• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KABUPATEN PIDIE JAYA

(Menurut Lapangan Usaha)

2006 – 2009

Nomor Katalog BPS : 9302008.1118

Ukuran Buku

: 20 cm x 27 cm

Jumlah Halaman

: vi + 60 Lembar

Naskah :

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik 2010

Editor :

Kepala BPS Kabupaten Pidie Jaya

Gambar Kulit :

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik 2010

Diterbitkan Oleh :

BPS Kabupaten Pidie Jaya

Dicetak Oleh :

Bappeda Kabupaten Pidie Jaya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(3)

KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2006-2009 ini merupakan publikasi tahun ketiga yang diterbitkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya bekerjasama dengan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pidie Jaya. Data yang disajikan

merupakan hasil perhitungan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku

dan harga konstan tahun 2000.

Penyajian menurut lapangan usaha dimaksud unutk memberikan gambaran

mengenai struktur ekonomi Kabupaten Pidie Jaya, perkembangan ekonomi secara

keseluruhan, dan perkembangan masing-masing sektor. Data yang disajikan

merupakan revisi untuk data tahun 2007 dan 2008 serta data sementara untuk tahun

2009, yang akan disempurnakan dalam publikasi tahun berikutnya.

Kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan publikasi ini di masa

mendatang sangat kami harapkan. Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan kontribusi berupa data-data pendukung sehingga

publikasi ini dapat diselesaikan.

Meureudu, Oktober 2010

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN PIDIE JAYA

Drs. ANWAR A. WAHAB

NIP.19590630 198103 1 002

(4)

KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA

KABUPATEN PIDIE JAYA

Perencanaan pembangunan bidang ekonomi suatu daerah membutuhkan berbagai

data statistik, guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada masa

sebelumnya. Data-data statistik menjadi sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan

dalam rangka penentuan kebijakan dan perencanaan pembangunan pada masa yang akan

datang yang berdaya guna dan berhasil guna.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten

Pidie Jaya telah memperlihatkan hasil nyata. Untuk mengukur keberhasilan tersebut,

BAPPEDA dan BPS Kabupaten Pidie Jaya telah bekerjasama menyusun publikasi Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2006-2009.

Data yang disajikan dalam publikasi ini dapat dijadikan sebagai indikator untuk

melihat secara makro kegiatan perekonomian dalam konteks regional dan dapat pula

dijadikan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya ke

depan.

Kami menyambut baik penerbitan publikasi PDRB Tahun 2006-2009 dan pada

kesempatan ini pula kami mengucapkan terimaksih atas keberhasilan kerjasana dengan BPS

Kabupaten Pidie Jaya yang telah menyelesaikan penyusunan publikasi ini. Semoga publikasi

ini bermanfaat bagi perencanaan pembangunan dan pengguna data.

Meureudu, Oktober 2010

KEPALA BAPPEDA

KABUPATEN PIDIE JAYA

IR. H. RAZALI ADAMI, MP

(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DALAM URAIAN DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

1.2 Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto 1.3 Konsep dan Defenisi

1.4 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1.5 Penyajian Agregat PDRB

1.6 Perubahan Tahun Dasar

II. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN PIDIE JAYA

2.1 Struktur Ekonomi 2.2 Pertumbuhan Ekonomi 2.3 Pendapatan Per Kapita

III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA

3.1 Sektor Pertanian

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 3.3 Sektor Industri Pengolahan

3.4 Sektor Listrik,Gas dan Air Minum 3.5 Sektor Bangunan/Konstruksi

3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.9 Sektor Jasa-Jasa

LAMPIRAN

A. Lingkup dan Metode Penghitungan B. Daftar Istilah Penting

Lampiran Tabel i ii iii iv v vi 2 2 4 6 7 9 10 12 13 15 16 18 19 20 20 21 21 21 22 23 24 26 27 43 46

(6)

iv

DAFTAR TABEL DALAM URAIAN

Tabel 2.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektor, 2006–2009 (persen)

13

Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2006 - 2009 (persen)

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB, Tahun 2009 14

Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Sektor, Tahun 2009 (persen)

16

Gambar 2.3 Pendapatan Regional Per Kapita, Tahun 2006-2009 (juta rupiah)

16

Gambar 3.1. Peranan Subsektor Pertanian Terhadap Total PDRB

Tahun 2006-2009 (Persen) 19

Gambar 3.2. Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Serta

Bangunan/Konstruksi Tahun 2006-2009 20

Gambar 3.3. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Terhadap

PDRB Tahun 2006-2009 22

Gambar 3.4. Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Terhadap

PDRB Tahun 2006-2009 23

Gambar 3.5. Peranan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan Terhadap PDRB Tahun 2006-2009 (persen) 24

Gambar 3.6. Peranan PDRB Sektor Jasa-Jasa Terhadap PDRB Tahun

2006-2009 (persen) 25

(8)

vi

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009 (Juta

Rupiah) 47

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009

(Juta Rupiah) 48

Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2006-2009 (Persen) 49

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2006-2009 (Persen) 50

Tabel 5. Indeks Perkembangan Produk Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2006-2009 (Tahun 2000=100) 51

Tabel 6. Indeks Perkembangan Produk Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009

52

Tabel 7. Indeks Berantai Produk Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009 (Tahun Sebelumnya = 100)

53

Tabel 8. Indeks Berantai Produk Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009 (Tahun Sebelumnya = 100)

54

Tabel 9. Indeks Implisit Produk Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2006-2009 55

Tabel 10. Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Pidie Jaya

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 - 2009 56

Tabel 11. Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Pidie Jaya

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 - 2009 57

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2009 (Tahun Sebelumnya= 100)

Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2009 (Tahun Sebelumnya= 100)

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Regional Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006-2009

58

59

(9)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 1

Pengertian

Pengertian

Pengertian

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto

Kegunaan

Kegunaan

Kegunaan Statistik

Kegunaan

Statistik

Statistik

Statistik Produk

Produk Domestik

Produk

Produk

Domestik

Domestik

Domestik Regional

Regional

Regional

Regional

Bruto

Bruto

Bruto

Bruto

Konsep dan Definisi

Konsep dan Definisi

Konsep dan Definisi

Konsep dan Definisi

Penghitungan

Penghitungan

Penghitungan

Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Penyajian Agregat PDRB

Penyajian Agregat PDRB

Penyajian Agregat PDRB

Penyajian Agregat PDRB

(10)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 2

I.PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode dapat diketahui salah satunya dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.

Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga produsen. Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB subsektor perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan. PDRB merupakan neraca makro ekonomi yang dihitung secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada konsep, definisi, klasifikasi dan cara penghitungan yang telah disepakati secara Internasional.

Perubahan nilai PDRB dari waktu ke waktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya perubahan volume. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas harga konstan disebut sebagai PDRB volume atau PDRB real. Dalam publikasi ini selain disajikan PDRB atas harga berlaku yang bisa menggambarkan pergeseran struktur ekonomi, juga disajikan PDRB atas dasar harga konstan, dengan menggunakan tahun dasar 2000 yang bisa menggambarkan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sejak tahun 2000.

Ada tiga pendekatan dalam perhitungan PDRB, yaitu : a. Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu:

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian,

3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Bersih,

(11)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 3 5. Bangunan,

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi,

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. b. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah,

(3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan stok, dan

(5) ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.

Di samping sebagai salah satu indikator dari data PDRB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti:

1. Produk Regional Bruto, yaitu PDRB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.

2. Produk Regional Neto atas dasar harga pasar, yaitu PDRB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun.

(12)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 4 3. Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi, yaitu produk regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan Regional.

4. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

Data produk domestik regional bruto adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDRB harga berlaku juga menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektora. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Dengan melihat angka persentase setiap sektor tersebut, selain dapat diketahui sumbangan atau kontribusi masing-masing sektor, sekaligus juga dapat dilihat struktur perekonomian daerah yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diketahui apakah perekonomian daerah bersifat agraris atau non agraris. Apabila pendapatan regional dikumpulkan dari waktu ke waktu, maka akan terlihat perubahan kontribusi masing-masing sektor serta perubahan struktur ekonominya.

(13)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 5 4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.

5. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

6. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya harus mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. 8. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar

harga konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan.

9. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data tenaga kerja yang apabila disajikan bersama-sama secara series dari waktu ke waktu, maka dapat dihitung angka elastisitas kesempatan kerja terhadap pendapatan regional. Elastisitas kesempatan kerja ini mencerminkan pengaruh kenaikan/penurunan pendapatan regional terhadap kesempatan kerja. Perlu ditekankan disini bahwa kenaikan pendapatan regional bukan saja disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang bertambah tetapi juga disebabkan adanya penambahan modal. Pengaruh dari dua faktor ini sangat sulit dipisahkan.

10. Untuk melihat produktifitas per sektoral yaitu dengan membagi jumlah nilai tambah dari sektor yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Produktivitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertim-bangkan penentuan alokasi tenaga kerja secara sektoral.

Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan berbagai macam data statistik guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada masa lalu serta untuk membuat perencanaan dan kebijakan demi tercapainya sasaran pembangunan yang telah ditentukan pada masa mendatang secara berdaya guna dan berhasil guna.

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasilnya dan mengusahakan pergeseran proses kegiatan ekonomi dari sektor primer ke arah sekunder dan tersier. Upaya ini secara keseluruhan dimaksudkan untuk mengusahakan peningkatan pendapatan masyarakat secara mantap dan diikuti oleh tingkat pemerataan yang sebaik-baiknya.

(14)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 6

1.3 Konsep dan Definisi

Gambaran menyeluruh tentang kondisi perekonomian suatu negara atau daerah dapat dilihat dari neraca ekonominya. Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahab dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Konsep dan definisi yang termaktub dalam buku ini pada dasarnya untuk tujuan penyusunan neraca regional.

1.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dapat diartikan kedalam tiga pengertian, yaitu:

a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region) dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula komponen penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung neto. Semua komponen pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto, sehingga Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai penjumlahan pada nilai tambah dari seluruh sektor (lapangan usaha).

c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi Pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Produk Domestik Regional Bruto seperti yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena tercakup didalamnya komponen pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto merupakan jumlah pajak tak langsung dikurangi subsidi.

(15)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 7

1.3.2 Produk Regional Bruto (PRB)

PRB merupakan Produk Domestik Regional Bruto ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir keluar milik penduduk luar wilayah.

1.3.2. Produk Regional Neto (PRN)

PRN merupakan Produk Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun.

1.3.3. Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi

PRN atas dasar biaya faktor produksi adalah Produk Regional atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung. Pajak tak langsung neto sendiri merupakan pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tak langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual, hanya pajak tak langsung bersifat menaikan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai pendapatan regional. Oleh karena data tentang arus faktor pendapatan yang keluar maupun yang masuk ke Kabupaten Pidie Jaya sulit dipantau maka faktor pendapatan neto dari luar wilayah atau daerah ini diprediksikan dengan melakukan survei khusus.

1.3.4. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

PDRB per kapita merupakan merupakan Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

1.4 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada penghitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikator produksinya saja. Untuk itu diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannya. BPS telah menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya. Sedangkan tahun dasar sebelumnya adalah tahun 1993. Untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan dikenal empat penghitungan yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Revaluasi

Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga tahun dasar 2000 dan hasilnya merupakan output

(16)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 8 dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari hasil selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan di atas.

Metode ini sangat sulit dilakukan terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data harga kurang tersedia. Karena itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

1.4.2. Ekstrapolasi

Dengan metode ekstrapolasi nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2000, diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

1.4.3. Deflasi

Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan dengan metode deflasi yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Perdagangan Besar dan sebagainya.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

1.4.4 Deflasi Berganda

Yang dideflasi dalam deflasi berganda ini adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan Indeks Harga Produsen atau Indeks Perdagangan Besar sesuai dengan cakupan komoditasnya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

(17)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 9 Metode ini tidak banyak digunakan dalam perhitungan karena kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena kompoinennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia kurang lengkap maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.

1.5 Penyajian Agregat PDRB

Pada publikasi ini penyajian angka agregat pendapatan selalu dilakukan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, yang masing-masing dapat dibedakan berikut ini:

a. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto.

b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan, maka perkembangan agregat pandapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan satuan output (riil) dan bukan karena harga. Saat ini tahun dasar yang dipakai adalah tahun 2000.

Dalam penyajian statistik PDRB dikenal tiga macam indeks untuk menggambarkan perubahan agregat-agregat pendapatan ini, yaitu indeks perkembangan, indeks berantai dan indeks implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasar. b. Indeks berantai, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun

dengan nilai pada tahun sebelumnya, dikalikan 100. Jadi angka tahun sebelumnya selalu dianggap 100. Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

c. Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuat indeks berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga barang dan jasa setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.

(18)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 10

1.6 Perubahan Tahun Dasar

Seperti telah disebutkan di awal, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) disajikan dalam versi PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan, dan PDRB atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar.

Pada prakteknya penggunaan tahun dasar sebagai dasar penghitungan PDRB atas dasar harga konstan selalu mengalami pemutakhiran. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga agar nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan dapat tetap menggambarkan kondisi perekonomian suatu daerah secara realistis.

Penggunaan tahun dasar dalam penghitungan PDRB secara Nasional telah mengalami perubahan empat kali, yaitu tahun 1960, 1973, 1983, dan tahun 1993. Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir harga yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan adalah harga pada tahun 1993. Namun demikian, perubahan struktur ekonomi akibat perkembangan global yang demikian pesat selama satu dasawarsa terakhir telah membuat pertumbuhan ekonomi yang dihitung dengan harga tahun 1993 menjadi lebih rendah, sehingga tidak lagi dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, BPS terdorong untuk mengganti tahun 1993 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar penghitungan karena situasi perekonomian dan alasan teknis berikut:

a. Perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat serta perubahan komposisi harga antara sektor primer, sekunder dan tersier mengakibatkan pengukuran pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi terlalu rendah.

b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan debirokratisasi. Sektor pertanian dan pertambangan sangat dominan, sementara sektor industri relatif masih kecil peranannya. Sejak tahun 1991 peranan sektor industri sudah melampaui peranan sektor pertanian.

c. Saat ini, tenggang waktu dari tahun 1993 sudah terlalu jauh sehingga apabila mengukur pertumbuhan berdasar pada tahun 1993 menjadi tidak realistis. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu 1993-2000 yang diwarnai oleh globalisasi telah mempengaruhi perekonomian domestik.

d. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi juga merubah struktur perekonomian Nasional.

e. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB sebesar 4,92 persen dan inflasi pada posisi 9,35 persen. Sejak tahun 2000 hingga 2003 pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu bisa bermakna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi

(19)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 11 setelah krisis yang membuat PDB merosot sampai minus 13,13 persen di tahun 1998 dengan inflasi hingga mencapai 77,63 persen.

f. BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia 2000. Tabel I-O tersebut secara baku dipakai sebagai basis penghitungan series PDB baik sektoral maupun penggunaan. Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel I-O telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoral dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran.

g. Dalam waktu dekat, penyusunan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indeks Harga Konsumen (IHK) akan menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penyempurnaan metodologi dan cakupan komoditi akan menghasilkan series IHPB dan IHK yang lebih akurat sebagai deflator dalam penghitungan PDB.

h. Ketersediaan data dasar sektor ekonomi baik harga maupun volume secara rinci tahun 2000, relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan tahun 1993. Hal itu dimungkinkan karena berbagai departemen/kementerian maupun instansi pemerintah lainnya ikut membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoral masing-masing. Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan terperinci serta konsisten, diharapkan estimasi PDB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten.

i. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan “Sistem Neraca Nasional” yang terbaru merekomendasikan bahwa estimasi PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga sudah didukung oleh komitmen pimpinan kantor statistik negara Asean pada tahun 2000 dengan maksud agar besaran angka-angka PDB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian dunia.

Dengan demikian, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB sektoral maupun penggunaan menjadi lebih realistis.

(20)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 12

St

St

St

Struktur Ekonomi

ruktur Ekonomi

ruktur Ekonomi

ruktur Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

(21)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 13

II. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN PIDIE JAYA 2.1. Struktur Ekonomi

Periode tahun 2006 hingga tahun 2009, struktur ekonomi Kabupaten Pidie Jaya relatif tidak mengalami perubahan. Dua sektor utama yang mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya dengan kontribusi yang cukup besar yaitu 62,05 persen tetapi cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun, penurunannya tersebut tidak terlampau besar. Hal ini bukan berarti nilai PDRB sektor pertanian menurun, justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hanya saja kontribusinya menurun. Keadaan ini mengindikasikan bahwa sektor lain kontribusinya dalam penyusunan PDRB mulai meningkat.

Pada tahun 2006 sektor Pertanian memberikan kontribusi sebesar 65.12 persen terhadap total PDRB. Kemudian secara bertahap terus menurun setiap tahunnya yaitu menjadi sebesar 64.46 persen pada tahun 2007 dan sebesar 63.78 persen di tahun 2008. Dan akhirnya pada tahun 2009 mencapai 62.05 persen. Tingginya peranan sektor pertanian sangat ditentukan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Pada tahun 2009 sumbangan subsektor tanaman bahan makanan mencapai 26,54 persen diikuti subsektor peternakan dengan sumbangan sebesar 20,47 persen.

Tabel 2.1. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektor, Tahun 2006-2009 (persen)

Sektor 2006 2007* 2008* 2009**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 65.12 64.46 63.78 62.05

2. Pertambangan dan Penggalian 0.72 0.74 0.71 0.66

3. Industri pengolahan 4.33 4.20 4.00 3.78

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.22 0.30 0.36 0.41

5. Konstruksi/Bangunan 3.36 3.90 4.26 4.88

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.51 8.01 8.49 9.04

7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.91 3.97 4.37 4.69

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.54 1.53 1.53 1.65

9. Jasa-jasa 13.28 12.89 12.49 12.85

PDRB Pidie Jaya 100.00 100.00 100.00 100.00

* Angka Diperbaiki **Angka Sementara

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di Kabupaten Pidie Jaya dimotori oleh kegiatan di sektor pertanian. Hal ini juga berarti sebagian besar penduduk Kabupaten Pidie Jaya menggantungkan nafkah kehidupannya pada hasil kegiatan pertanian seperti bertani padi, palawija, buah-buahan, beternak,

(22)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 14 berkebun, budidaya ikan, menangkap ikan di laut dan mengambil hasil hutan. Hal ini sesuai dengan keadan geografis dari kabupaten Pidie Jaya yang terletak di dataran rendah dan pesisir laut.

Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor ini pada tahun 2009 sebesar 12,85 persen terhadap total PDRB yang mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen dibandingkan tahun 2008. Jika dilihat dari tahun 2006 kontribusi sektor jasa-jasa ini cenderung menurun sampai tahun 2008 namun mengalami kenaikan di tahun 2009. Dimana di tahun 2006 kontribusi sektor ini bernilai sebesar 13,28 persen terus menurun menjadi 12,49 persen di tahun 2008.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor unggulan ketiga dalam pembentukan PDRB kabupaten Pidie Jaya setelah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor ini cenderung meningkat di setiap tahunnya dengan peningkatan rata-rata 0,5 persen. Kontribusi sektor ini pada tahun 2006 sebesar 7,51 persen meningkat menjadi 9,04 persen pada tahun 2009. Kemudian disusul oleh sektor konstruksi dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan kontribusi sekitar empat persen setiap tahunnya.

Sedangkan gambaran secara keseluruhan dari struktur ekonomi kabupaten Pidie Jaya, hanya dua sektor yang memberikan kontribusi di atas sepuluh persen yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sementara itu tujuh sektor ekonomi lainnya masih memberikan kontribusi di bawah sepuluh persen. Bahkan ada dua sektor yang kontribusinya sangat kecil dengan kontribusi di bawah satu persen yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1

(23)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 15

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan harga konstan 2000, selama kurun waktu tahun 2006–2009 pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dengan level yang berbeda-beda. Pada tahun 2006 tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,36 persen, tahun 2007 meningkat cukup tinggi sampai 5,06 persen. Sementara tahun 2008 pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun tidak begitu besar yaitu naik menjadi 5,32 persen. Sedangkan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen menjadi 6,51 persen.

Jika dilihat masing-masing sektor, ternyata sebagian besar sektor ekonomi Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dan hanya dua sektor yang mengalami perlambatan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor Listrik, gas, dan air. Keadaan ini menunjukkan aktifitas perekonomian mulai aktif pada sebagian besar sektor ekonomi di Pidie Jaya yang sebagai kabupaten baru dimana usianya telah mencapai 3 tahun.

Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2006-2009 (persen)

Sektor 2006 2007* 2008* 2009**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 2.88 1.94 1.76 2.11

2. Pertambangan dan Penggalian 7.30 6.13 6.25 6.60

3. Industri pengolahan 2.26 2.73 0.88 1.61

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 2.53 55.66 23.90 19.76

5. Konstruksi/Bangunan 7.15 18.18 10.51 15.75

6. Perdagangan, Hotel, dan restoran 2.63 26.99 21.71 17.75

7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.35 2.34 6.79 10.55

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.23 5.81 5.20 5.82

9. Jasa-jasa 4.71 5.31 8.96 12.94

PDRB Pidie Jaya 3.36 5.06 5.32 6.51

*Angka Diperbaiki **Angka sementara

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada tiga sektor yang angka pertumbuhannya di bawah angka pertumbuhan kabupaten yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2,11 persen, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 1,61 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 5,82 persen.

Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sektor konstruksi/bangunan. Peningkatan tersebut sebesar 5,23 persen dibandingkan tahun 2008 yang nilainya

(24)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 16 menjadi 15,75 persen pada tahun 2009. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang hanya tumbuh sebesar 0,35 persen. Kemudian disusul sektor pertanian yang juga hanya tumbuh sebesar 0,36 persen.

Selain itu, sejak tahun 2007 terdapat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan, yaitu sektor konstruksi/bangunan, sektor Listrik, gas dan air, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini dikarenakan kabupaten Pidie Jaya mulai terbentuk sejak tahun 2007 sehingga dari hasil pendataan dinas yang terkait, terjadi peningkatan yang cukup berarti di ketiga sektor tersebut. Keadaan ini dapat dijelaskan dari peningkatan permintaan terhadap sektor konstruksi yang cukup signifikan, sehingga sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor listrik, gas, dan air juga meningkat. Keadaan ini merupakan multiplier effect dari sektor konstruksi/bangunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2.

Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Sektor, Tahun 2009 (persen)

2.3. Pendapatan Per Kapita

Menurut konsep dan definisi yang digunakan, pendapatan per kapita adalah hasil bagi antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan regional per kapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Secara makro pendapatan regional per kapita dapat dijadikan ukuran tingkat kemakmuran suatu daerah.

Pada tahun 2009 pendapatan regional per kapita penduduk Pidie Jaya berdasarkan atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 7,68 juta rupiah per tahun, atau mengalami peningkatan sebesar 8,4 persen dibandingkan tahun 2008 yang nilainya mencapai 7,08 juta rupiah. Angka 7,68 juta rupiah ini menggambarkan rata-rata

(25)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 17 pendapatan penduduk per jiwa selama setahun. Jika rumah tangga terdiri dari 5 orang anggota, diperkirakan pendapatan rumah tangga sebesar 38 juta rupiah pertahun atau 3,17 juta rupiah per bulan. Angka yang cukup besar, namun pada kenyataannya masih banyak rumahtangga yang berpenghasilan dibawah 1 juta rupiah perbulan.

Dapat disimpulkan bahwa Pendapatan per Kapita merupakan nilai rata-rata dari total pendapatan regional/daerah dibagi jumlah penduduk, yang belum tentu dinikmati oleh seluruh penduduk. Jika pendapatan per kapita suatu daerah semakin tinggi, namun kenyataan masih banyak penduduk yang berpenghasilan rendah, maka distribusi pendapatan penduduk wilayah tersebut masih belum merata.

Secara riil (tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi harga/inflasi) pendapatan per kapita dapat dilihat dari PDRB harga konstan. Perkembangan pendapatan per kapita penduduk Pidie Jaya selama kurun waktu empat tahun terakhir baru berkisar antara 3,99 juta rupiah (tahun 2006) sampai 4,38 juta rupiah (tahun 2009). Hal ini menggambarkan secara riil ternyata dalam kurun waktu 4 tahun pendapatan penduduk setiap tahunnya hanya mengalami sedikit peningkatan.

Dapat disimpulkan bahwa walaupun terjadi peningkatan pendapatan per kapita secara harga berlaku, tetapi kenaikan harga pada tahun tersebut juga tinggi, maka kenaikan pendapatan perkapita tidak akan membantu terhadap perbaikan ekonomi masyarakat. Terlebih lagi apabila ketimpangan pendapatan antar penduduk semakin melebar, maka tingkat kesejahteraan penduduk yang lebih baik, semakin jauh dari harapan. Perkembangan pendapatan regional perkapita secara visual dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.3

(26)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 18

Sektor PertanianSektor Pertanian Sektor PertanianSektor Pertanian

Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri Pengolahan

Sektor Listrik dan Air BersihSektor Listrik dan Air Bersih Sektor Listrik dan Air BersihSektor Listrik dan Air Bersih

Sektor BangunanSektor BangunanSektor BangunanSektor Bangunan

Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan Komunikasi

SektSektSektSektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaanor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaanor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan or Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(27)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 19

III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA

Tinjauan ekonomi Pidie Jaya secara sektoral akan memberikan gambaran potensi masing-masing sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB dan subsektor apa yang lebih dominan pada sektor ekonomi tersebut. Secara lengkap tinjauan sektoral PDRB Pidie Jaya selama kurun waktu 2006 hingga 2009 adalah sebagai berikut:

3.1. Sektor Pertanian

Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya sangat dominan. Lebih dari 60 persen PDRB Pidie Jaya berasal dari sektor pertanian. Pada tahun 2009 bila dilihat dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 26,54 persen. Kontribusi terbesar kedua berasal dari subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20,47 persen. Kemudian subsektor perikanan sebesar 8,85 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan sebesar 6,16 persen. Sementara itu subsektor kehutanan memberikan kontribusi yang sangat kecil yaitu sebesar 0,03 persen. Hal ini erat kaitannya dengan pelarangan eksploitasi hasil hutan berupa kayu di seluruh wilayah Aceh yang sudah mulai diterapkan sejak tahun 2005.

Kontribusi masing-masing subsektor pada sektor pertanian pada periode 2006-2009 tidak terjadi perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun, secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1

(28)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 20

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor pertambangan minyak dan gas, serta subsektor penggalian dan penggaraman. Kontribusi PDRB sektor ini di Kabupaten Pidie Jaya hanya berasal dari subsektor penggalian dan penggaraman. Kontribusi yang diberikan sektor ini pada periode 2006-2009 masih sangat kecil yaitu lebih kurang 0,70 persen dari total nilai PDRB Kabupaten Pidie Jaya. Bahkan pada tahun 2009 kontribusinya semakin menurun yaitu hanya berkisar 0,66 persen dari total PDRB. Kontribusi sektor ini periode tahun 2006-2009 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor industri migas dan subsektor industri tanpa migas. Kontribusi PDRB sektor ini di Kabupaten Pidie Jaya hanya berasal dari subsektor industri tanpa migas. Kontribusi yang diberikan sektor ini pada periode 2006-2009 memperlihatkan kecenderungan menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2006 kontribusi yang diberikan subsektor industri tanpa migas sebesar 4,33 persen, kemudian turun menjadi 3,78 persen pada tahun 2009. Kontribusi sektor ini periode tahun 2006-2009 secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2

Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Bangunan/Konstruksi

(29)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 21

3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum

Sektor listrik, gas dan air minum terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor listrik, subsektor gas dan subsektor air minum. Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya baru berasal dari subsektor listrik. Sementara itu subsektor gas dan subsektor air minum belum memberikan kontribusi. Nilai PDRB subsektor gas kota menghitung nilai tambah yang berasal dari penyediaan maupun penggunaan gas dari pemerintah, swasta maupun masyarat. Kegiatan dari subsektor ini sampai tahun 2009 masih belum terdata secara menyeluruh di wilayah kabupaten Pidie Jaya.

Begitu halnya dengan subsektor air minum yang menghitung nilai tambah yang diberikan oleh kegiatan pengelolaan air bersih untuk dikonsumsi masyarakat yang dikelola secara ekonomis, baik oleh pemerintah daerah seperti PDAM maupun oleh pihak swasta. Hingga tahun 2009 kegiatan subsektor ini belum terorganisir dengan baik sehingga belum bisa tercatat perkembangannya secara menyeluruh di Kabupaten Pidie Jaya.

Sedangkan subsektor listrik memberikan kontribusi yang sangat kecil terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya namun nilainya cenderung mengalami kenaikan. Kontribusi subsektor ini masih berkisar kurang dari 0,5 persen yaitu baru mencapai 0,41 persen terhadap total PDRB Pidie Jaya tahun 2009. Demikian juga untuk tahun-tahun sebelumnya baru bernilai 0,22-0,36 persen. Untuk lebih jelasnya dari kontribusi sektor listrik, gas, dan air minum pada periode tahun 2006-2009 secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.2 di atas.

3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sektor bangunan/konstruksi juga masih memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Pidie Jaya namun nilainya cenderung . Periode tahun 2006-2009 kontribusi yang diberikan masih dibawah lima persen namun nilainya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 tercatat sebesar 3,36 persen dan tahun 2009 meningkat menjadi 4,88 persen. Kontribusi sektor ini periode tahun 2006-2009 secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.2 di atas.

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yakni subse ktor perdagangan yaitu semua aktifitas perdagangan besar maupun eceran, subsektor hotel yaitu aktifitas ekonomi pada pelayanan akomodasi/penginapan, dan subsektor restoran/rumah makan. Dari ketiga subsektor yang ada, perdagangan merupakan subsektor penyumbang terbesar dari sektor ini terhadap pembentukan nilai PDRB Kabupaten Pidie Jaya.

(30)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 22 Subsektor perdagangan pada tahun 2009 memberikan kontribusi senilai 7,93 persen. Jika dilihat dalam periode 2006-2009 kontribusi subsektor perdagangan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Subsektor perdagangan diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi Pidie Jaya pada masa yang akan datang mengingat kecendrungan kontribusi yang diberikan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Subsektor perdagangan juga akan terus berkembang sejalan dengan peningkatan aktivitas pada sektor pertanian karena komoditi pertanian yang dihasilkan daerah ini akan diperdagangkan baik secara lokal maupun antar daerah.

Sementara itu subsektor hotel atau akomodasi masih memberikan kontribusi yang sangat kecil sekali terhadap pembentukan PDRB. Hal ini tentu erat kaitannya dengan keberadaan penginapan yang belum ada untuk akomodasi setingkat hotel di daerah ini. Bahkan hanya untuk wisma/penginapan jumlahnya masih kurang dari 5 buah penginapan. Periode tahun 2006-2009 kontribusi yang diberikan baru senilai 0,02 persen terhadap total PDRB Pidie Jaya. Kondisi ini juga sama dengan subsektor restoran/rumah makan yang memberikan kontribusi kurang dari dua persen setiap tahunnya. Jika dilihat dari sisi lain, dari keadaan ini merupakan sebuah peluang bisnis yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Kontribusi masing-masing subsektor periode tahun 2006-2009 secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut ini.

Gambar 3.3

Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Terhadap PDRB Tahun 2006-2009

3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi, peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi menjadikan dunia tanpa batas. Subsektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian.

(31)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 23 Sektor ini di Kabupaten Pidie Jaya hanya terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor angkutan jalan raya, subsektor komunikasi dan subsektor jasa penunjang angkutan. Pada periode tahun 2006-2009 sektor pengangkutan dan komunikasi baru memberikan kontribusi sekitar tiga sampai empat persen setiap tahunnya. Sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor angkutan jalan raya yang berkisar tiga persen. Sisanya berasal dari subsektor komunikasi.

Pada tahun 2009 kontribusi yang diberikan oleh subsektor angkutan jalan raya baru mencapai 3,60 persen dari total PDRB Pidie Jaya. Sedangkan subsektor komunikasi memberikan sumbangan sebesar 1,09 persen dan sumbangan subsektor jasa penunjang angkutan secara persentase hampir tidak kelihatan karena nilainya yang sangat kecil sekali. Pada masa yang akan datang diperkirakan sektor pengangkutan dan komunikasi akan terus meningkat seiring peningkatan aktifitas pada sektor ekonomi lainnya yang tidak akan terlepas dari kegiatan transportasi dan komunikasi.

Gambar 3.4

Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Terhadap PDRB Tahun 2006-2009

3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Secara garis besar, sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, usaha real estate (persewaan bangunan dan tanah), dan jasa perusahaan. Tiga kelompok pertama disebut juga sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan penarikan dana dari masyarakat maupun penyalurannya kembali. Namun untuk subsektor jasa penunjang keuangan di Kabupaten Pidie Jaya belum tercatat dalam penghitungan PDRB sehingga belum ada nilai PDRBnya.

(32)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 24 Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB sekitar 1,53 persen pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 1,65 persen pada tahun 2009. Porsi terbesar masih diberikan oleh subsektor bank yaitu 0,69 persen di tahun 2007 dan sedikit meningkat menjadi 0,82 persen pada tahun 2009. Sementara itu subsektor sewa bangunan/usaha real estate pada tahun 2009 memberikan kontribusi sebesar 0,74 persen. Sedikit meningkat daripada tahun sebelumnya yang sempat menurun di tahun 2007 dan 2008.

Sementara itu kontribusi yang diberikan subsektor lembaga keuangan bukan bank seperti koperasi simpan pinjam, pegadaian dan sebagainya memberikan kontribusi yang sangat kecil yaitu berkisar antara 0,07 – 0,08 persen setiap tahunnya. Demikian juga dengan subsektor jasa perusahaan yang memberikan kontribusi sebesar 0,02 persen setiap tahunnya dalam periode tahun 2006-2009. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.5

Peranan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Terhadap PDRB Tahun 2006-2009 (persen)

3.9. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. jasa pemerintahan umum mencakup kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan kemasyarakatan lainnya. Sedangkan sub sektor jasa swasta meliputi kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumahtangga.

Proporsi sektor jasa-jasa terhadap PDRB merupakan yang terbesar kedua setelah sektor pertanian. Sumbangan sektor ini pada tahun 2009 sebesar 12,85 persen, mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun 2008 yang mencapai 12,49 persen. Kontribusi terbesar masih dipegang oleh subsektor pemerintahan umum yaitu sekitar

(33)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 25 11,56 persen di tahun 2008 dan naik menjadi 11,97 persen di tahun 2009. Sedangkan sumbangan subsektor lainnya dibawah 1 persen dimana yang memberikan sumbangan terbesar yaitu subsektor jasa sosial kemasyarakatan yaitu berkisar 0,60 persen pada periode 2006-2009. Kontribusi dari sektor ini dapat dilihat lebih rinci melalui gambar berikut ini.

Gambar 3.6

Peranan PDRB Sektor Jasa-Jasa Terhadap PDRB Tahun 2006-2009 (persen)

(34)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 26

Ruang Lingkup dan Meto

Ruang Lingkup dan Meto

Ruang Lingkup dan Meto

Ruang Lingkup dan Metode Perhitungan

de Perhitungan

de Perhitungan

de Perhitungan

Daftar Istilah Penting

Daftar Istilah Penting

Daftar Istilah Penting

Daftar Istilah Penting

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

(35)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 27

A. LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN

Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.

1. Pertanian

Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. 1.1. Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.

1.2. Tanaman Perkebunan

Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainya.

1.3. Peternakan dan Hasilnya

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.

1.4. Kehutanan

Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari

(36)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 28 hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya.

1.5. Perikanan

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya.

1.6. Jasa Pertanian

Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub sektor pertanian.

1.7. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah

Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus. Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode

(37)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 29 revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.

2. Pertambangan dan Penggalian

Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Pidie Jaya tidak ada kegiatan pertambangan bukan migas.

2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi.

Metode penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.

2.2. Penggalian

Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah komoditi garam kasar.

(38)

PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2006-2009 30

3. Industri Pengolahan

Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas. 3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi

Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar.

3.1.1. Gas Alam Cair

Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kalimantan Timur. Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harganya untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasarnya.

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar.

3.2. Industri Tanpa Migas

Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, bersihan dan tembakau (31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39).

Gambar

Tabel 2.1. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektor,  Tahun 2006-2009 (persen)
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pidie Jaya,  Tahun 2006-2009 (persen)
Tabel 1.  PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA
Tabel 2.  PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini.. alat ini disebut Arnold steam

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

Pola pertumbuhan Seattle telah membentuk ketergantungan sistem transportasi pada jembatan yang menghubungkan Kota dengan County dan merupakan satu-satunya peringatan bahwa

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil peneliatian ini adalah bahwa sistem pakar dapat digunakan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam beragam bidang,

Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi monitoring lampu secara jarak jauh berbasis wifi dapat berfungsi dengan baik, dibuktikan dengan konektivitas pada prototype

Penelitian serupa bahwa Pengendalian internal COSO yang diterapkan terhadap aktivitas pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) cabang

KJR 2 dilakukan dengan mengamati secara visual intensitas warna merah yang tampak pada permukaan biji durian Petruk, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran pigmen

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,