• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN PENGUATAN PADA PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN PENGUATAN PADA PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN PENGUATAN PADA PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS

SMA NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Handria Putri Sutriani1, Ranti Nazmi2, Erningsih2

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat putrisutriani@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by teachers to apply strengthening skills to students in the process of learning sociology, but only in some students. This research is focused on Teacher Skills in Giving Reinforcement on Sociology Learning Process in Class XI IPS SMA Negeri 1 Sutera. This study aims to describe the skills of teachers in providing reinforcement on the process of learning Sociology in Class XI IPS SMA Negeri 1 Sutera. The theory used in this research is behavioristic theory This research uses qualitative approach with descriptive research type. The research informants amounted to 11 people. Methods of data collection through observation, interview and documentation. Data analysis through data reduction, data presentation and verification. The results of research that the strengthening of verbal form of words and praise in the form of sentences in students. The response is given by the teacher as a form of student behavior response during the learning process and praise is given by the teacher as a form of appreciation to the students. Non-verbal reinforcement, such as gestures or nodding head, smile, frown, thumbs up, cloudy face, cheerful face, cool eyes friendly or sharp looking, approaches to students, pay attention to the tasks that students do and accompany in the discussion , but teachers rarely do touch and fun activities

Keywords: Skill, Reinforcement PENDAHULUAN

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses

belajar mengajar. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, membimbing dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu perbuatan yang bersifat

(2)

2 memanusiawikan pendidikan. Artinya bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya (Sabri, 2007:66). Strategi pembelajaran harus dirancang, dimana proses pembelajaran harus berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas No. 41 Tahun 2007).

Berkaitan dengan strategi pembelajaran, guru selain harus menguasai materi yang akan diajarkan, juga harus mengetahui dan menerapkan sejumlah keterampilan dasar dalam mengajar, sehingga proses belajar mengajar akan berjalan secara maksimal. Menurut Usman, (2005:74) ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru yaitu: 1) keterampilan bertanya dasar dan lanjut, 2) keterampilan memberi

penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 6) keterampilan membimbing diskusi kelompok, 7) keterampilan mengelola kelas dan 8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Penguatan merupakan salah satu proses yang penting dalam pembelajaran, karena hal ini berkaitan dengan tingkah laku siswa. Hal ini diungkapkan oleh Subari (2010:82) bahwa penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu dorongan ataupun korelasi. Selanjutnya, penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengajar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berprestasi dalam interaksi belajar mengajar. Penguatan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah

(3)

3 laku pada waktu yang lain. Sebagai contoh, seorang siswa berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, lalu pendidik mengatakan atau memberikan pujian, “Bagus, tugasmu sungguh baik, rapi dan diselesaikan tepat pada waktunya”. Bisa juga pendidik mendekati siswa tersebut, kemudian mengelus-elus pundaknya dan mengatakan: “sungguh, kamu telah bekerja keras dan hasilnya bagus sekali”.

Selanjutnya Asril (2011:79) “penguatan non-verbal, berupa: mimik, dan gerakan tubuh, berupa mimik dan gerakan tangan dengan pendekatan menggunakan sentuhan digosok-gosok punggungnya”. Melalui kegiatan menyenangkan seperti menunjuk mereka menjadi ketua kelas. Menggunakan simbol atau benda seperti anak disuruh mengerjakan PR di papan tulis, kemudian diberikan tanda betul dan penguatan tak penuh seperti jawabanmu benar tetapi perlu disempurnakan lagi.

Prayitno (2008:209) menyatakan penguatan adalah menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Tingkah laku yang perlu diperkuat

artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul. Pada proses pendidikan yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan utama yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran adalah terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima sesering mungkin sesuai dengan kegunaan kemunculannya.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan hari Jumat tanggal 20 Januari 2017, ditemukan kelas XI. IPS sebanyak 4 kelas dan guru yang mengajar sebanyak 2 orang. Observasi peneliti lakukan di kelas XI IPS 1 dengan guru yang mengajar mata pelajaran Sosiologi yaitu Ibu As. Observasi menemukan bahwa dalam pembelajaran sosiologi di kelas XI IPS 1, guru tidak selalu melakukan keterampilan memberi penguatan kepada siswa. Hal yang sama juga ditemukan dalam observasi di kelas XI IPS 4 hari Selasa tanggal 24 Januari 2017 dengan guru yang mengajar ibu Rd, ditemukan guru hanya melakukan keterampilan penguatan pada saat membuka pelajaran. Hasil observasi awal yang peneliti lakukan terlihat guru telah melakukan penguatan untuk mendorong motivasi siswa untuk

(4)

4 belajar lebih giat, merangsang siswa untuk berfikir, menumbuhkan kemampuan kreatif siswa serta mengubah prilaku belajar siswa.

Observasi selanjutnya hari Rabu tanggal 25 Januari 2017 di kelas XI IPS.3 dengan guru yang mengajar Rd, ditemukan bahwa guru melakukan penguatan berupa penguatan verbal dalam bentuk kata-kata dan anggukan ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan, senyuman ketika akan memulai pelajaran dan acungan jempol yang diberikan kepada siswa. Fenomena yang ditemukan di Kelas XI IPS

SMA Negeri 1 Sutera, guru menerapkan keterampilan penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran sosiologi, namun guru hanya memberikan penguatan pada beberapa orang siswa dalam proses pembelajaran, yaitu hanya pada 5 orang siswa. Persoalan ini akhirnya memberi pengaruh kepada ketuntasan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Rendahnya nilai mata pelajaran sosiologi siswa kelas XI, dimana banyak siswa yang memperoleh nilai kurang memuaskan pada mata pelajaran Sosiologi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera, seperti tabel berikut:

Tabel 1. Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Sosiologi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera Tahun Pelajaran 2016/2017

No Kelas Jumlah siswa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Siswa yang tuntas KKM Siswa yang tidak tuntas KKM

1. XI IPS 1 37 orang 80 16 orang 21 orang

2. XI IPS 2 36 orang 20 orang 16 orang

3. XI IPS 3 35 orang 20 orang 15 orang

4. XI IPS 4 36 orang 22 orang 14 orang

Jumlah 91 78 orang 66 orang

Sumber: Guru Mata Pelajaran Sosiologi, 2017

Data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPS1 yang tuntas belajar sosiologi sebanyak 16 orang dan tidak tuntas sebanyak 21 orang. Siswa kelas XI IPS2 yang tuntas sebanyak 20 orang dan tidak tuntas sebanyak 16 orang siswa, kelas XI

IPS3 siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dan tidak tuntas sebanyak 15 orang dan kelas XI IPS4 siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dan tidak tuntas sebanyak 14 orang. Hal ini berarti dari 144 siswa kelas XI IS, ada 66 orang siswa yang mendapatkan nilai

(5)

2 di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 80 dan tidak tuntas. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam memberikan penguatan.

Sentralnya fungsi guru sebagai fasilitator pembelajaran efeknya sangat besar sehingga penulis tertarik meneliti tentang “Keterampilan Guru dalam Memberikan Penguatan pada Proses Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera”

Rumusan penelitian penelitian adalah Bagaimanakah keterampilan guru memberikan penguatan pada proses pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan guru dalam memberikan penguatan pada proses pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan tipe studi evaluasi tentang keterampilan guru memberikan penguatan pada proses pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11

orang, terdiri dari dua orang guru mata pelajaran Sosiologi kelas XI dan 9 orang siswa kelas XI IPS.

Hasil observasi ditemukan bahwa guru mata pelajaran Sosiologi melakukan penguatan verbal dan non verbal pada siswa, frekuensi guru melakukan penguatan jarang dan tidak menyeluruh pada seluruh siswa. Guru memberi penguatan di awal pembelajaran sambil memberi motivasi kepada siswa, selama proses pembelajaran. Wawancara dilakukan di sekolah pada jam istirahat dan dilakukan di ruangan masing-masing.

Analisis data dengan metode yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: Data ppenelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen.

Reduksi data dilakukan untuk keterampilan guru menerapkan penguatan pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Sutera. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, dalam penyajian data ini peneliti melakukan pengelompokan, penyusun

(6)

3 data berdasarkan kategori dan urutannya sehingga strukturnya dapat dipahami dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

Langkah terakhir yaitu menarik kesimpulan digunakan apabila da yang ada telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan sehingga memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilan Guru dalam Memberikan Penguatan pada Siswa dalam Proses Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera

Keterampilan memberikan penguatan merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh guru. Keterampilan memberikan penguatan terdiri daru dua yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal.

1. Pujian (Penghargaan berupa kalimat) terhadap Siswa

Respon secara konsisten diikuti oleh konsekuensi yang segera, konsekuensi tersebut akan lebih efektif untuk menguatkan

(reinforcement) respon tersebut. Saat

respon tersebut menghasilkan konsekuensi dan konsekuensi

tersebut tidak muncul kecuali respon tersebut hadir terlebih dahulu, kita katakan bahwa contingency hadir diantara respon dan konsekuensi.

Penguatan verbal berupa respon telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran Sosiologi. Respon berupa kata-kata dan dilakukan sebagai cara untuk meningkatkan tingkah laku positif yang dilakukan oleh siswa. Respon atau tanggapan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang (siswa) untuk memberikan apresiasi sekaligus sebagai informasi yang terkait dengan perilaku atau kinerja yang telah ditunjukkannya. Seseorang akan tahu letak kelebihan dan kekurangan terhadap yang diperbuatanya, jika ada yang memberikan komentar atau apresiasi.

Pujian adalah bentuk reinforcement

yang positif dan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta akan membangkit harga diri. Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon positif terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan “penguatan”.

Hasil pengamatan terlihat dalam proses pembelajaran sosiologi

(7)

4 melakukan pujian sebanyak 2 kali, pertama terhadap Peni Rahayu dengan kata-kata “tugasmu betul”. Selanjutnya guru juga memuji seluruh kelas karena kelas dalam keadaan rapi dan tidak ada siswa yang absen pada hari itu dengan kata-kata “bagus, kelas ini rapi dan anggota kelasnya rajin semua”.

Pujian atau respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa yang telah menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, secara psikologis siswa akan merasa bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi mativator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya. Jika dicermati sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghargaan secara verbal yang disampaikan oleh guru kepada siswa, bagi guru (orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa.

Siswa butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses

pembelajaran. Oleh karena itu guru harus melatih kemampuan untuk mengembangkan berbagai jenis penguatan, dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyajikan materi untuk dikuasi oleh siswa, akan tetapi selalu bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.

Guru mata pelajaran Sosiologi telah melakukan penguatan verbal berupa respon dan pujian. Respon diberikan oleh guru sebagai bentuk respon tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dan pujian diberikan oleh guru sebagai bentuk penghargaan terhadap siswa. Bila seorang guru mendapati seseorang yang berbuat tidak baik, tidak perlu memberikan respon yang kurang menyenangkan semisal celaan atau hukuman. Namun untuk membuat anak jera hendaknya para pendidik atau guru menggunakan cara-cara yang dapat menjauhkan anak melakukan perbuatan yang tidak baik dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan.

2. Gerak Isyarat terhadap Siswa Gerakan badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti:

(8)

5 mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan (respon) dari guru tersebut tentu akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Dalam menerapkan jenis penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus” guru menyertainya dengan acungan ibu jari dan lain sebagainya. Gerak isyarat yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran Sosiologi diantaranya anggukan atau gelengan kepala, senyum, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah ceria, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang. Penguatan dalam bentuk gerak isyarat ini akan banyak memberi pengaruh positif terhadap motivasi siswa untuk mengulang kembali dan meningkatkan perilaku yang mendapat respon positif dari guru, misalnya berupa senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari guru.

3. Pendekatan terhadap Siswa

Pendekatan oleh guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman. Kegiatan mendekati sebagai salah satu bentuk penguatan non-verbal, dalam pelaksanaannya bisa dikombinasikan dengan bentuk penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan pekerjaannmu” dan lain sebagainya.

Guru melakukan pendekatan yang dilakukan guru adalah mendekati meja siswa serta memperhatikan tugas yang dikerjakan siswa serta mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi. Gerakan guru harus dilakukan secara luwes, tidak mengesankan sesuatu yang dibuat-buat. Penguatan dengan melakukan pendekatan ini ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Pendekatna ini juga bisa dilakukan dengan penguatan verbal.

(9)

6 4. Sentuhan terhadap Siswa

Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa. Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan tujuan penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi dan tujuan penguatan sentuhan dalam pembelajaran.

Guru jarang melakukan sentuhan sebagai bentuk penguatan karena faktor budaya. Guru menjaga etika yang berlaku di tengah masyarakat dan tidak melakukan sentuhan secara sembaranga, kecuali memang penting. Sentuhan sebagai bentuk penguatan jarang dilakukan oleh guru karena hambatan etika dan budaya. Namun penguatan ini masih dilakukan apabila suasana mendukung dan tidak melanggar

norma yang berlaku. Sentuhan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan oleh karenanya jika sentuhan tidak memperhatikan berbagai pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan tidak akan efektif. Penguatan dengan sentuhan ini dilakukan untuk menyatakan persetujuan dan penghargaan guru terhadap hasil usaha atau penampilan siswa. Caranya bisa dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa dengan antusias, atau mengangkat tangan siswa yang dinyatakan berhasil dalam suatu kegiatan belajar

5. Kegiatan yang Menyenangkan Siswa

Untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekpresikan kemampuannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing temannya yang belum selesai; Siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang

(10)

7 seni diberi kesempatan untuk memimpin paduan suara; siswa yang memiliki kegemaran dalam berorganisasi diberi kesempatan untuk memimpin salah satu kegiatan tertentu.dan lain sebagainya.

Pemberian penguatan ini didasarkan pada karakteristik pembelajaran terpadu itu sendiri yang menuntut suatu kegiatan belajar yang menyenangkan. Misalnya siswa yang prestasinya baik di bidang olahraga diikutkan dalam kegiatan olahraga. Dengan memberi kesempatan kepada siswa menampilkan kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa dihargai sehingga akan makin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Penguatan sangat penting untuk dipahami, diperhatikan, dan dilakukan guru karena penguatan dapat membangkitkan motivasi siswa sehingga siswa lebih bersemangat dan antusias dalam menerima pelajaran serta membuat siswa merasa senang dan lebih aktif di kelas. Pemberian penguatan mampu meningkatkan perhatian siswa,

memelihara dan membangkitkan motivasi siswa, memudahkan siswa belajar, mengontrol dan memodifikasi perilaku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya perilaku yang positif. Pemberian penguatan merupakan strategi untuk mengubah tingkah laku siswa dan memperkuat timbulnya respon siswa dalam setiap pembelajaran

Penguatan verbal berupa respon dan pujian, menjauhkan anak melakukan perbuatan yang tidak baik dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan. Pujian sebagai bentuk penguatan verbal yang diberikan kepada anak didik menunjukkan bahwa seorang pendidikan berkenan dan menghargai perbuatan serta prestasi yang telah dicapai anak didik.

Penguatan non verbal yang dilakukan oleh guru diantaranya, gerak isyarat berupa anggukan atau gelengan kepala, senyum, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah ceria, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang, pendekatan dengan caramendekati meja siswa serta memperhatikan tugas yang dikerjakan siswa serta mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi, namun guru jarang melakukan sentuhan dan kegiatan

(11)

8 menyenangkan serta penguatan dengan simbol.

Aunnurrahman (2012: 40) dikemukakan proses S-R yang terdiri dari beberapa unsur dorongan

(drive): Pertama, seseorang

merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kedua, rangsangan atau stimulus.

Kepada seseorang diberikan stimulus

yang akan menyebabkannya memberikan respons. Ketiga, adalah

respons, dimana seseorang memberi

reaksi atau respons terhadap stimulus diterimanya dengan melakukan suatu tindakan yang dapat diamati; Keempat, unsur penguatan atau

reinforcement, yang perlu diberikan

kepada seseorang agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan

respons lagi pada permulaan proses

belajar, yaitu ketika seseorang memberikan respons sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya setelah selang beberapa waktu, maka frekuensi pemberian penguatan perlu dikurangi agar tumbuhnya kesadaran dari dalam dirinya untuk tetap tekun belajar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan tentang Pemberian penguatan dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sutera. Penguatan verbal berupa kata-kata dan pujian dalam bentuk kalimat pada siswa. Respon diberikan oleh guru sebagai bentuk respon tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dan pujian diberikan oleh guru sebagai bentuk penghargaan terhadap siswa. Pujian sebagai bentuk penguatan verbal yang diberikan kepada anak didik menunjukkan bahwa seorang pendidikan berkenan dan menghargai perbuatan serta prestasi yang telah dicapai anak didik. Penguatan non verbal yang dilakukan oleh guru diantaranya, gerak isyarat berupa anggukan atau gelengan kepala, senyum, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah ceria, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang, pendekatan dengan cara mendekati meja siswa serta memperhatikan tugas yang dikerjakan siswa serta mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi, namun guru jarang melakukan sentuhan dan kegiatan menyenangkan.

(12)

9 DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan

Pembelajaran. Cetakan ke-4.

Bandung: Alfabeta

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan

Praktis Pendidikan. Padang:

UNP Press

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar

Mengajar. Padang, Quantum

Teaching.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Subari, Ahmad. 2010. Psilokogi

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Usman, Uzer. 2005. Menjadi Guru

Profesional. Bandung: PT

Gambar

Tabel 1.   Nilai  Ujian  Semester  Ganjil  Mata  Pelajaran  Sosiologi  kelas  XI  IPS  SMA Negeri 1 Sutera Tahun Pelajaran 2016/2017

Referensi

Dokumen terkait

The design of this scanner security system applications are: starting the process of crawling to get a website structure, conduct experiments attacks on the pages that have

Pada mesin bubut terdapat chuck atau cekam yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang akan dibubut, berfungsi agar benda kerja tidak bergeser pada saat proses

Pada tahun 2015 Kementrian Agraria dan Tata Ruang mengeluarkan sebuah kebijakan baru guna melaksanakan apa yang menjadi tujuan dari Putusan MK tersebut yaitu untuk

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah di limpahkan -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Untuk melihat pengaruh dosis x-ray yang diberikan terhadap dental panoramik baik secara konvensional maupun digital.. Untuk mengetahui estimasi kebenaran dosis yang

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dengan kata lain financial

keluarga, pengetahuan keuangan, sikap terhadap uang dan tingkat pendapatan,. serta dibahas mengenai hipotesis

2.1.1.1 Peserta didik dapat menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada saat mengamati fenomena yang ditampilkan tentang adanya zat asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari