• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 1. Pengisian Data Hujan yang Hilang

Perkiraan pengisian data hujan diperlukan untuk melengkapi data hujan yang hilang akibat kesalahan dalam pengamatan stasiun hujan, kerusakan alat dan kesalahan dalam pencatatan data untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat. Pengisian data hujan yang hilang dapat dilakukan dengan metode berikut :

1) Metode Perbandingan Normal

PA =

(

P1 + P2 + P3 + ...+ Pn

)

(3.1) dengan

NA = jumlah hujan tahunan normal pada stasiun A PA = hujan yang diperkirakan pada stasiun A

P1, P2,P3,..Pn = hujan di saat yang sama dengan perkiraan di stasiun 1,2,3...n

N1, N2, N3...N = jumlah hujan tahunan stasiun yang berdekatan 2) Reciprocal Method PX = (3.2) dengan

PX = curah hujan pada stasiun X

a, b, c = jarak dari stasiun X ke tiap stasiun hujan A,B,C...N PA, PB,PC,..Pn = jumlah hujan pada stasiun yang mengelilingi stasiun

A, B, C, ... n. 2. Uji Konsistensi Hujan

Uji konsistensi hujan dilakukan dengan cara RAPS dengan formula sebagai berikut :

(2)

̅ (3.3) Dy=

̅ (3.4) Sk**= ̅ (3.5) Q= max (Sk**) (3.6) dengan

X = hujan rerata tahunan Syarat :

Uji R = Rhitungan < Rtabel

Uji Q = Qhitungan < Qtabel

3. Perhitungan Hujan Rata-rata

Metode yang digunakan dalam perhitungan hujan rata-rata yaitu : 1) Metode Aritmatik

P = (3.7)

2) Metode Polygon Thiessen

P = (3.8)

dengan

P = hujan rata-rata

P1,P2,P3,..Pn = jumlah hujan tiap stasiun yang diamati A1,A2,A3....An = luas daerah poligon 1,2,3..n

n = banyaknya stasiun

(3)

3) Metode Isohyet P = ( ) ( ) ( ) (3.9) dengan P = hujan rata-rata

P1,P2,P3,..Pn = jumlah hujan tiap stasiun yang diamati A1,A2,A3....An = luas daerah poligon 1,2,3..n

n = banyaknya stasiun

Gambar III.2. Garis Isohyet 4. Analisis Frekuensi Hujan

Analisis frekuensi hujan digunakan untuk mengetahui peluang terjadinya hujan harian maksimum dalam periode ulang tertentu besaran hujan di samai atau dilampaui. Dapat digunakan perhitungan analisis frekuensi hujan dengan metode distribusi frekuensi berikut :

1) Metode Distribusi Normal P (X) = √ . ( ) (3.10) dengan

P (X) = fungsi kerapatan peluang normal μ = nilai X rata-rata

σ = standar deviasi nilai Y 2) Metode Distribusi Log Normal

P (X) = √

(

(4)

dengan

P (X) = fungsi kerapatan peluang log normal μn = nilai rata-rata X

σn = standar deviasi nilai X

3) Metode Distribusi Log-Pearson Tipe III

Berikut langkah perhitungan distribusi Log-Pearson Tipe III : i. Mengubah data dalam bentuk logarima, X = Log X ii. Menentukan harga rata-rata

Log X = ∑ (3.12)

iii. Menentukan standar deviasi/ simpangan baku Sd =

*

+

(3.13) iv. Menentukan koefisien asimetris

Cs = ∑

(3.14)

v. Menghitung hujan rancangan

Log XT= log Xr + k . Sd (3.15)

Nilai k diperoleh dari tabel 2, lampiran 1. 4) Metode Distribusi Gumbel I

Metode ini digunakan untuk menghitung hujan harian maksimum untuk menentukan kejadian yang ekstrem dengan fungsi eksponensial ganda.

P(X) = (3.16)

X = Xr + k.s (3.17)

dengan

X = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu.

Xr = nilai rata-rata kejadian Sd = standar deviasi kejadian

(5)

k = faktor frekuensi k untuk harga ekstrim Gumbel, yang dinyatakan dengan rumus :

k = (3.18) dengan YT = reduksi variat YT = -ln * , -+ (3.19) Tr = periode ulang

Yn = reduksi rata-rata variat yang nilainya tergantung jumlah data (n)

Sn = standar deviasi variat yang nilainya tergantung jumlah data (n)

Hujan Rancangan

(3.20) Tabel III.1. Syarat Distribusi yang harus dipenuhi

5. Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

Uji kesesuaian distribusi frekuensi digunakan untuk menentukan kesesuaian antara distribusi frekuensi empiris suatu sempel data terhadap fungsi distribusi frekuensi teoritis. Kesesuaian distribusi frekuensi ditentukan dengan dua cara yaitu : Distribusi Syarat Cs ≈ 0 Cv = 3 Cs = 3 Cv Cs = 0,6 Cs ≈1,1396 Cv ≈5,4002 Log Pearson III Cs ≠0 (Sumber : CD. Soemarto, 1995) Normal Log Normal Gumbel 𝑋𝑇 𝑋𝑟 𝑆𝑑 𝑆𝑛 𝑌𝑡 𝑌𝑛

(6)

1) Uji Smirnov – Kolmogorov

Uji Smirnov – Komogorov dilakukan dengan membandingkan kemungkinan setiap peluang dan peluang teoritisnya untuk memperoleh nilai perbedaan D maksimum (Dmax).

D = maksimum [ ] (3.21)

dengan

D = perbedaan peluang maksimum P(Xm) = nilai peluang data pengamatan P’(Xm) = nilai peluang teoritis

Ketentuan : Jika nilai Dmax < Dkritis maka persamaan yang digunakan dapat diterima/dipakai. Jika nilai Dmax > Dkritis maka persamaan yang digunakan tidak dapat diterima/dipakai. (lampiran 1, Tabel 5)

2) Uji Chi Kuadrat

Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji kebenaran distribusi yang digunakan untuk menghitung frekuensi analisis dengan menggunakan parameter χ2 . χ2 =

Σ

(3.22) dengan χ2

= harga Chi Kuadrat

Ef = banyaknya pengamatan yang diharapkan sesuai pembagian kelas Of = banyaknya pengamatan yang terbaca pada kelas yang sama Hasil perhitungan χ2 harus < harga χ2

cr (Chi Kuadrat kritis). Lihat lampiran 1, Tabel 6. Derajat kebebasan dihitung :

Dk = K – ( R + 1 ) (3.23)

dengan

Dk = derajat kebebasan K = banyaknya kelas

R = banyaknya parameter atau keterikatan pada uji Chi Kuadrat adalah 2

𝑂𝑓 𝐸𝑓

(7)

B. Hidrograf Banjir

1. Analisis Curah Hujan Jam-jaman

Kejadian hujan yang digunakan adalah 5 jam, hal ini didasarkan pada maksimum kejadian hujan yang ditentukan dari rumus modifikasi Mononobe. Kejadian hujan yang terjadi di lapangan diasumsikan menyebabkan banjir selama 5 jam. Perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman dengan menggunakan rumus modifikasi Mononobe adalah :

( )

(3.24) dengan,

I = intensitas curah hujan (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

t = lamanya hujan / durasi (jam) 2. Analisis Debit Banjir Rencana

Pengalihragaman data hujan menjadi debit aliran digunakan untuk mencari hubungan antara hujan yang jatuh dengan debit yang terjadi. Pengallihragaman dihitung menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu untuk menentukan nilai debit banjir rancangan yang akurat.

Metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu

Karakteristik dan variabel daerah aliran yang digunakan :

a. Panjang sungai (L) dalam km, luas catchment area (A) dalam km2 dan data hujan harian (Rt).

b. Menentukan Tp, T0,3, Qp Tg = 0,4 + 0,058 L (untuk L > 15 km) (3.25) Tg = 0,21 L0,7 (untuk L < 15 km) (3.26) Tr = 0,5 Tg – 1,0 Tg ( ≈ 0,75 ) (3.27) Tp = 0,8 Tr + Tg (3.28) a = (3.29) T0,3 = a . Tg (3.30) Qp =

(3.31)

(8)

dengan

Tp = Time to peak (jam)

T0,3 = Waktu dari Qp sehingga debit hydrograf 0,3xQp A = luas DAS (km2)

Tg = waktu konsentari (jam) L = panjang sungai (km) Tr = satuan waktu hujan

a = koefisien karakteristik DAS Qp = debit puncak banjir (m3/dt) Ro = hujan satuan, 1 mm

c. Menentukan kurva

Gambar III.3. Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu 1) Keadaan kurva naik, dengan 0 < t < Qp

Q = Qp. (

)

(3.32) 2) Keadaan kurva turun, dengan t > Tp + T0,3 + 1,5 T0,3

Q = Qp . (

) (3.33)

Hubungan antara t dan Q pada setiap kondisi digambarkan melalui grafik.

d. Hidrograf satuan banjir rencana ditentukan dengan mengalihkan hujan efektif tiap jam dengan hidrograf satuan dengan prinsip superposisi. e. Aliran dasar yang terjadi ssat limpasan untuk menghitung tinggi

puncak hidrograf yang terjadi. Q =Qp ( 𝑇𝑝) Qp = 𝐴 𝑅𝑜 𝑇𝑟 𝑇 Q =Qp ( 𝑇𝑝 𝑇 ) Q =Qp ( 𝑇𝑝∗ 𝑇 𝑇 ) Q =Qp ( 𝑇𝑝 𝑇 𝑇 ) t Q

(9)

C. Analisls Hidraulik Sungai 1. Analisis Aliran

Saluran memanjang sungai mempengaruhi sifat aliran yang terdapat pada saluran tersebut. Aliran sungai pada tampang memanjang sungai yang lurus memiliki beberapa parameter yaitu besarnya koefisien manning (n), luas tampang basah (A), keliling basah (P), kemiringan dasar saluran (So), kecepatan aliran (v), dan debit sungai (Q).

Aliran pada belokan sungai terjadi akibat adanya gradien tekanan ke arah pusat belokan dengan kemiringan transversal (ir) dari permukaan aliran yang

disebut gaya centrifugal. Menurut Rozovskii dalam Kinori (1984), besarnya tegangan geser akan bertambah pada tikungan sungai. Teori tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :

√ (3.34)

C = (3.35)

x = (3.36)

v = (3.37)

Besarnya nilai 2x/B diperoleh dari grafik distribusi kecepatan pada tikungan (lihat lampiran 1, gambar 1) dengan menentukan nilai Δ x 102 terlebih dahulu grafik distribusi kemudian diperoleh nilai Δmaks x 102. Kemudian dicari nilai perbandingan dar vb/v, sehingga diperoleh besarnya vb. Hasil akhir dari

perhitungan ini adalah besarnya tegangan geser yang diakibatkan oleh arus sungai.

*

+

(3.38) dengan

α = sudut tikungan sungai

g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2) τ = tegangan geser

(10)

vb = kecepatan geser kritik (m/dt) C = koefisien Chezy

dmax = kedalaman maksimum (m) So = kemiringan dasar sungai

Gambar III.4 Distribusi Kecepatan pada Tikungan D. Bangunan Pelindung Tebing

Gerusan atau erosi pada tebing sungai merupakan proses tergerusnya dasar sungai yang mengakibatkan keruntuhan tebing secara vertikal oleh arus sungai. Proses gerusan tebing sungai juga dapat disebabkan karena meningkatnya

(11)

beban kelembaman tanah dan beban tersebut lebih besar dari daya dukung tanahnya.

Tikungan pada sungai memiliki potensi erosi yang besar karena gaya benturan arus sungai di daerah tersebut besar. Penanganan yang harus dilakukan adalah membangun konstruksi pelindung tebing yang diharapkan mampu mengurangi terjadinya gerusan pada tebing yaitu dump stones, dinding penahan tanah, krib, bronjong kawat dan turap (sheetpile). Berikut alternatif bangunan yang dapat digunakan :

1. Dump Stones

Dump Stones atau batu curah merupakan perkuatan tebing dengan menggunakan susunan batu yang dicurahkan dari atas tebing maupun disusun dari dasar tebing yang berukuran besar. Konstruksi ini memiliki fungsi untuk meningkatkan stabilitas tebing sungai, lapisan pelindung (armouring layer), dan dapat digunakan untuk menambah kekasaran dasar sungai.

Gambar III.5. Dump Stones Dump Stones memiliki dua jenis struktur yaitu :

1) Dump Stones pada elevasi muka air maksimum

Dump Stones jenis ini digunakan pada kerusakan atau gerusan tebing yang cukup parah, sehingga mengancam bangunan di atasnya.

2) Dump Stones hanya timbunan batu pada kaki tebing sungai

Konstruksi dump stones hanya dipasang pada kaki tebing untuk mengantisipasi kerusakan kaki tebing sungai yang lebih parah.

(12)

Stabilitas lereng tebing sungai dengan dump stones berdasarkan faktor-faktor berikut :

1) Arah Aliran

Arah aliran yang mengenai dump stones dapat menimbulkan turbulensi. Turbulensi aliran mengakibatkan penurunan gaya seret kritis dump stones secara signifikan sehingga lebih rendah daripada gaya seret aliran maka dump stones akan bergeser dan sebaliknya.

2) Kecepatan Aliran

Daya seret akibat kecepatan aliran akan memengaruhi daya tahan dump stones, jika daya seret lebih besar dari daya tahan struktur dump stones maka struktur akan bergeser dan sebaliknya.

3) Kedalaman Aliran

Kedalaman aliran mempengaruhi tingkat daya seret yan ditimbulkan oleh aliran tersebut. Semakin dalam aliran maka tekanan yang diterima struktur dump stones semakin besar.

4) Material Dump Stones

Perbedaan jenis, bentuk, sifat dan diameter batu yang digunakan pada struktur dump stones akan mempengaruhi daya tahan struktur.

Struktur dump stones yang handal adalah struktur yang stabil dan mampu melindungi tebing. Parameter yang mempengaruhi keandalan struktur dump stones adalah :

1) Material batu

Semakin besar, berat dan keral material batu yang digunakan akan menentukan semakin handalnya struktur, namun harus diperhitungkan pula stabilitas terhadap tanah dasar sungainya.

2) Dimensi bangunan

Semakin landai dump stones maka struktur akan semakin kuat dan strabil namun makin boros.

3) Posisi bangunan terhadap bentuk alur sungai dan pusat aliran.

Posisi dan bentuk struktur Dump Stones akan menentukan gaya-gaya hidraulik yang harus dipikul oleh struktur dump stones. Pada tikungan sungai

(13)

struktur dump stones akan memikul gaya-gaya hidraulik yang lebih daripada pada ruas saluran yang lurus.

2. Krib

Krib adalah pelindung tebing tak langsung yang dibangun mulai dari tebing sungai ke arah tengah untuk mengatur arus sungai. Formasi krib ada tiga macam yaitu tegak lurus, condong ke arah hulu dan condong ke arah hilir. Pada krib permeabel maupun impermeabel dengan formasi condong ke hulu, turbulensi aliran akan terjadi di ujung krib dan pengendapan terjadi dekat dengan tebing sungai yang menyebabkan aliran ke arah tengah sungai. Krib dengan formasi ini sangat efektif untuk melindungi tebing. Sedangkan pada krib dengan formasi condong ke hilir, aliran turbulensi di ujung depan krib cenderung berkurang dan pengendapan terjadi di sebelah hilir ujung krib.

Menurut Ernawan dalam Humairah (2014) penentuan jarak antar krib dapat ditentukan dengan rumus empiris sebagai berikut :

(3.39)

dengan

L = jarak antar krib (m) α = parameter empiris (≈ 0,6) C = koefisien Chezy, m1/2/dt h = nilai tengah kedalaman air (m) 3. Bronjong Kawat

Bronjong batu kawat adalah konstruksi bangunan pelindung dengan susunan batu ukuran tertentu yang di bentuk kotak bertangga dan diikat dengan menggunakan anyaman kawat. Acuan penggunaannya adalah SNI 03-0090-1999 Spesifikasi Bronjong Kawat.

Material yang digunakan untuk membuat Bronjong Kawat Vabrikasi dan Bronjong harus batu yang bersih, keras dan dapat tahan lama, berbentuk persegi atau bulat. Ukuran batu yang diijinkan untuk digunakan di lapangan antara 15 cm sampai 25 cm dengan toleransi 5 % dan kurang lebih 85% dari batu yang

(14)

digunakan harus memiliki ukuran yang sama atau lebih besar dari ukuran yang diijinkan.

4. Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral dengan kondisi tanah labil. Kestabilan dinding penahan tanah ditentukan oleh berat tanah di atas fondasi dan berat sendiri konstruksi. Distribusi dan besar tekanan tanahnya tergantung pada gerakan ke arah lateral tanah relatif terhadap dinding penahan tanah.

5. Turap (Sheet Pile)

Turap sering digunakan pada bangunan yang berhubungan dengan air. Turap memiliki beberapa jenis berdasarkan bahannya yaitu dinding papan turap kayu, beton bertulang atau baja. Turap kayu digunakan untuk beban lateral ringan, bentang pendek dan biasanya bersifat sementara. Turap beton bertulang termasuk dalam anggota beton pracetak dengan sambungan alur lidah. Perencanannya diperhitungkan dari perhitungan tegangan awal, dan pertimbangan berat dengan tegangan penanganan dan tegangan berat.

Turap baja merupakan jenis yang paling sering dipakai dibandingkan bahan-bahan lain karena tahan terhadap tegangan pancang yang tinggi, mempunyai berat yang relatif ringan, dapat dipakai berulang-ulang, umur pemakaiannya cukup lama, mudah dalam menambah panjang, deformasi pada sambungan kecil.

E. Analisis Stabilitas Bangunan 1. Klasifikasi Tanah

Pengujian yang dilakukan dalam kasifikasi tanah pada penelitian ini hanya meliputi Uji Geser Langsung (Direct Shear Test), Standart Proctor, dan Uji Berat Jenis yang mana pengujian tersebut dilakukan pada tanah di daerah lokasi penelitian untuk mengetahui jenis tanah, sudut gesek dalam, kadar air, dan berat jenis tanah guna mendukung analisis perhitungan yang akan dilakukan pada bab selanjutnya.

(15)

2. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Granuler (Pasir)

Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah jenis tanah pasir sehingga tidak ada lekatan pada tanah tersebut yang mengakibatkan tidak adanya perlawanan tanah terhadap gerusan atau daya ikat tanah kecil yang berdampak pada gerusan tebing yang semakin besar.

Gambar III.6. Tekanan tanah lateral 1) Tekanan tanah lateral saat diam

Tekanan tanah lateral saat diam (lateral eart pressure at rest), adalah tekanan tanah ke arah lateral dengan tidak ada regangan yang terjadi dalam tanah. Koefisien tekanan tanah saat diam (Ko)

h = Ko v = Ko γ H (3.40) Ko = 1 – sin υ dengan h = tegangan horinsontal v = tegangan vertikal H = kedalaman tanah

υ = sudut gesek dalam tanah

2) Tekanan tanah lateral aktif dan pasif dengan teori Rankine

Tekanan tanah lateral aktif adalah tekanan tanah lateral minimum yang mengakibatkan keruntuhan geser tanah ke arah dinding. Tekanan tanah lateral pasif adalah tekanan tanah lateral maksimum yang mengakibatkan

(16)

keruntuhan geser tanah akibat dinding mendorong ke arah tanah. Berikut gambar distribusi tekanan tanah lateral untuk jenis tanah non kohesif (pasir) :

(a) Tekanan tanah aktif (b) Tekanan tanah pasif Gambar III.7. Distribusi tekanan tanah leteral aktif dan pasif Dari gambar di atas dapat dibuat persamaan berikut :

Tekanan tanah aktif

pa = H



Ka (3.41)

Pa = ½ H2



Ka (3.42)

Ka = tg2 (45° - ) dengan Ka < Ko < Kp Tekanana tanah pasif

pp = H Kp (3.43)

Pp = ½ H2

Kp (3.44)

Kp = tg2 (45° + ) dengan Kp =

3. Perhitungan Stabilitas Konstruksi 1) Stabilitas terhadap Penggeseran

Gaya dorongan dari tanah ke sisi banguanan yang mengakibatkan longsor di dasar tanah. SFgs = ∑ ∑ ≥ 1,5 (3.45) ΣRh = W f = W tg δb dengan

W = berat sendiri bangunan dan tanah di atas pelat fondasi tg δb = koefisien gesek tanah dengan dasar fondasi

δb = sudut gesek tanah dengan dasar fondasi diambil (1/3 – 2/3) υ z pa pp Pp Pa 1/3H H z H

(17)

ΣPh = komponen yang menyebabkan gesekan

ΣRh = tahanan dinding penahan terhadap penggeseran

Menurut Bowles (1991) faktor aman terhadap penggeseran (SFgs) yang disarankan untuk jenis tanah dasar pasir (granuler) adalah SFgs≥ 1,5.

2) Stabilitas terhadap Penggulingan

Tekanan pada semua sisi banguanan yang mengakibatkan bangunan cenderung berotasi pada bagian kaki depan pelat fondasi.

S

Fgl =

≥ 2,0 (3.46)

dengan

ΣMgl = ΣPah h1 + ΣPav B

ΣMgl = momen yang mengakibatkan penggulingan ΣMw = momen yang melawan penggulingan B = lebar kaki dinding penahan

ΣPah = jumlah gaya-gaya horizontal ΣPav = jumlah gaya-gaya vertikal

Faktor aman terhadap penggeseran (SFgs) yang disarankan untuk jenis tanah dasar granuler (pasir) adalah SFgl ≥ 1,5.

3) Stabilitas terhadap Keruntuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah

Pada dinding penahan tanah resultan beban yang ditimbulkan adalah beban miring dan eksentris. Sehingga, kapasitas daya dukung ultimit dihitung menggunakan persamaan Meyerhof dalam Hardiyanto (2010) :

xe = ∑ ∑ (3.47) e = ⁄ (3.48) B’ = B – 2e (3.49) q =

(

)

bila e ≤ B/6 (3.50) qmak =

bila e ≥ B/6 (3.51) (3.52) 𝑞𝑢 𝑑𝑞 𝑖𝑞 𝐷𝑓 𝛾𝑏 𝑁𝑞 𝑑𝛾 𝑖𝛾 5 𝐵 𝛾𝑏 𝑁𝛾

(18)

dengan

e = eksentrisitas beban qu = daya dukung ultimit q = tekanan dasar dinding B = lebar dasar fondasi

Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung, apabila besarnya tekanan dari pondasi lebih kecil dari tekanan yang dapat dipikul oleh tanah dasar. Bangunan penahan tanah atau perkuatan lereng dinyatakan aman apabila memenuhi ketiga stabilitas yang telah ditentukan di atas.

Gambar

Gambar III.1. Poligon Thiessen
Gambar III.2. Garis Isohyet  4.  Analisis Frekuensi Hujan
Gambar III.3. Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu  1)  Keadaan kurva naik, dengan 0 &lt; t &lt; Qp
Gambar III.4 Distribusi Kecepatan pada Tikungan  D.  Bangunan Pelindung Tebing
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dari hasil uji parsial diperoleh nilai t-statistik sebesar 2,734712 yang mana lebih besar dari t-tabel sebesar 1,9787 serta nilai signifikansi diperoleh sebesar

Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2016;..

Hasilnya adalah sebagaimana al-Qurt | ubi menyebutkan tentang perbedaan qiraat yang memiliki dampak hukum yang diakibatkan dari variasi qiraat tersebut sehingga menimbulkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan korban terhadap terjadinya suatu tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan upaya yang dilakukan oleh aparat

Aji Chandra Asmara, Tahun 2014 (Ilmu Komunikasi Kemampuan Literasi Media dikalangan mahasiswa jurnalistik 2010 Studi Deskriptif Kualitataif Persamaan penelitian ini

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Motif Prokrastinasi Pada Mahasiswa Angkatan 2016 di Prodi Bimbingan dan Konseling Islam yang Belum Lulus BTA-PPI

1) PDB merupakan proxy dari pertumbuhan ekonomi yang merupakan jumlah pendapatan nasional dalam suatu periode yang diukur dalam juta USD (konstan 2010). 2) Kurs adalah

timbulan  sampah  yang  ada  di  Pantai  Baru  Pandansimo  karena  belum  adanya  sistem  pengelolaan  sampah