• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Isi. Neraca Konsolidasi Laporan Laba Rugi Konsolidasi Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi... 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Isi. Neraca Konsolidasi Laporan Laba Rugi Konsolidasi Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi... 4"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Tidak Diaudit) UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL

31 MARET 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

Daftar Isi

Halaman Neraca Konsolidasi ... 1 - 2 Laporan Laba Rugi Konsolidasi ... 3 Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi ... 4 Laporan Arus Kas Konsolidasi ... 5 Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi ... 6 - 45

(4)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan

1

Catatan 2010 2009

ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas 2d,e,n,3,29 11.165.640.559 117.310.752.265 Investasi jangka pendek 2d 25.000.000.000 - Piutang usaha 2f,5,27 32.258.091.476 71.300.653.171 Piutang lain-lain – Pihak ketiga 2f,6 2.795.004.134 24.267.561.627 Pajak pertambahan nilai dibayar di muka 2l 5.775.287.197 9.768.836.179 Uang muka dan biaya dibayar di muka 1.625.690.909 1.267.370.534 Bank yang dibatasi penggunaannya 2d,7 840.055.756 -

JUMLAH ASET LANCAR 79.459.770.031 223.915.173.776

ASET TIDAK LANCAR

Aset pajak tangguhan - bersih 2l,12b 27.445.352.999 11.419.508.343 Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan

sebesar Rp 257.028.763.898 pada tahun 2010

dan Rp 203.914.774.041 pada tahun 2009 2h,q,8 1.108.587.831.986 1.034.058.835.930 Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi

Penyusutan sebesar Rp 2.547.693.081 Pada tahun 2010 dan Rp 1.561.489.307

Pada tahun 2009 2i,9 17.176.382.385 18.162.586.158

Aset lain-lain 2j 183.382.749 6.827.942.103

JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 1.153.392.950.119 1.070.468.872.534

JUMLAH ASET 1.232.852.720.150 1.294.384.046.310

(5)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan

2 KEWAJIBAN DAN EKUITAS

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang usaha 2c,10

Pihak hubungan istimewa 1.139.073.818 9.663.332.222 Pihak ketiga 8.575.345.109 13.318.232.643 Hutang lain-lain 11 1.427.227.614 1.336.142.557 Beban masih harus dibayar 2.207.267.966 179.048.595 Hutang pajak 2l,12a 3.516.029.706 2.275.115.696 Pendapatan diterima di muka 10 1.279.327.558 1.477.051.697 Hutang bank jangka panjang yang jatuh tempo

dalam waktu satu tahun 14 2.181.481.476 32.766.666.671

JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 20.325.753.247 61.015.590.081

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

Hutang bank jangka panjang setelah dikurangi bagian

yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun 14 851.091.750.238 828.610.886.028 Hutang hubungan istimewa 2c,27 439.606.683 439.606.682 Kewajiban pajak tangguhan - bersih 2l,12b - 2.191.622.181 Kewajiban imbalan pasca kerja 2k,15 2.598.583.245 2.170.472.504 Hutang jangka panjang lainnya 5.501.440.000 5.501.440.000

JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 859.631.380.166 838.914.027.395

JUMLAH KEWAJIBAN 879.957.133.413 899.929.617.476

HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS

ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN

YANG DIKONSOLIDASIKAN 2b,16 40.592.248.383 42.675.027.590

EKUITAS Modal saham

Nilai nominal Rp 35 per saham

pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 Modal dasar – 40.514.285.714 saham

pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 Modal ditempatkan dan disetor penuh

10.128.571.429 saham pada tanggal

31 Maret 2010 dan 2009 17 354.500.000.015 354.500.000.015 Tambahan modal disetor 19 6.659.372.521 6.659.372.521 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali 2m,20 14.554.372.439 14.554.372.439

Defisit (63.410.406.621) (23.934.343.731)

JUMLAH EKUITAS - BERSIH 312.303.338.354 351.779.401.244

(6)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan

3

PENDAPATAN - BERSIH 2o,21 42.537.504.613 33.124.634.350

LABA KOTOR 42.537.504.613 33.124.634.350

BEBAN USAHA 2o

Beban jasa tol

Pemeliharaan aset jalan tol 22 16.582.614.003 11.795.280.945 Pengumpul jalan tol 23 2.017.512.266 1.765.465.497 Pelayanan pemakai jalan tol 24 670.827.888 594.997.081 Umum dan administrasi 25 6.623.551.663 5.043.406.172 Jumlah Beban Usaha 25.894.505.821 19.199.149.695

LABA USAHA 16.642.998.792 13.925.484.655

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN 2o

Pendapatan bunga deposito dan lainnya 516.338.362 6.961.633.806 Iklan 412.833.690 539.517.706 Laba selisih kurs - bersih (5.672.344 ) 49.393.844 Beban bunga - bersih (25.551.925.964) (34.955.195.400) Jumlah Beban Lain-lain - bersih (24.628.426.256) (27.404.650.044) RUGI SEBELUM MANFAAT (BEBAN)

PAJAK PENGHASILAN (7.985.427.464) (13.479.165.389)

MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN 2l,12b

Kini (1.021.658.680) (756.094.243) Tangguhan 3.299.611.303 5.607.176.856

JUMLAH MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 2.277.952.623 4.851.082.613

RUGI SEBELUM HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN

YANG DIKONSOLIDASIKAN (5.707.474.841) (8.628.082.776)

HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS ATAS RUGI BERSIH

ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASIKAN 304.062.578 909.433.390

RUGI BERSIH (5.403.412.263) (7.718.649.386)

(7)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan

4

Selisih Nilai

Transaksi

Restrukturisasi

Tambahan Modal Tambahan Modal Entitas Jumlah Ekuitas -

Catatan Modal Saham Disetor Lainnya Disetor Sepengendali Defisit Bersih

Saldo 31 Desember 2008 354.500.000.015 - 6.659.372.521 14.554.372.439 (16.215.694.345) 359.498.050.630 Rugi bersih - - - - (7.718.649.386) (7.718.649.386) Saldo 31 Maret 2009 354.500.000.015 - 6.659.372.521 14.554.372.439 (23.934.343.731) 351.779.401.244 Saldo 31 Desember 2009 354.500.000.015 - 6.659.372.521 14.554.372.439 (58.006.994.357) 317.706.750.618 Rugi bersih - - - - (5.403.412.263) (5.403.412.263) Saldo 31 Maret 2010 354.500.000.015 - 6.659.372.521 14.554.372.439 (63.410.406.620) 312.303.338.355

(8)

5

2010 2009

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan kas dari pelanggan 46.683.110.000 51.361.380.373

Pembayaran kepada pemasok - (5.958.043.568)

Pembayaran pajak penghasilan (480.191.285) -

Pembayaran untuk operasi lainnya (8.914.473.534) (7.163.139.648) Pembayaran beban bunga dan keuangan (25.747.668.110) (34.921.946.578)

Kas Bersih Yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi 11.540.777.071 3.318.250.579

ARUS KAS UNTUK AKTIVITAS INVESTASI

Penjualan aset tetap - 210.000.000

Surat berharga (3.000.000.000) -

Perolehan aset tetap (3.918.675.249) (2.144.197.646)

Kas Bersih Yang Digunakan untuk Aktivitas Investasi (6.918.675.249) (1.934.197.646)

ARUS KAS (UNTUK) DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Penurunan piutang lain-lain - 17.847.168.750

Pembayaran pokok hutang bank (545.370.370) (10.724.459.553) Kas Bersih Yang (Digunakan untuk) Diperoleh dari

Aktivitas Pendanaan (545.370.370) 7.122.709.197

KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS 4.076.731.452 8.506.762.130

BANK YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA (840.055.756) -

KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN 7.928.964.863 108.803.990.135

KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR PERIODE 11.165.640.559 117.310.752.265 AKTIVITAS YANG TIDAK MEMPENGARUHI ARUS KAS

(9)

6

a. Pendirian Perusahaan

PT Nusantara Infrastructure Tbk (Perusahaan) didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris Abdullah Ashal, S.H., No. 3 tanggal 1 September 1995 dengan nama PT Sawitia Bersama Darma. Akta Pendirian Perusahaan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-17.375.HT.01.01.TH.95 tanggal 28 Desember 1995 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 15 Tambahan No. 1140 tanggal 20 Februari 2001. Berdasarkan Akta Notaris Linda Herawati, S.H., No. 23 tanggal 10 Juni 1998, PT Sawitia Bersama Darma merubah namanya menjadi PT Wahana Tradindo Jaya. Berdasarkan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 4 tanggal 6 Februari 2001, PT Wahana Tradindo Jaya merubah namanya menjadi PT Metamedia Technologies. Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 56 tanggal 22 Februari 2001, PT Metamedia Technologies merubah statusnya menjadi perusahaan terbuka yang diumumkan dalam Berita Negara No. 6, Tambahan No. 649 tanggal 18 Februari 2002. Berdasarkan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 59 tanggal 21 Juni 2006 di Jakarta, PT Metamedia Technologies Tbk merubah namanya menjadi PT Nusantara Infrastructure Tbk dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-19480 HT.01.04.TH.2006 tanggal 4 Juli 2006.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 11 tanggal 4 Juni 2008 mengenai perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi dan Akta No. 13 dari Notaris yang sama mengenai penyesuaian dan penyusunan kembali seluruh Anggaran Dasar Perusahaan.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang jasa, perdagangan dan pembangunan yang berhubungan dengan bidang usaha infrastruktur, pertambangan, minyak dan gas bumi. Perusahaan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada tanggal 2 Januari 2000.

Kantor Pusat Perusahaan terletak di Menara Global Lantai 23, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27, Jakarta.

b. Komisaris, Direksi dan Karyawan

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, susunan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama (Independen) : John Scott Younger Komisaris : Drs. Cahyo Winarto

Junianto Tri Prijono

Direktur Utama : Muhammad Ramdani Basri

Direktur : Omar Danni Hasan

(10)

7

b. Komisaris, Direksi dan Karyawan (lanjutan)

Gaji, tunjangan dan kompensasi lainnya yang diberikan kepada Dewan Direksi Perusahaan adalah sebesar Rp 785.511.000 dan Rp 765.953.000 masing-masing untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009. Sedangkan gaji, tunjangan dan kompensasi lainnya yang diberikan kepada Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebesar Rp 95.000.000 dan Rp 90.000.000 masing-masing untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan memiliki karyawan masing-masing sebanyak 108 orang. Sekretaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah Omar Danni Hasan yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 095/DIR-NI/VI/08 tanggal 18 Juni 2008.

c. Struktur Anak Perusahaan

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Anak Perusahaan dengan persentase kepemilikan lebih dari 50% adalah sebagai berikut:

2010

Persentase Jenis Mulai Kegiatan Jumlah

Nama Perusahaan Kepemilikan Usaha Komersil Aset

Kepemilikan Langsung

PT Bosowa Marga Nusantara 98,54 Pengelola Jalan Tol 1998 278.025.439.356 PT Bintaro Serpong Damai 88,93 Pengelola Jalan Tol 1999 810.967.686.312

Kepemilikan Tidak Langsung

PT Jalan Tol Seksi Empat 98,85 Pengelola Jalan Tol 26 September 2008 575.338.922.802

2009

Persentase Jenis Mulai Kegiatan Jumlah

Nama Perusahaan Kepemilikan Usaha Komersil Aset

Kepemilikan Langsung

PT Bosowa Marga Nusantara 98,54 Pengelola Jalan Tol 1998 257.626.470.310 PT Bintaro Serpong Damai 88,93 Pengelola Jalan Tol 1999 822.114.814.747

Kepemilikan Tidak Langsung

PT Jalan Tol Seksi Empat 98,85 Pengelola Jalan Tol 26 September 2008 575.122.408.402

(11)

8

d. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Pada tanggal 29 Juni 2001, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan surat No. S-1609/PM/2001 untuk melakukan penawaran Umum Terbatas sebesar 60.000.000 saham dan 60.000.000 waran seri I kepada para pemegang saham dengan harga pelaksanaan Rp 200 per waran. Pembelian dapat dilakukan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 18 Januari 2002 sampai dengan tanggal 17 Juli 2002. Bila waran tidak dilaksanakan sampai dengan masa berlaku habis, maka waran tersebut menjadi kadaluarsa dan tidak bernilai. Sampai dengan tanggal 17 Juli 2002, tidak ada waran seri I yang dikonversikan sehingga seluruh waran tersebut menjadi kadaluarsa. Saham tersebut tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 18 Juli 2001.

Pada tanggal 31 Maret 2010, seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 10.128.571.429 lembar saham telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Peraturan No. VIII.G.7 yang merupakan Lampiran dari Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 mengenai “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan“ yang kemudian diubah dengan Lampiran 4 dari Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Jalan Tol“.

Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar akrual (accrual basis), kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disajikan dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah. b. Prinsip-prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan di mana Perusahaan mempunyai persentase kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, di atas 50%. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antara Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi. Bagian proporsional dari pemegang saham minoritas atas ekuitas bersih Anak Perusahaan disajikan sebagai “Hak Pemegang Saham Minoritas Atas Aset Bersih Anak Perusahaan yang Dikonsolidasikan“ pada neraca konsolidasi.

(12)

9

c. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan PSAK No. 7, mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

(1) perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies,

subsidiaries dan fellow subsidiaries);

(2) perusahaan asosiasi (associated company);

(3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);

(4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan (5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung

maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

Seluruh transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi.

d. Setara Kas

Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan tidak dijadikan sebagai jaminan atas kewajiban dan pinjaman lainnya diklasifikasikan sebagai “Setara kas“.

Kas dan setara kas yang ditempatkan sebagai escrow account sehubungan restrukturisasi hutang bank disajikan sebagai “Bank Yang Dibatasi Penggunaannya”.

e. Penempatan Jangka Pendek

Sesuai dengan PSAK No. 50 tentang “Akuntansi Investasi Efek Tertentu“, investasi jangka pendek pada efek dan surat-surat berharga diklasifikasikan ke dalam salah satu di kelompok berikut ini dan diukur pada nilai wajarnya:

1. Untuk diperdagangkan (trading) dinyatakan berdasarkan nilai wajar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) nilai wajar dilaporkan dalam laba rugi konsolidasi tahun berjalan. 2. Tersedia untuk dijual (available for sale) dinyatakan berdasarkan nilai wajar. Keuntungan (kerugian) yang

belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) nilai wajar tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan, melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen ekuitas. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat realisasi.

(13)

10

f. Penyisihan Piutang Ragu-ragu

Penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada, ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun.

g. Biaya Dibayar di Muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing – masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

h. Aset Tetap

Pemilikan Langsung

Efektif 1 Januari 2008, Perusahaan dan Anak Perusahaan telah menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang “Aset Tetap” yang menggantikan PSAK No. 16 (1994) tentang “Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain” serta PSAK No. 17 (1994) tentang “Akuntansi Penyusutan”. Berdasarkan PSAK ini, Perusahaan dan Anak Perusahaan harus memilih antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas aset tetapnya.

Perusahaan dan Anak Perusahaan memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran aset tetapnya. Penerapan PSAK ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan.

Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Sedangkan aset tetap yang diperoleh dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk dibukukan berdasarkan nilai kesepakatan. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) sejak aset tersebut siap digunakan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap yang bersangkutan dengan rincian sebagai berikut:

Jenis Taksiran Masa Manfat

Aset tetap jalan tol

Jalan dan jembatan tol 20-35 tahun

Sarana pelengkap 4-10 tahun

(14)

11 h. Aset Tetap (lanjutan)

Pemilikan Langsung (lanjutan)

Jenis Taksiran Masa Manfat

Aset tetap selain jalan tol

Bangunan 20 tahun

Mesin dan peralatan 5 tahun

Kendaraan 4-5 tahun

Inventaris kantor 5 tahun

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku secara prospektif.

Biaya-biaya setelah perolehan awal diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset atau sebagai aset yang terpisah hanya apabila kemungkinan besar Perusahaan dan Anak Perusahaan akan mendapatkan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut dan biaya perolehan aset dapat diukur dengan handal. Seluruh biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau tidak ada manfaat ekonomis di masa akan datang yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba dan rugi yang muncul dari penghentian pengakuan aset tetap (diperhitungkan sebagai selisih antara nilai tercatat aset dan hasil penjualan bersih) dimasukkan pada laba rugi konsolidasi tahun berjalan.

Jalan tol terdiri dari jalan dan jembatan serta bangunan pelengkap dan sarana pelengkap jalan tol. Jalan tol disajikan sebagai aset tetap dan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan jalan tol meliputi biaya konstruksi jalan tol dan biaya-biaya lain yang berhubungan langsung dengan pembangunan jalan tol yang bersangkutan, termasuk biaya pembangunan jalan akses ke jalan tol, jalan alternatif dan fasilitas umum yang disyaratkan, dan biaya bunga yang timbul selama masa konstruksi atas pinjaman dana yang digunakan untuk pembangunan jalan tol yang bersangkutan (lihat Catatan 2q).

Jalan tol dikeluarkan dari neraca konsolidasi jika jalan tol diserahkan (dikuasakan) kepada pihak lain atau jika Pemerintah mengubah status jalan tol menjadi jalan non tol atau tidak ada manfaat ekonomi yang diharapkan dari penggunaannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan jalan tol diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.

Aset Dalam Penyelesaian

Aset dalam penyelesaian disajikan sebagai bagian dari aset tetap dan dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan untuk aset dalam penyelesaian akan dipindahkan ke akun masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut secara substansial selesai dikerjakan dan siap digunakan. Adapun biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pembangunan jalan dan fasilitas lainnya yang secara fisik masih dalam tahap pelaksanaan dikapitalisasi sebagai bagian dari aset dalam penyelesaian. Akumulasi biaya tersebut akan direklasifikasi sebagai aset jalan tol pada saat proyek selesai dikerjakan.

Biaya pembangunan jalan meliputi biaya kontraktor, biaya konsultan supervisi, biaya penunjang proyek, bagi hasil selama masa konstruksi, provisi bank, biaya bunga dan biaya pinjaman lain (lihat Catatan 2q) yang secara langsung ataupun tidak langsung digunakan untuk mendanai proses pembangunan aset tertentu, serta biaya lainnya yang berkaitan dengan pembangunan jalan.

(15)

12 i. Properti Investasi

Sebelum tanggal 1 Januari 2008, properti investasi disajikan sebagai bagian dari aset tetap, dan dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Efektif tanggal 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No.13 (Revisi 2007), “Properti Investasi” yang menggantikan PSAK No.13 (Revisi 1994), “Akuntansi untuk Investasi”. Berdasarkan PSAK ini, Perusahaan harus memilih antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas properti investasi. Perusahaan memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran properti investasinya. Properti investasi terdiri dari bangunan yang dikuasai Perusahaan untuk menghasilkan rental atau kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa; atau untuk tujuan administratif; atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Properti investasi dinyatakan sebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Jumlah tercatat termasuk bagian biaya penggantian dari properti investasi yang ada pada saat terjadinya biaya, jika kriteria pengakuan terpenuhi; dan tidak termasuk biaya harian penggunaan properti investasi.

Properti investasi berupa bangunan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line

method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis selama 20 (dua puluh) tahun.

Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca konsolidasi) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.

Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaannya, yang ditunjukan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau berakhirnya konstruksi atau pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaannya, yang ditunjukan dengan dimulainya penggunaannya oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual.

j. Penurunan Nilai Aset

Sesuai dengan PSAK No. 48, ”Penurunan Nilai Aset”, Perusahaan dan Anak Perusahaan menelaah aset untuk menentukan kemungkinan penurunan nilai aset apabila terdapat kejadian atau perubahan kondisi yang mengindikasikan nilai tercatat aset tersebut mungkin tidak dapat diperoleh kembali. Jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali, kerugian penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai aset. Harga jual neto adalah jumlah yang diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antar pihak-pihak bebas, setelah dikurangi biaya yang terkait.

Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran aliran kas masa depan yang diharapkan akan diterima atas penggunaan aset dan dari penghentian penggunaan aset pada akhir masa manfaatnya. Nilai yang dapat diperoleh kembali ditentukan untuk aset secara individual atau, jika tidak memungkinkan, untuk unit penghasil kas.

(16)

13

k. Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja Karyawan

Perusahaan dan Anak perusahaan mencadangkan kewajiban estimasi imbalan pasca kerja untuk karyawan sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/ 2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan program imbalan pasti ini.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut telah menjadi hak (vested), dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.

Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca konsolidasi merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.

l. Perpajakan

Perusahaan dan Anak Perusahaan menghitung pajak penghasilan sesuai dengan PSAK No. 46. “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Beban pajak kini ditentukan berdasarkan penghasilan kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan dalam jumlah bersih untuk tiap-tiap entitas yang dikonsolidasikan. Pajak tangguhan ditentukan dengan menggunakan tarif pajak yang telah diberlakukan pada tanggal neraca dan diharapkan berlaku pada saat aset pajak tangguhan direalisasi atau kewajiban pajak tangguhan diselesaikan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima atau jika Perusahaan dan Anak Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan tersebut ditetapkan. Aset (kewajiban) pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca.

Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.

(17)

14 m. Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Berdasarkan PSAK No. 38 (Revisi 2004), “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, pengalihan aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun entitas sepengendali dan tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrumen lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).

Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah restrukturisasi telah terjadi sejak awal periode laporan keuangan komparatif disajikan.

Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara Perusahaan dengan perusahaan lain yang merupakan entitas sepengendali, disajikan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” pada neraca konsolidasi.

Saldo akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dapat berubah pada saat adanya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama; peristiwa kuasi reorganisasi, hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi serta pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak ketiga.

n. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca konsolidasi, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku yang terakhir diumumkan oleh Bank Indonesia untuk tahun berjalan. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Pada tanggal tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, kurs yang digunakan untuk 1 Dolar Amerika Serikat masing-masing adalah sebesar Rp 9.115 dan Rp 11.575.

o. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan, bahwa wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Pengusahaan jalan tol dilakukan oleh Pemerintah dan atau badan usaha yang memenuhi persyaratan dan pengguna jalan tol dikenakan kewajiban membayar tol.

Pendapatan dari hasil pengoperasian jalan tol diakui pada saat penjualan karcis tol dan atau jasa telah diberikan. Pendapatan sewa iklan diakui sesuai periode yang sudah berjalan dalam periode yang bersangkutan. Penerimaan di muka untuk periode yang belum berjalan diakui sebagai pendapatan diterima di muka dan disajikan di neraca konsolidasi sebagai kewajiban.

Pendapatan lainnya merupakan pendapatan yang berasal dari penjualan semen dan sewa gedung. Pendapatan lainnya diakui atas dasar akrual.

(18)

15 o. Pengakuan Pendapatan dan Beban (lanjutan)

Beban diakui pada saat terjadinya dan sesuai dengan masa manfaatnya (accrual basis). Beban bunga diakui atas dasar proporsi waktu dan tingkat bunga berlaku.

p. Rugi Bersih per Saham

Sesuai dengan PSAK No. 56 mengenai “Laba per Saham“, rugi bersih per saham dasar dihitung dengan membagi rugi bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan.

q. Biaya pinjaman

Sesuai dengan PSAK No. 26 (Revisi 1997) tentang “Biaya Pinjaman”, biaya-biaya (termasuk bunga, amortisasi diskonto atau premium, amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman dan selisih kurs atas biaya pinjaman) yang terjadi akibat transaksi pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek jalan tol, dikapitalisasi sebagai bagian dari aset dalam penyelesaian selama periode pembangunan.

r. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.

Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

s. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontijensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

(19)

16

Kas dan setara kas terdiri dari:

2010 2009 Kas Rupiah 600.326.259 398.789.567 Bank Rupiah

Pihak hubungan istimewa

BPR Syariah Dana Moneter 19.109.877 14.789.067 Pihak ketiga

PT Bank Mega Tbk 1.936.366.946 1.396.390.556 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1.296.884.488 1.289.204.965 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 363.063.048 159.203.858 PT Bank Central Asia Tbk 105.383.197 22.967.338 PT Bank CIMB Niaga Tbk 76.364.935 474.917.978 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 15.234.705 5.506.798 PT Bank Victoria Tbk 4.446.554 - Citibank 1.215.945 - PT Bank Artha Graha - 2.453.532 Bank

Dolar Amerika Serikat

PT Bank Mega Tbk (US$ 10.353 pada tahun 2009) - 119.843.151

PT Bank Panin Tbk

(US$ 18.165,06 pada tahun 2010 dan

US$ 1.748 pada tahun 2009) 165.574.613 20.239.027 PT Bank CIMB Niaga Tbk

(US$ 731,75 pada tahun 2010 dan

US$ 833 pada tahun 2009) 6.669.992 9.646.600 Sub-jumlah bank 3.990.314.300 3.515.162.870 Deposito

Pihak hubungan istimewa

BPR Syariah Dana Moneter 100.000.000 100.000.000 Pihak ketiga

PT Bank Mega Tbk 6.475.000.000 9.100.000.000

Citibank, N.A - 37.000.000.000

PT Bank Victoria - 35.000.000.000

PT Bank Bukopin - 15.000.000.000

PT Bank International Indonesia Tbk - 10.000.000.000

PT Bank Jabar - 5.000.000.000

ANZ Panin Bank - 1.180.965.000

PT Bank Permata Tbk - 1.000.000.000

Sub-jumlah deposito 6.575.000.000 113.380.965.000

Penempatan jangka pendek - 15.834.828

(20)

17

Tingkat bunga deposito dan penempatan jangka pendek berkisar 6% - 13% per tahun.

Deposito merupakan deposito berjangka hari (breakable) yang jatuh tempo pada tanggal 5 April 2010.

Pada tanggal 31 Maret 2010, deposito pada BPR Syariah Dana Moneter merupakan deposito berjangka 1 bulan yang akan jatuh tempo pada tanggal 13 April 2010.

Pada tanggal 31 Maret 2009, penempatan jangka pendek merupakan penempatan di PT Samuel Sekuritas dengan tingkat pengembalian 2% per tahun.

4. INVESTASI JANGKA PENDEK

Berdasarkan perjanjian No.93/OPR-MI/SAM/III/2010 tanggal 22 Maret 2010, Perusahaan menunjuk PT Samuel Assets Management (SAM) sebagai pengelola dana, yang akan diinvestasikan sebagian atau seluruhnya dalam bentuk tunai, deposito, obligasi, reksadana, surat hutang, rekening saham, mata uang asing, REPO, obligasi konversi, waran, opsi dan kontrak derivatif.

Perusahaan sebagai pemilik dana dapat melakukan penarikan seluruh atau sebagian dana yang telah diinvestasikan tersebut dengan memberikan instruksi tertulis minimal dalam jangka waktu 7 hari kepada SAM sebelum hari penarikan atas dana investasi tersebut.

5. PIUTANG USAHA

a. Jumlah piutang usaha berdasarkan langganan adalah sebagai berikut:

2010 2009

Pihak hubungan istimewa (Catatan 28c)

PT Semen Bosowa Maros 27.824.389.085 -

Pihak ketiga :

PT Ciwadan Jaya Lines 3.101.744.057 2.386.500.000 PT FBRT Corporindo 783.479.167 1.062.979.167 PT Tanjung Bukit Makmur 548.479.167 502.979.167

UD Cahaya Solo - 5.522.485.000

PT Jaya Logam - 5.480.152.000

PT Cipta Mandiri Selaras - 5.017.787.000

PT Pratama Inti Jaya - 4.248.579.000

CV Wijaya - 4.051.847.630

PT Panaikang Jaya Perkasa - 3.869.714.000

PT Mitra Muda Padaelo - 3.464.998.500

CV Surya Mas - 2.386.040.000

Toko Setia - 2.030.400.000

CV Sinar Matra - 1.624.014.000

PT Vita Samudra - 1.576.774.999

CV Makmur Perkasa - 1.268.634.000

PT Tehnik Fajar Timur - 1.223.556.703 Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500.000.000) - 25.583.212.005

Jumlah 32.258.091.476 71.300.653.171

(21)

18

b. Jumlah piutang usaha berdasarkan umur (hari) adalah sebagai berikut:

2010 2009

Belum jatuh tempo 250.000.000 247.500.000 Sudah jatuh tempo:

1 - 30 hari 250.000.000 247.500.000

31 - 60 hari 250.000.000 34.861.839.298 61 - 90 hari 247.500.000 29.197.954.598 Lebih dari 90 hari 31.260.591.476 6.745.859.275

Jumlah 32.258.091.476 71.300.653.171

Manajemen berkeyakinan bahwa piutang usaha dapat tertagih seluruhnya sehingga tidak diperlukan pembentukan penyisihan piutang tak tertagih.

Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang kepada pihak ketiga.

6. PIUTANG LAIN-LAIN

Akun ini terdiri dari:

2010 2009

PT Nusantara Global Capital (lihat Catatan 28b) - 21.152.831.250 Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 1.000.000.000) 2.795.004.134 3.114.730.377

Jumlah 2.795.004.134 24.267.561.627

Manajemen berkeyakinan bahwa saldo piutang lain-lain tersebut dapat tertagih seluruhnya sehingga tidak diperlukan pembentukan penyisihan piutang ragu-ragu.

7. BANK YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA

Akun ini merupakan rekening escrow PT Bumi Serpong Damai, PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat, Anak Perusahaan, pada PT Bank Mega Tbk (Bank Mega), sehubungan dengan pinjaman yang diperoleh Anak Perusahaan dari Bank Mega yang digunakan untuk menampung pendapatan tol harian dan digunakan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian restrukturisasi pinjaman Anak Perusahaan dari Bank Mega (lihat Catatan 14).

(22)

19 Akun ini terdiri dari:

2010

Saldo Saldo

1 Januari 2010 Penambahan Reklasifikasi 31 Maret 2010

Nilai Tercatat

Pemilikan langsung

Aset tetap jalan tol

Jalan dan jembatan tol 1.117.201.577.277 21.563.830.618 153.090.678.635 1.291.856.086.530

Sarana pelengkap 54.015.233.062 - - 54.015.233.062

Bangunan 11.883.551.757 - - 11.883.551.757 Aset dalam penyelesaian 151.397.289.286 1.693.389.349 (153.090.678.635) -

Sub-jumlah 1.334.497.651.382 23.257.219.967 - 1.357.754.871.349

Aset tetap selain jalan tol

Bangunan 1.035.873.363 - - 1.035.873.363

Mesin dan peralatan 2.153.714.520 - - 2.153.714.520

Kendaraan 1.048.273.655 - - 1.048.273.655 Inventaris kantor 3.616.762.997 7.100.000 - 3.623.862.997 Sub-jumlah 7.854.624.535 7.100.000 - 7.861.724.535 Jumlah 1.342.352.275.917 23.264.319.967 - 1.365.616.595.884 Akumulasi Penyusutan Pemilikan langsung Aset tetap jalan tol

Jalan dan jembatan tol 222.225.568.863 14.172.054.249 - 236.397.623.112

Sarana pelengkap 10.376.510.094 1.310.689.320 - 11.687.199.414

Bangunan 2.523.312.042 262.501.218 - 2.785.813.260

Sub-jumlah 235.125.391.000 15.745.244.787 - 250.870.635.787

Aset tetap selain jalan tol

Bangunan 389.300.678 13.756.866 - 403.057.544 Mesin dan peralatan 2.123.744.213 5.488.275 - 2.129.232.488

Kendaraan 1.035.063.760 3.721.145 - 1.038.784.905 Inventaris kantor 2.474.770.375 112.282.799 - 2.587.053.174 Sub-jumlah 6.022.879.026 135.249.085 - 6.158.128.111 Jumlah 241.148.270.026 15.880.493.872 - 257.028.763.898 Nilai buku 1.101.204.005.891 1.108.587.831.986

(23)

20

2009

Saldo Saldo

1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2009

Nilai Tercatat

Pemilikan langsung

Aset tetap jalan tol

Jalan dan jembatan tol 1.060.239.000.185 170.720.000 - 1.060.409.720.185

Sarana pelengkap 51.699.412.062 3.900.000 - 51.703.312.062

Bangunan 10.494.738.423 - - 10.494.738.423 Aset dalam penyelesaian 104.617.511.336 1.892.199.147 - 106.509.710.483

Sub-jumlah 1.227.050.662.006 2.066.819.147 - 1.229.117.481.153

Aset tetap selain jalan tol

Bangunan 2.224.686.697 - - 2.224.686.697

Mesin dan peralatan 2.153.714.521 - - 2.153.714.521

Kendaraan 1.562.342.775 - 514.069.120 1.048.273.655 Inventaris kantor 3.352.075.445 77.378.500 - 3.429.453.945 Sub-jumlah 9.292.819.438 77.378.500 514.069.120 8.856.128.818 Jumlah 1.236.343.481.445 2.144.197.647 514.069.120 1.237.973.609.971 Akumulasi Penyusutan Pemilikan langsung Aset tetap jalan tol

Jalan dan jembatan tol 180.222.773.227 9.850.241.440 - 190.073.014.667

Sarana pelengkap 5.339.926.525 1.195.354.309 - 6.535.280.834

Bangunan 953.799.594 249.757.658 - 1.203.557.252

Sub-jumlah 186.516.499.346 11.295.353.407 - 197.811.852.753

Aset tetap selain jalan tol

Bangunan 860.447.448 26.025.244 - 886.472.692 Mesin dan peralatan 2.101.332.779 5.613.275 - 2.106.946.054 Kendaraan 1.514.629.130 8.625.938 514.069.120 1.009.185.948 Inventaris kantor 1.977.653.310 122.663.284 - 2.100.316.594 Sub-jumlah 6.454.062.667 162.927.741 514.069.120 6.102.921.288 Jumlah 192.970.562.013 11.458.281.148 514.069.120 203.914.774.041 Nilai buku 1.043.372.919.432 1.034.058.835.930

Pengurangan aset tetap meliputi transaksi penjualan aset dengan rincian sebagai berikut:

2010 2009

Harga jual - 210.000.000

Nilai buku - -

Laba (rugi) penjualan aset tetap - 210.000.000

Alokasi pembebanan penyusutan aset tetap untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi adalah sebagai berikut:

(24)

21

2010 2009

Beban jasa tol

Beban pemeliharaan aset jalan tol (lihat Catatan 22) 15.216.726.451 10.859.677.657 Beban pengumpul jalan tol (lihat Catatan 23) 406.354.495 350.555.163 Beban pelayanan pemakai jalan tol (lihat Catatan 24) 40.973.046 35.387.795 Beban umum dan administrasi (lihat Catatan 25) 216.439.880 212.660.533

Jumlah beban penyusutan 15.880.493.872 11.458.281.148

Pada tahun 2008, PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan, melakukan kegiatan konstruksi untuk penambahan lajur Jalan Tol Pondok Aren-Serpong. Pada tanggal 31 Maret 2009, tingkat presentase penyelesaian proyek terhadap estimasi keseluruhan nilai proyek adalah sekitar 66,9%.

Pada tanggal 15 Januari 2010, proyek penambahan lajur Jalan Tol Pondok Aren – Serpong telah selesai. Aset dalam penyelesaian sehubungan dengan proyek tersebut direklasifikasi sebagai Jalan dan Jembatan Tol.

Sebagian ruas jalan tol Pondok Aren - Serpong berada di atas tanah yang disewa dari PT Kereta Api (Persero) dengan nilai sebesar Rp 458.062.000 (lihat Catatan 28h).

Aset tetap Anak Perusahaan kecuali perlengkapan dan peralatan kantor telah diasuransikan melalui PT Asuransi Bosowa Periskop (pihak hubungan istimewa), PT Asuransi Umum Mega, dan PT Asuransi Tri Pakarta terhadap risiko kebakaran, pencurian, dan risiko lainnya dengan jumlah nilai pertanggungan sebesar Rp 354.300.082.944 dan Rp 102.275.000.000 masing-masing untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009. Manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan asuransi tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul atas risiko tersebut.

Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan, tidak terdapat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aset tetap pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

(25)

22 Akun ini terdiri dari:

2010

Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

Biaya Perolehan Bangunan 19.724.075.465 - - 19.724.075.465 Akumulasi Penyusutan Bangunan 2.301.142.137 246.550.943 - 2.547.693.080 Nilai Buku 17.422.933.328 17.176.382.385 2009

Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

Biaya Perolehan Bangunan 19.724.075.465 - - 19.724.075.465 Akumulasi Penyusutan Bangunan 1.314.938.364 246.550.943 - 1.561.489.307 Nilai Buku 18.409.137.101 18.162.586.158

Properti investasi ini merupakan unit office space yang terletak di gedung Menara Karya, Kuningan, Jakarta dengan luas keseluruhan 1.221,08 m2 dan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik atas satuan unit rumah susun

non-hunian atas nama Perusahaan. Office space tersebut disewakan kepada pihak ketiga.

Beban penyusutan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 dibebankan pada beban umum dan administrasi masing-masing sebesar Rp 986.203.773 (lihat Catatan 25).

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, seluruh properti investasi ini digunakan sebagai jaminan atas hutang bank (Catatan 14).

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, properti investasi Perusahaan telah diasuransikan melalui PT Asuransi Umum Mega dengan jumlah nilai pertanggungan masing-masing sebesar $AS 2.212.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul atas properti investasi.

Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan, tidak terdapat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai properti investasi pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

(26)

23

a. Jumlah hutang usaha berdasarkan langganan adalah sebagai berikut:

2010 2009

Pihak hubungan istimewa

PT Otto Rental 1.139.073.818 -

PT Semen Bosowa Maros - 9.663.332.222

Sub-Jumlah 1.139.073.818 9.663.332.222

Pihak ketiga

PT Synergi Pancasakti 5.868.463.896 -

PT Hopetec Indonesia 353.970.578 878.970.578 PT Menara Indra Utama 320.650.000 1.908.700.000 PT Citra Paramula Sejati 96.447.815 1.079.250.000

PT Yasa Patria Perkasa - 2.112.050.524

PT Harfiah Graha Perkasa - 715.075.790 Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500.000.000) 1.935.812.820 6.624.185.751

Sub-Jumlah 8.575.345.109 13.318.232.643

Jumlah 9.714.418.927 22.981.564.865

b. Jumlah hutang usaha berdasarkan umur (hari) adalah sebagai berikut:

2010 2009

Belum jatuh tempo - -

Sudah jatuh tempo:

1 - 30 hari - 9.663.332.222

31 - 60 hari - -

61 - 90 hari 1.139.073.818 -

Lebih dari 90 hari 8.575.345.109 13.318.232.643

Jumlah 9.714.418.927 22.981.564.865

11. HUTANG LAIN - LAIN

2010 2009

PT Jasa Marga (Persero) Tbk (lihat catatan 28e) 495.605.387 200.000.000 PT Perkasa Adiguna Sembada 207.204.800 - Lain-lain (masing-masing dibawah

Rp 100.000.000) 724.417.427 1.136.142.557

(27)

24

a. Hutang pajak 2010 2009 Kini 1.021.658.680 756.094.243 Pajak Penghasilan : Pasal 4 ayat 2 4.730.308 3.144.693 Pasal 21 116.014.502 59.128.622 Pasal 23 928.691.660 304.290.138 Pasal 29 1.444.934.556 1.152.458.000 Jumlah 3.516.029.706 2.275.115.696

b. Pajak Penghasilan Badan

2010 2009 Perusahaan Kini - (170.394.489) Tangguhan 380.439.762 (341.236.275) Sub-jumlah 380.439.762 (511.630.764) Anak Perusahaan Kini (1.021.658.680) (585.699.754) Tangguhan 2.919.171.541 5.948.413.131 Sub-jumlah 1.897.512.861 5.362.713.377 Konsolidasi Pajak kini (1.021.658.680) (756.094.243) Tangguhan 3.299.611.303 5.607.176.856 Jumlah 2.277.952.623 4.851.082.613

Rekonsiliasi antara rugi sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan sebagaimana yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi dan rugi fiskal Perusahaan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

(28)

25 b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)

2010 2009

Rugi sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan

berdasarkan laporan laba rugi konsolidasi (7.985.427.464) (13.479.165.389)

Dikurangi :

Rugi sebelum beban pajak anak Perusahaan (6.782.670.223) (20.454.207.389) Laba (rugi) dari sebelum manfaat (beban) pajak

penghasilan Perusahaan (1.202.757.241) 6.975.042.000 Beda temporer:

Penyusutan aset tetap - (668.916)

Beda permanen:

Pajak 377.466.521 357.332.359

Astek dan lainnya 157.919.974 61.221.907

Jamuan dan sumbangan - 25.584.351

Penghasilan yang telah dikenakan pajak yang

bersifat final (766.342.691) (5.709.022.520) Taksiran (rugi fiskal) penghasilan kena pajak

Perusahaan (1.358.713.437) 1.709.489.181 Akumulasi rugi fiskal awal tahun (60.106.952) (1.100.937.436)

Penghasilan (Rugi Fiskal) Kena Pajak (1.418.820.389) 608.551.745

Beban pajak penghasilan kini dan taksiran hutang pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

2010 2009

Beban pajak penghasilan periode berjalan

Perusahaan - (170.394.489)

Anak Perusahaan (1.021.658.680) (585.699.754) Beban pajak penghasilan kini berdasarkan laporan

laba rugi konsolidasi periode berjalan (1.021.658.680) (756.094.243) Dikurangi pajak penghasilan dibayar di muka:

Perusahaan - -

Anak Perusahaan - -

Taksiran hutang pajak penghasilan (1.021.658.680) (756.094.243) Perusahaan tidak terhutang pajak penghasilan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 karena masih berada dalam posisi rugi fiskal.

(29)

26 b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)

Anak Perusahaan tertentu telah menerima:

- Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-5.0002/WPJ.15/KP.0203/2009 tanggal 29 Januari 2009, tentang pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai masa Februari sampai dengan Mei 2008. Pengembalian kelebihan pembayaran yang diterima adalah sebesar Rp 5.208.391.515. - Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-5.0014/WPJ.15/KP.0203/2009 tanggal 16 Juni 2009,

mengenai pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai masa pajak Agustus 2008 sebesar Rp 3.844.074.427.

Pada tanggal 2 September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai “Pajak Penghasilan” telah diubah untuk keempat kalinya dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif bertingkat menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan seterusnya.

Perhitungan manfaat (beban) pajak penghasilan tangguhan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 dengan tarif maksimum 30% adalah sebagai berikut:

2010 2009

Perusahaan

Rugi fiskal 380.439.762 (308.262.482)

Penyusutan aset tetap - (187.296)

Penyesuaian karena perubahan tarif pajak - (32.786.497)

Manfaat (Beban) pajak tangguhan 380.439.762 (341.236.275)

Anak Perusahaan

Rugi fiskal 3.009.190.707 6.259.468.240 Penyusutan aset tetap (90.019.165) (97.085.331) Penyesuaian karena perubahan tarif pajak - (213.969.778)

Manfaat pajak tangguhan 2.919.171.542 5.948.413.131

Jumlah manfaat pajak penghasilan tangguhan - Bersih 3.299.611.303 5.607.176.856

Rincian aset dan kewajiban pajak tangguhan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

2010 2009

Aset pajak tangguhan Perusahaan

Rugi fiskal 395.466.500 -

Kewajiban diestimasi atas Imbalan kerja karyawan 76.394.137 63.543.745 Penyusutan aset tetap (3.552.691) 6.382.605

(30)

27 b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)

Anak Perusahaan

Rugi fiskal 26.293.348.999 11.463.094.594 Penyusutan aset tetap 110.444.378 742.250.871 Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 573.251.676 322.385.675 Pembayaran hutang sewa pembiayaan - (31.677.828) Aset pajak tangguhan atas selisih penilaian kembali

Aset tetap yang diperhitungkan - (1.146.471.319)

Jumlah 26.977.045.053 1.349.581.993

Jumlah aset pajak tangguhan – bersih 27.445.352.999 11.419.508.343

Anak Perusahaan

Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan - 241.446.169 Pembayaran hutang sewa pembiayaan - (703.500)

Penyusutan aset tetap - (2.432.364.850)

Jumlah kewajiban pajak tangguhan – bersih - (2.191.622.181)

Jumlah aset pajak tangguhan – bersih 27.445.352.999 9.227.886.162

Perusahaan dan Anak Perusahaan memperhitungkan kerugian fiskal sebagai aset pajak tangguhan karena terdapat keyakinan bahwa akumulasi rugi fiskal tersebut akan dapat dipulihkan dengan laba kena pajak pada masa mendatang.

13. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA

Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, akun ini merupakan pendapatan yang diterima di muka dari pihak ketiga atas sewa lahan milik PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan, atas pemasangan papan iklan dan pemanfaatan komersial lainnya.

14. HUTANG BANK

Akun ini terdiri dari:

2010 2009

PT Bank Mega Tbk 816.853.478.624 823.352.861.339 PT Bank Syariah Mega Indonesia 36.419.753.090 38.024.691.360 853.273.231.714 861.377.552.699

Bagian yang jatuh tempo dalam

waktu satu tahun 2.181.481.476 32.766.666.671

(31)

28 PT Bank Mega Tbk

Perusahaan

Pada tanggal 19 Juli 2007, Perusahaan mendapatkan fasilitas kredit Term Loan dari PT Bank Mega Tbk (Bank Mega) untuk pembiayaan pembelian office space di Menara Karya dengan maksimal kredit sebesar Rp 14.000.000.000 dan tingkat suku bunga 14,00% per tahun.

Pinjaman ini mempunyai masa tenggang (grace period) selama 1 (satu) tahun dan dibayar dengan angsuran bulanan serta akan berakhir pada bulan Agustus 2017.

Jaminan atas pinjaman ini adalah office space di Gedung Menara Karya dan buy back guarantee dari PT Karyadeka Pancamurni, pihak ketiga (lihat Catatan 9).

Saldo hutang bank untuk fasilitas term loan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 12.891.666.666 dan Rp 13.591.666.666 dengan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar Rp 699.999.996 dan Rp 699.999.997 masing-masing pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

Perjanjian hutang antara Perusahaan dan Bank Mega memuat beberapa pembatasan, yang mengharuskan Perusahaan memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank Mega, di antaranya untuk:

1. Menarik modal 2. Memberikan pinjaman

3. Mengubah struktur permodalan, mengubah Anggaran Dasar dan pengurus Perusahaan 4. Membagi dividen

5. Melakukan penyertaan modal, pengambilalihan saham atau melakukan investasi pada perusahaan lain, termasuk tidak terbatas pada, Anak Perusahaan dan afiliasinya

6. Bertindak sebagai penjamin atas kewajiban pembayaran pihak lain atau menyebabkan dijaminkannya barang jaminan kepada pihak lain

Pada tanggal 9 Oktober 2009, Bank Mega telah memberikan persetujuan tertulis kepada Perusahaan mengenai pencabutan pembatasan perihal pembagian dividen kepada pemegang saham.

Anak Perusahaan PT Bintaro Serpong Damai

Pada tanggal 28 Januari 2008, BSD mendapatkan fasilitas kredit Term Loan dari Bank Mega untuk pembiayaan kembali proyek jalan tol dengan maksimal kredit sebesar Rp 230.000.000.000 dengan tingkat suku bunga 12,5% per tahun untuk jangka waktu 8 tahun. Jaminan atas pinjaman ini adalah seluruh tagihan jalan tol Serpong-Pondok Aren dan gadai seluruh saham Perusahaan di BSD.

Pada tanggal 24 September 2008, BSD dan Bank Mega menyetujui perubahan dan/atau tambahan dalam perjanjian pinjaman bertanggal 28 Januari 2008, sebagai berikut:

1. Menambah fasilitas pinjaman baru sebesar $AS 21.447.721,18 (setara Rp 200.000.000.000) dengan tingkat bunga sebesar 9% per tahun dan jangka waktu selama 8 tahun. Fasilitas tambahan ini harus dilakukan swap minimal sebesar 60% (lihat Catatan 29d) dari pinjaman yang diperoleh dalam mata uang asing hingga fasilitas tambahan dilunasi. Pencairan fasilitas tambahan ini dilakukan pada tanggal 25 September 2008. Dengan adanya perubahan ini, maka komposisi pinjaman menjadi:

(32)

29 Anak Perusahaan (lanjutan)

PT Bintaro Serpong Damai (lanjutan)

Term loan 1 sebesar Rp 230.000.000.000 dan,

Term loan 2 sebesar $AS 21.447.721,18 (setara Rp 200.000.000.000).

2. Merubah tingkat bunga term loan 1 menjadi sebesar 15%.

3. Menambah jaminan pinjaman dengan hak pengelolaan jalan tol Serpong – Pondok Aren.

Berdasarkan Surat No. 001/CRB-2/09 tanggal 5 Januari 2009 mengenai Perubahan Fasilitas Kredit, Bank Mega dan BSD menyetujui perubahan perjanjian pinjaman tanggal 24 September 2008 dengan merubah fasilitas pinjaman term loan 2 dari semula $AS 21.447.221,18 menjadi sebesar Rp 200.000.000.000.

Saldo hutang bank untuk fasilitas term loan I dan term loan II pada tanggal 31 Maret 2010 masing-masing sebesar Rp 215.092.592.597 dan Rp 198.400.000.000 dengan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun masing-masing sebesar nihil. Sedangkan saldo hutang bank untuk fasilitas term loan I dan term loan II pada tanggal 31 Maret 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 218.641.975.312 dan Rp 198.400.000.000 dengan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun masin-masing sebesar Rp 18.456.790.130 dan Rp 2.400.000.000.

Perjanjian hutang antara BSD dan Bank Mega memuat beberapa pembatasan, yang mengharuskan BSD memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank Mega, diantaranya untuk:

1. Melakukan penarikan modal 2. Melakukan perubahan usaha

3. Pailit, penundaan kewajiban pembayaran hutang, pembubaran, penggabungan, pengambilalihan usaha dan peleburan usaha

4. Memperoleh fasilitas kredit atau pinjaman lain dari lembaga keuangan lain 5. Merubah struktur permodalan, anggaran dasar dan pemegang saham 6. Membagi dividen kepada pemegang saham

Berdasarkan Surat No. 069/CRBD/09 tanggal 28 Agustus 2009 mengenai Persetujuan Restrukturisasi Kredit, Bank Mega dan BSD menyetujui perubahan kondisi fasilitas kredit sebagai berikut:

- Memberikan grace period mulai bulan September 2009 hingga Desember 2012.

- Merubah jangka waktu fasilitas kredit term loan 1 dan term loan 2 masing-masing menjadi 11 tahun.

- Merubah tingkat suku bunga fasilitas kredit term loan 1 dan term loan 2 masing-masing menjadi 14% per tahun mulai 1 September 2009 hingga 31 Agustus 2010. Dengan pengaturan pembayaran bunga sebesar :

• 12% per tahun dibayarkan pada 1 September 2009 hingga 31 Agustus 2010 dan,

• 2% per tahun ditangguhkan dan akan dibayarkan mulai September 2010 hingga September 2013. - Suku bunga setelah tanggal 31 Agustus 2010 akan mengikuti tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Mega. Pada tanggal 9 Oktober 2009, Bank Mega telah memberikan persetujuan tertulis kepada BSD mengenai pencabutan pembatasan perihal pembagian dividen kepada pemegang saham.

PT Bosowa Marga Nusantara

Pada tanggal 22 Februari 2007, Anak Perusahaan mendapatkan fasilitas kredit Term Loan dari Bank Mega untuk pelunasan fasilitas kredit pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan maksimal kredit sebesar Rp 45.700.000.000 dengan tingkat suku bunga 14,00% per tahun.

(33)

30 Anak Perusahaan (lanjutan)

PT Bosowa Marga Nusantara (lanjutan)

Pinjaman ini mempunyai masa tenggang (grace period) selama 3 bulan dan dibayar dengan angsuran setiap triwulan serta akan berakhir pada bulan September 2013.

Pada tanggal 26 Februari 2007, BMN mendapatkan fasilitas kredit Term Loan dari Bank Mega untuk pelunasan fasilitas kredit pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan maksimal kredit sebesar Rp 45.700.000.000 dan tingkat suku bunga 14,00% per tahun.

Pinjaman ini mempunyai masa tenggang (grace period) selama 3 (tiga) bulan dan dibayar dengan angsuran setiap triwulan serta akan berakhir pada bulan September 2013.

Pada tanggal 15 Juni 2007, BMN dan Bank Mega menyetujui perubahan dan/atau tambahan dalam perjanjian pinjaman bertanggal 26 Februari 2007 sebagai berikut:

a. Perubahan mengenai definisi perjanjian jaminan b. Mengubah dan menambah ketentuan mengenai jaminan c. Menambah ketentuan mengenai kejadian pelanggaran

Jaminan atas pinjaman ini adalah hasil tagihan jalan tol seksi I dan II, seluruh tagihan yang telah ada dan yang akan ada, saham BMN yang dimilki oleh Perusahaan, seluruh hasil penerimaan PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE), Anak Perusahaan, yang akan ada atas penerimaan jalan tol (tol fee) seksi empat Makassar, seluruh tagihan JTSE yang telah ada dan yang akan ada, saham-saham JTSE yang dimiliki masing-masing oleh BMN dan PT Bosowa Investama, pihak hubungan istimewa, serta jaminan lain sebagaimana yang akan diminta oleh Bank Mega dari waktu ke waktu.

Saldo hutang bank untuk fasilitas term loan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 40.470.275.178 dan Rp 41.720.275.178 dengan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar nihil dan Rp 5.000.000.000 masing masing pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

Perjanjian hutang antara BMN dan Bank Mega memuat beberapa pembatasan, yang mengharuskan BMN memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank Mega, diantaranya untuk:

1. Penarikan modal 2. Perubahan usaha

3. Pailit, penundaan kewajiban pembayaran hutang, pembubaran, penggabungan, pengambilalihan usaha dan peleburan usaha

4. Memberikan pinjaman

5. Menggadaikan dan mengalihkan saham 6. Membagi dividen kepada pemegang saham

Berdasarkan Surat No. 070/CRBD/09 tanggal 28 Agustus 2009 mengenai Persetujuan Restrukturisasi Kredit, Bank Mega dan BMN menyetujui perubahan kondisi fasilitas kredit sebagai berikut:

- Memberikan grace period mulai bulan September 2009 hingga Desember 2012. - Merubah Jangka waktu fasilitas kredit term loan menjadi 10 tahun.

- Merubah tingkat suku bunga fasilitas kredit term loan menjadi 14% per tahun mulai 1 September 2009 hingga 31 Agustus 2010. Dengan pengaturan pembayaran bunga sebesar :

(34)

31 Anak Perusahaan (lanjutan)

PT Bosowa Marga Nusantara (lanjutan)

• 12% per tahun dibayarkan pada 1 September 2009 hingga 31 Agustus 2010 dan,

• 2% per tahun ditangguhkan dan akan dibayarkan mulai September 2010 hingga September 2013. - Suku bunga setelah tanggal 31 Agustus 2010 akan mengikuti tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Mega. Pada tanggal 9 Oktober 2009, Bank Mega telah memberikan persetujuan tertulis kepada BMN mengenai pencabutan pembatasan perihal pembagian dividen kepada pemegang saham.

PT Jalan Tol Seksi Empat

Pada tanggal 15 Juni 2007, PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) mendapat fasilitas kredit dari Bank Mega yang terdiri dari term loan dalam jumlah pokok tidak lebih dari Rp 280.000.000.000 di mana terdiri dari term loan sebesar Rp 245.000.000.000 dan Interest During Construction (IDC) sebesar Rp 35.000.000.000, serta Surat Keterangan Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) maksimal sebesar Rp 200.000.000 sub-limit dengan fasilitas term loan. Fasilitas kredit ini digunakan untuk pembangunan Jalan Tol Makassar Seksi IV dan pengadaan bahan baku serta dikenakan tingkat suku bunga 14% per tahun.

Jangka waktu pinjaman adalah 11 (sebelas) tahun dengan masa tenggang (grace period) selama 2 (dua) tahun. Jaminan atas pinjaman ini adalah seluruh hasil penerimaan jalan tol seksi I dan II Makassar, seluruh tagihan BMN yang telah ada dan akan ada, saham BMN yang dimiliki oleh Perusahaan, seluruh hasil penerimaan JTSE yang akan ada atas penerimaan jalan tol (toll fee) seksi IV Makassar, seluruh tagihan JTSE yang telah ada dan yang akan ada, saham JTSE yang dimiliki masing-masing oleh BMN dan PT Bosowa Investama, pihak hubungan istimewa, dan jaminan lain sebagaimana akan diminta oleh Bank Mega dari waktu ke waktu.

Berdasarkan Perubahan I Perjanjian Kredit yang dinyatakan dalam Akta No. 19 tanggal 10 Desember 2007 dari Notaris Mahmud Said, S.H., Bank Mega menyetujui peningkatan pagu fasilitas Term Loan sebesar Rp 70.000.000.000 sehingga maksimum kredit menjadi sebesar Rp 350.000.000.000 yang terdiri dari:

- Term loan sebesar Rp 306.000.000.000; dan - IDC sebesar Rp 44.000.000.000

Selanjutnya, berdasarkan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit No.467/CRB-2/08 tanggal 2 Juli 2008 dari Bank Mega, JTSE mendapat persetujuan pengalihan sisa plafon IDC sebesar Rp 28.505.595.380 menjadi term loan, sehingga rincian pinjaman menjadi sebagai berikut:

- Term loan sebesar Rp 334.505.595.380; dan - IDC sebesar Rp 15.494.404.620

Saldo hutang bank untuk fasilitas term loan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 349.998.944.183 dengan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar nihil dan Rp 3.000.000.000 masing-masing pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.

Perjanjian hutang antara JTSE dan Bank Mega memuat beberapa pembatasan, yang mengharuskan JTSE memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank Mega, di antaranya untuk:

Referensi

Dokumen terkait

Bagi calon mahasiswa baru yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku akan digugurkan3. Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan di sekretariat penerimaan mahasiswa

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka direncanakan pabrik bioetanol yang akan mulai produksi pada tahun 2015 dengan kapasitas 1 liter/hari (340 liter/tahun)

PT Pertamina EP belum pernah membuat kajian tentang pengelolaan gas ikutan pada lapangan minyak, sehingga srategi konversi gas ikutan yang berwawasan lingkungan dan model

BARAT  APOTIK  PUTRA RAMA  FARMA 2 APT  JL. RAYA CIMAREME‐BATUJAJAR NO.25  A  PADALARANG  JAWA  BARAT  TOKO  OBAT  SYIFA TO  RUKO PADALARANG BELAKANG 

BSC : Base Station Controller BTS : Base Transceiver Station BWA : Broadband Wireless Access CATV : Community Access Television CDMA : Code Division Multiple Access CPE

Kuliah Saham BBK bersama Koh Asun “Ghost Trader” | 10 semoga terlihat lengkungan2 yg ter breakout dan unsur bandar keluar dan masuknya.. asunn,

apabila Emiten atau Perusahaan Publik mengetahui Informasi atau Fakta Material tersebut diketahui oleh Pihak lain pada hari kerja, Emiten atau Perusahaan Publik

1) Keluarga sejahtera dan Keluarga prasejahtera ikut secara aktif melakukan usaha-usaha peningkatan pendapatan dalam bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan