• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PRO

DU

K

DO

ME

ST

IK

RE

GIO

NA

L B

RU

TO

20

08

-20

11

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO

2008-2011

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Jln. Negara Medan – Tebing Tinggi Kompleks Instansi Vertikal – Sei Rampah 20695 Telp. : (0621) 441805; Fax : (0621) 441806;

Email : bps1218@bps.go.id

Homepage : http://serdangbedagaikab.bps.go.id

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI BPS-Statistics of Serdang Bedagai Regency

(2)

Kabupaten Serdang Bedagai

2008 - 2011

Katalog BPS : 9302008.1218

Nomor Publikasi : 12185.12.002

Ukuran Buku : 21,5 Cm x 28 Cm

Jumlah Halaman : xii + 62

Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Penanggung Jawab : Ir. Hj. Ida Suswati, M.Si

Penulis : - Emilza Rahmadhani, S.Si, ME

- Dwi Asih Septi Wahyuni, S.ST

Pengolah Data : - Dwi Asih Septi Wahyuni, S.ST

Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

Jl. Negara Medan – Tebing Tinggi

Kompleks Instansi Vertikal Sei Rampah 20695 Telp. (0621) 441805 Fax. (0621) 441806 Email : bps_1218@bps.go.id.

Sumber dana :

APBD Kabupaten Serdang Bedagai T.A. 2012

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

(3)

BUPATI SERDANG BEDAGAI

KATA SAMBUTAN

Program pembangunan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan jangka panjang maupun jangka pendek, sangat membutuhkan data statistik yang terpercaya dan akurat sebagai alat untuk dapat merumuskan masalah yang tepat dalam pencapaian sasaran pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk itu, kami menyambut gembira penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2008 – 2011 yang menggambarkan tentang laju pertumbuhan ekonomi dan perannya pada tiap-tiap sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. PDRB ini merupakan salah satu alat ukur/indikator yang dipakai sebagai dasar untuk perencanaan dan bahan evaluasi hasil pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun publikasi PDRB, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sedang Bedagai dengan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai yang telah berhasil mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk menerbitkan publikasi ini.

Demikian juga kepada pihak Instansi Pemerintah maupun pihak Swasta yang telah turut serta membantu dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi publikasi ini, kami ucapkan banyak terima kasih.

Semoga publikasi Pendapatan Regional Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Serdang Bedagai ini dapat bermanfaat bagi pemakai data baik pemerintah, swasta dan masyarakat umum terutama dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Sei Rampah, September 2012

BUPATI SERDANG BEDAGAI

(4)

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai telah menyelesaikan publikasi

“Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 – 2011”.

Publikasi ini merupakan gambaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai selama periode 2008-2011, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, disajikan dalam bentuk penjelasan tentang konsep dan definisi serta penjelasan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha.

Kami menyadari dalam penghitungan ini masih ditemui kelemahan-kelemahan, terutama oleh keterbatasan data sehingga angka-angka yang disajikan khususnya tahun 2011 masih bersifat sementara dan akan disempurnakan pada penerbitan selanjutnya. Oleh karena itu, saran dan kerjasama yang baik dari semua pihak khususnya Dinas/Instansi yang terkait sebagai sumber data sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati Serdang Bedagai yang telah memberikan bantuan dana guna terselenggaranya penerbitan publikasi ini.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya publikasi ini, diucapkan terima kasih.

Sei Rampah, September 2012

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Kepala,

IR. M. TAUFIK BATUBARA, M.Si NIP. 19630501 198910 1 001

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Kepala,

Ir. Hj. IDA SUSWATI, M.Si NIP. 19660228 199203 2 002

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMBUTAN BUPATI SERDANG BEDAGAI ... i

KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA SERDANG BEDAGAI DAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK SERDANG BEDAGAI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR TABEL (Lampiran) ... vii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Pergeseran Tahun Dasar... 3

1.3. Pemilihan Tahun Dasar ... 3

1.4. Konsep dan Definisi ... 5

1.5. Metode Penghitungan ... 5

1.6. Klasifikasi Lapangan Usaha ... 7

1.7. Survei Khusus Sektoral (SKS) ... 8

1.8. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan ... 9

1.9. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional ... 13

BAB II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN ... 15

2.1. Pertanian ... 16

2.2. Pertambangan dan Penggalian ... 21

(6)

2.4. Listrik, Gas dan Air Minum ... 24

2.5. Bangunan ... 25

2.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 26

2.7. Angkutan dan Komunikasi ... 27

2.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 32

2.9. Jasa-jasa ... 34

BAB III. TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ... 39

3.1. Gambaran Umum ... 40

3.2. Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai ... 41

3.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 43

3.4. Struktur Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai ... 45

3.5. Pendapatan Perkapita ... 50

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang

Bedagai Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) Tahun 2008-2011 (Juta Rupiah) ... 41

Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2008-2011 (persen)

... 43

Tabel 3.3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2007-2011 (persen) ... 46

Tabel 3.4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

2008-2011 (persen) ... 48

Tabel 3.5. Peranan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kelompok Sektor

Tahun 2008-2011 (persen) ... 49

Tabel 3.6. PDRB dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

(8)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Gambar 3.1. PDRB ADHB dan ADHK Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2008-2011 (Milyar Rupiah) ... 42

Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2011

(Persen) ... 44

Gambar 3.3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Serdang Bedagai

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Persen) ... 47

Gambar 3.4. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

(9)

DAFTAR TABEL (

Lampiran

)

Halaman Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2011 (Jutaan

Rupiah) ... 53

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011 (Jutaan

Rupiah) ... 54

Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2008-2011 (persen) ... 55

Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

2008-2011 (persen) ... 56

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2008-2011 (persen) ... 57

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

(10)

Tabel 7. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang

Bedagai Menurut lapangan Usaha Tahun 2008-2011 ... 59

Tabel 8 Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2008-2011 ... 60

Tabel 9. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

2008-2011 ... 61

Tabel 10. Perkembangan Beberapa Agregat PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB

(11)

Tujuan pembangunan di daerah secara umum adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Aspek-aspek pembangunan disini meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya. Diantara aspek-aspek tersebut pembangunan ekonomi merupakan aspek yang paling esensial dalam menunjang pembangunan daerah.

Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka telah terjadi perubahan sistim penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang sebelumnya menganut sistim sentralistik menjadi sistim desentralistik. Tentu saja, keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah sekarang ini dan dimasa yang akan datang sangat ditentukan oleh pemerintah daerah itu sendiri. Peran pemerintah daerah menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah.

Sejalan dengan hal tersebut kebutuhan akan berbagai macam data statistik baik untuk skala nasional maupun regional juga meningkat. Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral. Pembentukan angka PDRB ini secara intuisi dipengaruhi oleh banyak faktor terutama faktor ekonomi seperti produktivitas dan efisiensi.

Selain itu, dapat diketahui juga bahwa PDRB yang cukup meningkat dalam segi ekonomi merupakan cerminan dari tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik di daerah tersebut, sedangkan dalam bidang non ekonomi peningkatan tersebut, mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan hidup dan aspek lainnya dalam masyarakat.

I. Laju Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan program pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

(12)

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2008 mencapai 6,12 persen. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 yaitu sebesar 5,92 persen. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 6,14 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya sedangkan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai mengalami sdikit perlambatan dengan tumbuh sebesar 5,98 persen.

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan sebagai penyumbang PDRB pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 4,21 persen, sedangkan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor penyumbang kedua PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 5,39 persen.

II. Peranan Sektoral

Sampai saat ini perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai masih didominasi tiga sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian sebagai kontributor terbesar peranannya sedikit demi sedikit menurun dari tahun ke tahun dimana sektor ini menyumbang sebesar 40,73 persen pada tahun 2008, tahun 2009 turun menjadi sebesar 40,23 persen, pada tahun 2010 turun kembali menjadi sebesar 39,72 persen dan di tahun 2011 sebesar 38,85 persen.

Sektor industri pengolahan sebagai sektor penyumbang terbesar kedua mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009, dari 19,31 persen menjadi 19,43 persen dan pada tahun 2010 sebesar 19,62 persen, sedangkan pada tahun 2011 menyumbangkan sebesar 19,89 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai penyumbang terbesar ketiga juga mengalami peningkatan kontribusi di tahun 2011. Bila pada tahun 2008 sumbangannya sebesar 15,21 persen, pada tahun 2009 naik menjadi 15,34 persen, tahun 2010 sedikit mengalami penurunan menjadi 15,15 persen dan pada tahun 2011 naik kembali menjadi 15,19 persen.

(13)

sektor bangunan berkisar antara 9,63 – 10,97 persen, sektor keuangan berkisar antara 3,30 – 3,38 persen, sektor angkutan dan komunikasi berkisar antara 0,84 – 0,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian berkisar antara 1,00 – 1,01 persen, sedangkan sektor listrik, gas dan air minum sebagai sektor yang kontribusinya paling kecil berkisar antara 0,71 – 0,74 persen.

III. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan gambaran besarnya pendapatan rata-rata yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi yang terjadi di suatu daerah. Semakin banyak kegiatan ekonomi di suatu daerah akan menimbulkan peningkatan proses produksi yang pada gilirannya akan menghasilkan pendapatan.

PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Oleh sebab itu besar maupun kecilnya PDRB perkapita belum mencerminkan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan, karena pendapatan yang terjadi tersebut belum pasti dinikmati oleh penduduk daerah yang bersangkutan.

IV. Peranan Serdang Bedagai Terhadap Perekonomian Sumatera Utara

Potensi ekonomi suatu daerah/wilayah diantaranya dapat dilihat dari peranan masing-masing daerah/wilayah terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan dan pertumbuhan sektor-sektornya.

Sektor pertanian sebagai sektor yang terbukti cukup tangguh menghadapi gejolak perekonomian, masih memegang peranan penting dalam perekonomian Serdang Bedagai. Dengan dominasi perkebunan dan tanaman bahan makanan (padi-palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan) serta peternakan, Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang rutin mensuplai kebutuhan bahan-bahan hasil pertanian ke kota Medan.

(14)

Perkembangan pada sektor-sektor tersebut akan tercermin juga pada peningkatan kegiatan sektor perdagangan.

Secara total Serdang Bedagai menyumbang sebesar 3,47 persen terhadap PDRB Sumatera Utara. Kontribusi PDRB Serdang Bedagai secara sektoral terhadap Sumatera Utara didominasi oleh sektor pertanian dengan sumbangan sekitar 6 persen karena sektor ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Serdang Bedagai.

(15)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Pergeseran Tahun Dasar

3. Pemilihan Tahun Dasar

4. Konsep dan Definisi

5. Metode Penghitungan

6. Klasifikasi Lapangan Usaha

7. Survei Khusus sektoral (SKS)

8. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

9. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

(16)

RUANG LINGKUP DAN METODE

PENGHITUNGAN

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Angkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa

(17)

TINJAUAN PEREKONOMIAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

1. Gambaran Umum

2. Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi

4. Struktur Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai

5. Pendapatan Perkapita

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan serangkaian upaya dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Data statistik mempunyai peranan penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Seiring pelaksanaan ‘otonomi daerah’ dimana pembangunan di segala bidang yang semakin pesat dan meluas ke daerah-daerah, data statistik nasional dan regional terasa semakin diperlukan.

Untuk itu dibutuhkan data statistik sebagai bahan penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB/PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB/PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB/PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2011 ini disusun untuk memberikan informasi/gambaran tentang keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu periode tertentu. Besarnya nilai tambah bruto yang terbentuk menurut sektor ekonomi, secara tidak langsung dapat juga digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan ekonomi. Peranan masing-masing sektor ekonomi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Serdang Bedagai, merupakan informasi lain yang sangat

(20)

bermanfaat dalam perencanaan sektoral.

Berdasarkan informasi tersebut sasaran program pembangunan dapat lebih terarah ditetapkan. Informasi lain yang sangat penting adalah besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun keseluruhan, sehingga program evaluas i kebijakan dapat diambil guna meluruskan arah program pembangunan daerah yang telah dibuat.

1.2. Pergeseran Tahun Dasar

Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan mengalami pergeseran dari tahun 1993 menjadi tahun 2000. Perubahan tahun dasar ini antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Secara nasional telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan tahun dasar 1993 menjadi makin tidak realistis.

b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan dibirokratisasi. Secara nasional sejak tahun 1991 sektor industri peranannya sudah melampaui sektor pertanian dan menjadi primadona perekomian Indonesia.

c. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu 1993-2000 yang diwarnai oleh globalisasi tentunya akan berpengaruh kepada perekonomian domestik, masih dalam periode tersebut , pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berdampak pada perubahan struktur perekonomian Indonesia. Akibatnya struktur ekonomi Indonesia tahun 1993 telah berbeda dengan tahun 2000.

1.3. Pemilihan Tahun Dasar

Pada dasarnya penetapan tahun 2000 sebagai tahun dasar secara teknis dapat djelaskan sebagai berikut:

a. Berdasarkan rekomendasi PBB sebagaimana tertuang dalam buku panduan yang baru “Sistem Neraca Nasional” dinyatakan bahwa estimasi PDB atau PDRB atas

(21)

dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga merupakan komitmen pimpinan BPS negara ASEAN tahun 2000, agar besaran angka-angka PDB/PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kerja perekonomian dunia.

b. Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi, cakupan terus mengalami penyempurnaan, dalam jangka waktu tujuh tahun juga telah terjadi perubahan sruktur/bentuk komoditas serta kombinasi harga yang sangat signifikan. Perbaikan cakupan terutama sektor industri pengolahan (elektronok/ teknologi infomatika) serta di sektor jasa-jasa. Disisi lain juga terjadi perubahan dalam komposisi harga antara sektor primer, sekunder, dan tersier.

c. BPS telah merampungkan penyusunan Tabel Input-Output Indonesia 2000, termasuk Sumatera Utara untuk tingkat provinsi. Tabel I-O tersebut telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoralnya dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran. Oleh karena itu struktur ekonomi Indonesia yang digambarkan melalui Tabel I-O dapat dijadikan sebagai kerangka dasar (benchmarking) dalam penyempurnaan penghitungan PDB/PDRB, sekaligus dipakai sebagai tahun dasar dalam penyusunan series baru penghitungan PDB/PDRB, baik sektoral maupun penggunaan.

d. Ketersediaan data dasar (raw data) baik harga maupun volume (quantum) tahun 2000 secara rinci pada masing-masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan kondisi pada tahun 1993. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh berbagai Departemen/Kementrian maupun Instansi Pemerintah lainnya juga ikut membangun statistik keperluan perencanaan sektoralnya masing-masing. Dengan dukungan data yang lebih lengkap, terinci dan konsisten diharapkan estimasi PDB/PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten.

(22)

1.4. Konsep dan Definisi

Dalam menghitung pendapatan regional, hanya dipakai konsep Domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu wilayah/region (dalam hal ini kabupaten maupun kota di propinsi) dihitung dan dimasukkan ke produk wilayah tersebut tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi tersebut. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB menunjukkan gambaran ‘Product Originated’.

Disamping itu seyogianya telah dihitung juga Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor produksi, yaitu sebesar PDRB dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi). Namun karena data penyusutan dan pajak tidak langsung netto belum tersedia, penghitungannya belum dapat dilakukan.

Sampai saat ini BPS Kabupaten Serdang Bedagai belum dapat menyajikan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk, karena masih sulitnya memperoleh data yang menggambarkan arus keluar masuk pendapatan yang mengalir antar kabupaten dan kota ataupun antar propinsi. Dalam pengertian ini pendapatan yang dihasilkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk dari kabupaten atau kota lainnya, seharusnya dikeluarkan dan merupakan bagian dari pendapatan kabupaten atau kota tempat tinggal pemilik tersebut. Sebaliknya pendapatan yang timbul di kabupaten dan kota lain yang pemiliknya berasal dari Serdang Bedagai seharusnya dimasukkan sebagai pendapatan, sehingga dapat diperoleh produk yang benar-benar dimiliki oleh penduduk Serdang Bedagai.

1.5. Metode Penghitungan

(23)

1.5.1 Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah yang sama sekali terpisah dari data nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.

1.5.1.1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB diperoleh dari Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dikurangi seluruh biaya antara (biaya yang benar-benar habis dipakai dalam proses produksi yang dikeluarkan untuk meningkatkan output tersebut). NTB ini masih termasuk biaya penyusutan dan pajak tidak langsung netto yang merupakan bagian dari peran pemerintah dalam menentukan harga.

1.5.1.2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini didalamnya termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Berbeda dengan pendekatan produksi, maka kita perlu mengumpulkan data dari pendapatan faktor-faktor produksi yang dimiliki.

(24)

1.5.1.3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto, didalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Seharusnya ketiga cara pendekatan akan memberikan angka yang sama, tetapi karena sumber data yang ada belum mempunyai sistem pembukuan yang baik dan tertib maka ketiga pendekatan sering menghasilkan penghitungan yang tidak sama.

1.5.2 Metode tidak langsung/alokasi

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah propinsi ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung cenderung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah. Untuk sektor ekonomi yang menpunyai manajemen terpusat seperti listrik, telkom, bank dan PJKA terpaksa menggunakan metoda alokasi.

1.6. Klasifikasi Lapangan Usaha

Seperti diketahui angka nominal PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh NTB kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dibagi

(25)

menjadi sembilan sektor. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDRB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar kabupaten dan kota dengan PDRB propinsi.

Dengan demikian, dalam penyajian buku ini kegiatan ekonomi/lapangan usaha dirinci menjadi :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-Jasa

1.7. Survei Khusus Sektoral (SKS)

Diantara ketiga metode penghitungan PDRB, metode pendekatan produksi yang paling sering digunakan. Kedua pendekatan lainnya diterapkan untuk beberapa sektor tertentu.

Dalam penghitungan PDRB melalui pendekatan produksi, NTB merupakan hasil pengurangan NPB/Output dengan Biaya Antara. Data mengenai biaya antara, pada umumnya diperoleh dari SKS yang dilaksanakan untuk sektor-sektor tertentu secara berkala (biasanya setiap tahun).

Dari hasil pengolahan SKS didapatkan struktur biaya, yaitu: rasio biaya antara dan nilai tambah terhadap output masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor yang disurvei. Informasi lain yang dapat diperoleh adalah indikator produksi, harga dan indikator – indikator lainnya. Estimasi NTB dapat diperoleh dengan mempergunakan rasio yang dihitung dari struktur biaya.

(26)

Pengambilan sampel dalam SKS dilakukan dengan cara purposive. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa survei ini hanya untuk menghasilkan rasio struktur biaya saja, tidak untuk mengestimasi nilai keseluruhan dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang disurvei, karena populasinya tidak diketahui.

1.8. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

Hasil penghitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan. 1.8.1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku adalah menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk sektor-sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dan kota di propinsi dengan kabupaten dan kota di propinsi lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan konsumen atau pedagang/penjual. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang

(27)

bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan produksi utamanya. Sebagai contoh misalnya pabrik minyak goreng dari kelapa maka produksi ikutannya adalah ampas, batok kelapa dan sabut kelapa.

2. Untuk sektor-sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri, listrik, gas dan air minum, dan sektor banguan, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing -masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain itu dihitung juga produksi jas a yang digunakan sebagai pelengkap dan tergabung menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya.

3. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa -jasa (perorangan, sosial/ kemasyarakatan dan sosial), untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing -masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain itu diperlukan juga indikator harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masing-masing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.

(28)

Penghitungan atas dasar harga konstan, pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu.NTB atas dasar harga konstan ini, hanya menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu kabupaten dan kota di propinsi/daerah dari tahun ketahun tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga.

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

1.8.2.1. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing -masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

1.8.2.2. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai

(29)

ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung.

Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

1.8.2.3. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok. Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

1.8.2.4. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai.

(30)

1.9. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

Dari data PDRB, dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti :

1. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar, yaitu PDRB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun.

2. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi, yaitu produk domestik regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi tersebut sebagai Pendapatn Regional.

3. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan diatas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku nominalnya menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah regional. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. Pendapatan regional harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu wilayah.

3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah.

(31)

Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

5. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan Pendapatan Regional per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk

(32)

BAB II

RUANG LINGKUP DAN

METODE PENGHITUNGAN

Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. Ada berbagai macam cara penghitungan yang dilakukan untuk setiap komoditi maupun sub sektor adalah sebagai berikut:

2.1. Pertanian

Sektor ini meliputi kegiatan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biolo gis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan konsumsi. Sektor pertanian meliputi rasio

Tanaman Bahan Makanan, Tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.

2.1.1. Tanaman Bahan Makanan

Rasio ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, tanaman pangan lainnya. Hasil produk ikutan yang mempunyai nilai ekonomis, seperti jerami, daun, pelepah, batang, kelobot dan sebagainya juga dimasukkan dalam penggolongan ini.

Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Serdang Bedagai maupun BPS Propinsi Sumut, seperti harga untuk komoditi palawija, sayur-sayuran, buah-buahan dan

(33)

tanaman hias pada tingkat harga pasar pedesaan (HP1), harga untuk komoditi padi pada tingkat harga loko gudang petani (HP2), dan harga komoditi-komoditi tertentu lainnya yang dikumpulkan secara berkala.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing -masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil survei pertanian yang dilakukan oleh BPS.

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi yaitu mengalikan produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan dengan jumlah biaya antara yang dihitung berdasarkan rasio pada tahun 2000.

2.1.2. Tanaman Perkebunan

Komoditi yang dicakup di sini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik swasta maupun pemerintah yang menghasilkan komoditi-komoditi, seperti karet, kopi, teh, kina, coklat, minyak sawit, tebu, rami, serat manila, kemiri, pinang, minyak sereh, gambir, biji jarak, kumis kucing dan sebagainya. Tidak termasuk hasil/produksi pengolahan sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya seperti: karet remah, gula merah, minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, teh olahan, kopra dan minyak sawit yang sebelum penggeseran tahun dasar masih termasuk di sub sektor perkebunan. Kegiatan pengolahan sederhana tersebut sejak tahun 2000 dimasukkan pada produk sektor industri.

Hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomis dari produk-produk di atas, seperti: batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa daun, akar dan sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil/produksi.

Data produksi diperoleh dari BPS Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan data harga untuk masing -masing

(34)

komoditi beragam seperti harga ekspor (FOB) harga perdagangan besar (HPB), harga eceran (HK), atau harga produsen (HP), baik yang dikumpulkan secara berkala oleh BPS Propinsi maupun oleh Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.

NTB atas dasar harga berlaku masing-masing komoditi diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu NPB/output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing -masing jenis komoditi setiap tahun, sedangkan struktur biaya antara diperoleh dari hasil pengolahan Survei Khusus Input Output (SKPR) di setiap Propinsi.

NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan mengurangkan NPB/output dengan jumlah biaya antara yang dihitung dengan menggunakan rasio tahun 2000.

2.1.3. Peternakan dan hasil-hasilnya

Rasio ini mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil dan unggas yang bersifat komersil dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil hasil-hasilnya, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya. Produksi yang dicakup meliputi ternak lahir, pertambahan berat badan, hasil pemotongan seperti daging, jeroan, kulit, tulang, dan hasil-hasil ternak lainnya (susu, telur, kokon, madu, kotoran ternak dan lain-lain). Karena data mengenai jumlah ternak lahir dan pertambahan berat tidak tersedia secara lengkap di tiap daerah, maka untuk memperkirakan produksi ternak berbeda dengan memperkirakan produksi pada kegiatan lainnya. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor baik antar daerah maupun luar negeri).

Data komponen produksi ternak diperoleh dari Dinas Perternakan Daerah, dan survei-survei yang dilakukan oleh BPS Kabupaten serta instansi lainnya. Sedangkan data harga berupa harga produsen (HP) yang dikumpulkan secara berkala oleh BPS Kabupaten dan Dinas Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai.

(35)

Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi, sama seperti yang dilakukan pada sub sektor sebelumnya, baik untuk perkiraan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000.

2.1.4. Kehutanan

Rasio ini mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh perorangan atau badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan, penebangan hutan serta pengambilan getah-getahan dan akar-akaran. Produksi yang dihasilkan meliputi kayu gelondongan, kayu belahan/potongan (kayu pertukangan), kayu bakar, bambu, rotan, damar dan sebagainya. Hasil pengolahan sederhana yang pada umumnya dilakukan di areal hutan seperti pembuatan arang, penyaringan getah dan sebagainya dimasukkan pula dalam sub sektor ini. Disamping itu dicakup pula kegiatan perburuan/penangkapan dan pembiakan binatang liar/margasatwa dengan tujuan komersil seperti perburuan binatang -binatang liar, penangkapan penyu, buaya, ular, penangkaran burung dan sebagainya.

Produksi yang dihasilkan berupa binatang hidup/mati, binatang lahir (anak), daging maupun sarang, (khusus burung), kulit, tanduk, telur, dan lain-lain. Tidak termasuk di sini kegiatan-kegiatan dengan tujuan penelitian, olah raga, kebun binatang, dan hobi (kegemaran).

Data produksi diperoleh dari Dinas Kehutanan dan BPS Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan untuk data harga masing-masing komoditi dipergunakan beberapa macam harga yang dikumpulkan oleh BPS Propinsi dan dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara.

Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi, sama seperti yang dilakukan pada sub sektor sebelumnya, baik untuk perkiraan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000.

(36)

2.1.5. Perikanan

Sub sektor ini mencakup kegiatan penangkapan, pengambilan dan pemeli-haraan/pembiakan segala jenis binatang dan tumbuhan air, baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air asin, seperti ikan, udang, kepiting, ubur-ubur, mutiara, rumput laut, bunga karang, dan sebagainya. Juga dimasukkan kegiatan pengolahan sederhana binatang air dan hasil-hasil lainnya seperti pengeringan dan penggaraman ikan.

Menurut tempat penangkapannya, sub-sektor perikanan dibagi menjadi perikanan laut dan perikanan darat yang terdiri dari perikanan air tawar (kolam, sawah, danau, dan sungai) dan perikanan air payau/tambak. Termasuk juga usaha pelayanan kegiatan perikanan yang umumnya menjadi satu kesatuan usaha dengan kegiatan penangkapan/pemeliharaan ikan, seperti sortasi, gradasi, persiapan lelang ikan, perbaikan dan pemeliharaan tambak/empang, serta pembasmian hama di tambak/empang.

Data produksi diperoleh dari Dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan data harga disamping dari dinas yang sama, juga dikumpulkan secara berkala oleh BPS Kabupaten Serdang Bedagai maupun oleh BPS Propinsi Sumatera Utara seperti HP2 dan harga lelang.

Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi pertanian yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak, yang umumnya menjadi satu kesatuan usaha dan sulit dipisahkan dari kegiatan utama di masing-masing sub sektor pertanian, dimasukkan pada kegiatan utamanya. Beberapa kegiatan tersebut adalah pengolahan tanah, pemupukan, penyebaran bibit/benih, penyemaian dan penanaman, penyem-protan/pembasmian hama, pemanenan, pemetikan dan pemangkasan, pembilasan/sortasi dan gradasi hasil, pertanian, pelayanan kesehatan hewan dan jasa pertanian lainnya. Penghitungan nilai tambah kegiatan ini berbeda antar daerah/propinsi sesuai kondisinya dan data yang tersedia.

(37)

2.2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini mencakup kegiatan pertambangan, penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan/pemanfaatan segala macam benda non biologis, seperti barang tambang, barang mineral dan barang galian yang tersedia di alam baik yang berupa benda padat, benda cair, maupun benda gas. Produksi yang dihasilkan meliputi :

(a) Pertambangan batu bara, minyak bumi, gas bumi dan biji logam, seperti biji besi, timah, bauksit, aluminium, tembaga, nikel, mangan, emas, perak, dan logam lainnya serta aspal alam,

(b) Penggalian batu, tanah liat, keramik, kaolin, pasir, kerikil, dan sebagainya,

(c) Pembuatan garam (penggaraman), dengan produksinya berupa garam kasar. Data produksi barang tambang diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi yang bersumber dari buku tahunan Pertambangan Indonesia. Produksi barang galian datanya diperoleh dari Buku Tahunan Pertambangan maupun survei-survei lainnya (SKPR). Produksi garam diperoleh dari Buku Tahunan Pertambangan maupun survei-survei lainnya yang digunakan sebagai pelengkap. Bagi beberapa komoditi yang datanya tidak tersedia/sulit diperoleh seperti batu kali, pasir, tanah liat, dilakukan perkiraan melalui pendekatan penggunaan, yaitu menghitung pemakaian (input) di sektor lain, seperti input sektor konstruksi dan industri.

Data harga diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi, maupun BPS yang dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan dan publikasi Statistik Ekspor. Bagi komoditi-komoditi yang data harganya tidak tersedia dengan lengkap, dilakukan pengumpulan data melalui survei khusus lainnya secara berkala.

Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku masing-masing komoditi diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu NPB/output dikurangi total biaya antara. NPB/output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing-masing komoditi setiap tahun, sedangkan struktur biaya antara diperoleh dari tabel input-output (I-O) BPS Sumatera Utara

(38)

dan hasil pengolahan SKPR. Bagi komoditi yang NPB/outputnya dihitung melalui pendekatan pemakaian di sektor lain, seperti batu kali, pasir, tanah liat dan sebagainya, NPB/ outputnya dianggap sama dengan nilai inputnya di sektor lain tersebut (industri dan konstruksi) setelah dinilai dengan harga produsen. NTB adalah NPB/output dikurangi total biaya antara.

NTB atas dasar harga konstan 2000 untuk kegiatan pertambangan dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi tahun yang bersangkutan dengan harga tahun 2000 kemudian dikurangi dengan jumlah biaya antara. Sedangkan untuk penggalian dan penggaraman digunakan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan, seperti jumlah tenaga kerja dan jumlah satuan usaha.

2.3. Industri Pengolahan

Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai yang lebih tinggi, sedang pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Kegiatan sektor industri amat beragam dilihat dari komoditi yang dihasilkan dengan cara pengolahannya, sehingga pengelompokan kegiatan industri antar propinsi yang telah dilakukan oleh BPS didasarkan pada proses pembuatan dan banyaknya tenaga kerja yang terlibat. Di sini dibedakan empat kelompok industri yang meliputi industri besar, sedang, kecil, dan, industri rumah tangga. Industri besar adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang, industri sedang antara 20 sampai dengan 99 orang, industri kecil antara 5 sampai dengan 19 orang, dan industri kerajinan rumah tangga lebih kecil atau sama dengan empat orang.

Pengelompokan lain dari kegiatan industri dibuat berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Di sini secara garis besarnya kegiatan industri dikelompokkan menjadi :

(39)

2. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki.

3. Industri barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga. 4. Industri kertas dan barang cetakan.

5. Industri pupuk, kimia dan barang-barang dari karet. 6. Industri semen dan barang galian bukan logam. 7. Industri logam dasar besi & baja

8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya. 9. Industri pengolahan lainnya.

Rincian yang lebih jelas mengenai komoditi yang dicakup di dalam masing-masing kelompok kegiatan industri dapat dilihat pada buku Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Data produksi, harga dan NPB/output industri besar/sedang diperoleh dari hasil sensus yang dilakukan BPS setiap tahun. Data untuk industri kecil diperkirakan dari hasil survei industri kecil, sedangkan untuk industri kerajinan rumah tangga didasarkan pada hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan dilengkapi pula dengan survei -survei lainnya yang dilaksanakan BPS Propinsi.

NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang dihitung melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengurangi NPB/output dengan jumlah biaya antara. Sedangkan untuk industri kecil dan kerajinan rumah tangga, perkiraan NTB-nya didasarkan pada hasil sensus/survei yang sudah ada, yakni dihitung dulu perkiraan NTB tahun 2000, kemudian dikalikan dengan indeks harga implisit sub sektor industri besar dan sedang.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk industri besar dan sedang dihitung dengan cara deflasi, yaitu membagi dan memperkirakan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHPB barang-barang industri. Sedangkan untuk industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga dihitung dengan cara ekstrapolasi, yaitu dengan mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi seperti jumlah tenaga kerja atau jumlah satuan usaha sebagai ekstrapolatornya.

(40)

2.4. Listrik, Gas dan Air Minum

2.4.1. Listrik

Sub sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik dengan menggunakan tenaga air, diesel, uap dan gas, yang diselenggarakan oleh Peru-sahaan Listrik Negara (PLN), dan non PLN seperti oleh pemerintah Daerah, Swasta atau Koperasi. Data produksi, harga dan struktur input diperoleh dari hasil survei yang dilakukan secara berkala oleh BPS.

Dengan demikian satu wilayah kerja PLN bisa mencakup lebih dari satu propinsi. Oleh sebab itu untuk menghitung NTB setiap propinsi dilakukan alokasi data sesuai dengan penggolongan kegiatan yang timbul di setiap Kabupaten/Kota.

Berbeda dengan pendataan untuk PLN, survei perusahaan non PLN setiap tahun tidak selalu dilakukan dalam Kabupaten/Kota yang sama. Disini untuk beberapa propinsi pencacahan dilaksanakan secara sampel sesuai dengan anggaran/dana yang tersedia. Dengan demikian untuk penghitungan NTB-nya perlu dilakukan survei pelengkap lainnya (SKPR) bagi propinsi yang tidak terkena cakupan penelitian.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengurangi NTB/output dengan jumlah biaya antara. NTB/output merupakan perkalian antara KWH listrik yang dibangkitkan dengan rata-rata tarip ditambah dengan pendapatan yang diterima dari usaha lainnya.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi yaitu dengan mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks produksi yang dihasilkan, seperti jumlah kwh listrik yang dibangkitkan/dijual.

2.4.2. Air minum

Sub sektor ini mencakup kegiatan penampungan, penjernihan dan pendis -tribusian air bersih kepada rumah tangga, industri, rumah sakit, dan penggunaan komersil lainnya.

(41)

Termasuk juga penyediaan air bersih kepada rumah tangga, industri, rumah sakit, dan penggunaan komersil lainnya. Termasuk juga kegiatan penyediaan air bersih dengan menggunakan kincir air, atau alat lainnya, yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) milik Pemerintah Daerah dan Non PAM milik swasta/perorangan. Data produksi, harga dan struktur input diperoleh dari hasil survei yang dilaksanakan secara berkala oleh BPS dan survei-survei pelengkap lainnya (SKPR).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan produksi yaitu NPB/output dikurangi dengan jumlah biaya antara. NPB/output merupakan perkalian antara kuantum air yang dihasilkan dengan rata-rata harganya ditambah dengan pendekatan yang telah diterima dari usaha lainnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 umumnya digunakan untuk sektor ini adalah revaluasi dan ekstrapolasi dengan menggunakan data produksi/indikator produksi yang tersedia.

2.5. Bangunan

Sektor ini mencakup kegiatan pembuatan dan perbaikan bangunan (konstruksi), baik yang dilakukan oleh kontraktor umum, yaitu unit usaha yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Yang digolongkan sebagai kegiatan konstruksi adalah pembuatan, pem-bangunan, pemasangan, dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut, udara, sungai), terminal dan sejenisnya.

Berbeda dengan sektor lain, pada sektor bangunan banyak ditemui kesulitan untuk melakukan perkiraan/estimasi NTB, karena terbatasnya data yang tersedia. Sebagai data pembanding digunakan realisasi pengeluaran fisik pemerintah yang bersumber dari APBN dan APBD, dengan dibantu data dari survei khusus pendapatan regional (SKPR).

(42)

Karena data produksi tidak tersedia lengkap, penghitungan langsung dilakukan terhadap Nilai Produksi Bruto/Output. Dibeberapa propinsi penghitungan bahkan dilakukan melalui pendekatan pendapatan (perhitungan langsung terhadap balas jasa produksi). NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan menggunakan IHPB bahan bangunan/konstruksi sebagai deflatornya, atau dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks tenaga kerja disektor bangunan sebagai ekstrapolatornya.

2.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.6.1. Perdagangan

Sub sektor ini mencakup seluruh kegiatan pengumpulan dan pendistribusian barang baru maupun lama, bekas/afkiran, oleh produsen atau importir kepada konsumen, tanpa mengubah bentuk dan sifat barang-barang tersebut. Kegiatan pendistribusian/penyaluran dapat melalui pedagang besar (pedagang yang umumnya melayani pedagang eceran atau konsumen lain yang bukan konsumen rumah tangga).

Barang-barang yang diperdagangkan meliputi produksi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan sektor industri yang berasal dari produksi dari dalam daerah, daerah lain maupun dari luar negeri/impor. Barang yang diperdagangkan ini disebut sebagai supply (Penyediaan).

Data supply bersumber dari hasil penghitungan NPB/output sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri, sedangkan impor bersumber dari publikasi Statistik Ekspor/Impor yang diterbitkan secara berkala oleh BPS Propinsi.

Pada umumnya penghitungan NTB sub sektor perdagangan dilakukan melalui penghitungan nilai margin barang-barang yang diperdagangkan. Margin perdagangan adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli, yang merupakan NPB/Output sub sektor perdagangan.

(43)

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari NPB/Output dikurangi jumlah biaya antara. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara yang sama, seperti pada perhitungan harga berlaku dengan cara menggunakan rasio-rasio yang bersumber dari hasil pengolahan tabel I-O BPS Sumatera Utara tahun 2000.

2.6.2. Hotel

Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam kamar dengan tarif per malam kamar. Data mengenai jumlah malam kamar dan taripnya diperoleh dari hasil survei yang dilakukan BPS Propinsi, sedangkan rasio nilai tambah didasarkan pada tabel input-output BPS Sumatra Utara tahun 2000. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.

2.6.3. Restoran

Sub sektor ini mencakup semua rumah makan dan restoran serta warung/kedai dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai indikator produksi dengan rata-rata output pertenaga kerja. Data mengenai indikator produksi dan rata-rata output diperoleh dari SKPR dan publikasi yang diterbitkan BPS Propinsi.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.

2.7. Angkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai dan danau serta udara, termasuk jasa penunjang angkutan dan jasa penunjang komunikasi.

(44)

2.7.1. Angkutan Darat 2.7.1.1. Angkutan Kereta Api

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Perusahaan Kereta Api (PERUMKA). Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang Km-Penumpang dan ton-km barang yang diangkut.

2.7.1.2. Angkutan Jalan Raya

Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak bermotor, seperti bis, truk, bemo, taksi, dokar, becak dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari Laporan Tahunan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) yang dikumpulkan oleh bidang Distribusi BPS Provinsi dan BPS Kabupaten, serta rata-rata output dan rasio biaya antara menurut jenis kenderaan yang diperoleh dari hasil survei -survei yang dilakukan oleh BPS Provinsi.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks kuantum masing-masing jenis angkutan jalan raya. Selain itu digunakan pula cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan.

2.7.2. Angkutan Laut, Sungai, dan Danau 2.7.1. Angkutan Laut

(45)

Jenis kegiatan ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kenderaan/kapal Laut milik perusahaan nasional, baik yang beroperasi di dalam negeri, dari/ke luar negeri maupun di luar negeri. Penggolongan jenis kegiatan angkutan laut disesuaikan dengan batasan trayek, jarak yang ditempuh dan kapasitas angkut dirinci menurut pelayaran samudera, nusantara, lokal, rakyat dan khusus.

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah barang dan penumpang yang diangkut dari masing-masing pelabuhan muat, dirinci menurut jenis kegiatan pelayaran yang bersumber dari laporan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I. Untuk indikator harga digunakan rata-rata output per-unit indikator produksi, yang diolah darilaporan keuangan perusahan-perusahan pelayaran. Sedangkan struktur biaya diperoleh dari rasio dalam tabel Input-Output Sumatera Utara tahun 1990.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang sesuai. Selain itu digunakan pula cara deflasi yang menbagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan.

2.7.2. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Jenis kegiatan ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kenderaan/kapal sungai, baik ber-motor maupun tidak bermotor yang eroperasi di sungai, danau, dan penyeberangan di selat. Jenis kenderaan meliputi ferry, motor boat, motor tempel, sampan, dan sejenisnya.

NPB/output atas dasar harga merupakan perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah armada yang beroperasi

(46)

dirinci menurut jenisnya, bersumber dari Dinas Lalu Lintas Angkutan sungai, Danau dan Penyeberangan (DLLASDP). Untuk indikator harga digunakan rata-rata output per armada yang diolah dari hasil SKPR, demikian juga untuk struktur biaya antara diperoleh dari sumber yang sama. NTB atas harga berlaku diperoleh dengan mengurangi NPB/output dengan jumlah biaya antara. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan. Selain itu digunakan cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan.

2.7.3. Jasa Penunjang Angkutan

Sub sektor ini mencakup kegiatan pelayanan, pemberian jasa dan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, atau yang berdiri sendiri (bukan merupakan satu kesatuan usaha dengan kegiatan pengangkutannya). Kegiatan ini antara lain mencakup jasa keagenan, pergudangan, terminal dan parkir, serta bongkar muat.

Jasa keagenan adalah usaha yang berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan angkutan dengan pihak pemakai jasa angkutan barang dan penumpang, termasuk juga pelayanan terhadap kenderaan angkutan beserta operatornya.

Pergudangan, baik gudang terbuka maupun tertutup yang disewakan untuk umum, adalah usaha untuk menyimpan barang sebelum dikirim ke tempat tujuan / atau setelah sampai di tempat tujuan tetapi sementara masih menunggu penyelesaian administrasi oleh pemiliknya.

Terminal dan parkir adalah usaha pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kenderaan/armada yang membongkar atau mengisi muatan barang dan atau penumpang. Di pelabuhan laut mencakup fasilitas berlabuh, tempat, pandu, dan fasilitas pengisian bahan bakar pesawat dan sebagainya.

Bongkar muat adalah usaha pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi

(47)

sama seperti penghitungan pada rasio sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan indikator produksi dengan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah barang atau penumpang yang dilayani, yang diperoleh dari pengolahan survei yang sama, demikian juga untuk rasio struktur biayanya.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan. Selain itu digunakan pula cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan.

2.7.4. Komunikasi

Sub sektor ini meliputi pelayanan jasa pos & giro dan telekomunikasi yang diusahakan oleh Perusahaan Umum Pos dan Giro dan PT Telekomunikasi (PT TELKOM).

2.7.4.1. Pos dan Giro

Pos dan giro mencakup kegiatan jasa pengiriman surat, wesel dan paket pos. Termasuk kegiatan jasa pelayanan pada pihak ketiga seperti jasa giro, penjualan kertas bermaterai dagang. Kegiatan hanya mencakup yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro saja, sedangkan kegiatan sejenis seperti pengiriman surat, wesel dan paket yang tidak dilakukan oleh perusahaan tersebut di atas digolongkan ke dalam sub sektor jasa penunjang angkutan (keagenan dan ekspedisi).

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan keuangan perusahaan di setiap daerah pos (Dapos) yang diperoleh melalui SKPR.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks produksi gabungan tertimbang dari pelayanan pos, wesel, paket dan giro.

Gambar

Gambar Kulit  : Badan Pusat Statistik  Kabupaten  Serdang Bedagai    Seksi Neraca Wilayah  dan Analisis  Statistik
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai  Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai  Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tabel 3.  Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai  Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
+7

Referensi

Dokumen terkait

metode berpikir (procedure) antar keilmuan dan memasukkan nilai- nilai keilmuan Islam ke dalamnya, sehingga keilmuan umum dan agama dapat saling bekerja sama

Pada penelitian ini partisipan yang merasa harga-dirinya ( self-esteem ) terancam, yaitu partisipan yang menerima umpan balik negatif atas pengerjaan tes

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana kegiatan penelitian menekankan pada pemecahan masalah-masalah yang berkonteks kelas dan diharapkan mampu

Dalam melengkapi penulisan sampai dengan saat ini ini beberapa pihak telah memberikan masukan serta memberikan konstribusi yang positif, sehingga di dalam

Sistem penghantaran kuasa elektrik kepada pengguna boleh dilakukan dalam dua sistem iaitu sistem AU atau sistem AT. Terangkan kebaikan dan keburukan kedua-dua sistem ini dalam

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dari ke 3 data yaitu angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, dan angka partisipasi kasar, yang paling besar

Berdasarkan hasil pemantauan BPS, dengan menggunakan penghitungan dan tahun dasar (2012 = 100), di Kota Manokwari pada bulan September 2016 terjadi deflasi sebesar -0,67 persen,

Namun standar tersebut belum bisa dipenuhi oleh sekolah hal ini terlihat dari komitmen untuk menjalankan manajemen mutu sekolah dari setiap warga sekolah untuk dapat mencapai mutu