• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. basis sukarela (European Commisions, 2002). The ISO Strategic Advisory

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. basis sukarela (European Commisions, 2002). The ISO Strategic Advisory"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini konsep CSR (Corporate Social Responsibility) telah mendorong berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk memikirkan konsep ini lebih jauh. Hal ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Berbagai literatur telah mencoba untuk mendefinisikan apa itu CSR. The European Commission telah mendefinisikan CSR sebagai, “Sebuah konsep dimana perusahaan memadukan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan dalam basis sukarela” (European Commisions, 2002). The ISO Strategic Advisory

Group (dikutip oleh Mosaid et. al, 2012), mempertimbangkan bahwa CSR diartikan “Sebuah pendekatan yang seimbang bagi organisasi untuk mengatasi masalah ekonomi, sosial dan lingkungan dengan cara yang menguntungkan orang, komunitas dan masyarakat”. Beberapa tahun terakhir ini, perusahaan di berbagai negara mulai memikirkan konsep ini secara serius untuk menyelesaikan beberapa masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, polusi dan masalah lingkungan dan sosial lainnya.

Perusahaan akan mengembangkan inisiatif mereka mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memenuhi permintaan dari pemegang saham. Bagi perusahaan mengungkapkan CSR bisa menjadi tekanan bagi mereka untuk

(2)

meningkatkan aktivitas CSR perusahaan dan mengkomunikasikan kepada pemegang saham. Manajer perlu mengungkapkan informasi CSR untuk memenuhi informasi yang diperlukan para stakeholder. Jika perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan ini, hal ini bisa memberikan dampak yang negatif kepada perusahaan baik itu penghentian pemberian bantuan maupun citra negatif yang akan timbul karena tidak dapat melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik. Perusahaan akan mengalami kerugian ekonomi karena hal tersebut.

Selain untuk mencari laba, perusahaan juga bertanggung jawab untuk menjaga hubungan perusahaan dengan masyarakat, pemegang saham, dan juga komunitas lainnya. Perusahaan mungkin dapat kehilangan investasi jika mengerjakan CSR, mengingat perusahaan tidak dapat melakukan investasi di bidang yang tidak diperbolehkan. CSR tidak bersifat memaksa, namun hal itu dibutuhkan oleh perusahaan karena CSR dapat membawa kesejahteraan untuk masyarakat sekitar.

Industri keuangan syariah memiliki tujuan untuk menyediakan keadilan tanpa adanya diskriminasi. CSR sejalan dengan prinsip syariah yang mana menopang kemandirian sosial ke masyarakat luas. CSR juga mengharamkan perusahaan untuk melakukan hal-hal yang ilegal yang dapat merugikan masyarakat. Sehingga lebih dapat masuk akal untuk mengatakan jika CSR adalah kewajiban bank untuk mengatur aktifitas sosial, ekonomi, dan lingkungan baik tingkat lokal dan global (Hassan et al, 2012).

(3)

Perusahaan berbasis syariah akan membentuk baitul maal untuk mengelola CSR dan zakat. Perusahaan berbasis syariah dapat membantu masyarakat yang tidak mampu dengan zakat, sedekah, dan qard hassan (pinjaman tanpa profit). Allah memerintahkan umat-Nya untuk membayar zakat sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran yaitu “... dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan(Nya) (yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan akhirat).” (QS Fussilat ayat 6 dan 7). Selain itu, Allah menyuruh ummat-Nya untuk saling tolong-menolong satu sama lain “... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS Al Ma‟idah : 2).

Perusahaan juga tidak dibenarkan untuk merusak lingkungan atau membahayakan lingkungan atau bumi. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Berpergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang-orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS Ar Rum: 41-42). CSR mulai diperkenalkan ke publik di akhir 1960an dan di awal tahun 1970an. CSR memberikan informasi baik itu informasi keuangan maupun non-keuangan seperti budaya sosial dari suatu perusahaan. CSR telah menjadi topik yang luas dalam dunia penelitian

(4)

selama beberapa dekade ini yang menjadi bukti bahwa masyarakat memperhatikan konsep CSR. Di beberapa negara, pemerintah ikut membantu dalam praktik CSR. Di Indonesia Undang-undang tentang CSR tertuang dalam UU PT No. 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 dan UU no. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang ada pada pasal 15 (b).

Perusahaan yang bergerak dengan prinsip Islam didalamnya, seperti bank-bank syariah, asuransi syariah, dan pembiayaan syariah harus menambah inisiatif CSR mereka dan mengungkapkan kegiatan CSR tersebut di Annual Report mereka. Perbankan Islam harus beroperasi secara ideal di dalam memenuhi prinsip yang didalamnya terdapat hukum Islam (Syariah). Masyarakat muslim di berbagai negara menaruh harapan yang tinggi pada perusahaan berbasis syariah dalam praktik pengungkapan di laporan perusahaan dan berharap pengungkapan tersebut lebih komprehensif tentang aktifitas CSR mereka. Perusahaan-perusahaan ini harus menyediakan informasi tentang aktifitas CSR mereka yang dilihat dari sudut pandang Islam yang diukur dengan Islamic Social Reporting (ISR) atau Islamic Corporate Social Responsibility (ICSR) untuk memenuhi permintaan yang mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi yang berlandaskan nilai etika Islam.

Pelaksanaan Maqasid Syariah oleh perbankan syariah telah menjadi perhatian beberapa peneliti ekonomi syariah meskipun jumlahnya masih terbatas. Mustafa, O.M (2008) melalui penelitiannya telah membuat pengukuran kinerja maqasid perbankan syariah dalam bentuk Shariah Maqasid Index (SMI). Maqasid

(5)

syariah yang diukur dalam penelitian ini berdasarkan pada konsep maqasid syariah yang dijelaskan oleh Muhammad Abu Zahrah (1958) dalam karyanya kitab “Ushul Fiqh” menjelaskan konsep maqasid syariah secara lebih luas dan umum, bahwa ada tiga tujuan dari keberadaan syariah Islam yaitu : Tahzib al-Fardi (Mendidik Manusia), Iqamah Al adl (Menegakkan Keadilan) dan Jalb Maslahah (Kepentingan Publik) yang diukur melalui beberapa parameter berdasarkan ketiga aspek tersebut.

Dusuki (2007), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa maqasid syariah dan konsep maslahah menjadi komponen penting dalam melaksanakan Corporate Social Responsbility (CSR) perbankan syariah. Kuppusamy (2010) melalui penelitiannya mencoba mengukur kinerja perbankan syariah melalui aspek syariah (sharia conformity) dan profitabilitas bank syariah. Penelitian-penelitian tersebut merupakan indikasi bahwa perbankan syariah tidak hanya dapat diukur melalui kinerja keuangan dengan pengukuran konvensional, tetapi sebagai sebuah entitas bisnis islami yang juga dapat diukur dari sisi sejauh mana bank syariah menjalani nilai-nilai syariah dan sejauh mana tujuan-tujuan syariah dilaksanakan oleh perbankan syariah dengan baik.

Maqashid syariah merupakan petunjuk, sekaligus pedoman yang wajib dijadikan acuan bagi setiap individu dalam mencari nafkah. Maqashid syariah mempunyai tujuan yang menekankan bagi setiap individu untuk dapat membedakan mana transaksi yang halal dilakukan, mana transaksi yang subhad (abu-abu), dan mana transaksi yang haram dilakukan. Maqashid syariah

(6)

merupakan sinergisitas antara fakta dan realitas. Dalam realitas dunia bisnis, aktifitas ekonomi sangat didominasi oleh aktifitas perdangangan, atau dalam bahasa umumnya adalah aktifitas jual beli. Ruh Maqashid Syariah dalam aktifitas perdagangan adalah aktifitas jual-beli yang bergerak di sektor riil, yaitu ada uang ada barang. Sehubungan dengan hal tersebut, syariat Islam tidak membenarkan jika nilai nominal uang dijadikan sebagai alat komoditi yang diperdangan di pasar valuta asing.

Implementasi maqashid syariah pada program CSR di perbankan syariah adalah, terletak pada sejauh mana program CSR direalisasikan pada aktivitas operasional perbankan syariah. Program CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial bagi setiap entitas, baik yang bergerak di sektor manufaktur/industry, maupun di sektor perdagangan, dan jasa, terhadap lingkungannya. Dalam tataran implementasi, bentuk tanggung jawab sosial dari Islamic Corporate Social Responsility (ICSR) adalah merujuk pada pemberlakukan Lembaga Keuangan Islam (Islamic Financial Institutions). Dalam kapasitasnya sebagai lembaga perwakilan yang melayani kebutuhan umat Islam secara kolektif, keberadaan dari Lembaga Keuangan Islam wajib adanya, jika tidak, hal ini akan bertentangan dengan prinsip dasar dalam al-Qur'an, khususnya maqashid syariah pada tingkatan tahsiniat.

Bentuk tanggung jawab sosial tidak membutuhkan pengeluaran sumber daya yang besar. Salah satu bentuk tanggung jawab yang wajib dilakukan oleh Lembaga Keuangan Islam sebagai wujud tanggung jawab sosial adalah untuk

(7)

mencegah dan menghindari praktek riba (Farook.S. 2007). Entitas diperlakukan sebagai lembaga sosial dan bukan hanya sebagai entitas bisnis swasta yang ditujukan untuk memaksimalkan keuntungan. Entitas harus menjaga kepentingan para kreditur, pemasok, karyawan, konsumen dan masyarakat secara keseluruhan. Di sisi lain, Maqashid Syariah bertujuan untuk melayani kepentingan individu maupun kepentingan publik/sosial. Dalam hal ini, CSR cocok dalam kerangka maqashid, dan karenanya adalah layak untuk didukung dari sudut pandang Islam.

Pelaksanaan Maqashid Syariah di dalam perbankan syariah telah menjadi perhatian beberapa peneliti ekonomi Islam. Mustafa Omar Muhammed misalnya, dalam penelitiannya Mustafa merumuskan sebuah pengukuran yang berguna untuk mengukur kinerja perbankan syariah yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip Maqashid Syariah dengan tujuan agar ada sebuah pengukuran bagi bank syariah yang sesuai dengan tujuannya. Pengukuran kinerja bagi perbankan syariah ini tidak berfokus hanya pada laba dan ukuran keuangan lainnya, akan tetapi dimasukkan nilai-nilai lain dari perbankan yang mencerminkan ukuran manfaat nonprofit yang sesuai dengan tujuan bank syariah.

Penelitian Mustafa Omar tersebut menghasilkan sebuah pengukuran kinerja keuangan perbankan syariah yang disebut Index Maqashid Syariah (IMS) yang diukur berdasarkan konsep maqāṣid syarī’ah yang dijelaskan oleh Muhammad Abu Zahrah dalam kitab “Usul Al-Fiqh”.

(8)

Konsep maqashid syarah secara lebih luas dan umum bahwa ada tiga tujuan yaitu:

1. Tahzib al- Fard/Education Individual (Mendidik Individu) 2. Iqāmah Al-Adl/Estabislishing Justice (Menegakkan Keadilan) 3. Jalb Al-Maṣlahah/Public Interest (Kepentingan Masyarakat)

Model ini telah banyak diaplikasikan dalam penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya untuk mengukur kinerja perbankan syariah di berbagai negara.

Kinerja keuangan perusahaan (Corporate Financial Performance) dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai atas berbagai aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan berbagai sumber keuangan yang tersedia, sedangkan yang dimaksud dengan kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik dalam aspek penghimpunan maupun penyaluran dananya. Kinerja keuangan perusahaan (CFP) dapat dilihat dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan terkait. Informasi yang terdapat pada laporan keuangan tersebut dapat menunjukkan baik kelemahan maupun kekuatan perusahaan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pertimbanngan para calon investor untuk menginvestasikan dananya. Terkait dengan itu semua, maka kinerja keuangan perusahaan juga merupakan fokus yang penting dalam perbankan syariah.

Menurut Brigham & houston (2006), mengatakan terdapat 4 macam rasio yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan dari operasional sebuah

(9)

perusahaan, berikut adalah macam-macam rasio dan kegunaannya dalam menganalis kinerja keuangan perusahaan (Corporate Finance Performance):

1. Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin), rasio ini mengukur jumlah laba bersih per nilai penjualan, dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.

2. Kemampuan Dasar untuk Menganalisis Laba (Basic Earning Power), rasio ini mengindikasi kemampuan dari aktiva-aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, yang dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak oleh total aktiva.

3. Tingkat Pengembalian Total Aktiva (Return On Assets), rasio ini menghitung jumlah laba bersih terhadap total aktiva dari perusahaan tersebut.

4. Tingkat Pengembalian Ekuitas Saham Biasa (Return On Common Equity), rasio ini mengukur laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa.

Dalam kerangka corporate governance di BUS, sebuah dewan pengawas dibentuk untuk mendukung praktik ini. Dewan pengawas ini disebut Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan ini bertanggung jawab untuk menjalankan praktik syariah governance yang menjadi hal esensial dalam model corporate governance keuangan Islam. Tanggung jawab yang dipegang DPS ini bertujuan untuk membangun dan menjaga kepercayaan semua pemangku kepentingan

(10)

bahwa seluruh transaksi, praktik, dan aktivitas dalam lingkup BUS berjalan sesuai dengan prinsip – prinsip syariah (Musibah dan Wan Sulaiman, 2014). Selain itu, DPS memiliki fungsi dalam melakukan pengarahan, review, dan pengawasan terhadap seluruh aktivitas BUS untuk meyakinkan kepatuhan syariah (AAOIFI, 2012). Berdasarkan hal tersebut, keberadaan DPS dalam BUS adalah hal yang sangat penting karena corporate governance yang ada di bank syariah diatur oleh dewan pengawas ini.

Dewasa ini pengukuran CSR masih mengacu kepada Global Reporting Initiative Index (Indeks GRI) (Haniffa 2002). Pengukuran tersebut tentunya kurang tepat karena perusahaan yang diakui sebagai emiten syariah dan dinyatakan memenuhi syariat islam seharusnya mengungkapkan informasi yang membuktikan perusahaan tersebut beroperasi sesuai hukum islam. Dimana dengan menggunakan indeks GRI belum menggambarkan prinsip-prinsip Islam seperti belum mengungkapkan terbebasnya dari unsur riba, gharar, dan transaksi-transaksi yang diharamkan oleh Islam. Lain halnya dengan Islamic Social Reporting Index (ISR) yang merupakan pengembangan pengungkapan tanggungjawab sosial yang didalamnya sesuai prinsip syariah.

Indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanakaan tanggung jawab sosial perbankan syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam

(11)

(Othman et al, 2009). Sesuainya indeks ISR untuk entitas islam karena mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip Islam seperti transaksi yang sudah terbebas dari unsur riba, spekulasi dan gharar, serta mengungkapkan zakat, status kepatuhan syariah serta aspek-aspek sosial seperti sodaqoh, waqof, qordul hasan, sampai dengan pengungkapan peribadahan di lingkungan perusahaan.

Penelitian ini memfokuskan pada hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Index Maqashid Syari’ah (IMS), Corporate Financial Performance (CFP) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syari’ah di Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan tahunan pada periode tahun 2010 sampai 2015 sesuai dengan ketersediaannya pada masing-masinng Bank Umum Syariah (BUS), dengan penggunaan tahun yang berbeda pada masing-masing variabel dalam satu model. Pemilihan objek berupa perbankan syariah ini di latar belakangi oleh fenomena maraknya kegiatan dan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perbankan syariah. Jika dihubungkan dengan UU no.40 pasal 74 tahun 2007, diketahui bahwa UU tersebut tidak mewajibkan perbankan syariah untuk melakukan dan pengungkapan kegiatan CSR pada laporan tahunan. Padahal perbankan syariah secara moral memiliki kewajiban melakukan dan mengungkapkan kegiatan CSR. Penelitian ini menggunakan IMS untuk mengetahui aktifitas perusahaan, NPM dan ROA untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, Dewan Pengawas Syariah untuk mengukur tata kelola perusahaan dan menggunakan ISR sebagai

(12)

standar yang digunakan untuk mengukur aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH INDEX MAQASHID SYARIAH, CORPORATE FINANCE PERFORMANCE DAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia)”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dan dipaparkan dalam karya tulis ini, yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh Index Maqashid Syariah (IMS) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) ?

2. Apakah terdapat pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) ?

3. Apakah terdapat pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) ?

4. Apakah terdapat pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) ?

(13)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Index Maqashid Syariah (IMS) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Untuk menganalisis pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).

3. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).

4. Untuk menganalisis pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)

D. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi kalangan akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya bidang ilmu akuntansi dalam kaitannya dengan Corporate Social Responsibility, Index Maqashid Syariah,Corporate Financial Performance dan Dewan Pengawas Syariah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pembanding bagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan CSR, IMS, CFP dan DPS.

(14)

2. Bagi kalangan perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan terkait pengungkapan Corporate Social Responsibility, Index Maqashid Syariah, Corporate Financial Performance dan Dewan Pengawas Syariah dalam laporan tahunan yang disajikan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bagi perbankan syariah dalam pelaksanaan CSR. 3. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengetahuan baik dari teori maupun praktek di bidang perbankan. Terutama dalam menerapkan syariat Islam, mengurus performa keuangan tata kelola serta tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan Pembelian dan Penjualan Udang yaitu harus meningkatkan kinerja bagian pembelian dan penjualan dalam pengolahan data pembelian dan

Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan melalui kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana, maka kerangka berpikir adalah sebagai berikut: (1)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : “ ANALISIS DESKRIPTIF INDUSTRI BATU ALAM (Studi Pada Pengusaha Batu Alam di

Secara operasional yang dimaksud peneliti dengan judul strategi guru dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa adalah strategi guru yang meliputi

Kepada Peserta Penyedia Barang/Jasa yang merasa keberatan atas Penetapan Pemenang tersebut di atas diberikan kesempatan untuk mengajukan Sanggahan secara

Selama ini pungutan Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi setelah subsidi 85 % dari pemerintah tergantung dari patokan bunga bank yang di pemerintah tergantung dari

Tabel di atas menunjukkan bahwa kejadian stres pada lansia di Dusun 14 Sungapan, Galur Kulon Progo tahun 2011, sebagian besar kategori rendah, yaitu 39 responden (83,0%).. Stres