• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

60

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Legeno-nan di Desa Kwayangan

Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang akan diteruskan oleh masyarakat pendukungnya. Kebudayaan memiliki norma- norma dan nilai- nilai luhur kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarkat yang bersangkutan. Menjunjung nilai- nilai luhur itu penting bagi warga masyarakat demi kelestarian hidup bermasyarakat.1

Adanya nilai- nilai luhur kehidupan dalam setiap upacara tradisional juga nampak terlihat pada rangkaian pelaksanaan tradisi legeno-nan yang telah diuraikan penulis pada bab tiga. Beberapa rangkaian pelaksanaan tradisi legeno-nan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kwayangan di antaranya: Yang Pertama, diawali dengan keputusan hasil rapat musyawarah Desa oleh Perangkat Desa, anggota BPD, dan tokoh masyarakat serta RW selaku perwakilan dari warga seperti yang dilakukan di Desa Kwayangan dalam persiapan pelaksanaan upacara tradisi Legeno-nan. Yang Kedua, kemudian RW mensosialisasikan keputusan hasil rapat musyawrah upacara tradisi Legeno-nan kepada RT masing- masing dan disampaikan kepada seluruh warga masyarakat, adanya hasil musyawarah persiapan pelaksanaan tradisi legeno-nan ini sekaligus menjadi instruksi pengumpulan dana sukarela dari seluruh masyarakat desa kwayangan untuk pelaksanaan tradisi Legeno-nan yang

1

Purwadi, Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian kearifan Lokal, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005), hlm. 1

(2)

memang seluruh pendanaan ditanggung bersama oleh seluruh warga masyarakat Desa Kwayangan itu sendiri. Dana dikumpulkan kepada RT setiap perdukuhan dan akan disalurkan kepada pengurus Desa sebagai koordinator acara. Yang Ketiga, puncak pelaksanaan dalam rangkaian upacara tradisi Legeno-nan yaitu “sedekah bumi/ slametan bumi”, pada pagi hari seluruh warga desa Kwayangan terutama dalam hal ini para wanita disibukkan dengan mempersiapkan berkat yang akan dikumpulkan di Kantor Balai Desa guna acara slametan bumi pada siang harinya. Pada siang harinya menjelang waktu dluhur berbondong- bondong orang membawa berkat-nya masing dan dikumpulkan di Balai Desa, berkat yang telah terkumpul dari seluruh warga kemudian dilaksanakan doa bersama dipimpin oleh tokoh agama Desa kwayangan dan seluruh warga yang hadir dalam sedekah bumi di Balai desa. Setelah di doakan biasanya para perangkat desa, tokoh masyarakat, dan tamu undangan bersama- sama menyantap hidangan yang telah disiapkan berupa nasi tumpengan, ayam panggang, jajanan pasar serta buah- buhan segar. Kemudian berkat akan dibagikan kembali kepada seluruh warga masyarakat. Yang Keempat, merupakan puncak acara tradisi Legeno-nan yang telah ditunggu- tunggu oleh masyarakat. Yakni pagelaran wayang golek. Adanya wayang golek dalam rangkaian upacara tradisi Legeno sudah menjadi rutinitas wajib yang harus diadakan setiap tahunnya. Ini merupakan bentuk hiburan dan perayaan tahunan rutin bagi Masyarakat Desa Kwayangan. Suasana ramai pengunjung baik dari dalam Desa maupun luar Desa Kwayangan sudah bisa dilihat pada sore hari, tim pemain wayang mulai akan memainkan gending dan nyanyian yang dilantunkan para sinden pada waktu sehabis sholat isya’. Ki Dalangpun memainkan tokoh- tokoh pewayangan pada pukul 22.00 WIB sampai dini hari.2

2

(3)

Seperti itulah serangkaian proses pelaksanaan tradisi Legeno-nan yang dilaksanakan di Desa Kwayangan Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan setiap tahunnya.

Adanyan konsep kebudayaan mutlak diwariskan kepada generasi penerus, suatu konsep yang diwariskan yang terungkap dalam bentuk- bentuk simbolis dan dengannya manusia berkomunikasi, melestarikan, dan memperkembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan dan sikap- sikap terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.3

Antara tradisi legeno dengan kandungan nilai yang ada dengan teori nilai pendidikan serta perilaku masyarakat Kwayangan mempunyai keterkaitan satu sama lain, bahwa kebudayaan suatu masyarakat yang mempunyai nilai- nilai luhur merupakan cerminan dari sikap dan perilaku dimana masyarakat itu melaksanakannya.

Dari hasil teori yang dikemukakan pada bab dua dan deskripsi pelaksanaan tradisi Legeno-nan pada bab tiga, dapat dianalisis bahwa, pelaksanaan tradisi Legeno-nan yang diawali dengan musyawarah, pengumpulan dana, pelaksanaan sedekah bumi, dan pagelaran wayang golek, mengandung banyak nilai- nilai luhur/ nilai pendidikan yang telah diaplikasikan oleh masyarakat Desa Kwayangan, baik nilai ketuhanan maupun nilai insani (sosial, kebudayaan). Bahkan dari adanya nilai-nilai pendidikan kehidupan itu dapat memberikan suatu pedoman bagi masyarakat untuk menjalani suatu kehidupan yang harmonis kepada Tuhan, alam, dan hubungan sosial kemasyarakatannya.

B. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Nilai- Nilai Pendidikan dalam Tradisi Legeno-nan di Desa Kwayangan

(4)

Persepsi merupakan anggapan seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Persepsi itu muncul apabila seseorang melihat suatu kejadian yang dilihatnya kemudian ia tafsirkan berdasarkan apa yang ia ketahui.4 Dalam hal ini yang ia kaji adalah mengenai nilai pendidikan yang terdapat dalam rangkaian tradisi budaya tahunan Legeno-nan di Desa kwayangan. Terdapat banyak unsur nilai pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat Desa Kwayangan secara umum di dalam rangkaian acara tradisi Legeno-nan ini, baik nilai ketuhanan, nilai sosial, maupun nilai budaya.

Berikut ini persepsi Masyarakat Desa Kwayangan mengenai nilai-nilai luhur/ nilai pendidikan yang terkandung dalam rangkaian tradisi Legeno-nan adalah:

1) Persepsi masyarakat terhadap nilai pendidikan ketuhanan

Setelah dilakukan beberapa wawancara terhadap masyarakat Desa Kwayangan maka penulis dapatkan beberapa persepsi masyarakat terhadap adanya nilai pendidikan ketuhanan yang terdapat dalam tradisi Legeno-nan di Desa Kwayangan, masyarakat Kwayangan memahami inti dari rangkaian acara tradisi ini guna semata- mata ungkapan rasa syukur makhluk kepada Sang Pencipta Allah SWT atas kemurahan-Nya menyuguhkan beribu nikmat kehidupan, berisi do’a- do’a yang dipanjatkan semata- mata kepada Allah SWT.

Pendapat di atas diperkuat dengan adanya teori serupa yang dikemukakan oleh Dr. Muhammad Solikhin, mengatakan bahwa dalam konteks tradisi yang dilakukan pada kaum muslim Jawa adalah berisi tentang do’a dan ritual, berbagai ritual dan doa tersebut

(5)

adalah yang terkait dengan apa yang disebut sebagai (selametan, wilujengan, kenduri, atau sedekahan).5

Tujuan inti tradisi ini bagi adalah bersama- sama untuk selalu mengingat bahwa semua rezeki yang telah kita nikamti itu berasal dari Allah. Menanamkan nilai pendidikan ketuhanan dengan cara berucap syukur kepada- Nya.6

2) Persepsi masyarakat terhadap nilai pendidikan sosial

Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah mendidik seseorang agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar- dasar kejiwaan yang mulia agar ditengah- tengah masyarakat nanti mampu begaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

Seperti halnya pada Legeno-nan terdapat nilai kerukunan yang amat kental di dalamnya. Secara umum kerukunan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana tercipta suatu keseimbangan sosial dalam masyarakat.7

Kerukunan pada masyarakat Desa Kwayangan terbilang masih sangat dijunjung tinggi oleh warganya, terlihat dalam acara tradisi Legeno-nan, seluruh masyarakat ikut berpartisipasi melaksanakan upacara tradisi secara bersama-sama, dengan adanya sikap pembiasaan seperti ini, maka semakin menguatkan rasa kerukunan diantara mereka.8

5K.H. Muhammad Sholikhin, op,. Cit., hlm. 14

6 Observasi Masyarakat Kwayangan Pada Pelaksanaan Legeno di Desa Kwayangan

7

Koentjaraningrat, op,. Cit., hlm. 255

8H. Abdul Basyar, Kepala Desa Kwayangan, Wawancara Pribadi, Selasa 9 September 2014 Pukul 19.40

(6)

Nilai kerukunan dalam bermasyarakat perlu dibiasakan, agar antar masyarakat memiliki rasa sosial yang tinggi untuk menciptakankehidupan bermasyarakat yang damai sesuai harapan bersama. Salah satu pembiasaan yang dilakukan adalah pada waktu pelaksanaan tradisi Legeno-nan.

Dalam kehidupan bermasyarakat selain kerukunan ini menjadi sikap dasar untuk menghindari terjadinya konflik di masyarakat, juga terdapat nilai gotong royong di dalamnya.

Tradisi Legeno-nan merupakan perayaan rakyat yang cukup besar. Mustahil sebuah perayaan upacara tradisi dilakukan oleh satu pihak saja, dibutuhkan keterlibatan berupa kerja- sama dari berbagai pihak untuk kesuksesan acara agar lebih cepat, dan terasa ringan dalam pelaksanaannya.9 Adanya nilai gotong- royong memang sudah dipraktikkan oleh masyarakat dalam tradisi Legeno, seperti gotong- royong nya masyarakat dalam pengumpulan dana untuk biaya nanggap wayang. Masyarakat secara suka rela mengumpulkan uang.10Tidak hanya pada kalangan masyarakat saja, nilai gotong royong juga terdapat dalam lingkungan pemerintahan desa.

Memang benar apa yang dilakukan dalam level kecil oleh individu dan masyarakat, harus ditopang dengan kebijakan pemerintah yang mengakomodir perilaku gotong royong tersebut. Seperti yang terjadi pada masyarakat dan pemerintah Desa Kwayangan dalam acara Legeno-nan, mulai dari tingkat RT/RW dengan membuat kebijakan atau program yang bersifat melibatkan banyak orang untuk mendapatkan nilai

9

Purwadi, op,. Cit., hlm. v

10Eny Musfiroh, Anggota PKK Desa Kwayangan, Wawancara Pribadi, Senin 8 September 2014 Pukul

(7)

kebersamaan dan gotong- royong tersebut, dan dia sendiri sebagai pemangku kepentingan juga terlibat sendiri. Nilai-nilai kebersamaan/ gotong royong tersebut harus kita pupuk dan pelihara sehingga menjadi sebuah kebudayaan yang secara otomatis masyarakat akan melakukannya, tanpa harus diperintah dan aturan yang tertulis.

a) Persepsi Masyarakat Terhadap Nilai Pendidikan Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.11 Indonesia Negara yang sangat kaya budaya juga beraneka ragam suku bangsanya. Tapi sangat disayangkan setelah banyak pengakuan dari negara lain bahwa batik, wayang kulit, kuda lumping, reog diponogoro diclaim oleh negara tetangga baru Indonesia merasa itu adalah budaya yang harus dilestarikan.

Tradisi Legeno merupakan peninggalan nenek moyang yang menjadi suatu budaya dikalangan masyarakat Kwayangan, keberadaannya perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat falsafah hidup yang dapat memberi pedoman dalam kehidupan yakni berupa nilai- nilai luhur/ nilai pendidikan dan serangkaian kebudayaan Indonesia yang ada di dalamnya.

Pelaksanaan tradisi Legeno memberikan konstribusi tersendiri bagi pelestarian kebudayaan bangsa Indonesia. Terdapat pagelaran wayang golek dalam pelaksanaan Legeno-nan, wayang merupakan budaya asli bangsa Indonesia yang semakin minim peminatnya seiring modernnya jaman, terlebih anak muda yang hampir tidak mau

11

(8)

mengenal budaya tradisionalnya sendiri. Pagelaran wayang golek adalah sebagai sarana pendidikan dan turut serta dalam pelestarian suatu kebidayaan asli bangsa Indonesia.12

Dengan diadakannya pertunjukan wayang dalam tradisi ini diharapkan bisa menjadi media untuk mengenalkan budaya bangsa kepada para generasi muda khususnya dan sebagai bentuk konstribusi nyata dalam pelestarian budaya Indonesia.

C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Tradisi Legeno-nan

1. Analisis Faktor Pendukung a. Faktor Agama

b. Faktor Pendidikan c. Faktor Budaya

Tingkat keagamaan atau keimanan seseorang sangat berperan dalam menentukan perkembangan masyarakat dan efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan tingkat keimanan maka kehidupan masyarakat akan seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.13 Hal ini menjadi dorongan utama masyarakat Kwayangan untuk turut serta melaksanakan syukuran secara massal dalam sedekah bumi pada tradisi Legeno-nan untuk lebih bisa mendekatkan dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

Kemudian faktor pendukung pelaksanaan tradisi Legeno-nan yang lainnya yakni pendidikan dan kebudayaan. Tingkat pendidikan masyarakat yang sudah menyadari akan pentingnya nilai- nilai luhur yang harus dibiasakan dalam

12

Carmadi, Anggota BPD Desa Kwayangan, Wawancara Pribadi, Senin 8 September 2014 Pukul 17.05 WIB

13

(9)

berkehidupan bermasyarakat menjadi faktor dilaksanakannya tradisi Legeno yang mempunyai banyak nilai luhur di dalamnya. Pentingnya membiasakan anak- anak dalam kegiatan yang bermanfaat juga menjadi dasar pokok diadakannya tradisi sebagai alat / dijadikan sebagai sumber belajar langsung oleh generasi mudan juga untuk masyarakat seluruhnya.14

Lain lagi kebudayaan, menyadari pentingnya melestarikan budaya tradisional di Indonesia yang hampir punah karena masuknya teknologi informasi modern akibat adanya globalisasi. 15Maka adanya pagelaran seni wayang golek yang terangkum dalam Legeno-nan mendapat apresiasi / dukungan penuh dari berbagai pihak. Hal ini menjadikan andilnya masyarakat dalam melestarikan kebudayaan sekaligus sebagai sarana pendidikan masyarakat dalam sifat arifnya pelakonan wayang yang dimainkan dalang.

Dengan demikian dari ketiga faktor pendukung tersebut harus saling mendukung dan melengkapi, karena keberhasilan terlaksananya Legeno-nan bergantun dari dukungan ketiga faktor tersebut.

2. Analisis Faktor Penghambat a. Globalisasi

Zaman globalisasi seperti sekarang ini sejatinya adalah zaman kemajuan teknologi untuk mempermudah kegiatan manusia sehari- hari. Dengan kemajuan teknologi diharapkan segala pekerjaan menjadi semakin maksimal hasilnya. Namun hal ini tidak seluruhnya bagi kegiatan tahunan yaitu tradisi Legeno-nan pada

14

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al Ghazali tentang Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 107

15

(10)

masyarakat Kwayangan. Adanya kemajuan teknologi menjadikan adanya pelaksanaan tradisi warisan nenek moyang ini dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak.

Menurunnya ketertarikan dari para pemuda untuk mendukung dan berpartisipasi dalam Legeno-nan menjadi faktor penghambat Legeno-nan.

Di dalam pelaksanaan tradisi Legeno-nan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendukung saja, tetapi juga ada faktor penghambat. Perkembangan teknologi seolah- olah menjadi kebutuhan primer. Tersedianya fasilitas yang canggih dari TV, HP menjadikan warga masyarakat Kwayangan semakin mudah untuk mendapatkan hiburan.16 Banyak hal baru yang tidak dapat dijumpai di dalam Desa Kwayangan yang bisa mereka nikmati dan menjadikan masyarakat Desa semakin susah dijauhkan dari teknologi modern tersebut sehingga mereka sudah tidak mengindahkan adanya suatu tradisi leluhur Desa yang mereka miliki.

Padahal kelestarian tradisi Legeno-nan ini ada pada generasi pemuda, maka hendaknya hal ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak seperti tokoh masyarakat, pengurus desa dan orang tua untuk senantiasa mengingatkan pentingnya melestarikan kebudayaan dan melibatkan para pemuda secara langsung dalam rangkaian pelaksanaannya.

16

M. Nur ikhsan, Perangkat Desa kwayangan, Wawancara Pribadi, Sabtu 2 September 2014 Pukul 10.45 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki

Peran guru pembimbing khusus adalah serangkaian perilaku yang dilakukan dengan berbagai cara oleh guru pembimbing khusus untuk melaksanakan tugasnya. Peran guru

Dalam pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan No KM.79 tahun 2004, Kantor Administrator Bandar Udara Mempunyai tugas penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian di bidang

Iddah adalah sebuah masa tunggu yang harus dijalani seorang wanita akibat dari putusnya perkawinan atau karena kematian suami. Ada beberapa keadaan dimana masa

(4). Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran agama Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan

para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama..  Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode

Teknologi terbaru pengendalian hama penggerek batang padi perlu disesuaikan dengan harga gabah pada saat panen, yaitu segera dilaksanakan 4 hari setelah penerbangan ngengat yang

Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti