensi dan keterampilan serta pembentukan akhlak dalam diri peserta didik.

(2)

memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan :

“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan ketakwaan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan undang-undang”.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang cerdasserta menciptakan pribadi yang berbudi pekerti luhur. Pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan dengan adanya proses kegiatan pembelajaran di sekolah yang terbagi dalam beberapa mata pelajaran salah satunya adalah matematika.

Matematika dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu pelajaran yang menyenangkan jika dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif. Departemen pendidikan nasional (2009: 1) matematika merupakan mata pelajaran yang menggunakan konsep abstrak. Mengajarkan konsep abstrak bukanlah suatu hal yang mudah.Dibutuhkan adanya ketelitian dan ketekunan dalam proses pembelajaran matematika, agar kekeliruan saat penyampaian materi dapat diminimalisir. Daya tangkap peserta didik akan berbeda dengan apa yang disampaikan oleh guru yang berakibat pada hasil belajar peserta didik.

(3)

konsep abstrak. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget dalam Heruman (2007: 1) bahwa peserta didik berada pada fase operasional konkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang konkret, misalnya ketika belajar matematika guru harus mengkaitkan materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan peneliti pembelajaran matematika di sekolah saat ini sudah menggunakan pembelajaran yang inovatif yaitu dengan metode diskusi dan ceramah. Namun dalam pelaksanaannya metode tersebut belum berjalan dengan maksimal. Ketidakmaksimalan penggunaan metode tersebut akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SD N 3 Tambaksogra, hasil belajar belajar matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini dibuktikan ketika peneliti melihat hasil ulangan tengah semester peserta didik kelas V di SD N 3 Tambaksogra, menunjukkan bahwa 16 dari 29 peserta didik masih dibawah nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 65.

(4)

kurang mendapat perhatian. Begitupun saat pembuatan kelompok, peneliti menjumpai bahwa dalam pembagian kelompok belum kondusif.

Proses pembagian kelompok tersebut dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta didik sesuai dengan tempat duduknya, pengelompokan seperti ini tidak memperhatikan tingkat pemahaman konsep peserta didik. Sehingga, pengelompokan kelompok belajar ini, menurut peneliti kurang kondusif karena tidak dikelompokkan secara heterogen. Pengelompokkan yang heterogen yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengelompokan secara acak dimana terdapat peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda, agar dalam satu kelompok tersebut terdapat peserta didik yang pintar dan kurang pintar. Pengelompokkan peserta didik secara heterogen ini bertujuan untuk saling berbagi pengetahuan antar peserta didik pada materi tertentu yang berdampak pada hasil belajarnya.

Berdasarkan pengamatan di atas, perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran agar peserta didik dengan hasil belajar rendah dapat ditangani dengan baik. Penanganan pada persoalan yang dialami peserta didik seperti kasus di atas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik mendapat perhatian yang sama. Salah satu metode yang dinilai mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan adalah model pembelajaran kooperatif.

(5)

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang yang struktur kelompok bersifat heterogen. Menurut Sanjaya dalam Rusman (2006: 203) pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dilakukan secara berkelompok. Model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model Teams Games Tournamen (TGT). Tipe ini merupakan model pembelajaran yang

menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 peserta didik yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam permainan ini setiap Peserta didik yang bersaing merupakan wakil dari kelompok. Peserta didik yang mewakili kelompok, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. Setelah permainan selesai guru menghitung nilai skor dari masing-masing kelompok. Selanjutnya guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki skor tertinggi. Peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe TGT karena peneliti ingin meningkatkan antusias peserta didik dalam proses pembelajaran dengan cara proses pembelajaran menggunakan permainan yang edukatif.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Afektif dan Prestasi Belajar Matematika

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas memunculkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada materi pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dapat meningkatkan afektif peserta didik ?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu 1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas V SDN 3 Tambaksogra sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terjadi secara optimal dan mampu menjadi pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik sehingga dapat berguna bagi peserta didik pada masa yang akan datang.

2. Tujuan khusus

(7)

D. Manfaat Penelitian

Peneliti melakukan kegiatan mempunyai tujuan tertentu, sehingga kegiatan yang dilakukan memiliki manfaat, baik untuk diri sendiri maupun pihak lain. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Turnamen) adalah sebagai berikut :

1. Bagi peserta didik adalah :

a. Peserta didik dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan afektif peserta didik pada mata pelajaran Matematika.

b. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 2. Bagi guru adalah :

a. Guru dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam meningkatkan afektif dan

prestasi belajar matematika. 3. Bagi sekolah adalah :

a. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar Matematika kelas V SDN 3 Tambaksogra.

(8)

4. Bagi peneliti adalah :

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pada saat pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jika tidak

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh dari penerapan positive reinforcement terhadap self efficacy akademik dan gender anak usia diniv. Kata Kunci

2009, Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan Warna Dasar Penyusun RGB Dengan Sensor TCS230 Colour Detector Device Based of Basic Composer RGB by TCS230 Censor.. Yogyakarta, 14

Adapun Panitia Penilai naskah disertasi yang kami usulkan terdiri dari:. sebagai Ketua merangkap

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

NO NAMA PESERTA TGL... NO NAMA

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar saudara dapat hadir dan membawa dokumen asli sesuai dengan yang di upload pada website :hhtp/www.lpse.sumsel.polri.go.id

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”