• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Medah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Diskriminasi Gender

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Medah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Diskriminasi Gender"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal, maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat dijadikan pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian itu dipaparkan sebagai berikut:

Medah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “ Diskriminasi Gender Yang Dialami Tokoh Takako Otomichi dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami “ hasil penelitian ini memperlihatkan ketidaksetaraan gender yang dialami oleh tokoh Takako Otomichi yang dialami dalam pekerjaan sebagai polisi wanita. Tokoh Takako Otomichi mengalami diskriminasi gender dalam bentuk stereotif antara lain 1) menganggap seorang wanita hanya sebagai perempuan yang memiliki kodrat untuk melakukan pekerjaan domestik, 2) perempuan mahluk emosional, 3) perempuan tidak dapat dipercaya, 4) perempuan memiliki fisik yang lemah, 5) perempuan dianggap sebagai beban, 6) perempuan dianggap bodoh dan 7) perempuan godaan bagi laki laki. Selain diskriminasi stereotif diskriminasi gender yang diterima Takako Otomichi dalam bentuk lain yaitu subordinasi (penomorduaan). Bentuk tersebut antara lain 1) Tidak di anggap sebagai mitra kerja, 2) ditempatkan pada posisi yang tidak srategis dalam lingkungan kerja dan 3) dihalang–halangi dalam pencapaian kerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Medah terletak pada novel yang sama yaitu

(2)

Kogoeru Kiba yang menceritakan tentang Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita. Penelitian yang dilakukan Medah lebih memfokuskan pada diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh Takako sebagai polisi wanita yang mengalami diskriminasi gender dan dianggap Takako tidak mampu menjalankan tugas sebagai seorang polisi dan teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori kritik sastra feminis ideologis. Selain teori yang berbeda, perbedaan lain dari penelitian Medah juga terletak pada tinjauan yang dilakukan. Medah meninjau dari segi feminis dari tokoh utama, sedangkan pada penelitian ini akan meninjau dari segi keadaan psikologi tokoh Takako Otomichi serta motivasi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami. Penelitian Medah telah memberikan kontribusi berupa data tambahan terkait tokoh utama yang bernama Takako Otomichi sehingga dapat menunjang terwujudnya penelitian ini.

Andika (2014) dalam penelitian yang berjudul “Motivasi Tokoh Ogino Ginko Untuk Meraih Gelar Dokter Dalam Novel Hanauzumi Karya Jun’ichi Watanabe”, membahas tentang motivasi intrinsik yang dialami Ogino Ginko untuk menjadi dokter yang berawal dari munculnya rasa malu akibat hasil pemeriksaan penyakit yang dialaminya. Hasil pemeriksaaan tersebut tidak mengurungkan niatnya, adanya sebuah dorongan yang kuat dari dalam diri adalah sebuah faktor yang mempengaruhi motivasi Ogino Ginko untuk menjadi seorang dokter dan rasa solidaritasnya terhadap kaum perempuan yang memiliki penyakit sama dengannya membuat Ogino Ginko semakin terdorong untuk menjadi dokter. Selain motivasi intrinsik, ia juga mendapat motivasi ekstrinsik dari teman

(3)

dekatnya yaitu, Ogie. Ogie yang merupakan sahabat baiknya berusaha memberikan dorongan semangat untuk dapat mengembangkan potensinya dalam ilmu pengetahuan. Hasil yang diperoleh selama menempuh pendidikan untuk meraih gelar dokternya, Ogino Ginko menerima reward dengan mendapat predikat siswi terpandai di kelasnya. Setelah lulus dari sekolah guru perempuan Tokyo, ia masuk ke Universitas Kojuin untuk meraih cita-citanya sebagai dokter dan mengikuti ujian lisensi kedokteran untuk meraih gelar dokter. Persamaan penelitian ini adalah isi kajian yang meneliti tentang motivasi terhadap tokoh utama dan perbedaaannya terdapat pada analisis keadaan dari psikologi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman bagi peneliti untuk memahami teori motivasi mengkaji secara lebih mendalam motivasi dari tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami.

Adi Putri (2011) menganalisis tentang aspek psikologi dan abnormalitas tokoh dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Suguro Novel Sukyandaru karya Shusaku Endo”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teori yang digunakan ialah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud (1980) serta ditunjang dengan teori abnormalitas yang terdiri dari disosiatif disosder (Halgin dan Whitbourne, 2009), sadomashokis (Halgin dan Whitbourne, 2009) dan anxiety disosder (King, 2007). Penelitian ini membahas tentang aspek psikologi dan abnormalitas tokoh Suguro yang terdapat dalam novel Sukyandaru karya Shusaku Endo. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Adi

(4)

Putri dengan penelitian kali ini adalah dalam penggunaan salah satu teori yang digunakan yakni teori psikoanalisis dari Sigmund Freud (1980), namun dengan bahan kajian yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa objek penelitian ini dengan objek penelitian–penelitian sebelumnya berbeda dan telah dilakukan penelitian sebelumnya yang merujuk pada teori psikologi sastra. Meskipun ada kesamaan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian akan berbeda mengingat objek penelitian yang digunakan juga berbeda. Kelebihan penelitian ini, selain mengungkapkan keadaan psikologis tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nanomi. Penelitian ini juga memaparkan motivasi dari Tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nanomi.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang perlu dijelaskan lebih lanjut yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Tokoh

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) menyatakan bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang lakukan dalam tindakan.

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, terdapat tokoh yang mendominasi sebagian besar cerita dan sebaliknya,

(5)

terdapat tokoh-tokoh yang muncul hanya sekali atau beberapa kali sehingga intensitas kemunculannya dalam sebuah cerita relatif sedikit. Dalam hal ini tokoh pertama disebut dengan tokoh utama cerita sedangkan tokoh kedua disebut dengan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sehingga ia sangat mempengaruhi perkembangan plot secara keseluruhan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010:176-177).

2.2.2 Penokohan

Penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah karya sastra. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) penokohan adalah pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sendiri memiliki pengertian yang lebih luas dari tokoh dan perwatakan, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166). 2.2.3 Kepolisian Jepang

Kepolisian Jepang meniru sistem kepolisian Eropa, struktur kepolisian dibentuk secara terpusat dan dengan kekuatan yang besar. Sehingga tugas polisi difokuskan untuk mengayomi segenap kegiatan yang berorientasi pada masyarakat. Sistem kepolisian di Jepang menggunakan paradigma Integrated System of Policing yaitu suatu sistem kepolisian yang terpadu atau sering disebut juga sistem desentralisasi moderat. Sistem ini dipilih Jepang karena dianggap mampu memberikan jawaban atas kebutuhan sistem Negara tersebut, sehingga

(6)

dalam sistem kepolisian yang demikian terdapat sistem kontrol atau pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan tujuan agar dapat dihindari berbagai penyalahgunaan organisasi polisi nasional serta guna mencapai efektivitas, efisiensi dan keseragaman dalam hal pelaksanaan pelayanan kepada publik (Hidayat,2010)

Kepolisian Jepang memiliki struktur Organisasi Kepolisian Nasional atau National Police Organization (NPO) yang terdiri dari dua bagian bersekala besar yaitu National Public Safety Commission (NPSC) dan National Police Agency (NPA) (Irwan, 2014).National Public Safety Commission (NPSC) merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk supervisi administratif terhadap NPA. Komisi ini bertanggung jawab terhadap semua operasional dan kegiatan kepolisian berkenaan dengan keselamatan publik, latihan komunikasi, identifikasi penjahat, statistik kriminal dan peralatan serta berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi kepolisian. National Police Agency ( NPA) memiliki tugas dalam bertanggung jawab terhadap perencanaan perundang undangan kepolisian, standar kegiatan Polisi dan sistem kepolisian. Organisasi NPA ditingkat regional adalah Regional Police Bureau (RPB). RPB ini berada di bawah NPA yang bertugas melaksanakan fungsi kepolisian di masing-masing regional (Irmawan, 2014). Pada tahun 1874 mulai didirikan departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo serta diberlakukan pembatasan daerah kekuasaan gubernur yang merupakan yuridiksi satuan polisi. Selain itu, pemerintah juga membuat kembali peraturan baru bagi sistem kepolisisan Jepang (Parker, 2002: 32-33)

(7)

2.2.4 Polisi Unggulan

Unggul dalam kamus besar Indonesia memiliki arti lebih baik, utama atau lebih tinggi. menurut Sutrisno (2009:16-17) mengatakan bahwa sumber daya manusia yang unggul merupakan pribadi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang secara maksimal, sehingga pribadi tersebut mampu lebih baik dan berprestasi. Oleh karena itu polisi unggulan merupakan pribadi polisi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga pribadi tersebut menjadi lebih baik dan memiliki karirir yang lebih tinggi. pada dinas kepolisian Jepang, setiap anggota polisi diberikan kesempatan untuk berkarir dan mengmbangkan dirinya, Dinas Kepolisian Jepang membuka kesempatan kepada seluruh anggota jika ingin berkarir akan melalui tahap seleksi. Namun jika seorang polisi berprestai maka pimpinan kepolisian berhak untuk menunjuk dan menugaskannya (Parker, 2002: 221-222)

2.2.5 Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong prilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Hal yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan aktivitas tertentu pada umumnya karena kebutuhan atau keinginan (Sutrisno, 2009:109). Motif sering kali disamakan dengan dorongan . Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force

(8)

yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. (Hasibuan, 2005:101)

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. (Hamzah, 2006:01) 2.3 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini menggunakan dua teori yang berkaitan dengan pembahasan dari permasalahan penelitian, untuk itu digunakan teori psikologi sastra dan teori motivasi. Adapun penjelasannya akan dibahas sebagai berikut: 2.3.1 Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra digunakan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra melalui pemahaman terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Karya sastra ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kejiwaan. Cara yang akan dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra, pengarang memasukkan berbagai aspek kehidupan kedalamnya, khususnya aspek kejiwaan yang dimasukkan ke dalam tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra

(9)

melalui tokoh-tokoh tersebut akan dikaji berbagai aspek kejiwaan yang mungkin terdapat dalam tokoh.

Psikologi sastra merupakan cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Dengan kata lain berarti karya sastra yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Aspek psikologis erat kaitannya dengan unsur tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relevan untuk dianalisis secara psikologis adalah karya-karya yang memberikan intensitas pada aspek kejiwaan (Ratna, 2009:340-350).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 1988:145-149) kejiwaan manusia terdiri dari tiga sistem atau aspek, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan super ego (aspek sosilogis). Tingkah laku manusia merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek tersebut.

a) Id

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian. Dari aspek inilah aspek ego dan super ego tumbuh. Id merupakan merupakan dunia batin atau subyektif manusia dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Aspek id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, namun energi psikis di dalam id dapat meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Pedoman tersebut disebut Freud dengan prinsip kenikmatan atau prinsip keenakan.

(10)

b) Ego

Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Perbedaan pokok antara id dan ego yaitu kalau id hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin), maka ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas). Fungsi ego berpegang pada prinsip kenyataan, yang bertujuan untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme dengan berfikir secara realistis dan merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan.

c) Super Ego

Aspek ini adalah aspek sosiologi kepribadian, namun lebih kepada kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu, super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral yang ada di masyarakat. Dengan fungsi pokok tersebut, supper ego mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moralitas daripada realistis. Jadi super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.

Jadi dapat disimpulkan struktur menurut Freud, terdiri dari tiga aspek. Aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologi yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lainnya. Dalam keadaan biasa ketiga aspek tersebut bekerja sama dan diatur oleh ego, kepribadian yang dirumuskan dalam konsep ini berfungsi menjadi satu kesatuan.

(11)

2.3.2 Teori Motivasi

Menurut Abraham Maslow (dalam Sutrisno, 2009:122-124) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan kedalam lima hierarkhi kebutuhan, sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup disebut juga dengan kebutuhan fisikologis (physiological needs), yaitu kebutuhan ini merupakan kebutuhan mendasar dalam mempertahankan hidup berupa sandang dan pangan. Hal ini berupa makan, minum serta pakaian dan tempat tinggal. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, karena dengan bekerja ia akan mendapat imbalan (uang atau materi) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman dan keselamatan, termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan serta merasa terjamin. Hal ini dapat berupa kepemilikan polis asuransi dan ikut terdaftar masuk dalam perserikatan pekerja.

c. Kebutuhan Hubungan Sosial

Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan hubungan sosial. Hal ini merupakan kebutuhan untuk hidup dengan orang lain atau berada dalam lingkungan masyarakat, hal ini karena orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri

(12)

sendiri. Dalam setiap diri seseorang, ia menginginkan kasih sayang, dicintai, dihormati, serta diakui keberadaanya oleh orang lain.

d. Kebutuhan Pengakuan

Setiap orang membutuhkan adanya penghargaan diri dari lingkungannya berada. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui sebagai bermanfaat, dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, serta pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini berada pada tingkatan paling tinggi. Untuk bisa mencapai posisi ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, melainkan karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihakan kemampuan dirinya secara optimal. Kebutuhan aktualisasi diri mempunyai ciri yang berbeda dari kebutuhan yang lain, pertama hal ini tidak dapat dipenuhi dari luar , karena harus dipenuhi dengan usaha pribadi itu sendiri. Kedua, dalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini biasanya seiring dengan jenjang karir seseorang, tidak semua orang mempunyai tingkat kebutuhan seperti ini.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, ada beberapa saran yang ingin disampaikan antara lain: (1) guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) hendaknya menggunakan media

Mengingat sulitnya untuk menaikkan tegangan secara langsung menjadi tegangan yang lebih tinggi maka cara yang paling mudah adalah dengan memanfaatkan tegangan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan penulis tentang Efektivitas Pelaksanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Dessa Setako Raya

Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa pada treatment pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan eksplosive power otot tungkai

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS, diperoleh interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek terhadap pemecahan masalah usaha dan energi ditinjau

Manual Mutu ini mendokumentasikan sistem mutu Organisasi Pusat Pembinaan Agama (PPA) UB untuk menunjukkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan produk/layanan secara

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di

Pada siklus II peneliti mentargetkan prosentase pencapaian 85% anak minimal mencapai berkembang sesuai harapan (BSH), jumlah anak yang mencapai berkembang sesuai