• Tidak ada hasil yang ditemukan

By: Silvi Ayuningsih. *Student. Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "By: Silvi Ayuningsih. *Student. Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KESULITAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENERAPKAN TEKNIK MENDENGARKAN, MEMAHAMI, DAN MERESPON (3M) DALAM LAYANAN

KONSELING PERORANGAN DI SMK N 9 PADANG By:

Silvi Ayuningsih *Student

Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACK

The difficulties in implementing technique of listening, understanding and responsing have giving personal counseling service have become an essentral issues and background of this research. The porpose of this research is to describe: the difficulties in listening to the client, understanding and responsing them. The qualitative descriptive research has implemented. Informan and knowledge are collecred from the counselor and student twelve of them get involved in this research. 6 of of them are counselor and 6 are students. As the result: 1. The difficulties of counselor listening have been caused by unclear intonation and language of the clients, 2. The difficulties in understanding clients due to the reluctant of the clients to tell the truth and sometimes they speak too long, wich make it hard to get the point, 3. Challenge both mentioned issues lead the counselor to the problem of responsing. The results of the study is recomented to principal and teachers at school who are actively involved in guidance and counseling program. Keywords: The difficulty in implementing techiques

Pendahuluan

Pendidikan merupakan usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan usaha pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Sementara itu banyak masalah yang dialami oleh peserta didik di sekolah, seperti masalah pribadi, sosial, belajar, karir, kehidupan beragama. Salah satu cara untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang dialami oleh peserta didik di sekolah adalah melalui bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno, dkk (1997:24) Bimbingan dan Konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal menerima lingkungannya secara positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan.

Salah satu layanan yang bertujuan membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan yang dialami adalah layanan konseling perorangan. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008:62) mengemukakan bahwa layanan konseling perorangan yaitu pelayanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru bimbingan dan konseling (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Menurut Prayitno (2004:1) Layanan konseling perorangan adalah layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

Agar tujuan konseling dapat tercapai setiap guru bimbingan dan konseling memperhatikan berbagai hal berhubungan dengan pelaksanaan konseling itu sendiri terutama penerapan teknik-teknik yang ada dalam proses konseling. Salah satu faktor berhasil tidaknya proses konseling yang dilaksanakan adalah penerapan teknik-teknik konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Semakin tepat guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan teknik konseling semakin jelas dan nampak hasil dari proses yang dilakukan.

Teknik yang dipakai dalam proses konseling sangatlah banyak antara lain; pertanyaan terbuka, refleksi, 3M, dorongan minimal dan lain sebagainya. Namun dari

(2)

sekian banyak yang ada, salah satu teknik yang sering muncul dan yang paling mendasar, dalam proses konseling adalah mendengar, memahami dan merespon (3M).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Taufik & Karneli (2012:61) bahwa “Teknik 3M merupakan teknik dasar dalam keseluruhan proses konseling. Ketiga teknik 3M tersebut secara berturut-turut saling terkait, artinya keberhasilan teknik pertama akan menentukan teknik berikutnya”. Jadi, tanpa memperhatikan dengan baik konselor tidak bisa memahami, dan tanpa memahami juga mustahil konselor akan dapat memberikan respon yang tepat.

Lembaga pendidikan formal, khususnya di SMK N 9 Padang telah dilaksanakan layanan konseling perorangan dan guru bimbingan dan konseling di sekolah ini telah menerapkan teknik mendengar, memahami dan merespon (3M), namun sangat disayangkan, berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan masih ada guru bimbingan dan konseling yang mengalami kesulitan dalam menerapakan teknik 3M.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 6 Februari 2015 dengan satu orang guru bimbingan dan konseling di SMK N 9 Padang, diketahui bahwa 3M dalam konseling perorangan tidak diterapkan dengan baik, sebagaimana mestinya. Ini disebabkan karena ada beberapa faktor, baik itu faktor dari diri guru bimbingan dan konseling itu sendiri maupun dari luar. Faktor dari diri guru bimbingan dan konseling yaitu: bahwa guru bimbingan dan konseling kurang konsentrasi dalam mendengarkan dan memahami pembicaraan klien itu disebabkan karena fisik dan psikis guru bimbingan dan konseling yang terganggu, guru bimbingan dan konseling juga sulit memahami pembicaraan klien jika klien dalam penyampaian masalah tidak jelas dan berbelit-belit, sehingga tidak menemukan inti dari masalah klien itu sendiri.

Oleh sebab itu peneliti tertarik mengkaji lebih lanjut kesulitan guru bimbingan dan konseling menerapkan teknik mendengar, memahami dan merespon (3M) dalam layanan konseling perorangan di SMK N 9 Padang.

Berdasarkan latarbelakang di atas maka identifikasi dari penelitian ini adalah:

1. Guru bimbingan dan konseling kurang konsentrasi dalam mendengarkan, memahami dan merespon pembicaraan klien karena fisik dan psikisnya terganggu

2. Guru bimbingan dan konseling kesulitan untuk menemukan inti dari permasalahan klien

3. Guru bimbingan dan konseling kesulitan memahami pembicaraan klien karena klien berbelit-belit dalam menyampaikan masalah

4. Guru bimbingan dan konseling kesulitan dalam memahami pembicaraan klien yang tidak jelas

Berdasarkan identifikasi masalah maka batasan dari penelitian ini adalah:

1. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan pembicaraan klien

2. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam memahami pembicaraan klien

3. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam merespon pembicaraan klien

Dari fenomena di lapangan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan pembicaraan klien

2. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam memahami pembicaraan klien

3. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam merespon pembicaraan klien.

Penelitian ini hendaknya bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Guru bimbingan dan konseling, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami dalam konseling perorangan dan mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. 2. Pengelola program studi bimbingan dan

konseling sebagai bahan masukan dalam mengembangkan wawasan mahasiswa di lapangan dan bahan masukan dalam menyusun program di sekolah.

3. Kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan sekolah khususnya untuk bimbingan dan konseling.

4. Peneliti untuk menambah wawasan serta dapat meningkatkan pengetahuan tentang

(3)

teknik mendengarkan, memahami, dan merespon (3M)

5. Peneliti selanjutnya sebagai pedoman bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya SDM yang berkualitas serta menambah ilmu pengetahuan terhadap masyarakat dan mahasiswa STKIP PGRI sumatera barat Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Peneliti menggambarkan kesulitan guru bimbingan dan konseling menerapkan teknik mendengarkan, memahami, dan merespon (3M) dalam layanan konseling perorangan. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti. Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.

Informan menurut Moleong (2008:132) “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Oleh sebab itu yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah bagaimana cara peneliti memperoleh informan dan menetapkannya menjadi informan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Menurut Riduwan (2010:62) “Dalam penelitian kualitatif, sampel data dipilih secara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu” Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Menurut Yusuf (2005:278) bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai melalui komunikasi langsung Data ini diuji dengan melakukan triangulasi data, Menurut Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan yaitu: 1. reduksi data, 2. penyajian data, 3. penarikan kesimpulan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2015 yang bertempat di SMK Negeri 9 Padang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peneliti memperoleh berbagai informasi tentang guru bimbingan dan konseling di sekolah tersebut, bahwa di dalam melaksanakan layanan konseling perorangan guru bimbingan dan konseling masih mengalami berbagai gangguan dan kesulitan, yaitu dalam pelaksanaan konseling guru bimbingan dan konseling kurang konsentrasi dalam mendengar, memahami dan merespon pembicaraan klien, guru bimbingan dan konseling kesulitan untuk menemukan inti dari permasalahan klien.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu 6 orang guru bimbingan dan konseling di SMK N 9 Padang.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai kesulitan guru bimbingan dan konseling menerapkan teknik mendengarkan, memahami, dan merespon (3M) dalam layanan konseling perorangan sebagai berikut:

1. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan pembicaraan klien

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan maka hasil yang diperoleh terhadap kesulitan guru bimbingan dan konseling mendengarkan pembicaraan klien bahwa guru bimbingan dan konseling kesulitan dalam mendengarkan tekanan suara klien dikarena klien kurang terbuka dan tersendat-sendat atau tidak lancar dalam penyampaian masalah.

Selanjutnya, guru bimbingan dan konseling kurang dapat mendengarkan pembicaraan klien dengan jelas karena suara klien sangat pelan dalam menyampaikan masalah dan juga klien sering kali menggunakan bahasa daerah dan intonasi yang sangat pelan, jadi susah bagi guru bimbingan dan konseling untuk mendengarkan pembicaraan klien.

Menurut Prayitno (2004:116) “Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun dari klien. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tenteng dirinya sendiri”. Sesuai dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang terjadi dilapangan sangatlah berbeda dengan yang seharusnya, karena

(4)

klien masih belum terbuka dalam menyampaikan permasalahannya dalam pelaksanaan konseling.

Berdasarkan dari penjelasan di atas , dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kesulitan guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan tekanan suara klien adalah karena klien berbicara belum terbuka dan tidak lancar, dan dalam pemggunaan bahasa klien lebih sering menggunakan bahasa daerah.

2. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam memahami pembicaraan klien

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa guru bimbingan dan konseling kesulitan dalam mengamati bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh klien yaitu ketika ingin membaca mata dan mimik mulut klien yang ragu-ragu dan cara guru bimbingan dan konseling untuk mengetahui kalau sikap yang diungkapkan klien melalui bahasa tubuh mempunyai makna tertentu yaitu melihat dari pantulan mata, wajah, mulut, gerak tubuh, dan juga memperhatikan ketika klien dalam menyampaikan masalahnya lalu mengkaitkannya dengan bahasa tubuh atau ekspresi dari klien.

Kendala guru bimbingan dan konseling terkait dengan pembicaraan yang disampaikan klien yaitu terkait dengan kejujuran klien dalam menyampaikan masalah, hal inilah yang membuat guru bimbingan dan konseling ragu apakah permasalahan klien tersebut benar-benar terjadi atau bukan. Menurut Prayitno (2004:116) “Keterusterangan dan kejujuran si terbimbing akan terjadi jika si terbimbing tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan”. Hal tersebut jelas bertolak belakang dengan yang terjadi di lapangan, bahwa yang menjadi kendala guru bimbingan dan konseling dalam memahami pembicaraan klien yaitu klien belum berkata jujur dalam menyampaikan permasalahannnya.

Selanjutnya, cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling memahami bahwa permasalahan yang dialami klien benar atau tidak yaitu dengan cara melihat dari kemauan klien untuk datang sendiri tanpa harus dipanggil terlebih dahulu, dan dengan memperhatikan mata klien dan gerak tubuh apakah klien ini jujur atau

tidak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mengamati bahasa tubuh klien yaitu ketika semua hal yang disampaikan klien berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh klien. 3. Kesulitan yang dialami guru bimbingan

dan konseling dalam merespon pembicaraan klien

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan maka hasil yang diperoleh terhadap kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling merespon pembicaraan klien yaitu cara guru bimbingan dan konseling isi dari pembicaraan klien adalah dengan cara memberikan pengarahan dan nasehat-nasehat terkait dengan yang disampaikan klien dan setelah itu melihat tanggapan yang disampaikan oleh klien kembali. Selanjutnya, tanggapan klien ketika guru bimbingan dan konseling kesulitan dalam memberikan respon terhadap isi dari pembicaraan klien yaitu klien akan menyampaikan dan berbicara langsung kalau yang dimaksud bukan demikian. cara guru bimbingan dan konseling mengidentifikasikan kategori perasaan klien yaitu dengan cara melihat respon dari klien, seperti gambaran wajah klien, mimik, serta cara klien dalam menyampaikan masalahnya.

Setelah itu mencoba untuk bertanya kembali terkait dengan permasalahan klien agar dapat memberikan respon yang lebih tepat, dan cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling memilih kata atau ungkapan perasaan yang cocok dengan perasaan klien yaitu dengan cara melihat situasi dan memberikan ungkapan kata seperti: hebat, bagus, acungkan jempol, kedip mata, senyuman dan melihatkan wajah senang.

Selanjutnya, hambatan yang dalami guru bimbingan dan konseling ketika ingin memberikan respon terhadap perasaan klien yaitu guru bimbingan dan konseling sering hanyut terbawa suasana dengan permasalahan yang disampaikan oleh klien, namun guru bimbingan dan konseling mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak hanyut dengan permasalahan dan perasaan klien. Menurut Karneli (2009:13) “Semua yang didengar dan difahami oleh konselor tentang kliennya,

(5)

harus positif dan dinamis. Positif artinya respon yang diberikan konselor harus mengarah kepada hal-hal yang baik dan dinamis, berarti respon konselor mampu memberikan kemajuan bagi proses dan hubungan itu sendiri”. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling yang ikut hanyut terbawa suasana dengan klien.

Cara guru bimbingan dan konseling merespon arti dari pembicaraan klien sesuai dengan maksud yang disampaikan klien yaitu dengan cara mendengarkan dengan baik apabila klien mengungkapkan masalahnya, lalu menerima masalah tersebut dan mencoba untuk menuntaskan bersama dengan klien, dan tanggapan klien apabila guru bimbingan dan konseling sulit untuk merespon arti dari pembicaraan klien yaitu klien akan langsung membicarakannya bahwa maksud yang sebenarnya bukan itu, lalu guru bimbingan dan konseling mencoba untuk menanyakan kembali terkait dengan permasalahan klien dan mencoba untu memberikan tanggapan kepada klien sesuai dengan yang diinginkan, agar klien tidak merasa diabaikan.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa cara guru bimbingan dan konseling dalam merespon arti dari pembicaraan klien adalah dengan cara memberikan respon sesuai dengan maksud yang disampaikan klien.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Kesulitan Guru Bimbingan dan Konseling Menerapkan Teknik Mendengarkan Memahami dan Merespon (3M) dalam Layanan Konselling Perorangan di SMK N 9 Padang, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan pembicaraan klien a. Kesulitan mendengarkan tekanan

suara klien

Kesulitan mendengarkan tekanan suara klien klien disebabkan karena klien kurang terbuka dalam menyampaikan masalahnya dan menggunakan bahasa tersendat-sendat atau tidak lancar, selanjutnya guru

bimbingan dan konseling kurang dapat mendengarkan pembicaraan klien dengan jelas karena suara klien sangat pelan dan klien juga sering menggunakan bahasa daerah, jadi hal seperti itulah yang menyebabkan guru bimbingan dan konseling kesulitan untuk mendengarkan tekanan suara klien.

b. Kesulitan menangkap isi pesan yang disampaikan klien

Kesulitan guru bimbingan dan konseling menangkap isi pesan yang disampaikan klien yaitu klien terlalu panjang lebar dalam menyampaikan masalahnya, jadi cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling untuk mengungkapkan kembali inti dari permasalahan klien dengan cara memantulkan kembali apa yang disampaikan oleh klien tersebut. c. Kesulitan mendengarkan secara teliti

Hal yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam mendengarkan pembicaraan klien secara teliti yaitu guru bimbingan dan konseling berbicara lebih dekat dengan klien dan mendengarkan lebih focus lagi dan meminta klien berbicara lebih jelas lagi.

2. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam memahami pembicaraan klien

a. Kesulitan mengamati bahasa tubuh klien

Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam mengamati bahasa tubuh klien yaitu ketika guru bimbingan dan konseling ingin membaca mata dan mimik mulut klien yang ragu-ragu, dan cara guru bimbingan dan konseling untuk mengetahui maksud dari ungkapan klien tersebut adalah dengan cara melihat dari pantulan mata, wajah, mulut dan juga memperhatikan klien ketika menyampaikan masalah. b. Kesulitan memahami semua yang

dikomunikasikan klien

Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam

memahami semua yang

dikomunikasikan klien yaitu terkait dengan kejujuran klien dalam menyampaikan masalah, dan klien

(6)

akan langsung berbicara apabila guru bimbingan dan konselingsulit dalam memberikan respon.

3. Kesulitan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam merespon pembicaraan klien

a. Kesulitan merespon isi

Cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling merespon isi dari pembicaraan klien yaitu dengan cara memberikan pengarahan atau nasehat-nasehat terkait dengan yang disampaikan klien.

c. Kesulitan merespon perasaan

Cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam merespon pembicaraan klien yaitu dengan melihat respon dari klien dan dan melihat situasi lalu memberikan ungkapan kata dan perasaan. Namun guru bimbingan dan konseling juga sering terbawa suasana ketika klien menyampaikan masalahnya.

d. Kesulitan merespon arti

Cara yang dilakukan guru bimbingan dan konseling memahami arti dari pembicaraan klien yaitu dengan cara mendengarkan dengan baik apabila klien mengungkapkan masalahnya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling hendaknya lebih fokus lagi sehingga dapat mendengarkan pembicaraan klien, memperbanyak latihan dan praktek dengan anak-anak yang kurang lancar. 2. Peserta Didik.

Bagi peserta didik, hendaknya peserta didik dalam menyampaikan masalah harus lebih serius dan berkata jujur dan jelas. Sehingga dapat membantu proses konseling berjalan dengan lebih baik. 3. Kepala Sekolah.

Hasil penelitian ini diharapkan bahwa kepala sekolah dapat memfasilitasi guru bimbingan dan konseling untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan, tambah kegiatan dan memperbanyak keterampilan. 4. Pengelola Program Studi Bimbingan

Konseling.

Agar dapat membentuk dan membekali para calon konselor dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik khususnya mengenai teknik mendengarkan, memahami dan merespon dalam layanan konseling perorangan. 5. Peneliti selanjutnya.

Agar dapat melakuakn penelitian tentang teknik mendengarkan, memahami dan merespon (3M) pada aspek lainnya. Kepustakaan

Karneli, Yeni. 1999. Teknik dan Laboratorium Konseling1. Padang. UNP.

Moleong. 2011. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Prayitno, dkk. 1997. Pelayanan

Bimbimgan dan Konseling. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.

Prayitno. 2004. Layanan L.1-L.9. Padang: FIP UNP.

Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah

Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Sukardi, Dewa Ketut & Kusmawati, Nila.

2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian

Kualitatif dan R&R. Bandung; Alfabeta.

Taufik & Karneli, Yeni. 2012.

Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang, FIP: UNP.

(7)

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang; UNP.

Yusuf, A. Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat konformitas membabi buta mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat dapat dikategorikan tinggi yaitu dengan persentase sebesar 82,02%, yang

Kesimpulan : Asupan zat gizi yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada wanita menopause adalah asam lemak jenuh (SFA), sedangkan asupan asam lemak tidak jenuh (MUFA,

jika tekanan bearing cukup rendah. Ketika tekanan bearing relatif tinggi, walaupun tekanan positif akan naik tanpa batasan tertentu, tekanan negatif akan turun

Bimbingan dan konseling sebagai suatu aktivitas pemberian nasehat dalam bentuk pembicaraan komunikatif antara konselor dan klien dengan tujuan untuk memecahkan masalah

Pada terapi bronkitis yang bertujuan untuk menghilangkan simtomatis dan bakteri, infeksi membutuhkan beberapa obat sekaligus dalam sekali terapi, hal ini

• Waktu yang diperlukan sejak masuknya Mycobacterium tuberculosis  hingga terbentuknya kompleks primer (4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu).. • kuman tumbuh hingga 10

Hasil penelitian mengenai pemahaman mahasiswa mengenai perpajakan terhadap teknologi pajak di Akademi Sekretari Budi Luhur Jakarta bahwa terdapat adanya hubungan

Title bar merupakan batang judul dari program Visual Basic yang terletak pada bagian paling atas dari jendela program yang berfungsi untuk menampilkan judul atau nama