i
KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN
HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL IHSAN
TANJUNGSARI NGESREP NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh : Hidayatul Muniroh NIM. G000110039 NIRM: 11/X/02.2.1/0912
FAKULTAS AGAMA ISLAM
v
“Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang terangan, mereka
itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Fāṭir: 29).1
1
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, rasa syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis sehingga karya ini dapat penulis selesaikan. Salawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang menjadi tokoh dan motivator bagi umat Islam. Tak lupa kepada insan-insan yang senantiasa memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis persembahkan karya ini kepada:
1. Suamiku tercinta Nur Rohim, yang selalu menyayangiku dan memberikan semangat.
2. Kedua orang tuaku, Bapak Mansyur Suwandi dan Ibu Siti Munawaroh, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik, serta mendo‟akan
putrinya dalam setiap langkah yang ditempuh.
3. Kakak dan adikku, Ahmad Rifa‟i dan Tria Mir‟atul Mukaromah yang selalu membantu dan memberikan warna dalam hidupku.
4. Keluarga besar suami yang ada di Demak, yang selalu mendo‟akan disetiap langkahku.
5. Sahabat-sahabatku terdekat, mbak Dian, Whini, Yanti dan Mas Didik Ariyanto yang memberikan semangat dan motivasinya.
6. Teman-teman seperjuangan di Tarbiyah angkatan 2011 Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah sama-sama menimba ilmu, semoga ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat bagi kehidupan.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
ا Alif Tidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
ب ba‟ B Be
ث ta‟ T Te
ث sa‟ ṡ Es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح ḥa‟ ḥ Ha (dengan titik di bawah)
خ kha‟ Kh Ka dan Ha
د Dal D De
ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)
ز ra‟ R Er
ش Zai Z Zet
ض Sin S Es
viii
ص ṣād ṣ Es (dengan titik di bawah)
ض ḍaḍ ḍ De (dengan titik di bawah)
ط ṭa‟ ṭ Te (dengan titik di bawah)
ظ ẓa‟ ẓ Zet (dengan titik di bawah)
ع „ain „ Koma terbalik ke atas
غ Gain G Ge
ف fa‟ F Ef
ق Qāf Q Qi
ك Kāf K Ka
ه Lam L El
ً Mim M Em
ُ Nun N En
ٓ ha‟ H Ha
ء Hamzah ' Apostrof
ي ya‟ Y Ye
2. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap
ةّدع Ditulis „iddah
3. Ta‟ marbūtah
ix
تبٕ Ditulis Hibah
تٌصج Ditulis Jizyah
(ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan “h”.
ءاٍىَٗا تٍاسم Ditulis karāmah al-auliyā‟
b. Bila ta‟ marbūtah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan dammah ditulis “t”
سطفىا ةامش Ditulis zakātul fiṭri
4. Vokal Pendek
ِ Kasrah Ditulis I
ِ Fathah Ditulis A
ِ Dammah Ditulis U
5. Vokal Panjang
x 6. Vokal Rangkap
fatḥah + ya‟ mati → contoh: ٌنٍْب Ditulis ai → bainakum fatḥah + wāwu mati → contoh: ه٘ق Ditulis Au → qaulun
7. Huruf Sandang “ها”
Kata sandang “ها ” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda penghubung “-“, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf syamsiyyah; contoh :
ٌيقىا Ditulis al-qalamu
طَشىا Ditulis al-syamsu
8. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti ketentuan EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital;
xi
ABSTRAK
Kontribusi Pengasuh dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an Bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan Tanjungsari Ngesrep Ngemplak Boyolali Tahun 2014.
Oleh: Hidayatul Muniroh
Menghafal al-Qur‟an merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menyelesaikan hafalan 30 juz dibutuhkan waktu yang lama, ketekunan dan kesungguhan sangat diperlukan sekali, usaha keras, dan banyak problem yang dihadapi. Jika motivasi dan minat yang dimiliki santri lemah, maka problem tersebut akan menjadi faktor kegagalan dalam menghafal al-Qur‟an. Karenanya dibutuhkan sekali pengasuh yang bisa membantu untuk selalu memberi motivasi dan mengontrolnya secara terus menerus agar santri selalu menjaga hafalannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan kontribusi apa yang diberikan pengasuh untuk meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Adapun manfaat penelitian ini sebagai sumbangan wawasan dan khasanah keilmuan mengenai kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri, sebagai referensi bagi penelitian sejenis, dan memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi Pondok Pesantren Al-Ihsan dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, dan aktivitas sosial. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknis analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, serta menggunakan metode induktif.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan tidak hanya memberi motivasi, mentashih hafalan, memberikan tips cara cepat menghafal, memberikan tips menjaga hafalan, memberikan tips memahami isi al-Qur‟an, serta model pengasuhan setor hafalan baru (talaqqī), model menghafal Al-Qosimi dan Murāja„ah. Tetapi peneliti menemukan kontribusi lain yang diberikan oleh pengasuh yang belum ada pada teori yaitu kontribusi berupa konseling bagi santri yang kesulitan menghafal. Kontribusi dalam bentuk konseling tersebut sangatlah diperlukan untuk memberikan arahan dan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi santri.
xii hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah mengeluarkan manusia dari golongan jahililyah menuju cahaya Islam seperti yang dirasakan saat ini.
Atas petunjuk Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul: KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR‟AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-IHSAN TANJUNGSARI NGESREP NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN 2014.
Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. M. A. Fattah Santoso, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Drs. Zainal Abidin. MPd., selaku Ketua Program Studi Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
3. Bapak Drs. Ma‟arif Jamuin. M.Si, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberi bimbingan dengan penuh kesabaran serta senantiasa memberi pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
xiv
DAFTAR ISI
Hlm.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN TRANSLITERASI ... vii
xv
3. Metode Dokumentasi ... 19
D.Metode Analisis Data ... 19
BAB IV : DESKRIPSI DATA ... 20
A.Setting Tempat Kejadian ... 20
B. Bentuk Kontribusi Pengasuh kepada Penghafal ... 21
1. Tindakan Langsung ... 21
D.Fungsi Pengasuh kepada Penghafal ... 27
1. Kegiatan dalam Menghafal Al-Qur‟an ... 27
2. Kegiatan di luar Menghafal Al-Qur‟an ... 28
BAB V : ANALISIS DATA ... 29
A.Kontribusi Pengasuh dalam Meningkatkan Hafalan ... 29
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Pembimbing I Lampiran 2 Permohonan Menjadi Pembimbing II Lampiran 3 Permohonan Ijin Riset
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset Lampiran 5 Berita Acara Konsultasi Pembimbing I Lampiran 6 Berita Acara Konsultasi Pembimbing II Lampiran 7 Pedoman Wawancara
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Dokumentasi Alamat Pondok Pesantren Al Ihsan Gambar 2 Suasana Kegiatan Setor Hafalan Baru
Gambar 3 Suasana Kegiatan Shalat Berjamaah di Mushola Gambar 4 Suasana Kegiatan Murāja„ah
Gambar 5 Suasana Kegiatan Dīniyyah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang ditulis pada musḥaf , yang turun secara mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah.2 Menghafal al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang cenderung sulit dari pada membaca dan memahaminya. Proses menghafal al-Qur‟an membutuhkan waktu yang lama, ketekunan dan kesungguhan sangat dibutuhkan sekali, usaha keras, ingatan yang kuat serta minat dan motivasi. Sehingga kebanyakan santri berhenti di tengah jalan sebelum menyelesaikan hafalan 30 juz.
Pondok Pesantren Al-Ihsan adalah pondok pesantren yang hampir semua santrinya menghafal al-Qur‟an. ustāż-ustāżah sebagai pengasuh memiliki pengaruh besar bagi santrinya dalam mengajar ngaji dan menerima setor hafalan santri serta memberikan pengarahan dalam menyelesaikan hafalan. Sehingga terjalin hubungan yang dekat antara pengasuh dengan para santri.
Dalam menghafal al-Qur‟an santri memiliki kendala yaitu lemahnya tekat, motivasi, serta malas dalam melakukan murāja„ah yaitu mengulang kembali ayat-ayat yang telah dihafal sehingga beban menjaga
2
2
hafalan terasa berat karena terlalu banyak yang telah lupa hingga akhirnya berhenti menjadi pilihan bagi mereka yang merasa tidak mampu lagi.
Berdasarkan paparan di atas pengasuh memiliki peran penting untuk memberikan sesuatu yang mampu meningkatkan prestasi menghafal al-Qur‟an santri Al-Ihsan. Dengan demikian penulis tertarik mengambil judul Kontribusi Pengasuh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan Tanjungsari, Ngesrep,
Ngemplak Boyolali Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Apa kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al
-Ihsan?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan”.
D. Manfaat penelitian
3
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan mengenai kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi bagi penelitian sejenis.
2. Secara Praktis
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Untuk menunjukkan orisinalitas penulis diperlukan hasil penelitian yang berkaitan dengan judul dan masalah yang akan penulis teliti. Beberapa penelitian yang terkait dengan masalah yang penulis angkat antara lain:
1. Layli Fauziyah (UIN Yogyakarta 2010) dalam skripsinya yang berjudul “Motivasi sebagai Upaya Mengatasi Problematika Santri Menghafal Al-Qur‟an di Madrasah Tahfizhul Qur‟an Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta”. Dari hasil penelitian tersebut motivasi mempunyai peran penting dalam upaya
menjadikan santri Madrasah tahfizhul Qur‟an pondok pesantren Al
-Munawwir komplek Q Krapyak Yogyakarta serius menghafal
al-Qur‟an. Kebanyakan problematika santri muncul secara internal
maupun eksternal dan motivasi hal ini mampu menyeimbangkan kondisi tertentu sehingga pada akhirnya santri bisa menghafal
al-Qur‟an lebih baik lagi.
2. Maidatul Faizah (STAIN Sala Tiga 2012) dalam skripsinya yang berjudul “Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Pondok Pesantren Daarul Qur‟an (Santri Usia Sekolah Menengah Pertama) Colomadu Karanganyar Tahun 2012”. Dari hasil penelitian tersebut metode
5
metode waddah(menghafal per ayat), metode sima‟i (menyimak bacaan al-Qur‟an), metode menghafal per hari satu muka/halaman, dan metode pengulangan umum. Metode-metode tersebut dapat digunakan untuk menambah hafalan siswa.
3. Umu Hani (UIN Yogyakarta 2014) dalam skripsinya yang berjudul
“Peran Pengasuh dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal Al-Qur‟an
Santri Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kota Gede Yogyakarta”. Dari hasil penelitian tersebut yaitu hasil yang telah dicapai dari peran dan pengasuh bahwa santri mengalami peningkatan minat dan motivasi untuk lebih memperbaiki hafalannya dan menambah hafalannya. Dengan adanya semaan dan bimbingan secara continue dilakukan oleh pengasuh, hasil hafalan santri berdasarkan dari nilai semaan rutin menunjukkan bahwa santri menunjukkan peningkatan dalam hal kelancaran dalam mengulang kembali hafalannya yang telah lalu.
6
B. Tinjauan Teoritik
1. Teori Kontribusi
a. Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute,
contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,
melibatkan diri maupun sumbangan.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa kontribusi adalah uang iuran dan sumbangan.4 Dalam kamus sekolah kontribusi adalah ikut serta memberikan atau menyediakan sesuatu.5
Kontribusi adalah segala hal yang menambah nilai atau manfaat yang berwujud atau tidak berwujud.6 Kontribusi merupakan kata keterlibatan diri yang mendalam yaitu melibatkan diri dengan kompetensi yang dimiliki untuk digunakan dengan baik dalam gejala sosial tersebut selain dari itu bahwa motivasi intrinsik lebih berperan dalam hal ini, orang tersebut melibatkan diri karena paham dan mengerti bahwa energinya dibutuhkan dan digunakan
3
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 144-145
4
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), hlm. 730.
5
Alexandra, Chambers Kamus Sekolah (Jakarta: P.T. Indeks, 2013), hlm. 154.
6
7
oleh orang lain dan berkontribusi semata-mata karena keikhlasan dalam kemajuan tujuan organisasi atau kehidupan.7
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan seseorang baik dalam bentuk tindakan maupun pemikiran untuk memajukan serta mewujudkan tujuan bersama.
Sedangkan pengasuh dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan yaitu orang yang mengasuh, wali (orang tua).8 Pengasuh yang dimaksud adalah Kyai (pemimpin pondok), ustāż-ustāżah
yang berperan sebagai pembimbing dan pemberi motivasi serta menjadi muwajjih (penerima setor hafalan) bagi santri yang menghafal al-Qur‟an.
Jadi, kontribusi pengasuh adalah keterlibatan Kiai dan ustāż-ustāżah baik dalam bentuk tindakan maupun pemikiran
untuk memajukan maupun mewujudkan tujuan bersama dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an. Seseorang dikatakan berkontribusi manakala ia ikutserta, melibatkan diri maupun sumbangan dalam proses bimbingan, baik berupa pemikiran atau tindakan.
7
http://yusdismile.blogspot.com/2008/11/partisipasi-dan-kontribusi.html di akses pada tanggal 2 Maret 2015
8
8
b. Bentuk Kontribusi pengasuh
Dari pengertian di atas, maka bentuk kontribusi pengasuh dapat berupa:
1) Tindakan langsung, yaitu pengasuh langsung melibatkan diri atau ikut serta dalam proses menghafal al-Qur‟an santri. Seperti menerima setor hafalan dan mentashih hafalan.
2) Tindakan tidak langsung, yaitu pengasuh memberi sumbangan dalam bentuk pemikiran untuk meningkatkan hafalan santri, tetapi tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses menghafal al-Qur‟an. Seperti cara cepat menghafal al-Qur‟an, mempertahankan/menjaga hafalan, dan memahami isi
al-Qur‟an.9
c. Fungsi Kontribusi Pengasuh
Dalam hal menghafal al-Qur‟an, pengasuh sangatlah diperlukan untuk membantu melancarkan usaha bagi seseorang yang menghafal al-Qur‟an. Seperti mengayomi, menunjukkan cara, memotivasi, serta mentashih hafalan.
Apabila pengasuh dapat membantu memudahkan urusan mereka, maka pengasuh tersebut sudah berkontribusi dalam
9
9
meningkatkan hafalan al-Qur‟an bagi orang-orang yang berusaha untuk menghafalnya.10
2. Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.11 Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori. Dimana apabila mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi kognitif, terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.12
Jadi yang di maksud menghafal al-Qur‟an yaitu usaha meresapkan ayat-ayat al-Qur‟an ke dalam pikiran agar selalu ingat.
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil
pelajaran?. (QS. Al-Qamar:17).13
10
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an (Surakarta: Insan Kamil, 2013), hlm. 8-10.
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, hlm. 473.
12
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi Cet. 22 (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 63.
13
10
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah telah memudahkan lafaż al-Qur‟an untuk dibaca dan dihafalkan serta mudah untuk dipahami maknanya. Juga mudah untuk dihayati bagi siapa saja yang ingin mengambil pelajaran darinya.
b. Cara Cepat Menghafal Al-Qur‟an 1) Membuat perencanaan yang jelas
2) Bawalah musḥaf al-Qur‟an kecil dalam saku
3) Mulailah dari juz-juz al-Qur‟an yang mudah dihafal 4) Jangan berpindah hafalan sebelum benar-benar hafal 5) Membagi surat-surat yang panjang.14
6) Memperhatikan ayat-ayat mutasyabihat (ayat-ayat yang serupa).15
c. Menjaga Hafalan Al-Qur‟an
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga hafalan, yaitu: 1) Murāja„ah (mengulang bacaan ayat atau surat yang telah kita
hafal)
2) Bertakwa kepada Allah dan menjauhi maksiat 3) Membaca hafalan dalam salat
4) Memperdengarkan hafalan pada orang lain 5) Membawa al-Qur‟an ukuran saku.16
14
Raghib As-Sirjani dkk, Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an (Solo: Aqwa, 2007), hlm. 86-105.
15
11
7) Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.17
3. Model Pengasuhan
Atrinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi al-Qur'an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui”.(QS. An-Naml: 6).18
Menurut Imam At-Thabari kata talaqqī pada ayat di atas mengisyaratkan salah satu metode menghafal al-Qur‟an,
16
Bahirul Amali Herry, Agar orang sibuk Bisa Menghafal Al-Qur‟an, hlm. 153-166.
17 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm. 100-111.
18
12
yaitu talaqqī (menurut penafsiran sebagian ulama) atau talqīn
(menurut pendapat yang lain).
Talaqqī yaitu presentasi hafalan murid kepada gurunya.
Sedangkan talqīn yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengan membaca suatu ayat, lalu ditirukan oleh sang murid secara berulang-ulang hingga hafal.19
Talaqqī berasal dari kata laqiya yang berarti berjumpa. Yang dimaksud berjumpa disini adalah bertemunya antara murid dan gurunya. Jadi talaqqī adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur.20
2) Tujuan Talaqqī
Model talaqqī ini digunakan dalam proses menghafal
al-Qur‟an yaitu untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon
ḥafiż dan memudahkan pengajar mengawasi murid karena membimbing mereka secara langsung.21
3) Sistem Pengajaran Model Talaqqī
a) Seorang guru membaca atau menyampaikan ilmunya di depan murid-muridnya. Sedangkan para murid menyimak sambil memperhatikan al-Qur‟an.
19
Bahirul Amali Herry, Agar orang sibuk Bisa Menghafal Al-Qur‟an, hlm. 83-88.
20 Ahmad Zainal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz „Amma, (Yogyakarta: Sabil, 2015),
hlm. 37.
21
13
b) Murid menghafal di depan guru, kemudian guru tersebut membenarkan jika ada kesalahan dalam hafalan.22
4) Prinsip Bertalaqqī
Prinsip dari model talaqqī ini adalah menghafal
al-Qur‟an dengan cara bimbingan langsung oleh seorang guru.
Tetapi, sebelum bertemu dan menyetorkan hafalan, tentu saja kita harus sudah mempersiapkan diri, terutama terkait dengan seberapa banyak dan seberapa bagus hafalan kita.23
5) Cara Bertalaqqī
Untuk memudahkan pengasuh dalam mengidentifikasi calon ḥafiż dalam bertalaqqī, dapat menggunakan kartu bimbingan. kartu tersebut diajukan kepada pengasuh saat murid akan menyetorkan hafalannya, apabila murid tidak mampu menghafal dengan lancar sesuai ayat atau surat yang telah ditentukan, maka pembimbing sebaiknya tidak memberi tanda paraf. Tetapi apabila murid lancar menghafal, maka pembimbing bisa memberikan tanda paraf dalam kartu tersebut. Cara tersebut digunakan untuk memberi kebebasan pada murid dalam menghafal dari ayat satu sampai ayat yang lainnya sesuai dengan komitmen dan target yang telah ditentukan.
22
Ibid. hlm. 38.
23
14
b. Model Al-Qosimi
1) Pengertian Al-Qosimi
Al-Qosimi adalah metode menghafal al-Qur‟an yang dalam pelaksanaannya membaca minimal 40 kali sebelum proses menghafal. 40 kali sebelum menghafal tanpa kita sadari sebenarnya sudah termasuk dalam proses menghafal. Setelah 40 kali kita menghafalnya, kemudian mengulanginya sampai ajal menjemput kita. Menghafal dengan menggunakan metode ini biasanya digunakan untuk jangka panjang.24
2) Tujuan Model Al-Qosimi
a) Untuk memudahkan cara kerja otak
b) Untuk mukadimah atau pemanasan sebelum menghafal c) Untuk memudahkan hafal nomor halaman dan nomor ayat
d) Untuk menjadikan hafalan “High Quality”.25
3) Langkah-langkah Model Al-Qosimi
Dalam model Al-Qosimi ada 3 fase untuk menghafal
al-Qur‟an, fase pertama membaca 40 kali, fase kedua
menghafal, dan fase ketiga mengulangi. 26 4) Pelaksanaan Model Al-Qosimi
24
Abu Hurrri Al-Qosimi Al Hafizh, Anda Pasti Bisa Hafal Al-Qur‟an Metode Al-Qosimi. (Solo: Al-Hurri Media Qur‟anuna, 2014), hlm. 36.
25
Ibid, hlm. 56-57
26
15
Metode ini dalam pelaksanaannya mempunyai tiga tahapan atau putaran. Putaran pertama dibaca 20 kali, putaran kedua dibaca 10 kali, dan putaran ketiga dibaca 10 kali. Jika pada halaman yang akan di hafal ayatnya pendek-pendek (banyak), kelompokanlah setiap 5 ayat menjadi satu kelompok. Jika pada halaman yang akan dibaca ayat-ayatnya ada sekitar 10 ayat atau ayatnya tidak banyak, maka dibagi menjadi 2 bagian atau kelompok. Satu bagian disebut setengah halaman atas, dan yang selanjutnya disebut setengah halaman bawah.27
Tabel Cara Membaca 40 kali
Tahapan I Tahapan II Tahapan III
Total
1) Pengertian Murāja„ah
Murāja„ah adalah metode menghafal al-Qur‟an yang dalam pelaksaannya mengulang bacaan ayat atau surat yang kita hafal dengan baik. Membaca al-Qur‟an secara rutin dan berulang-ulang akan membuat hafalan tetap melekat dipikiran.28
27
Ibid, hlm. 37
28
16
2) Waktu Murāja„ah
Rasulullah saw menentukan waktu yang tepat untuk murāja„ah al-Qur‟an, yaitu pada malam hari. Dan yang paling afdhal adalah membaca al-Qur‟an ketika shalat malam dengan cara menghafal, atau membaca ayat yang dihafalkan saat siang hari. Sebagaimana dalam firman-Nya:
Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai
urusan yang panjang (banyak). (QS. Al-Muzammil: 6-7).29
Dr. Abdussalam Muqbil al-Majidi menyatakan hikmah dan keutamaan memilih waktu malam untuk murāja„ah
al-Qur‟an, adalah karena:
a) Waktu malam itu lebih tepat untuk khusyuk
b) Waktu malam lebih menyatu antara hati, telinga, dan lisan c) Aktivitas di waktu malam lebih baik daripada di waktu
siang.30
29
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemah, hlm. 574.
30
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jika ditinjau dari tempat penelitian maka penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research). Penelitian ini dilaksanakan pada kehidupan sebenarnya, metode penelitian lapangan ini pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang terjadi pada suatu saat ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.31
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif yaitu langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting sosial dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar dari pada angka-angka.32
B. Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian ini terletak di pondok pesantren Al-Ihsan yang berada di Tanjungsari Ngesrep Ngemplak Boyolali, sedangkan subjek penelitian ini adalah pengasuh beserta jajarannya dan santri pondok pesantren Al-Ihsan.
31
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 28.
32 Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
18
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan langsung terhadap suatu objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.33 Metode observasi dalam penelitian ini dipakai untuk mengamati dan mengambil data kontribusi apa yang diberikan pengasuh untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an santri.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara jelas dari informan.34 Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pengasuh beserta jajarannya dan santri pondok pesantren Al-Ihsan untuk memperoleh informasi dan data tentang bagaimana kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an santri.
33
Ibid. hlm. 105.
19
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.35 Dokumentasi digunakan penulis untuk mendapat data tentang letak geografis, jadwal kegiatan, nama-nama santri dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Teknis yang penulis gunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang terdiri dari empat tahapan. Pertama, mengumpulkan data. Kedua adalah melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan sehingga data terpilah-pilah. Ketiga, data yang sudah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi, kemudian keempat penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.36
Penarikan kesimpulan dari hasil analisis data digunakan metode induktif. Induktif adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta atau pengalaman nyata (ucapan atau perilaku subjek penelitian atau situasi lapangan penelitian) untuk merumuskan teori.37
20
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Setting Tempat Kejadian
Pondok Pesantren Al-Ihsan terletak di Dusun Tanjungsari RT 04 RW 03, Desa Ngesrep, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.38 Pondok Pesantren yang didirikan pada bulan juli tahun 2004 ini telah dipimpin oleh Ustāż Abu Bakar Al Hafidz (36 tahun) dan sebagai penerima setor hafalan baru yang dibantu oleh Ustāż Abdullah Malik Arrazak (19 tahun). Ustāż Abdul Wafa ditugaskan sebagai sekertaris (25 tahun), sedangkan yang ditugaskan sebagai bendahara adalah Ustāż Mustofa (22 tahun). Ustāż Wafa dan Ustāż Mustofa saat ini juga belajar di
Ma‟had Abu Bakar. Sedangkan Ustāż Sofwan dan Ustāż Nur sebagai pengasuh yang bertugas mengajarkan diniyyah. Pondok pesantren Al-Ihsan saat ini memiliki 20 santri putra yang berasal dari berbagai daerah yang mulai dari usia 12 tahun sampai 23 tahun.39
Pada tahun 2007 Pondok pesantren Al-Ihsan memiliki cabang yang berada di dusun Menjing RT 03 RW 01, desa pandean, kecamatan Ngemplak, kabupaten Boyolali. Disana hanya khusus untuk santri putri, yang jumlahnya ada 26 santri yang berasal dari berbagai daerah. Di
38
Hasil Observasi dan Dokumentasi pada hari kamis tanggal 22 januari 2015
39
21
pondok putri juga di pimpin oleh Ustāż Abu Bakar, tetapi yang bertugas untuk mengurus santri putri adalah Ustāż-Ustāżah.40
Pondok pesantren Al-Ihsan masih di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Yatim Hajjah Patisah yang berada di Jalan Parang Kusumo No. 103 Gentan Sukoharjo yang di pimpin oleh Ustāż Hasim.41
B. Bentuk Kontribusi Pengasuh kepada Penghafal
Pengasuh yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan bentuk kontribusinya berupa tindakan yang terlibat langsung dalam proses menghafal al-Qur‟an dan tindakan tidak langsung dalam menghafal al -Qur‟an.
1. Tindakan Langsung
Dalam kontribusi pengasuh berupa tindakan yang terlibat langsung dalam proses menghafal al-Qur‟an ada beberapa pengasuh, seperti: a. Ustāż Abu Bakar
Ustāż Abu Bakar adalah pengasuh utama karena beliau juga pimpinan Pondok Pesantren Al-Ihsan, Ustāż Abu bagian membimbing santri yang baru masuk pondok dengan cara memberikan tips bagaimana cara cepat menghafal al-Qur‟an, menjaga hafalan dan memberi motivasi kepada santri. Selain itu beliau juga pentashih dan penerima setor hafalan baru yang dilaksanakan setelah shalat subuh berjamaah sampai jam 07.00. “ kadangkala beliau juga mengawasi santri yang sedang murāja„ah
40 Hasil Wawancara dengan Ustāż Wafa pada hari jum‟at tanggal 23 januari 2015 41
22
pada jam 08.00” tambah dari Rohim. Ketika sudah selesai setor
hafalan, Ustāż Abu mengingatkan kepada santri untuk meluruskan niat, menyempurnakan amal ibadah (jaga shalat lima waktu berjamaah), dan amalan lainnya seperti puasa senin kamis.42
b. Ustāż Abdullah Malik Arrazak
Ustāż Abdul (panggilan akrab santri) dulunya adalah santri pondok pesantren Al-Ihsan yang sudah berhasil menghafal
al-Qur‟an selama 6 tahun seangkatan dengan Ustāż Afif yang sekarang diminta oleh pondok pesantren yang berada di Bogor Jawa Barat sebagai pengasuh disana. Sedangkan Ustāż Abdul ditunjuk oleh Ustāż Abu untuk membantu beliau sebagai pengasuh dalam proses menghafal. Tugas beliau adalah membantu Ustāż Abu mentashih dan menerima setor hafalan bagi santri yang baru-baru dan sebagai pengawas saat santri melaksanakan murāja„ah, baik murāja„ah hafalan yang baru maupun hafalan yang lama.
“Selain itu beliau juga sabagai pengganti apabila Ustāż Abu ada halangan dan tidak bisa hadir untuk mentashih serta menerima
hafalan santri”.43
Jadi, pengasuh yang terlibat langsung dalam proses meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri hanyalah Ustāż Abu dan
Ustāż Abdul, sedangkan Ustāż-Ustāż yang lain sebagai pengasuh dalam kegiatan selain menghafal al-Qur‟an seperti diniyyah,
42 Hasil Dokumentasi dan Wawancara dengan Nur Rohim pada hari Jum‟at tanggal 13
maret 2015
43
23
furusiyyah, jaulah, dan sebagai pengurus yang mendisiplinkan
santri untuk kelancaran kegiatan. 2. Tindakan Tidak Langsung
a. Kontribusi pengasuh dalam bentuk pemikiran
Pengasuh yang berkontribusi dalam bentuk pemikiran tidak hanya pengasuh yang membimbing dalam proses menghafal al-Qur‟an saja, tetapi semua pengasuh yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
Semua pengasuh berdiskusi untuk membantu kelancaran santri dalam menghafal al-Qur‟an, seperti: dalam proses meningkatkan hafalan, memperbagus qiro‟ah, memperbaiki tajwid, cara mempertahankan atau menjaga hafalan, dan konseling bagi santri yang kesulitan menghafal.44
Kontribusi tersebut diberikan untuk memberikan arahan kepada santri supaya dapat meningkatkan hafalannya.
C. Model Bimbingan Hafalan
Dalam proses menghafal al-Qur‟an, pengasuh menerapkan model bimbingan kepada santri yang berupa:
1. Setor Hafalan Baru (talaqqī)
Setor hafalan baru dilaksanakan habis shalat subuh sampai jam 07.00. Dalam kegatan ini santri harus sudah memiliki modal hafalan
yang akan disetorkan kepada pengasuh. “Model ini dilaksanakan
44
24
dengan tujuan untuk mengetahui hasil hafalan santri”. Tambah Ustāż Abu (panggilan akrab Ustāż Abu Bakar). Dalam kegiatan ini Ustāż Abu dibantu oleh Ustāż Abdul, untuk bagian santri yang masih binadhor (membaca al-Qur‟an) dan hafalannya yang masih sedikit.45
Dalam proses kegiatan ini santri harus berbaris di depan pengasuh. Sebelum menyetorkan hafalan baru, santri menyerahkan kartu bimbingan untuk mengetahui mulai dari mana santri harus setor hafalan barunya, dan sebagai tanda apakah santri sudah baik dan lancar
dalam menghafal atau belum. “ kalau santri sudah baik dan lancar
dalam menghafal, maka santri dapat melanjutkan ke ayat berikutnya. Apabila santri belum belum baik dan lancar, maka besuk santri mengulangi apa yang dihafal dan disetorkan hari ini. Itu dilakukan supaya ayat yang sudah dihafal santri tidak mudah hilang dari pikiran/lupa”.46
2. Murāja„ah Hafalan Lama
Kegiatan murāja„ah hafalan lama dimulai pada jam 08.00-10.00. Kegiatan ini dilaksanakan di aula utama pondok, cara yang digunakan yaitu santri saling berpasangan. Santri yang hafalnnya sudah banyak berpasangan dengan santri yang hafalannya sudah banyak pula, santri yang hafalannya masih sedikit berpasangan dengan santri yang hafalannya masih sedikit, dan santri yang masih binadhor berpasangan
45 Hasil Wawancara dengan Ustāż Abu Bakar pada hari jum‟at tanggal 23 januari 2015 46
25
dengan santri yang masih binadhor juga. Jadi setiap pasangan sesuai dengan kemampuan santri.47
Dalam kegiatan ini santri dibentuk berpasangan dengan tujuan untuk saling menyimak supaya ayat-ayat yang sudah dihafal tidak hilang dari pikiran atau dalam kata lain untuk menjaga hafalan
al-Qur‟an agar tetap melekat dalam pikiran. Lamanya pergantian menyimak tidak ditentukan oleh pengasuh, tetapi sesuai kesepakatan setiap pasangan.48
Dalam kegiatan ini pengasuh tetap memberi bimbingan berupa arahan dan motivasi kepada santri sebelum kegiatan selesai dan dibubarkan.
3. Murāja„ah Hafalan Baru
Murāja„ah hafalan baru dilaksanakan malam hari jam 20.00-21.00. Kegiatan ini dilakukan di mushola pondok, karena kegiatan ini di mulai setelah santri mengikuti kegiatan diniyyah yang dilaksanakan di mushola juga.49
Dalam kegiatan ini santri bermurāja„ah sendiri-sendiri tetapi tetap
dalam pengawasan pengasuh. “ini dilakukan untuk menanamkan rasa istiqomah kepada santri dalam bermurāja„ah, kegiatan ini dilakukan
47
Hasil Observasi dan Wawancara dengan Nur Rohim pada hari kamis tanggal 5 Februari 2015
48
Hasil Observasi dan Wawancara dengan Nur Rohim pada hari kamis tanggal 5 Februari 2015
49
26
untuk memperkuat hafalan santri” ujar Amir, santri yang usianya 16 tahun dan sudah 3 tahun di pondok pesantren Al-Ihsan.
4. Proses Menghafal Al-Qur‟an
Pada saat santri mulai menghafal al-Qur‟an, ada metode yang diberitahukan oleh pengasuh untuk memudahkan santri dalam menghafal al-Qur‟an, yaitu metode membaca secara berulang-ulang sebanyak 40 kali (Al-Qosimi). “metode yang biasanya digunakan santri pada saat menghafal al-Qur‟an adalah membaca secara berulang -ulang per ayat atau surat, karena dengan membaca ber-ulang--ulang secara tidak langsung santri akan mengingat ayat atau surat yang
dibaca”.50
Apabila santri merasa kesulitan dalam menghafal al-Qur‟an, biasanya santri tersebut disuruh menemui pengasuh untuk mengetahui mengapa santri itu kesulitan menghafal, lalu pengasuh akan memberikan arahan kepada santri sesuai dengan masalah yang dihadapi, atau yang biasa disebut dengan bimbingan konseling bagi santri yang kesulitan menghafal al-Qur‟an. “masalah yang biasanya dihadapi santri adalah masalah yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti malas murāja„ah, tidak fokus, dan berpindah ayat sebelum benar-benar hafal”. Tambah Rohim.
Selain itu, bagi santri yang baru masuk pondok akan mendapat bimbingan dari pengasuh terlebih dahulu, bimbingan itu berupa
50
27
memberi arahan pada santri dengan menunjukkan bagaimana cara cepat menghafal menghafal al-Qur‟an, bagaimana menjaga hafalan supaya tidak mudah lupa, serta memberi motivasi supaya santri semangat dan istiqomah dalam menghafal al-Qur‟an. “Bimbingan yang diberikan oleh pengasuh supaya santri tidak kesulitan dalam menghafal al-Qur‟an, dan supaya hafalan yang sudah diperoleh tidak mudah
hilang dari ingatan”.51
D. Fungsi Pengasuh kepada Penghafal
Kegiatan yang diaksanakan santri dari bangun tidur sampai tidur lagi sudah terjadwal, dari masing masing kegiatan akan didampingi pengasuh sesuai pembagian tugasnya masing-masing, seperti:
1. Kegiatan dalam Menghafal Al-Qur‟an
a. Dalam kegiatan setor hafalan baru (talaqqī) fungsi pengasuh menerima setor hafalan, mentashih hafalan (membenarkan apabila ada ayat-ayat yang salah saat dihafalkan) dan membantu memberi arahan atau motivasi supaya santri percaya diri.
b. Pada saat santri mempersiapkan setor hafalan al-Qur‟an fungsi pengasuh adalah menunjukkan cara cepat menghafal al-Qur‟an dan memberi motivasi kepada santri supaya santri semangat dalam menghafal al-Qur‟andan tidak mudah putus asa.
c. Pada kegiatan murāja„ah, baik murāja„ah hafalan baru maupun hafalan lama fungsi pengasuh adalah menunjukkan bagaimana cara
51
28
menjaga hafalan supaya hafalan yang sudah diperoleh santri tetap terjaga dan tidak mudah hilang dalam ingatan serta istiqomah
untuk bermuraja‟ah.52
2. Kegiatan di luar Menghafal Al-Qur‟an
Sedangkan dalam kegiatan yang dilakukan santri selain menghafal al-Qur‟an juga di dampingi pengasuh, seperti:
a. Kegiatan dīniyyah fungsi dari pengasuh adalah membimbing santri dalam belajar kitab, dengan belajar kitab dapat membantu memudahkan santri dalam menghafal ayat-ayat al-Qur‟an,
memperbaiki tajwid, memperbagus qiro‟ah, dan memahami isi
al-Qur‟an.
b. Kegiatan furusiyyah dan ḥaḍroh, dalam kegiatan ini pengasuh berfungsi memberikan keterampilan kepada santri dalam bidang olah raga untuk kesehatan para santri dan memberikan hiburan supaya santri tidak putus asa dalam menghafal al-Qur‟an karena merasa jenuh.53
Jadi, pengasuh memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan begitu dalam usaha untuk meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri maupun kegiatan lain, pengasuh sudah berkontribusi sesuai dengan bagian masing-masing.
52 Hasil Wawancara dengan Ustāż Abdullah dan Nur Rohim pada hari jum‟at tanggal 20
Maret 2015
53
29
BAB V
ANALISIS DATA
Berdasarkan teori pada Bab II dan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dipaparkan pada Bab IV, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data berdasarkan teori. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang diperoleh dari tempat penelitian kemudian dianalisis terhadap teori yang telah di tulis di Bab II kemudian mengambil kesimpulan.
A. Kontribusi Pengasuh dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri
1. Bentuk Kontribusi Pengasuh
Sesuai dengan data yang diperoleh pada Bab IV halaman 20-24 bahwa pengasuh yang ada di pondok pesantren Al-Ihsan bentuk kontribusinya berupa:
a. Tindakan Terlibat Langsung
Pengasuh yang terlibat langsung dalam menghafal al-Qur‟an yaitu
30
murāja„ah, baik murāja„ah hafalan yang baru maupun hafalan yang lama.
b. Tindakan Tidak Langsung
Pengasuh yang berkontribusi dalam bentuk pemikiran adalah semua pengasuh yang ada di pondok, tidak hanya pengasuh yang membimbing dalam proses menghafal al-Qur‟an saja.
Semua pengasuh berdiskusi untuk meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri, seperti: dalam proses meningkatkan hafalan, memperbagus
qiro‟ah, memperbaiki tajwid, cara mempertahankan atau menjaga
hafalan, dan konseling bagi santri yang kesulitan menghafal.
Sementara itu teori yang telah disusun pada Bab II halaman 8-11, yaitu bentuk kontribusi berupa: tindakan langsung, yaitu pengasuh langsung melibatkan diri atau ikut serta dalam proses menghafal al-Qur‟an santri dan tindakan tidak langsung berupa pemikiran. Pemikiran yang didiskusikan oleh pengasuh untuk meningkatkan hafalan al-Qur‟an bagi santri, seperti cara cepat menghafal al-Qur‟an, mempertahankan/menjaga hafalan, dan memahami isi al-Qur‟an.
31
2. Fungsi Kontribusi Pengasuh kepada Penghafal
Sesuai dengan data yang diperoleh pada Bab IV halaman 27-29 bahwa fungsi kontribusi pengasuh yang ada di pondok pesantren Al-Ihsan berupa:
a. Kegiatan dalam Menghafal Al-Qur‟an
Dalam kegiatan setor hafalan baru (talaqqī) fungsi pengasuh menerima setor hafalan, mentashih hafalan (membenarkan apabila ada ayat-ayat yang salah saat dihafalkan) dan membantu memberi arahan. Pada saat santri mempersiapkan setor hafalan al-Qur‟an fungsi pengasuh adalah menunjukkan cara cepat menghafal al-Qur‟an dan memberi motivasi kepada santri supaya santri semangat dalam menghafal al-Qur‟an dan tidak mudah putus asa. Sedangkan Pada kegiatan murāja„ah, baik murāja„ah hafalan baru maupun hafalan lama fungsi pengasuh adalah menunjukkan bagaimana cara menjaga hafalan supaya hafalan yang sudah diperoleh santri tetap terjaga dan tidak mudah hilang dalam ingatan serta istiqomah untuk bermuraja„ah.
b. Kegiatan di luar Menghafal Al-Qur‟an
Pada kegiatan dīniyyah fungsi dari pengasuh adalah membimbing santri dalam belajar kitab, dengan belajar kitab dapat membantu memudahkan santri dalam menghafal ayat-ayat al-Qur‟an,
32
berfungsi memberikan keterampilan kepada santri dalam bidang olah raga untuk kesehatan para santri dan memberikan hiburan supaya santri tidak putus asa dalam menghafal al-Qur‟an karena merasa jenuh.
Maka dengan penjabaran data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengasuh memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pengasuh. Dengan begitu dalam usaha untuk meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri maupun kegiatan lain, pengasuh sudah berkontribusi sesuai dengan bagian masing-masing.
Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikutip pada Bab II halaman 8-9, bahwa dalam hal menghafal al-Qur‟an, pengasuh sangatlah diperlukan untuk membantu membantu melancarkan usaha bagi seseorang yang menghafal al-Qur‟an. Seperti mengayomi, memberi arahan, menunjukkan cara, memotivasi serta mentashih hafalan.
3. Model Pengasuhan dalam Menghafal Al-Qur’an
Untuk meningkatkan hafalan Al-Qur‟an santri perlu adanya model pengasuhan yang sesuai, maka model pengasuhan yang di terapkan di Pondok Pesantren Al-Ihsan sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV halaman 24-27, yaitu:
a. Setor Hafalan Baru (Talaqqī)
Setor hafalan baru dilaksanakan habis shalat subuh sampai jam 07.00. Dalam kegatan ini santri harus sudah memiliki modal hafalan
33
tujuan untuk mengetahui hasil hafalan santri”. Tambah Ustaż Abu Bakar. Dalam proses kegiatan ini santri harus berbaris di depan pengasuh. Sebelum menyetorkan hafalan baru, santri menyerahkan kartu bimbingan untuk mengetahui mulai dari mana santri harus setor hafalan barunya, dan sebagai tanda apakah santri sudah baik dan lancar dalam menghafal atau belum.
b. Murāja„ah Hafalan Lama
Kegiatan murāja„ah hafalan lama dimulai pada jam 08.00-10.00. Kegiatan ini dilaksanakan di aula utama pondok dengan santri saling berpasangan dengan tujuan untuk saling menyimak supaya ayat-ayat yang sudah dihafal tidak hilang dari pikiran atau dalam kata lain untuk menjaga hafalan al-Qur‟an agar tetap melekat dalam pikiran. Dalam kegiatan ini pengasuh tetap memberi bimbingan berupa arahan dan motivasi kepada santri sebelum kegiatan selesai dan dibubarkan. c. Murāja„ah Hafalan Baru
Murāja„ah hafalan baru dilaksanakan malam hari jam 20.00-21.00. Kegiatan ini dilakukan di mushola pondok. Dalam kegiatan ini santri bermurāja„ah sendiri-sendiri tetapi tetap dalam pengawasan pengasuh.
“ini dilakukan untuk menanamkan rasa istiqomah kepada santri dalam
bermuraja‟ah, itu dilakukan untuk memperkuat hafalan santri” ujar
34
d. Proses Menghafal Al-Qur‟an
Pada saat santri mulai menghafal al-Qur‟an, ada metode yang diberitahukan oleh pengasuh untuk memudahkan santri dalam menghafal al-Qur‟an, yaitu metode membaca ayat atau surat secara berulang-ulang sebanyak 40 kali (Al-Qosimi), karena dengan membaca berulang-ulang secara tidak langsung santri akan mengingat ayat atau surat yang dibaca.
Selain itu, bagi santri yang baru masuk pondok akan mendapat bimbingan dari pengasuh terlebih dahulu, bimbingan itu berupa memberi arahan pada santri dengan menunjukkan bagaimana cara cepat menghafal menghafal al-Qur‟an, bagaimana menjaga hafalan supaya tidak mudah lupa, serta memberi motivasi supaya santri semangat dan istiqomah dalam menghafal al-Qur‟an.
35
Jadi secara teoritik dapat disebutkan bahwa kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an bagi santri baik dari bentuk, fungsi, maupun model pengasuhannya yaitu, memberi motivasi, mentashih hafalan, memberikan tips cara cepat menghafal, memberikan tips menjaga hafalan, memberikan tips memahami isi al-Qur‟an, serta model pengasuhan setor hafalan baru (talaqqī), model menghafal Al-Qosimi dan
Murāja„ah.
Akan tetapi yang perlu diketahui bahwasanya kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an bagi santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan lebih banyak dibandingkan dengan kontribusi pengasuh yang ada pada teori Bab II. Kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri tersebut adalah konseling bagi santri yang kesulitan menghafal. Kontribusi dalam bentuk konseling tersebut sangatlah diperlukan untuk memberikan arahan dan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi santri. Masalah yang biasanya dihadapi santri adalah masalah yang berasal dari dalam diri santri sendiri, yaitu malas
36 BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi di Pondok Pesantren Al-Ihsan, maka penulis dapat menyimpulkan:
1. Bentuk kontribusi pengasuh kepada penghafal yaitu mentashih dan penerima setor hafalan baru. Selain itu pengasuh juga berdiskusi untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an santri, seperti: dalam proses
meningkatkan hafalan, memperbagus qiro’ah, memperbaiki tajwid, dan cara mempertahankan atau menjaga hafalan.
2. Fungsi pengasuh kepada penghafal sesuai dengan tugas masing-masing sesuai jadwal kegiatan yang sudah ditentukan, yaitu kegiatan dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an santri, seperti kegiatan setor hafalan baru (talaqqī), persiapan setor hafalan al-Qur’an, serta kegiatan murāja‘ah
(baik murāja‘ah hafalan lama maupun hafalan baru). Dan kegiatan diluar menghafal al-Qur’an, seperti kegiatan dīniyyah, furusiyyah danḥaḍroh. 3. Model pengasuhan dalam menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Al
37
Sedangkan kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan
al-Qur’an santri yang belum disebutkan dalam kesimpulan di atas adalah konseling bagi santri yang kesulitan menghafal. Kontribusi dalam bentuk konseling tersebut sangatlah diperlukan untuk memberikan arahan dan solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi santri. Masalah yang biasanya dihadapi santri adalah masalah yang berasal dari dalam diri santri sendiri, yaitu malas murāja‘ah, tidak fokus, dan berpindah ayat sebelum benar-benar hafal.
B. Saran
1. Kepada Pengasuh di Pondok Pesantren Al-Ihsan
Pengasuh selalu membimbing santri supaya istiqomah dan tidak putus asa dalam menghafal al-Qur’an dan memperhatikan masalah -masalah yang di hadapi santri, serta membantu memecahkannya.
2. Kepada Santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan
Santri harus tetap semangat jangan sampai goyah dan putus asa untuk menyelesaikan tugas mulianya yaitu menghafal al-Qur’an. Serta santri harus memiliki target khusus untuk menambah hafalan dan dalam melakukanmurāja‘ah.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ahmad Zainal. 2015. Kilat dan Mudah Hafal Juz ‘Amma. Yogyakarta: Sabil.
Alexandra. 2013. Chambers Kamus Sekolah. Jakarta: PT. Indeks.
Al-Hafizh, Abu Hurrri Al-Qosimi. 2014. Anda Pasti Bisa Hafal Al-Qur’an
Metode Al-Qosimi. Solo: Al-Hurri Media Qur’anuna
As-Sirjani, Raghib dkk. 2007. Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. Solo: Aqwam. Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah. 2013. Revolusi Menghafal Al-Qur’an.
Surakarta: Insan Kamil.
Doyle, Charles. 2013. Kamus Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks.
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Echols, Jhon M. dan Shadily, Hassan. 2007. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Herry, Bahirul Amali. 2013. Agar orang sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an. Yogyakarta: ProYou.
Mardalis. 2006. Metode penelitian suatu pendekatan proposal. Jakarta. PT Bumi aksara .
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi Cet. 22. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Satori, Djam’an & Komariah, Aan. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wahid, Sa’ad Abdul. 2011. Studi Ulang Ilmu Al-Qur’an & Ilmu Tafsir.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Pedoman Wawancara :
1. Bagaimana sejarah berdirinya ponpes Al-Ihsan ?
2. Bagaimana susunan pengurus pondok pesantren Al-Ihsan ?
3. Bagaimana bentuk kontribusi pengasuh ?
4. Siapa saja yang terlibat langsung dalam proses menghafal ?
5. Siapa saja yang terlibat dalam pemikiran dalam meningkatkan hafalan santri ?
6. Bagaimana model bimbingan yang diterapkan ?
7. Siapa saja yang terlibat dalam bimbingan tersebut ?
8. Bagaimana pelaksanaan bimbingan tersebut ?
9. Apabila santri kesulitan menghafal, apa yang dilakukan oleh pengasuh ?
10.Apa fungsi kontribusi pengasuh ?
11.Apa fungsi pengasuh dalam kegiatan menghafal al-Qur’an ?
Dokumentasi Pondok Pesantren Al Ihsan
Dokumentasi Kegiatan Setor Hafalan Baru
Dokumentasi Kegiatan Murāja‘ah
Dokumentasi Kegiatan Dīniyyah