• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan

Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya agen mendapatkan imbalan tertentu (Suwardjono,2005). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis dan manajer yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya.

Manajemen (agen) menjalankan perusahaan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pemilik (prinsipal). Hubungan antara investor dan manajemen, dalam konteks pelaporan keuangan investor dapat dikarekteristikan sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Suwardjono,2005). Lambert (2001) menyatakan bahwa dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik (principal), dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen (agent) untuk menerima reward. Salno dan Baridwan (2000) konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan, dimana praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul karena setiap pihak ingin mendapatkan kesejahteraannya sendiri. Manajer dan pemilik dalam hubungan keagenan memiliki asimetri informasi. Hal ini dikarenakan manajemen sebagai agen

(2)

pelaksana perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemilik yang hanya menanamkan modal.

Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan pada manajer untuk bertindak opurtunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam pelaporan keuangan, manajemen dapat melakukan manajemen laba untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Wibisono, 2004).

2.1.2 Manajemen Laba

Manajemen laba adalah financial numbers game, dalam artian bahwa financial numbers game merupakan permainan angka-angka dimana penggunaan praktik-praktik akuntansi kreatif agar dapat mengubah pandangan pengguna laporan keuangan atas kinerja suatu perusahaan. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dengan menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas dalam jangka panjang (Meta, 2012). Manajemen laba adalah perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (Scott, 2000:351 dalam Armando, 2011).

Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Sugiri (1998) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:

(3)

1. Definisi Sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen diskresioner akrual dalam penentuan besarnya laba.

2. Definisi Luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat

ini atas unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Scott (2009) mengemukakan motivasi manajemen melakukan tindakan pengaturan laba adalah sebagai berikut :

1) Rencana Bonus (bonus scheme)

Manajer perusahaan yang ingin mendapatkan bonus akan memilih kebijakan akuntansi yang sedikit konservatif dibandingkan dengan manajer perusahaan tanpa rencana bonus.

2) Motivasi Politik (political motivation)

Perusahaan yang berkecimpung dibidang penyediaan fasilitas bagi kepentingan orang banyak seperti listrik, air, telekomunikasi, dan sarana infrastruktur secara politis akan mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat. Perusahaan seperti ini cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya,

(4)

khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

3) Motivasi Perpajakan (taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan melakukan manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode dilakukan untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan untuk mengurangi pajak.

4) Pergantian CEO

Berbagai motivasi timbul disekitar pergantian CEO seperti, CEO yang mendeteksi masa akhir penugasan atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.

5) Intial Publik Offering (IPO)

Ketika suatu perusahaan dinyatakan go public, informasi keuangan yang ada didalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Manajemen akan berusaha menaikkan laba yang dilaporkan untuk mempengaruhi keputusan calon investor. Selain itu, motivasi pasar modal juga menjadi salah satu alasan manajemen melakukan manajemen laba. Penggunaan informasi secara luas oleh investor dan analisis keuangan untuk melindungi nilai sekuritasnya, dapat menciptakan dorongan manajer untuk memanipulasi laba dalam usahanya untuk mempengaruhi kinerja sekuritas jangka pendek.

(5)

Bentuk-bentuk manajemen laba yang dikemukakan oleh Scott (2009) yaitu: a) Taking a bath

Pola manajemen yang dilakukan dengan cara menjadikan perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah atau sangat tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya.

b) Income minimization

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.

c) Income maximization

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. d) Income smoothing

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode-periode tertentu menunjukan fluktuasi yang normal dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan.

2.1.3 Seasoned Equity Offering (Penawaran Saham Tambahan)

Seasoned equity offering merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan oleh perusahaan publik yang memerlukan tambahan dana untuk membiayai kegiatan operasional maupun investasinya. Armando (2011) mengatakan perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan guna mendapatkan dana tambahan dan

(6)

membayar utang jangka panjangnya yang jatuh tempo. Senada dengan pernyataan Armando, Widya Prabandari (2012) juga mengatakan penawaran saham tambahan ini merupakan upaya perusahaan go public untuk memperoleh dana tambahan. Megginson (1997) dalam Nugroho (2009) mengartikan penawaran saham tambahan sebagai penawaran ekuitas tambahan yang dilakukan perusahaan publik, diluar ekuitas yang ditawarkan kepada masyarakat melalui initial public offering. Penawaran saham tambahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama melalui mekanisme right issue atau menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tambahan itu dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Kedua, melalui mekanisme second offering, third offering, dan seterusnya, atau menjual saham tambahan ini kepada setiap investor di pasar yang ingin membelinya (tidak hanya kepada pemegang saham lama).

Mekanisme dari kedua cara ini berbeda. Mekanisme dengan right issue dilakukan perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham lama agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya sama seperti sebelum penawaran ekuitas ini. Mekanisme ini biasa dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya cenderung terkonsentrasi pada orang, keluarga, atau kelompok tertentu. Mekanisme dari cara kedua, dilakukan oleh perusahaan yang cenderung kepemilikannya tersebar pada banyak pihak dan tidak ada pemegang saham mayoritas. Namun, berbeda dengan right issue maka harga saham dalam mekanisme ini secara murni ditentukan oleh besarnya penawaran dan permintaan di pasar.

(7)

Kelemahan dari penawaran saham tambahan ini dibandingkan dengan dana pinjaman, yaitu penawaran saham tambahan membuat kepemilikan perusahaan semakin menyebar, sebab penawaran saham tamabahan merupakan proses menjual kepemilikan perusahaan kepada orang lain. Namun, dibalik kelemahan dari mekanisme penawaran saham tambahan ini terdapat beberapa kelebihan yang menjadi alasan mengapa perusahaan cenderung memilih menggunakan mekanisme ini dibandingkan memperoleh dana dari pinjaman bank atau pihak lainnya , yaitu: 1. Mekanisme ini tidak perlu membayar bunga pinjaman yang relatif tinggi

dibandingkan dengan besarnya devidenyang harus dibagikan kepada investor. Apalagi deviden akan dibagikan hanya ketika perusahaan memperoleh laba saja, namun apabila perusahan tidak memperoleh laba atau mengalami kerugian maka perusahaan tidak wajib untuk mebagikan deviden.

2. Dana pinjaman atau utang merupakan kewajiban yang harus diselesaikan perusahaan pada suatu saat sedangkan dana yang diperoleh dari mekanisme penawaran saham tambahan menjadi bagian modal dari perusahaan.

3. Apabila dana perusahaan telah habis untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang lain maka pemegang saham tidak akan memperoleh apapun dari saham yang dipegangnya.

4. Mekanisme penawaran saham tambahan memberikan nilai tambah dibandingkan dengan dana pinjaman. Dana yang diperoleh dari penawaran saham tambahan diakui sebagai modal sehingga dalam struktur neraca dimasukan ke dalam komponen modal saham.

(8)

5. Mekanisme penawaran saham tambahan akan membuat harga saham perusahaan di pasar modal juga akan terjaga seandainya perusahaan mempunyai kinerja solvabilitas yang bagus.

Ketika suatu perusahaan menawarkan saham tambahan terjadi ketidakseimbangan informasi antara pihak manajemen dan investor. Pihak manajemen memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak investor mengenai lingkungan dan kondisi perusahaan (Armando,2011). Investor menilai dan memproyeksikan kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Salah satu informasi yang dijadikan parameter dalam menilai perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan adalah informasi laba. Kondisi asimetri informasi ini memotivasi manajemen untuk melakukan tindakan oportunistik dengan melakukan manjemen laba untuk memperlihatkan kondisi perusahaan yang baik. Pihak manajemen mengharapkan dengan memperlihatkan kondisi perusahaan baik maka harga saham akan meningkat.

2.1.4 Kinerja Saham

Sesuai dengan penelitian Sulistyanto dan Wibisono (2003) bahwa kinerja saham diukur dengan menggunakan tingkat pengembalian (return). Dalam melakukan investasi, investor menginginkan tingkat keuntungan (return) yang tinggi di masa mendatang. Kinerja saham perusahaan berkaitan dengan perolehan harga dan nilai saham di pasar modal yang sangat dipengaruhi oleh kinerja operasi dan kinerja keuangan.Menurut Husnan (1994) return adalah ukuran yang mengukur besarnya

(9)

perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya (Robbert Ang, 1997). Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi. Menurut Robbert Ang (1997), setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return baik langsung maupun tak langsung.

Menurut Jogiyanto (1998: 109), return saham dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Return realisasi (realizedreturn) merupakan return yang sudah terjadi yang

dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang.

2) Return ekspektasi (expectedreturn) merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return

(10)

yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.

Menurut Sembel dan Sugiharto (2009:129) Return saham dapat dibagi menjadi 2 yaitu

1. Deviden

Dividen merupakan pembagian sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu tertentu (cum date).

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih yang terjadi antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Berdasarkan definisi di atas maka return saham dapat disimpulkan suatu tingkat pengembalian baik merupakan keuntungan ataupun kerugian dari kegiatan investasi yang dapat menggambarkan perubahan harga suatu saham.

2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Manajemen Laba Terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang

Asimetri informasi pada saat SEO mendorong manajemen untuk melakukan tindakan oportunistik dengan cara melakukan manajemen laba sebelum dan sesudah penawaran. Tindakan oportunistik ini dilakukan oleh manajemen agar investor

(11)

memberi penilaian positif terhadap perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan berupa penaikan laba baik melalui kebijakan akrual maupun melalui aktivitas riil (Cohen dan Zarowin, 2010).

Penelitian sebelumnya mengenai praktik manajemen laba di sekitar SEO dilakukan oleh Rangan (1998) serta Cohen dan Zarowin (2010). Rangan (1998) menemukan bahwa rata-rata perusahaan yang melakukan SEO memiliki diskresioner akrual positif selama periode tahun sekitar SEO dan abnormal akrual tersebut dapat memprediksi penurunan laba serta kinerja saham yang buruk (poor stock performance) di tahun berikutnya.

H : Manajemen laba satu tahun sebelum SEO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham jangka panjang perusahaan tiga tahun setelah SEO.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan distribusi karakteristik pada kelompok intervensi sebelum diberikan pendidikan kesehatan aplikasi audio visual memperlihatkan bahwa umur sebagian besar responden

Salah satu kecerdasan ganda (multiple intelligensi). Adalah kecerdasan linguistiknya.Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam mengelolah kata-.. kata.Kecerdasan

Dari titik yang baru ini, dilakukan perkusi lagi ke arah medial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang

Nilai akurasi terbesar yang dihasilkan oleh sistem yaitu sebesar 100% yang dilakukan pada pengujian perbandingan jumlah data latih dan data uji. Sedangkan nilai

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran seperti, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku

Pelaksanaan pertemuan keempat dilaksanakan pada Jumat tanggal 24 Agustus 2018 dengan tema “Air, Udara dan Api”. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan berbaris di halaman

Greenhouse yang ada di Vin’s Berry Park berlantai tanah, sehingga memerlukan pemeliharaan yang intensif agar keberadaan gulma yang ada di dalam lingkungan

Metode analitik korelasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap