• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH WAJAH TERHADAP KESEHATAN KULIT DI SMU NEGERI 1 MEULABOH TAHUN 2013 - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH WAJAH TERHADAP KESEHATAN KULIT DI SMU NEGERI 1 MEULABOH TAHUN 2013 - Repository utu"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ACEH BARATTAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

ACEH BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

MEULABOH TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

MESAL FRANSISKA NIM: 06C10104334

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

(4)

MEULABOH TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

MESAL FRANSISKA NIM: 06C10104334

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

(5)

1 1.1. Latar Belakang

Kosmetik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Produk-produk kosmetik tersebut dipakai secara berulang setiap hari, sehingga diperlukan persyaratan yang aman untuk dipakai (Kusantati , 2008).

Di Indonesia pada saat ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh para wanita adalah produk bleaching cream yang dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling dan pengujian kosmetik di Indonesia tahun 2005 oleh Media Konsumen terhadap 10.896 sampel kosmetik menunjukkan bahwa terdapat 124 sampel kosmetik yang tidak memenuhi syarat, diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan dilarang terutamaHidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah.

(6)

“Masyarakat saat ini tampaknya masih belum begitu paham akan risiko

penggunaan kosmetik sehingga masih saja muncul kasus-kasus kelainan kulit karena penggunaan kosmetik yangsalah dan berlebihan,” kata Fajar Waskito, staf pengajar Fakultas Kedokteran UGM.

Menurutnya, sangat diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk memberikan sosialisasi tentang pengetahuan yang benar dan sikap yang positif kepada masyarakat tentang penggunaan kosmetik serta efek samping yang ditimbulkan. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih selektif memilih dan memakai kosmetik serta menggunakannya dengan tepat sesuai aturan (UGM, 2012)

Penggunaan Merkuri sebagai bahan pemutih merupakan satu yang masih tersisa dan kendati menyalahi aturan, masih tetap saja dipasar-bebaskan sebagai bahan berkhasiat dalam krim pemutih kulit. Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin tak mencantumkannya pada labelnya) bisa menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu lama. Penggunaan Merkuri walau tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan (yang ditemukan dalam ikan yang tercemar dan termakan), tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah.

(7)

sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit gangguan otak. Bagi mereka yang memakai krim pemutih sebaiknya perlu selalu mewaspadai jika tidak jelas apa kandungan bahan kimiawinya (Deviana, 2009).

Kepala Badan POM mengeluarkan surat Public Warning/Peringatan No. KH.00.01.43.2503 tahun 2006 tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang, termasuk Hidroquinon, dimana penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati (Dirjen POM RI, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan di salah satu pusat kebugaran di kota Medan menunjukkan sebanyak 46,31% responden ternyata menggunakan kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya yaitumercuri. Dan sebesar 75,79% responden yang menggunakan kosmetika pemutih adalah perempuan, hal ini berkaitan bahwa tubuh, kosmetik dan kecantikan merupakan tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain membentuk satu kesatuan representasi akan kesempurnaan perempuan. Bahkan untuk mencapai kesempurnaannya perempuan terkadang mengabaikan bahaya yang mengancam dari pemakaian kosmetika pemutih yang bahan berbahaya tersebut dan cenderung tidak percaya (Purnamawati, 2009).

(8)

diantaranya menggunakan kosmetik pemutih agar kulit mereka lebih tampak putih dan berseri, sedangkan 3 siswi lainnya menyatakan menggunakan kosmetik karena kurang percaya diri dengan warna kulit mereka saat ini.

Kemudian dari hasil wawancara mengenai pengetahuan siswi-siswi tersebut tentang bahaya penggunaan kosmetik pemutih, 7 orang dari mereka mengatakan belum tahu tentang bahaya dari sebahagian jenis kosmetik pemutih. Informasi tentang bahaya kosmetik pemutih tersebut mereka peroleh dari teman-teman di sekolah. Sedangkan 3 orang siswi yang lainnya belum tahu sama sekali tentang bahaya dari penggunaan kosmetik pemutih tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil wawancara awal peneliti dengan beberapa orang siswi SMUN 1 Meulaboh yang menggunakan kosmetik pemutih, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 Meulaboh Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih wajah terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 Meulaboh Tahun 2013”.

1.3. Tujuan Penelitian : 1.3.1. Tujuan Umum :

(9)

1.3.2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih wajah terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 Meulaboh

b. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih wajah terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 Meulaboh.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis :

a. Bagi Peneliti sendiri :

Untuk Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian kesehatan masyarakat

b. Bagi penelitian selanjutnya :

Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai dampak dari penggunaan kosmetik dikalangan siswi SMU

1.4.2. Manfaat Aplikatif : a. Bagi responden :

(10)

b. Bagi lokasi penelitian :

(11)

7 2.1. Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiranpedan

an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses (Suhartono, 2009). Menurut

Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

2.1.1. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(12)

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

(13)

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo 2007),

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai satu dan jika salah diberi nilai nol. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya dalam bentuk persentase.

2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

(14)

2.2.1. Komponen Sikap

Sikap memiliki 3 komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak(tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2. Tingkatan Sikap a. Menerima(receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon(responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai(valuving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu maslah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab(responsible)

(15)

2.3. Kosmetik

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2006).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan

menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya.

(16)

penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup. Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam, pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari.

Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220 tahun 1976 Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan diletakkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.

(17)

menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Sekarang ini telah banyak produk kosmetik yang beredar di pasaran dengan berbagai macam merek dan bentuk.

Kosmetik tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda, seperti halnya kosmetik penghilang bau badan yang kini dibuat dengan berbagai bentuk, misalnya parfum berbentuk spray yang penggunaannya dengan cara disemprotkan,splash colognedengan bentuk cair yang penggunaanya dengan cara dipercikkan dan deodorant berbentuk roll on yang penggunaannya dengan cara dioleskan (Tranggono dkk, 2007).

2.3.1. Proses Pemutihan Kulit dengan Kosmetik

Pemutihan kulit terjadi melalui proses pengurangan konsentrasi melanin (zat warna kulit). Pemutihan kulit yang dapat mengurangi atau membatasi produksi melanin pada umumnya bekerja dengan cara menghambat pembentukan suatu zat tyrosinase. Perawatan ini yang terbanyak berupa lotion topikal atau gel berisi bahan-bahan penghambat melanin danretinoid. Bisa juga digunakan bahan-bahan alami atau metode laser, tentunya dengan mempertimbangkan respon terapi. Berikut ini bahan-bahan kimia penghambat pembentukan melanin seperti Mercury, Hydroquinone, Bahan alternatif hydroquinone, Arbutin, Tretinoin,

Alpha hydroxy acids, Kojic acid, Azelaic acid, Vitamin C (Djajadisastra, 2006).

2.3.2. Kandungan Zat Berbahaya dalam Kosmetik

Kandungan kimia yang berbahaya dalam kosmetik, yaitu : a. Mercury

(18)

awalnya memakai bahan alami. Akibat yang ditimbulkan merkuri dalam kosmetik berbahaya antara lain : alergi, perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam pada kulit, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal, gangguan perkembangan janin dan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal.

Inilah mengapa pemakaian merkuri dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun dan menjadikan sebuah produk masuk daftar kosmetik berbahaya, dan menjadikan sebuah produk kosmetik berbahaya untuk digunakan jangka pendek ataupun panjang.

b. Hidrokinon

Hidrokuinon (Hydroquinone) termasuk golongan obat keras dan masuk golongan senyawa kimia yang bersifat larut air, dan banyak sekali dipakai pada kosmetik berbahaya. Hidrokinon banyak digunakan pada produk kosmetik, karena sifatnya sebagai antioksidan, berperan dalam proses penghambatan melanogenesis (proses pembentukan melanin) sehingga mengurangi warna gelap pada kulit. Namun demikian tetap tidak bisa merubah kosmetik berbahaya menjadi layak digunakan dengan pengaruh positifnya tersebut. Bahaya kosmetik berbahan kimia kadang lebh buruk dari yang dibayangkan. Dalam dunia industri hidrokinon digunakan untuk pewarna rambut, cat kuku, senyawa untuk produksi cat, bahan bakar minyak serta pernis, dan banyak sekali pada produk kosmetik berbahaya.

(19)

sejumlah penyakit, sepertiVitiligo(pigmen kulit hilang sehingga terbentuk area putih seperti panu) hingga Okronosis atau kulit yang berubah hitam atau biru. c. Rhodamin-B

Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri kertas dan tekstil. Seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol, rhodamin B juga bersifat polar dan sangat banyak digunkan pada jenis produk yg masuk kategori kosmetik berbahaya. Adanya gugus COOH dan lonepair pada atom O serta N membuat kepolarannya tidak diragukan lagi. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna kosmetik dan makanan. Itulah mengapa, jika terdapat zat ini, sudah pasti masuk golongan kosmetik berbahaya.

Rhodamin B sangat berbahaya jika mengenai kulit, terhirup, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa: iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati. Itu hanya sebagian hal yang buruk akibat penggunaan kosmetik berbahaya.

d. Asam Retinoat / Tretinoin / Retinoic Acid (Retin–A)

(20)

Pada penggunaan topical asam retinoat dalam kosmetik berbahaya, dapat menyebabkan iritasi kulit terutama buat yang berkulit sensitif. Sedangkan pada penggunaan sistemik (misalnya peroral) asam retinoat memiliki efek teratogenik, yaitu menyebabkan abnormalitas perkembangan janin dalam kandungan. Serta dapat menyebabkan berbagai bentuk malformasi/kecacatan pada janin (Badan POM RI, 2008).

Berikut ini adalah daftar kosmetik yang mengandung mercury yang pernah ditarik dari peredaran berdasarkan surat keputusan dari Kepala BPOM RI : 1. Doctor Kanaya whitening day cream. Produsen : CV. Estetika Karya Pratama,

Jakarta. Positif mengandungmercury.

2. Doctor Kanaya whitening night cream. Produsen : CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta. Positif mengandungmercury.

3. Blossom day cream. Produsen : CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta. Positif mengandungmercury.

4. Blossom night cream. CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta. Positif mengandungmercury.

5. Locos anti flek vit E dan herbal. Prudusen : PT. Locos Bandung. Positif mengandungmercury.

6. Kosmetik ibu sari cream siang 7. Kosmetik ibu sari cream malam

8. Meei Yung putih. Produsen :Shenzhen China. Positifmercury 9. Meei Yung kuning. Produsen :Shenzhen China. Positifmercury

(21)

12. Cream Lien Hua bunga teratai day cream. Produsen : PT. Huang Zhou.Positif mercury.

13. Cream Lien Hua bunga teratai night cream. Produsen : PT. Huang Zhou. Positifmercury.

14. Cream racikan Ling Zhi Day cream with Vit E. Produsen : PT. Huang Zhou. Positifmercury.

15. Cream racikan Ling Zhi Night cream with vit E. Produsen : Baolishi Group Hongkong. Positif mengandungRhodamin-B

16. Cream UV Whitening Night cream with Vit E. Produsen : PT. Dunia Sehat – Cilegon. Positif mengandungRhodamin-B.

2.3.3. Penggolongan Kosmetik

Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern. Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern.

1. Kosmetik Tradisional

(22)

2. Kosmetik Modern

Kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007).

2.3.4. Efek Kosmetik Terhadap Kulit

Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain:

1. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik

karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl Cream yang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi iritasi

2. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali, kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang lain

3. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat photosensitizer

(23)

5. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik

6. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit.

2.4. Kosmetik Pemutih

Wanita dengan kulit wajah yang putih bersih dan kencang selalu menjadi icon iklan produk perawatan wajah dan tubuh di media cetak dan elektronik. Gambaran seperti itu umumnya didambakan oleh setiap wanita. Bagaimanapun, kondisi semacam itu sampai saat ini masih dianggap sebagai daya tarik wanita. Bagi pemilik kulit putih tentu bukan masalah lagi, sebab tinggal merawatnya saja agar tetap bersinar dan bersih. Bagi wanita yang memiliki kulit agak gelap atau bahkan gelap yang ingin tampil putih berseri seperti dalam iklan, saat ini sudah banyak produk kosmetik yang dapat memutihkan kulit yang tersedia di toko-toko, salon-salon kecantikan maupun klinik dokter kulit dengan berbagai bentuk seperti sabun, krim, tablet hingga suntikan (BPOM RI, 2007).

(24)

kulitnya menjadi lebih putih, namun sebenarnya kulit mereka hanya terlihat saja lebih putih akibat efek pelapisan pigmen putih pada lapisan kulit terluar dan tidak ada pengurangan pada kadar pigmen kulit yang sebenarnya. Krim pemutih mengandung bahan yang dapat mengganggu produksi pigmen merupakan krim yang paling efektif (Purnamawati, 2009).

Berdasarkan cara penggunaannya produk whitening (pemutih) kulit dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Skin Bleaching

Adalah produk whitening yang mengandung bahan aktif yang kuat, yang berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Cara penggunaan produk tersebut adalah dengan mengoleskan tipis-tipis pada daerah kulit dengan noda hitam, tidak digunakan secara merata pada kulit dan tidak digunakan pada siang hari. Bahan aktif yang digunakan antara lain hidroquinon, merkuri, dan kombinasi hidroquinon dengan asam retinoat.

2. Skin Lightening

Adalah produk perawatan kulit yang digunakan dengan tujuan agar kulit pemakai tampak lebih putih, cerah dan bercahaya. Produk whitening kategori ini dapat digunakan secara merata pada seluruh permukaan kulit. Bahan aktif yang digunakan antara lain asam askorbat dan derivatnya, kojic acid, niasinamid, licorice ekstract(Purnamawati, 2009).

2.5. Pemilihan Kosmetik Pemutih

(25)

efek negatifnya. Badan POM sepanjang tahun 2004 telah menyita lebih dari 3 ribu produk kosmetik impor maupun produk kosmetik palsu yang mengandung zat berbahaya bagi kulit. Produk- produk ini sebagian besar adalah produk impor ilegal yang harganya relatif murah. Memilih produk kosmetik pemutih kulit juga harus melihat jenis dan kondisi kulit pemakai agar hasilnya tidak mengecewakan. Sebelum membeli kosmetika sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Kenali jenis kulit dengan tepat

Jenis kulit setiap orang tidak sama, oleh karena itu penting untuk mengetahui jenis kulit sebelum memutuskan untuk membeli kosmetik yang cocok. Untuk memastikan jenis kulit seseorang, kulit harus dibersihkan lebih dahulu dan pemeriksaan harus dilakukan di bawah cahaya yang terang bila perlu menggunakan kaca pembesar agar tekstur kulit, besarnya pori-pori, aliran darah, pigmentasi, dan kelainan lain yang terdapat pada permukaan kulit dapat terlihat. Analisis kulit sangat penting dilakukan untuk menentukan kelainan atau masalah kulit yang timbul sehingga perlakukan yang tepat dapat diberikan untuk memperbaikinya.

b. Memilih produk kosmetik yang mempunyai nomor registrasi dari Departemen Kesehatan

(26)

c. Hati-hati dengan produk yang sangat cepat memberikan hasil.

Suatu produk kosmetik yang memberikan hasil yang sangat cepat (misalnya produk pemutih) tidak menutup kemungkinan produk tersebut mengandung zat yang melebihi kadar atau standar yang sudah ditetapkan oleh Depatemen Kesehatan dan penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter.

d. Membeli kosmetik secukupnya pada tahap awal

Setiap pertama kali menggunakan produk, tidak bisa diketahui apakah produk tersebut cocok digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya terlebih dahulu dalam jumlah sedikit.

e. Perhatikan keterangan-keterangan yang tercantum pada label atau kemasan. Perlu diperhatikan informasi yang tertera pada kemasan mengenai unsur bahan yang digunakan, tanggal kadaluarsa serta nomor registrasinya, karena tidak semua produsen mencantumkan atau mendaftarkan produknya ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan, sehingga tidak terjamin keamanannya (BPOM RI, 2007).

(27)

2.6. Kulit

Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

1. Kulit Ari (epidermis)

(28)

melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:

a. Lapisan tanduk (stratum corneum) b. Lapisan bening (stratum lucidum) c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)

e. Lapisan benih (stratum germinativumataustratum basale)

2. Kulit Jangat (dermis)

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.

2.6.1. Fungsi Kulit 1. Pelindung atau proteksi 2. Penerima rangsang

(29)

4. Pengeluaran (ekskresi) 5. Penyimpanan

6. Penyerapan terbatas

7. Menunjang penampilan (estetika)

2.6.2. Warna Kulit

Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama ditentukan oleh :

1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah

2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan 3. Melanin yang berwarna coklat

4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit

5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.

(30)

2.6.3. Jenis-jenis kulit

Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai. Kulit yang sehat memiliki ciri :

1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun. 2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang.

3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya.

4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur. 5. Kulit terlihat segar dan bercahaya.

6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi : 1. Kulit Normal

Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat.

2. Kulit berminyak

(31)

tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :

a. Faktor internal meliputi : faktor genetis dan faktor hormonal

b. Faktor eksternal meliputi : udara panas atau lembab, makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas.

3. Kulit kering

Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering.

4. Kulit sensitif

(32)

serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen memacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit.

5. Kulit kombinasi atau campuran

Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia. Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi: kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata.

6. Kulit kering

Jenis kulit ini sama dengan kulit kering hanya terdapat pembuluh darah yang melebar disekitar hidung dan pipi sehingga timbul garis-garis atau guratan didaerah tersebut.

7. Kulit gersang (dehydrated skin)

Kulit gersang adalah kulit yang sangat kering. Penyebabnya zat cair atau pelembab didalam kulit sangat terbatas. Umumnya terdapat pada usia remaja, dewasa ataupun usia lanjut.

2.7. Kesehatan Kulit

(33)

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang bisa langsung dilihat dari luar dengan mata telanjang. Jadi kesehatan kulit adalah mencerminkan keadaan atau kondisi kulit yang sehat atau terbebas dari penyakit. Keadaan kulit sering mencerminkan kesehatan dan kebersihan seseorang, karena itu kesehatan kulit sangat penting untuk diperhatikan. Adapun ciri-ciri kulit yang sehat yaitu : a. Dari segi kekenyalan kulit

Jika disentuh kulit terasa kenyal. Ini menunjukkan bahwa jaringan ikat kulit, yaitu kolagen dan elastin masih diproduksi dalam jumlah cukup dan dalam keadaan baik.

b. Dari segi kelembaban kulit

Kulit yang lembab bukan berarti berminyak, kulit yang lembab selalu terlihat segar karena terjaganya kadar air dalam kulit.

c. Rossy Glow

Kulit yang bersemu kemerahan menandakan bahwa pembuluh darah mengaliri kulit secara optimal, sehingga kulit mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. d. Kulit memantulkan cahaya kulit yang sehat halus dan tampak bersinar. Kulit

mampu memantulkan cahaya sendiri tanpa polesan make up e. Sekresi keringat dan minyak lancar

f. Tidak terdapat bercak kehitam-hitaman (hiperpigmentasi) atau keputih-putihan (hypopigmentasi).

(34)

kosmetik untuk kulit kering karena pHnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan (Al Rhasid, 2007).

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit

Keadaan kulit mencerminkan kesehatan umum tubuh secara keseluruhan sebagai suatu organ, kulit tidak hanya menutupi tubuh, tetapi kulit juga memberikan sistem kekebalan. Sangatlah penting untuk menjaga agar kulit senantiasa dalam keadaan sehat (Djajadisastra, 2006).

Sebelum melakukan langkah perawatan perlu diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit, antara lain :

g. Pola makan dan diet yang tidak benar.

h. Kosmetik yang tidak cocok dengan jenis kulit. i. Penyakit kulit dan jamur.

j. Sinar matahari dan polusi udara.

k. Hormon yang tidak seimbang, misalnya saat haid, hamil atau stres. l. Kebiasaan tertentu seperti merokok atau minum minuman keras.

(35)

pengetahuan tentang berbagai produk kosmetik pemutih membuat mereka tidak tahu dampak negatif yang timbul jika tidak berhati- hati. Kesalahan yang dilakukan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan kulit (Mulyorejo, 2007).

Dalam suatu kajian yang telah dijalankan di Amerika Serikat, krim yang mengandung 2% dan 5% hidrokuinontelah diuji pada 56 subjek yang mempunyai masalah spot kehitaman pada kulit. Menariknya, 12% dari jumlah subjek kajian adalah penduduk berketurunan kulit hitam. Mereka menggunakan krim mengandung hidroquinon dua kali sehari selama tiga bulan. Hasilnya menakjubkan krim mengandung hidroquinon dapat menghilangkan spot hitam pada 44 orang yang mengikuti penelitian dari jumlah 56 responden. Pemakaian hidroquinon yang berlebihan bukannya tidak membawa efek samping. Krim yang mengandungi 5% hidroquinontelah dilaporkan memberi kesan sampingan (iritasi dan rasa terbakar pada kulit). Namun jika kadarnya hanya 2% pemakai hanya mengalami sedikit iritasi atau terbakar saja. Pemakaian hidroquinon berlebih dapat menyebabkan kulit iritasi, dan jika dihentikan kulit akan seperti semula, bahkan bisa lebih buruk. Lebih bahaya lagi merkuri. Logam yang sebenarnya sudah dilarang itu memang menjadikan kulit tampak putih mulus, tetapi lama-kelamaan akan mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun kulit akan biru kehitaman, bahkan dapat memicu timbulnya kanker.

(36)

mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. Namun jangan salah, penggunaan yang terus-menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. Sayangnya, sekarang banyak konsumen tertipu, menggunakan pemutih yang bermanfaat instan. Pemutih tersebut bisa menimbulkan efek rebound, yaitu memberikan respons berlawanan saat pemakaian dihentikan. Hasil kajian tersebut juga menunjukkan bahwa krim ini hanya sesuai untuk pengguna berkulit cerah dengan spot kehitaman tidak banyak. Krim ini bekerja baik untuk perawatan kulit pada peringkat awal pembentukan bintik hitam.

Dari kajian ini didapat hasil hidrokuinon menghalangi pengeluaran melanin oleh melanosit di dalam epidermis. Hidroquinon juga menembus kulit dan menyebabkan penebalankolagen. Efek samping hidroquinon memang sedikit saja terutama jika dipakai pada kadar rendah, namun ada rasa panas terbakar saat krim dengan hidroquinon tinggi diaplikasikan pada kulit. Jika krim seperti ini digunakan dalam jangka panjang, sementara kita juga terekspos sinar matahari, bukan kulit cerah merona yang kita dapat, melainkan sebaliknya. Spot coklat atau kehitaman justru bertambah, bahkan muncul bintik kekuningan pada kulit yang disebut okronosis. Kerusakan ini mungkin bersifat selamanya karena tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengembalikan ke bentuk atau warna semula. Hidrokuinon bukan saja berbahaya jika digunakan pada kulit pada kadar tinggi. Jika termakan zat ini dapat menyebabkan keracunan yang serius. Jika yang termakan mencapai kepekatan 5-15 gram akan menyebabkan kerusakan sel darah merah(hemolytic anemia)(Mulyorejo, 2007).

(37)

Menurut Tzank (1995) sebanyak 7% dari semua kasus kerusakan kulit disebuah klinik di Paris akibat kosmetik. Sidi (1956) memperkirakan bahwa untuk seluruh Prancis angka ini mencapai 20%. Schulz (1954) menemukan bahwa di Hamburg, Jerman sekitar 10% dari semua kontak dermatitis disebabkan oleh preparat kosmetik. Selain itu juga memberi efek instant karena sebenarnya produk ini hanya untuk treatment hyperpigmentasi khusus, dan penggunaan yang terus menerus dan tidak terkontrol akan menyebabkan penipisan kulit dan warna merah muda. Bila pemakaian dihentikan kulit kembali ke keadaan semula atau menjadi rusak, warna kulit tidak rata.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Tranggono terhadap 244 pasien RSCM yang menderita noda-noda hitam 18,3% dan juga menyebabkan toksisitas yang tinggi terhadap organ tubuh seperti ginjal, syaraf dan berupa iritasi (kemerahan atau pembengkakan kulit) dan alergi, berupa perubahan warna kulit sampai kehitam-hitaman disebabkan oleh kosmetik.

Berdasarkan data BPOM RI tahun 2008, dalam beberapa kosmetik dapat ditemukan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, seperti merkuri, hidroquinon, asam retinoat dan zat warna sintetis seperti Rhodamin B danMerah K3. Bahan-bahan ini sebetulnya telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1998 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998. Sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan dengan bahan-bahan lainnya yang bersifat alami. Bahan-bahan kimia tersebut dapat memicu kanker.

(38)

Pemakaian dengan dosisi tinggi menyebabkan kerusakan otak permanen, gagal ginjal yang berakibat kematian dan gangguan perkembangan janin yang berakibat keguguran dan mandul. Selain merkuri, hidroquinon dalam krim pemutih yang kandungannya diatas 2% juga dikategorikan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan.

Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Pemakaian hidroquinon dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, juga menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah(leukemia)dan kanker sel hati (Purnamawati, 2009).

Menurut BPOM RI (2008) asamretinoat atau tretinoin adalah bentuk asam dari vitamin A, merupakan zat popular yang digunakan dalam kosmetik karena kemampuannya mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel kulit. Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti aging (efek penuaan). Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas seperti terbakar.

2.10. Kerangka Teori

Kerangka teori dikembangkan berdasatkan teori Notoatmodjo (2007) tentang pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan kosmetik pemutih oleh Purnamawati (2009) dan BPOM RI (2008).

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

(39)

2.11. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep disusun bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Kerangka konsep ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2: Kerangka Konsep Penelitian

2.12. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit di SMUN 1 Meulaboh. Ha : Ada hubungan antara sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik

pemutih terhadap kesehatan kulit di SMUN 1 Meulaboh.

Variabel Dependen Penggunaan kosmetik

pemutih Variabel Independen

(40)

36 3.1. JenisdanDesainPenelitian

JenispenelitianiniadalahAnalitikdengandesainCross Sectional studydimanapengukuranvariabeldilakukanhanyasatu kali padasaat yang bersamaan, tanpamempertimbangkanfaktorlainnya (Notoatmodjo, 2010).

Dalampenelitianinipenelitiakanmengukurhubunganpengetahuandansikap siswadalampenggunaankosmetikpemutihterhadapkesehatankulit di SMUN 1 Meulaboh.

3.2. LokasidanWaktuPenelitian 3.2.1 LokasiPenelitian

Lokasipenelitianinidi SMU Negeri1 MeulabohKabupaten Aceh Barat.

3.2.2 WaktuPenelitian

Penelitianinitelahdilaksanakandaritanggal 14 sampaidengantanggal 28 BulanMei tahun 2013.

3.3. PopulasidanSampel 3.3.1 Populasi

(41)

Tabel3.1 :JumlahPopulasiMasing-masingKelas

Kelas JumlahPopulasi

X 112 orang

XI IPA 86 orang

XI IPS 88 orang

XII IPA 90 orang

XII IPS 95 orang

Total Populasi 471ang

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Arikunto (2008) dalam pengambilan sejumlah sampel jika subjek yang akan diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jika subjek lebih dari 100 maka dapat diambil 10%-15% atau

20%-25% ataulebih.

Sedikitataubanyaknyasampeltergantugdarikemampuanpenelitidilihatd

ariwaktu, tenagadandana,

luasnyawilayahpengamatandarisetiapsubyek, danbesarkecilnyaresiko yang ditanggungolehpeneliti.

Adapun penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini berdasarkan teori Arikunto (2008) diatas, yaitusampeldiambilsebanyak 15% dari total populasi. Jadibesarnyasampeladalah 10% x 471 = 70,65ataudibulatkanmenjadi 71 responden.

(42)

untukprosedurpengambilansampeldenganmetodeproporsional random samplingdipergunakanrumussebagaiberikut :

ni =

ni : Jumlahsampel per sub populasi Ni : Total sub populasi

N : Total populasi BerdasarkanrumusProportional Random Samplingdi atas,makadiperolehproporsisampelsepertidalamtabel3.2 sebagaiberikut :

Populasi 112 86 88 90 95 471

Sampel 16,8 12,9 13,2 13,5 14,25 70,65

(43)

Data sekunderberupa data jumlahsiswa yang diperolehdaribagian Tata Usaha SMUNegeri 1 Meulabohdan data-data dariliteraturlain yang berhubungandengankosmetikpemutih.

3.5. DefinisiOperasionalVariabel

Definisioperasionaldibuatuntukmembatasiruanglingkupataupengertianvar

iabel-variabel yang

diamatiatauditeliti.Definisioperasionaljugabermanfaatuntukmengarahkankepadape ngukuranataupengamatanterhadapvariabel yang ditelitisertapengembangan instrument ataualatukur (Notoatmodjo, 2005).Defenisioperasionalvariabelpenelitiansepertidalamtabel 3.3 berikutini :

Segalasesuatu yang diketahuiolehsiswi di SMUN 1Meulabohtentangbahayakosmetikpemutihwajah

Reaksiataurespondarisiswi di SMUN 1Meulabohterhadapkegunaandanbahayadaripenggunaa

3. Variabel : PenggunaanKosmetikPemutih Wajah

(44)

Cara Ukur wabbenarolehrespondenmakadiberinilai 1, jikarespondenmenjawabsalah, ataumenjawabtidaktahumakadiberinilai 0.Skortertinggidari8pertanyaanadalah8, danskorterendah 0.Makavariabelinidikategorikan :

1. Baik, bilaskor : 5 - 8 2. Kurang, bilaskor : 0 - 4

2) Sikap

(45)

jikarespondenmenjawabsalahataumenjawabtidaktahu, makadiberinilai 0.Skortertinggidari6pertanyaanadalah6, danskorterendah 0.Makavariabelinidikategorikan :

1. Baik, bilaskor : 4 - 6 2. Kurang, bilaskor :0 -3

3.7. MetodePengolahan Data

Pengolahan data dilakukanmelaluibeberapatahapan, yaitu : 1) Mengedit(editing)

Editing dimaksudkanuntukmenelititiap data yang diisi agar lengkap.Editing dilaksanakan di lapangan, sehinggajikaterjadikesalahanataukekurangan data dapatdiperbaiki.

2) Pengkodean(coding)

Setelah data terkumpuldanselesaidiedit di lapangan, tahapberikutnyaadalahmengkode data jawabandiberilangsungpadalembarobservasi.

3) Skoring

Skoringadalahkegiatanmemberiskor (nilai) pada data yang telahada. 4) Tabulasi(tabulating)

Tabulasiinidilakukandenganmemasukkan data yang telahdiberikodekedalamtabel yang tersedia, sehinggasifatbedaakantampak. 5) Memasukkan data(Data Entry)

(46)

6) Pembersihan(Cleaning)

Cleaning adalahmengecekkembali data yang sudah di entry apakahadakesalahanatautidak.

3.8. MetodeAnalisa Data 3.8.1 AnalisaUnivariat

Analisia ini dilakukan untuk menjelaskan atau mengambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekuensidari setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

3.8.2 AnalisaBivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel independen dengan satu variabel dependen, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tanpa mempertimbangkan variabel independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi-square).

(47)

Ujiinidipergunakanuntukmembandingkanhasilperhitunganstatistikχ 2

yang didapatdengan ”critical value” yang ditemukanpadatabel

Chi-square. critical value tersebuttergantungpada yang dipilih (dalampenelitianiniα = 0,05) danp valuetersebutakansignifikan (bermakna)jikanilai p yang diperolehlebihkecildariα 0,05(Susanto, 2007).

Menurut Susanto (2007) aturan yang berlaku pada uji chi square adalah :

1. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (Expected) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah “Fisher Exact Test”

2. Bila tabel 2 x 2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya “Countinuity Correction (a)

3. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka digunakan uji “PersonChi Square”

(48)

44

Penelitian initelahdilakukanpadatanggal14 sampaidengan 28 Mei tahun 2013denganjumlahsampel sebanyak71 responden. Hasilpenelitiandanpembahasandisiniiniterdirihasilanalisaunivariatdanbivariatdeng anujistatistik, kemudiandisajikandalambentuk tabular dantekstual.

4.1 HasilPenelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMUNegeri 1 Meulabohberada jalan Imam Bonjol No.01 KecamatanJohan PahlawanKabupatenAceh BaratdenganSKPenegerianNo. 26/SK/III/1958, terhitungmulaitanggal21 Agustus 1958.VisiSMUNegeri 1 Meulabohyaitu “PenyelenggaraanPendidikanUntukMenghasilkanLulusan yang

MemilikiKarakter, Kecakapan,

KetrampilanSehinggaMampuMelakukanHubunganTimbalBalikDenganLingkunga nSosial, BudayasertaBerkemampuanTinggiMenguasaiTeknologi Yang BerlandaskanKeimanandanKetaqwaan “. Sedangkan misiSMUNegeri 1 Meulabohadalah :

1. Memberikankemampuanmaksimaluntukmelanjutkanpendidikankepergurua ntingginegeribaik di dalammaupun di luarnegeri.

2. Menyiapkanlulusanuntukmenjadianggotamasyarakat yang mampumemahamidanmenginternalisasikanperangkatgagasansertanilaimas yarakat yang beradapdancerdas.

(49)

4. Menyiapkanlulusan yang memilikisikapdanprilaku yang sesuaidengantuntuanajaran agama.

Tujuansekolah adalahpernyataansuatukebutuhan, keinginanatausuatukeadaanmasadepan yang dicapai. Tujuan yang ingindicapaioleh SMUNegeri1Meulaboh, sesuaidenganparadigmadiatas,

dapatdicapaimelaluiupayapemenuhansarana-saranaakademisdansaranaalat/bahanlaboratorium yang memadaisertasebagaiwujudpenjabaranVisidanMisi SMUNegeri1Meulaboh yang meliputi ;

1. Mengembangkanprofesionalisme guru danpotensianakdidik.

2. Meningkatkan proses pembelajaransesuaidengantuntutanzaman yang semakinkompetitif, inovatif, melalui program regular, program tambahan( Plus).

3. Meingkatkansarana / Prasaranapengajaransebagai media peningkatankualitasakademikuntukmeraihprestasi.

4. Meningkatkansikapberdisiplin, jujur, danbertanggungjawabdikalanganguru ,stafkaryawandanpesertadidik.

5. Menciptakansekolahsebagaitamanilmupengetahuan yang bermamfaatbagikalangananakdidikdimasadepan.

6. Motivasidankomitmen yang tinggiuntukmencapaiprestasidankeunggulan.

7. Kemampuandayanalar yang

(50)

4.1.2 Karakteristik responden

4.1.2.1 Distribusi Respondenmasing - masingkelas Tabel4.1 :Distribusirespondenmasing-masingkelas

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Padatabel4.1diatasterlihatbahwakelompokterbesarrespondenadalahsis wa yang berada di kelasXII IPAdan XII IPS (masing-masing 20%) berdasarkanjawabandari71responden.

4.1.2.2 Distribusi jenis kelamin responden

Tabel 4.2 :Distribusi Jenis Kelamin Responden di SMUN 1 MeulabohTahun 2013

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Padatabel4.2diatasterlihatbahwakelompokterbesarrespondendari segi jenis kelamin adalah perempuan (48%) berdasarkanjawabandari71responden.

(51)

Tabel 4.3: Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Kosmetik Pemutih Wajahdi SMUN 1 Meulaboh Tahun 2013

Sumber informasi Frekuensi Persentase

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Padatabel4.3diatasterlihatbahwasebahagian besar responden mendapatkan informasi tentang kosmetik pemutih wajah melaluimediaelektroniktelevisi, radio, internet (44%) berdasarkanjawabandari71responden.

4.1.3 Hasil Analisa Univariat

4.1.3.1 Distribusi pengetahuan responden

Tabel 4.4 :Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kosmetik Pemutih Wajahdi SMUN 1 Meulaboh Tahun 2013

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Dari

(52)

4.1.3.2 Distribusi sikap responden

Tabel 4.5 :Distribusi Sikap Responden Terhadap Kosmetik Pemutih Wajahdi SMUN 1 Meulaboh Tahun 2013

Sikap Frekuensi Persentase

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Dari tabel 4.5diatas terlihat bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang negatif (70,4%) terhadap kosmetik pemutih wajah berdasarkan jawaban dari 71 responden.

4.1.3.3 Distribusi penggunaan kosmetik pemutih wajah

Tabel 4.6 :Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kosmetik Pemutih Wajah di SMUN 1 Meulaboh Tahun 2013

Pengggunaan Kosmetik

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

(53)

4.1.4 Hasil Analisa Bivariat

4.1.4.1 Hubungan pengetahuan siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih wajah terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 Meulaboh.

Tabel4.7 : TabelSilangHubunganPengetahuanSiswa Terhadap Penggunaan Kosmetik Pemutih Wajah Terhadap Kesehatan Kulit di SMU Negeri 1 MeulabohTahun 2013

KategoriPen getahuan

Penggunaan Kosmetik

Pemutih Wajah Total P-Value OR

(95% CI)

Kurang 1 2,1 47 97,9 48 100 Lower

0,007

Upper 0,302 Total 23 32,4 48 67,6 71 100

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Dari tabel4.7diatasterlihatbahwadari 23 responden yang pengetahuannyabaik, hanya ada 1 responden (4,3%) yang kurang baik dalam penggunaan kosmetik pemutih wajah. Kemudiandari 48 responden yang pengetahuannyakurang baik, hanya ada 1 responden (2,1%) yang baik dalam penggunaan kosmetik pemutih wajah.

Hasilanalisabivariatini menggunakanujiChi squaredengansignifikansi 95% (α 0,05) dandidapatkannilai p-value sebesar 0,000 (<α 0,05) yang berarti H0 ditolak (terdapathubungan yang bermaknaantarakeduavariabel). Keputusanstatistikdisiniadalahterdapathubungan yang signifikanantarapengetahuanrespondententang kosmetik pemutih wajah denganpenggunaan kosmetik pemutih wajah.

(54)

4.1.4.2 Hubungan sikap siswa terhadap penggunaan kosmetik pemutih wajah terhadap kesehatan kulit di SMU Negeri 1 MeulabohTahun 2013

Pemutih Wajah Total P-Value OR (95% CI)

Sumber: Data primer(diolah, 2013)

Dari tabel 4.7 diatas terlihat bahwa dari 21 responden yang sikapnya positif terhadap kosmetik pemutih wajah, semuanya baik(100%) dalam penggunaan kosmetik pemutih wajah. Kemudian dari 50 responden yang sikapnya negatif terhadap kosmetik pemutih wajah, hampir semuanya kurang baik (96%) dalam penggunaan kosmetik pemutih wajah.

Hasilanalisabivariatini menggunakanujiChi squaredengansignifikansi 95% (α 0,05) dandidapatkannilai p-value sebesar 0,000 (<α 0,05) yang berarti H0 ditolak (terdapathubungan yang bermaknaantarakeduavariabel). Keputusanstatistikdisiniadalahterdapathubungan yang signifikanantarasikaprespondenterhadap kosmetik pemutih wajah denganpenggunaan kosmetik pemutih wajah.

(55)

4.1. Pembahasan

4.2.1 Analisa Univariat

Dari segi pengetahuan responden tentang kosmetik didapatkan hasil sebahagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang kosmetik pemutih (48%). Menurut pendapat peneliti, kurangnya pengetahuan responden tentang kosmetik pemutih lebih disebabkan oleh kurangnya ketertarikan responden untuk mencari informasi tentang kosmetik pemutih dan lebih memilih untuk menggunakan kosmetik pemutih tanpa mengetahui denganbaik dan benar seluk beluknya.

Hasil penelitian ini sejalan seperti hasil penelitian dari Amilia (2010) yang meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih Terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-Ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Dari hasil penelitian Amilia tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 44% responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang kosmetik pemutih.

Pengetahuan dan pemahaman yang baik merupakan salah satu faktor pendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam penelitian ini pengetahuan responden tergolong baik tentang tujuan pemakaian kosmetik untuk meningkatkan daya tarik dan rasa percaya diri.

(56)

Dari segi penggunaan kosmetik pemutih diperoleh hasil bahwa sebahagian besar responden (48%) kurang baik baik dalam penggunaan kosmetik pemutih. Hasil penelitian ini juga sejalan seperti hasil penelitian Amalia (2010) diatas yang menunjukkan hasil bahwa sebanyak 56% responden kurang baik dalam penggunaan kosmetik pemutih.

Berdasarkan data BPOM RI (2008), dalam beberapa kosmetik dapat ditemukan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, bahan-bahan ini sebetulnya telah dilarang penggunaannya namun sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan dan dapat memicu kanker. Meskipun responden mengetahui dengan baik jenis bahan/zat kimia berbahaya yang terkandung pada kosmetik pemutih, tetapi sebagian besar responden hanya sebatas tahu namun tidak memahami secara baik dan benar reaksi/dampak negatif penggunaan kosmetik pemutih.

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kosmetik Pemutih Hasil analisa bivariat secara statistik di dapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kosmetik pemutih dengan penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit.

Secara teoritis seperti dalam pembahasan diatas, bahwa pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuanataukognitifmerupakan domain yang sangatpentinguntukterbentuknyatindakanseseorang.

(57)

semakin baik atau semakin minimal pula efek negatif terhadap siswa dalam menggunakan kosmetik pemutih tersebut, demikian pula sebaliknya.

4.2.2.2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan Kosmetik Pemutih

Hasil analisa bivariat secara statistik di dapatkan hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kosmetik pemutih dengan penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit.

MenurutNotoadmodjo (2010)sikapadalahreaksiatauresponseseorang yang masihtertutupterhadapsuatu stimulus atauobjek.Sikapbelummerupakansuatutindakanataupunaktivitas,

namunmerupakanpre-disposisitindakanatauprilaku.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori pengetahuan diatas, menunjukkan bahwa semakin positif sikap siswa tentang kosmetik pemutih, maka semakin minimal pula efek negatif terhadap siswa dalam menggunakan kosmetik pemutih tersebut, demikian pula sebaliknya.

(58)

54 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukan, makadapatdisimpulkansebagaiberikut.

1. Kelompokterbesarrespondenadalahperempuan (48%), berdasarkanjawabandari71 responden.

2. Sebahagianbesarrespondenmendapatkaninformasimengenaitentang kosmetik pemutih wajah melaluimediaelektroniktelevisi, radio, internet (44%) berdasarkanjawabandari71responden.

3. Tingkat pengetahuan respondententangkosmetik pemutih wajahmayoritasberadapadakategorikurang(67,6%)berdasarkanjawabandari71r esponden.

4. Sikapresponden terhadapkosmetik pemutih wajahmayoritasberadapadakategorinegatif

(70,4%)berdasarkanjawabandari71responden.

5. Penggunaan kosmetik pemutih wajah oleh responden mayoritas pada kategori kurang baik (67,6%) berdasarkan jawaban dari 71 responden

6. Ada hubungan yang

signifikanantarapengetahuanrespondendenganpenggunaan kosmetik pemutih wajah di SMU Negeri 1 Meulaboh dengan p-value 0,000 (< α 0,05), dengan

(59)

7. Ada hubungan yang signifikanantarasikaprespondendenganpenggunaan kosmetik pemutih wajah di SMU Negeri 1 Meulaboh dengan p-value 0,000 (< α 0,05) , dengan nilai OR sebesar71 (95% CI).

5.2. SARAN-SARAN

1. Bagisiswa-siswi SMU Negeri 1 Meulaboh disarankanlebihproaktifdalammempelajaridanmencariinformasitentangk osmetik pemutihdan lebih selektif dan tidak mudah terpancing dengan iklan-iklan dalam memilih produk pemutih wajah yang tidak membahayakan bagi kesehatan kulit terutama kulit wajah.

2. BagipihaksekolahSMU Negeri 1 Meulaboh dapat memberikaninformasitentang manfaat dan bahaya dari penggunaan berbagai produk pemutih kulit wajahmisalnyamelaluimajalahdindingataupubrosur-brosur.

3. Bagipihak orang tuadiharapkan agar selalu memperhatikan dan mencermati para remaja mereka dalam menggunakan produk - produk pemutih kulit wajah.

4. Bagipetugaskesehatanataupundan instansi terkait lainnya diharapkanikut berpartisipasi dalam memberikan informasi yang penting tentang bahaya dari berbagai jenis dan merek produk pemutih kulit melalui brosur-brosur ataupun iklan layanan masyarakat.

(60)
(61)

Al Rashid, Hannah Aidinal. 2007. Putih Cantik Persepsi Kecantikan dan Obsesi Orang Indonesia Untuk Memiliki Kulit Putih. Skripsi : Malang.

Anonim. 2009. Penampang Kulit yang Mengalami Sun Damage. Diakses dari: www.medicinenet.com, tanggal 9 April 2009.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik

Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol.III, edisi Agustus 2008. BPOM RI: Jakarta.

. 2007. Kenalilah Kosmetika Anda, Sebelum Menggunakannya Vol.II, No.6.edisi Juli 2007. BPOM RI: Jakarta.

Deviana, Nina. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Mengenai Kosmetik Mengandung Merkuri (Hg) di Akademi Kebidanan Hafsyah

Medan Tahun 2009. Medan: Fakultas Kesahatan Masyarakat USU.

Djajadisastra, Joshita. 2006. Pemutih yang Aman dan Tepat Bagi Wanita. Depok : Pharmacy Beauty & Health Expo Departemen Farmasi FMIPA, Jakarta: Universitas Indonesia.

Hastono, Sutanto. 2007.Basic Data Analysis Health Research Training. FKM-UI. Depok.

Herbal site. Kenali 4 zat yang terkandung dalam kosmetik. Diakses dari Herbal.thifaonline.comtanggal 3 Maret 2013

Kusantati, Herni. 2008. Tata Kecantikan Kulit untuk SMK Jilid I. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Studies Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses dari:

www.muhammadiyah.or.id_contentputihcantik, tanggal : 5 April 2010.

Mulyorejo, Agus. 2007. Bahaya Kosmetik yang Harus Dihindari. Surabaya: Universitas Airlangga

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

(62)

–USU.

Robbins, Stanley L. & Cotran, Ramzi S. 2005. The Skin Structure. In: Pathologic Basis of Disease.(terjemahan) edisi 7. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Suhartono, S. (2009).Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

SMUN 1 Meulaboh, 2013.Data Jumlah Mahasiswa Tahun Akademik 2013. Tranggono, R. I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Universitas Gajah Mada. 2012. Minim, Pengetahuan Masyarakat Terhadap Efek Samping Penggunaan Kosmetik.Diakses dari : ugm.ac.id. tanggal 30 April 2013.

Wahyuni, Arlinda Sari, 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication.

Gambar

Tabel 4.4 :Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kosmetik Pemutih
Tabel 4.6:DistribusiResponden Berdasarkan Penggunaan KosmetikPemutih Wajah di SMUN 1 Meulaboh Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN PEMUTIH KULIT WAJAH ( Skin Bleaching ) PADA PENGUNJUNG SALON KECANTIKAN DI KOTA MEDAN.

Dampak Pengguna Kosmetika Pemutih terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di RW II Desa Limpung Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Jawa Tengah Tahun 2005. Skripsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan variabel gaya hidup (pengetahuan, teman dan media) memiliki pengaruh terhadap penggunaan cream pemutih wajah oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengetahuan siswa mengenai jenis-jenis kulit wajah, (2) Pengetahuan siswa dalam pemilihan kosmetik rias wajah, (3)

Responden 19 : Alasan saya memakai kosmetik cream “e” itu karena orang tua saya juga memakai cream “e” itu dan saya juga mempunyai permasalahan kulit , ya

berkat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan dengan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit

Rancangan sistem pakar yang dibuat ini bertujuan untuk membantu wanita dalam menentukan jenis kulit wajahnya, agar dapat memilih produk kosmetik yang tepat sesuai dengan jenis

Produk pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetika yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin atau menghilangkan melanin