• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kartimi, Ibnu Fajar Dzulfikar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kartimi, Ibnu Fajar Dzulfikar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Siklus Belajar (

Learning Cycle

) Untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Konsep Gaya Magnet

Di Kelas V

(Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri 1 Cigobangwangi

Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon)

Kartimi, Ibnu Fajar Dzulfikar

Jurusan Pendidikan Matematika, Faklutas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Cirebon 451432, Indonesia,

Telepon: +62 231 481264

Pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 1 Cigobangwangi Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon masih ditemukan beberapa macam masalah dalam proses pembelajaran, sehingga hasil tes awal berakibat belum mencapai target KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan yaitu 56. Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal essay dari jumlah siswa seluruhnya 15 orang, hanya 6 siswa yang mendapat nilai di atas 6 sedangkan 9 siswa lainnya mendapat nilai di bawah 6 dan dirata-ratakan seluruhnya menjadi 4,86.Upaya untuk memperbaiki permaslahan tersebut peneliti memberikan stimulus pada pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dengan penerapan model siklus belajar (learning cycle) melalui tiga tahap yaitu Eksplorasi, Pengenalan Konsep dan Penerapan Konsep/Aplikasi. Berdasarkan hal itu dilakukanlah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk : 1) mengkaji gambaran penerapan model siklus belajar, 2) mengkaji bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami gaya magnet di kelas V dan 3) mengkaji kelebihan dan kelemahan dalam menerapkan model siklus belajar. Maka dari itu, proses pembelajaran IPA lebih bermakna dan bervariasi agar anak lebih senang dalam belajarnya. Adapun rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada model Spiral PTK Kemmis dan Mc.Taggart dengan instrumen penelitian menggunakan format observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, pedoman wawancara dilakukan kepada guru dan siswa setiap awal serta akhir tindakan, tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada setiap tindakan dan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak tercover dalam lembar observasi. Kegiatan perencanaan melalui model siklus belajar (learning cycle) yaitu menyiapkan RPP, mempersiapkan materi pembelajaran dan instrumen penelitian. Adapun kinerja guru yang dilaksanakan yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok dan setiap kelompok dua/tiga siswa, guru menjelaskan materi, guru memberi tugas, guru membimbing siswa, guru memberikan contoh cara pembuatan magnet dengan elektromagnetik yang sangat sederhana dan guru menyuruh perwakilan siswa tiap kelompok untuk menyampaikan hasil rancangannya di depan kelas. Penelitian ini dilakukan tindakan sebanyak tiga siklus dan setiap siklusnya diadakan evaluasi. Hasil tindakan dapat diketahui dalam model siklus belajar (larning cycle) yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai gaya magnet. Dari hasil penelitian awal diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap gaya magnet hanya mencapai rata-rata 4,86 (40%). Setelah diberikan tindakan dengan model siklus belajar (learning cycle) melalui pelaksanaan siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 6,67 (47%). Pada siklus II pemahaman siswa meningkat menjadi 6,73 (61%) dan pada siklus III meningkat menjadi 7,00 (92%). Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dikatakan berhasil terhadap pemahaman siswa kelas V SD Negeri Cigobangwangi Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon.

Kata Kunci : model siklus belajar, ptk.

Pembelajaran IPA tentang gaya magnet di sekolah dasar khususnya di

kelas V berupaya memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kreatifitas, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan dan

memahami teknologi sederhana yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

Pembelajaran IPA yang demikian sudah memenuhi harapan dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pembelajaran di sekolah dasar

(2)

hendaknya bersifat mendidik, mencerdaskan, efektif, demokratis

menantang dan mengasyikan. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan

tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada prinsipnya mata

pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA,

memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar,

bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk

menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari, dan mencintai alam sekitar.

Pada saat guru melakukan evaluasi pada awal pembelajaran

ditemukan ada sebagian siswa tidak dapat menjawab soal evaluasi,

sehingga hasilnya kurang sesuai yang diharapkan yaitu dengan standar

KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Dari data nilai siswa yang telah diperoleh

pada awal pembelajaran dengan rata-ratanya 4,86 banyak siswa yang

mendapatkan nilai di bawah 6 yaitu 9 siswa dan beberapa siswa mendapat

nilai di atas 6 yaitu 6 siswa. Dari data nilai siswa yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa siswa belum mencapai target keberhasilan

pembelajaran.

Latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengambil fokus

penelitian dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar (

Learning Cycle

)

untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Konsep Gaya Magnet Di

kelas V SD Negeri Cigobangwangi Kecamatan Pasaleman Kabupaten

Cirebon”. Adapun rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu:

a.

Bagaimana penerapan Model Siklus Belajar untuk meningkatkan

pemahaman siswa mengenai konsep gaya magnet di kelas V SD Negeri

1 Cigobangwangi Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon?

b.

Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami

gaya magnet di kelas V SD Negeri 1 Cigobangwangi Kecamatan

Pasaleman Kabupaten Cirebon?

c.

Faktor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan dan kelemahan dalam

menerapkan model siklus belajar mengenai (

Learning Cycle

) konsep

gaya magnet di kelas V SD Negeri Cigobangwangi Kecamatan

Pasaleman Kabupaten Cirebon?

MATERI DAN METODE

Subjek Penelitian. Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas V SD

Negeri Cigobangwangi tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 15 orang

yang terdiri atas 7 anak laki-laki dan 8 anak siswa perempuan.

Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian

tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu

siklus, bertagantung pada tingkat keberhasilan dari target yang akan

dipelajari dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertamuan.

Prosedur yang dipilih yaitu dengan model Spiral Kemmis & Mc. Taggart,

prosedur pelaksanaan model ini terdiri dari empat tahapan yaitu :

Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, Analisis dan

refleksi.

(3)

Paparan Data Awal. Pada temuan awal dalam melaksanakan proses

belajar mengajar mengenai gaya magnet di kelas V dan dapat diperoleh

gambaran sebagai berikut :

1. Siswa kurang memahami pengertian magnet dan cara-cara membuat

magnet, sehingga pada saat guru bertanya apa yang siswa ketahui

tentang masalah kemagnetan, sebagian siswa terlihat kebingungan

karena memiliki pemahaman awal tentang magnet yang sedikit atau

kurang.

2. Pada awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi dan tidak

memberikan motivasi kepada siswa.

3. Pada waktu proses belajar mengajar berlangsung terdapat 4 siswa yang

tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka sedikit bergurau dengan

teman sebayanya.

4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum terlihat

aktif dalam proses pembelajaran.

5. Pada waktu guru memberikan soal mengenai gaya magnet, 6 siswa

belum mampu menjawab soal dengan benar.

Setelah melihat kenyataan yang diperoleh di lapangan, peneliti

mengadakan wawancara dengan Guru SDN 1 Cigobangwangi. Data hasil

wawancara dengan guru tentang penyebab siswa belum memahami

tentang gaya magnet adalah sebagai berikut :

1. Daya ingat siswa yang cenderung mudah lupa dan mengakibatkan siswa

tidak mampu mengingat pelajaran yang telah diperolehnya.

2. Terdapat beberapa siswa yang merasa atau memiliki sikap bergantung

pada teman yang dianggap paling pandai dan cenderung ingin selalu

meniru pekerjaan siswa yang dianggap lebih bisa dibandingkan dirinya.

Hasil tes awal sebagai berikut : jumlah siswa yang mampu menjawab

batas lulus 6 orang siswa dari 15 orang siswa atau 40 %, sedangkan 9

orang siswa atau 60 % belum mencapai batas lulus. Hasil yang diperoleh

siswa hanya mencapai rata-rata 4,86. Dengan demikian secara umum

dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman siswa dalam materi

kemagnetan dalam masalah ini mengenai gaya magnet masih tergolong

rendah, sehingga diperlukan upaya untuk dapat memperbaiki dan

meningkatkan hasil belajarnya.

Paparan Data Tindakan Siklus I

Paparan Data Perencanaan Siklus I.

Kegiatan yang dilakukan dalam

tahap perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x

35 menit, adapun siklus I ini terdiri satu kali tindakan.

2) Peneliti menyiapkan alat dan bahan seperti tang, gunting, kabel, paku

besar ukuran 10 cm, batu batre, paku kecil, klip dan lampu kecil. Jenis

alat dan bahan yang dijelaskan di atas akan digunakan oleh siswa

mapun guru ketika proses pembelajaran berlangsung dalam melakukan

suatu konstruksi pengetahuan yang bertujuan untuk membangun

pemahaman pada siswa.

(4)

3) Menyiapkan materi yang akan difokuskan yaitu mengenai konsep gaya

magnet di kelas V.

4) Menyiapkan pedoman observasi.

5) Menjelaskan kepada observer dalam penggunaan pedoman observasi

yang telah dibuat oleh peneliti dan menganalisisnya bersama observer.

6) Mengembangkan format evaluasi dan pedoman wawancara.

7) Merencanakan pengelompokkan siswa yang akan dibagi menjadi tujuh

kelompok yang terdiri dari dua sampai tiga orang pada tiap kelompok

berdasarkan kemampuan akademik.

Paparan Data Proses Siklus I.

Siklus satu dilaksanakan sebanyak satu

kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan model

sikus belajar (konstruktivisme) dalam pembelajaran melalui tiga tahap

yaitu tahap pertama melakukan eksplorasi, tahap kedua pengenalan

konsep dan tahap ketiga penjelasan konsep atau aplikasi.

Tujuannya

dilakukannya apersepsi adalah untuk membangkitkan konsepsi awal yang

telah dimiliki siswa terhadap konsep yang akan disampaikan dan dikaitkan

dengan fenomena yang sering ditemui siswa sehari-hari. Dengan

melakukan apersepsi siswa mempunyai kesempatan untuk

mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep

tersebut dan akan dimatangkan dengan konsep baru yang akan dipelajari

siswa.

Tahap pertama adalah tahap eksplorasi yang dilakukan dengan cara

membagikan LKS pada tiap kelompok untuk merancang pembuatan

magnet dengan dialiri arus listrik (elektromagnetik) secara sederhana.

Tahap selanjutnya dilakukan diskusi dan penjelasan konsep, yaitu dimana

siswa bersama guru membahas masalah yang telah didiskusikan pada

tahap eksplorasi. Tahap terakhir pembelajaran adalah dilakukan

pengembangan aplikasi terhadap pemahaman yang telah diperoleh siswa

yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran.

Paparan Data Hasil Silkus I.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung

peneliti dan observer mengamati aktifitas siswa dan guru. Dengan kegiatan

observasi ini peneliti dapat mengetahui berhasil tidaknya siswa memahami

tentang gaya magnet.

Analisis dan Refleksi Siklus I. T

erdapat beberapa temuan yang perlu

diperhatikan dalam proses pembelajaran mengenai gaya magnet dikelas V

SD Negeri 1 Cigobangwangi yaitu, sebagai berikut : alat yang digunakan

siswa untuk malakukan percobaan ada yang kurang lengkap, sehingga

pada siklus II harus lebih ditegaskan lagi kepada siswa untuk

melengkapinya, Peran guru masih sangat dominan terhadap pembelajaran,

Suasana sedikit gaduh karena perubahan posisi duduk siswa

Paparan Data Tindakan Siklus II

Paparan Data Perencanaan Siklus II.

Setelah peneliti bersama observer

Bapak TM meneliti serta mengadakan diskusi kembali secara singkat

sebagai refleksi terhadap pelaksanaaan siklus I, kemudian peneliti

menyususn perencanaan pada siklus II sebagai berikut :

(5)

1) Membuat rencana pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,

siklus II ini terdiri dari satu kali tindakan dan RPP terlampir.

2) Peneliti menyiapkan alat dan bahan seperti tang, gunting/cuter, kawat

tembaga, batu batre ukuran besar, paku ukuran 10 cm, lampu batre,

paku triplek dan klip. Pada siklus I setiap kelompok harus membawa

bahan hanya satu buah, akan tetapi pada siklus II untuk pengecualian

pada kelompok besar yang terdiri dari 3 orang siswa dan kelompok

tersebut dapat menyiapakan dua buah bahan yang akan digunakan

sebagai pembuatan magnet secara sederhana, untuk membangun

pemahaman siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

3) Menyiapkan materi yang akan difokuskan yaitu mengenai konsep gaya

magnet di kelas V. Pada materi siklus II ini ada penambahan dari materi

siklus I.

4) Mengembangkan format evaluasi sesuai dengan materi yang akan

diajarkan.

5) Merencanakan pengelolaan siswa melalui pengelompokkan.

6) Merencanakan pola bimbingan pada siswa.

Paparan Data Proses Siklus II.

Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali

pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan model siklus

belajar (Konstruktivisme) dalam pembelajaran di dalam kelas secara umum

pembelajaran tersebut melalui tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan

eksplorasi, tahap kedua diskusi / pengenalan konsep, dan tahap ketiga

penjelasan konsep / aplikasi.

Tahap pertama adalah tahap eksplorasi yang

dilakukan dengan cara membagikan LKS pada tiap kelompok untuk

merancang konsep gaya magnet secara sederhana. Tahap selanjutnya

dilakukan diskusi / pengenalan konsep, yaitu siswa bersama guru

membahas masalah yang telah didiskusikan pada tahap eksplorasi. Tahap

terakhir pembelajaran adalah dilakukan penjelasan konsep /

pengembangan aplikasi terhadap pemahaman yang telah diperoleh siswa

yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran.

Paparan Data Hasil Silkus II.

Selama pembelajaran berlangsung peneliti

mengobservasi kegiatan yang dilakukan. Berikut data kemajuan siswa

terhadap pemahaman mengenai gaya magnet di kelas V.

1) Siswa sudah mulai terbiasa untuk mengemukakan konsepsi awal yang

dimilikinya yang berkaitan dengan materi.

2) Siswa terlihat bekerja sama dalam kelompok dan menunjukkan

kekompakan.

3) Terdapat tiga orang siswa yang belum memahami pembelajaran yang

diberikan oleh guru.

4) Guru sudah menunjukkan bimbingan pada setiap kelompok.

5) Siswa sudah menunjukkan keberaniannya dalam mengungkapkan

pendapat / saran dalam pembelajaran.

Analisis dan Refleksi Siklus II.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

peneliti dan observasi terhadap siswa pada tindakan pertama, terdapat

beberapa temuan yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran

mengenai gaya magnet dikelas V SD Negeri 1 Cigobangwangi yaitu,

(6)

sebagai berikut : Namun alat yang digunakan siswa untuk malakukan

percobaan ada yang kurang lengkap jika dibandingkan pada siklus I,

sehingga pada siklus III harus lebih ditegaskan lagi kepada siswa untuk

melengkapinya.

Paparan Data Tindakan Siklus III

Paparan Data Perencanaan Siklus III.

Setelah peneliti bersama

observer bapak Tarmad meneliti proses kegiatan pembelajaran dikelas,

serta mengadakan diskusi balik sebagai refleksi terhadap pelaksanaan

siklus II, kemudian peneliti menyusun perencanaan pada siklus III yaitu,

sebagai berikut :

1) Membuat rencana pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,

siklus III ini terdiri satu kali tindakan dan RPP terlampir.

2) Peneliti menyiapkan alat dan bahan seperti tang, gunting/cuter, kawat

tembaga, batu batre ukuran besar, paku ukuran 10 cm, lampu batre,

paku triplek dan klip. Pada siklus II setiap kelompok harus membawa

bahan hanya dua buah pada kelompok besar yang terdiri dari 3 orang

siswa, akan tetapi pada siklus III ini setiap individu siswa dalam

kelompok tersebut dapat menyiapkan masing-masing bahan yang akan

digunakan sebagai pembuatan magnet secara sederhana, untuk

membangun pemahaman siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan

yang dialaminya.

3) Menyiapkan materi yang akan difokuskan yaitu mengenai konsep gaya

magnet di kelas V.

4) Mengembangkan format evaluasi yang sesuai dengan materi yang akan

diajarkan.

5) Merencanakan pengelolaan siswa melalui pengelompokkan.

6) Merencanakan pola bimbingan pada siswa dan pengelolaan kelas agar

lebih kondusif

Paparan Data Proses Siklus III

. Siklus III dilaksanakan sebanyak satu

kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pokok bahasan yang

disajikan pada siklus III ini memfokuskan pada pemahaman siswa.

Apersepsi pada siklus ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab

seputar materi yang akan disampaikan yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari siswa, serta dikaitkan dengan materi yang akan

disampaikan. Tahap pertama adalah tahap eksplorasi yang dilakukan

dengan cara membagikan LKS pada tiap kelompok untuk merancang

konsep gaya magnet secara sederhana. Dalam merancang konsep gaya

magnet pada siklus III ini antara siswa dan guru terlibat aktif pada proses

pembelajaran, bahwa magnet bisa mengalirkan arus listrik. Kemudian

dapat dibuktikan dengan lampu senter berukuran kecil, serta paku yang

sudah dililitkan dengan kawat tembaga dan dialiri arus listrik dengan

menggunakan batu batre. Tahap selanjutnya dilakukan diskusi /

pengenalan konsep, yaitu siswa bersama guru membahas masalah yang

telah didiskusikan pada tahap eksplorasi. Tahap terakhir pembelajaran

adalah dilakukan penjeasan konsep / pengembangan aplikasi terhadap

(7)

pemahaman yang telah diperoleh siswa yang dilakukan pada kegiatan

pembelajaran.

Paparan Data Hasil Silkus III.

Selama pembelajaran berlangsung

peneliti mengobservasi kegiatan yang dilakukan. Berikut data kemajuan

siswa terhadap pemahaman mengenai gaya magnet di kelas V.

1) Siswa sudah mulai terbiasa untuk mengemukakan konsepsi awal yang

dimilikinya yang berkaitan dengan materi.

2) Siswa terlihat bekerja sama dalam kelompok dan menunjukkan

kekompakan.

3) Siswa sudah menunjukkan keberaniannya dalam mengungkapkan

pendapat / saran dalam pembelajaran.

4) Pembelajaran berjalan secara merata, artinya seluruh siswa lebih aktif

dalam pembelajaran.

5)

Siswa lebih meningkatkan pemahamannya ketika tahap aplikasi

dilakukan, sebab pada tahap ini siswa dalam kelompok membandingkan

hasil rancangan sebelumnya dengan hasil rancangan yang sedang

dilakukan yaitu pada rancangan pertama siswa hanya membuat magnet

dengan dialiri arus listrik yang terdapat pada paku yang dililitkan dengan

kawat tembaga dan dihubungkan dengan batu batre, rancangan kedua

hanya menambahkan lampu kecil yang terdapat pada batre, dan

rancangan ketiga adalah penggabungan antara rancangan 1 dan

ke-2, sehingga menumbuhkan pengetahuan yang sangat mendalam pada

diri siswa secara menyeluruh dalam mental kognitifnya sebagai

agent of

change.

Analisis dan Refleksi Siklus III.

Sampai pada tahap siklus III ini

pemahaman siswa terhadap materi gaya magnet secara umum telah

mencapai peningkatan seperti yang peneliti harapkan. Dengan demikian

tindakan yang dilaksanakan peneliti pada siklus III telah mencapai hasil

yang ditargetkan, sehingga upaya pemberian tindakan diakhiri.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebanyak tiga

siklus, bahwa pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dengan

menggunakan model siklus belajar dalam pembelajaran konstruktivisme

dapat membuat siswa lebih kreatif serta membangun pengetahuannya

dalam memahami gaya magnet itu sendiri. Penggunaan model siklus

belajar dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan pemahaman siswa

mengenai gaya magnet. Secara garis besar pada bagian pembahasan ini

akan disajikan hasil analisis tentang perencanaan, pelaksanaan, hasil dan

hambatan-hambatan yang muncul serta mengatasi hamabatan-hambatan

yang muncul yaitu, di antaranya :

a.

Perencanaan Model Siklus Belajar (

Learning Cycle

). Temuan

berkaitan dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan peneliti

pada siklus I sampai III telah sesuai dengan langkah-langkah

konstruktivisme secara umum yang terdiri dari apersepsi, eksplorasi,

diskusi dan penjelasan serta pengembangan aplikasi. Adapun peneliti

(8)

dalam melakukan penelitiannya menggunakan model siklus belajar,

dikarenakan model siklus belajar merupakan bagian daripada

konstruktivisme itu sendiri. Langkah-langkah model pembelajaran siklus

belajar terdiri dari eksplorasi, pengenalan konsep dan penjelasan

konsep.yang sudah direncanakan oleh peneliti.

b.

Pelaksanaan Model Siklus Belajar (

Learning Cycle

). Dalam hal ini

peneliti menggunakan benda-benda kongkret yang digunakan sebagai

media pembelajaran untuk membangun pengetahuan siswa. Siswa

berinteraksi dengan teman sekelompok untuk memanipulasi dan

merancang pembuatan magnet dengan cara mengaliri dengan arus

listrik secara sederhana dengan tujuan memperoleh pemahaman

tentang gaya magnet.

c.

Hasil Model Siklus Belajar (

Learning Cycle

). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebanyak tiga siklus,

pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dengan menggunakan model

siklus belajar dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan.

Deskripsi tentang perolehan nilai siswa dalam pemahaman gaya magnet

pada siklus I adalah siswa sebanyak 15 orang yang memperoleh nilai 1

sampai dengan 5 berjumlah 8 orang atau sekitar 53 %, sedangkan siswa

yang memperoleh nilai 6 sampai dengan 10 sebanyak 7 orang atau

sekitar 47 %. Perolehan rata-rata pada siklus I adalah sebesar 6,67 dan

mengalami peningkatan 1,81 jika dibandingkan dengan tes awal

sebelum mengalami tindakan yaitu 0,07.

d.

Hambatan dalam Menggunakan Model Siklus Belajar (

Learning

Cycle

). Dalam melaksanakan pembelajaran IPA mengenai gaya

magnet dengan model siklus belajar, peneliti menemukan beberapa

hambatan, dan hambatan tersebut adalah sebagai berikut :

Siswa

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, biasanya hasil konstruksi

siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi guru sehingga menyebabkan

miskonsepsi, Sarana yang kurang memadai, padahal dalam

penggunaan model siklus belajar membutuhkan peran sarana dan

prasarana yang cukup untuk menunjang perolehan pengetahuan yang

maksimal bagi siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian yang telah diuraikan

secara rinci, maka dapat diambil beberapa kesimpulan berikut :

1.

Pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dengan menggunakan model

siklus belajar dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini

ditunjukkan dengan respon positif siswa dalam pembelajaran yaitu rasa

senang, antusias, semangat dan bekerja sama dalam melakukan

aktivitas.

2.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA mengenai gaya magnet

dengan menggunakan model siklus belajar mengalami peningkatan

pada setiap siklusnya. Dimana untuk nilai tes hasil belajar siswa

sebelum tindakan perolehan nilai rata-rata kelas adalah 4,86,

kemudian setelah diberikan tindakan pada siklus I nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 6,67. Pada siklus II mengalami peningkatan

(9)

menjadi 6,73 dan pada siklus III atau akhir pembelajaran setelah

dilakukannya tindakan nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi

7,00. Begitu pula jumlah siswa yang memperoleh nilai antara 6 sampai

dengan 10 selalu meningkat pada setiap siklus. Dimana siswa yang

mendapat nilai antara 6

10 sebelum diberi tindakan adalah sebanyak

6 siswa atau 40 %. Kemudian setelah diberi tindakan pada siklus I

meningkat menjadi 7 siswa atau 47 %, pada siklus II meningkat

menjadi 9 siswa atau 61 % dan diakhir pembelajaran pada siklus III

setelah dilakukannya tindakan meningkat pula menjadi 13 siswa atau

42 %.

3.

Kelebihan pada pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dengan

menggunakan model siklus belajar dapat memungkinkan siswa untuk

terlibat aktif, khususnya pada tahap eksplorasi yaitu pada kegiatan

kelompok dalam menemukan konsep yang dipelajari dan melatih siswa

berpikir kritis dan kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA

mengenai gaya magnet dengan menggunakan model siklus belajar

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Adapun kelemahannya

yaitu bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru

sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung dalam

membimbing siswa, sehingga masih terdapat siswa yang kurang

memahami materi yang telah diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. (2007).

Penelitian Tindakan Kelas

. Bandung : Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. (2006).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Dasna, I.W, (2010)

”Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning

Cycle)”

[Online] Tersedia :

http://molucasablog.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-dengan-model-siklus.html) (15 Juli 2010)

Fajaroh, Faziatul. (2008).

”Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar

(Learning Cycle)”

[Online] Tersedia :

http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ (6 Januari 2008)

Hariyono, (2009). “

Model Pembelajaran Kontruktivistik

” [Online] Tersedia :

http://har-stkip.blogspot.com/2009/07/model-pembelajaran

konstruktivistik/html. (22 Oktober 2009).

Karli, Hilda. (2007).

Implementasi KTSP Dalam Model-model Pembelajaran.

Bandung : Generasi Info Media.

Kartimi. (2007).

Model-model Pembelajaran.

Cirebon : Prodi Tadris Biologi

STAIN Cirebon.

Kusumah, Wijaya. (2009).

Mengenal Penelitian tindakan Kelas.

Jakarta : PT

Indeks.

Muharam, Aris. (2008).

Senang Belajar IPA Untuk Kelas V SD/MI.

Bandung :

Pusat Perbukuan DEPDIKNAS

Nazir, Moh. (2009).

Metode Penelitian

. Darussalam : Ghalia Indonesia.

Nuryantini, Ade Yati. (2004).

Pandai Belajar Sains.

Bandung : CV Regina.

Pribadi, Benny A. (2009).

Model Desain Sistem Pembalajaran.

Jakarta :Dian

(10)

Sagala, Syaiful. (2006).

Konsep dan Makna Pembelajaran

. Bandung :

Alfabeta.

Samatowa, Usman. (2006).

Bagaimanaka Membelajarkan IPA di Sekolah

Dasar

. Jakarta : Depdiknas.

Sugiyono, (2010).

Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif. Dan R&D.

Bandung : Alfabeta.

Surianto. (2004).

Teori Pembelajaran Konstruktivisme

. [Online] Tersedia :

http://surianto200477.wordpress.com/teori-pembelajaran

konstruktivisme. (17 September 2009).

Sutarno, Nono. (2008).

Materi Dan Pembelajaran IPA

. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Trianto. (2007).

Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Wahidin. (2006).

Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

. Bandung :

Sangga Buana Bandung.

Wicaksono, Rohadi. (2009).

“Mengapa Harus Konstruktivistik

?” [Online]

Tersedia http://rohadieducation.wordpress.com/2007/07/19/mengapa-

harus- konstruktivistik/ (23 Oktober 2009)

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008).

Metode Penelitian Tindakan Kelas

. Bandung

: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BASIS DATA PEREKRUTAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA RUMAH SAKIT TRIA DIPA disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

Knjigovodstvo je sustav koji na temelju dokazivih isprava prati gospodarske procese i financijske tokove te vremenskim slijedom sustavno biljeţi u poslovne knjige

Kelompok ini mempunyai pandangan bahwa yang terpenting dalam sebuah Negara bukanlah formalisme penerapan hukum Islam atau yang lainnya (yang mempunyai orientasi

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa metabolit yang dihasilkan oleh isolat fungi endofit FEF2 dan bakteri endofit BEF1 memiliki aktivitas antimikroba.. Hal

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial

Bahan makanan yang mengandung amilum adalah roti karena perubahan warna yang terjadi saat gerusan roti di tetesi lugol/kalium iodida warnanya berubah menjadi biru kehitaman. Bahan

Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari gelombang yang mengalami