• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: pendidikan kesehatan, pengetahuan,sikap, perilaku, jajanan sehat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: pendidikan kesehatan, pengetahuan,sikap, perilaku, jajanan sehat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

108

SEHAT PADA MURID SEKOLAH DASAR

(The Effect of Health Education on the Improvement of Knowledge, Attitude

and Behavior about Healthy Snacks in Elementary School)

Aan Nurhasanah, Netty S. Sofyan, Yeti Resnayati Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Email: annur1408@ yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Sekolah menjadi tempat terjadinya kasus keracunan pangan paling tinggi dibandingkan dengan tempat-tempat lain akibat jajanan yang mengandung mikroba atau bahan kimia berbahaya. Masalah ini perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik dan pengelola sekolah karena dapat mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dari 84 kasus keracunan pangan yang terdata pada tahun 2012, sebanyak 27,4 % terjadi di sekolah.

Tujuan: Diperolehnya gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswa sekolah dasar tentang jajanan sehat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan. Metodologi Penelitian

yang digunakan adalahQuasi Experiment dengan rancangan one-group pre-test post-test design.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian iniadalahpurposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasakan pada suatu pertimbangan/ tujuan tertentu yang dibuat oleh peneliti karena populasi mempunyai unsur yang berstrata secara proporsional yaitu kelas 4,5 dan 6.Hasil penelitian: terdapat pengaruh peningkatan pengetahuan yang signifikan p = 0,00 dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang jajanan sehat, sedangkan hasil pre-post test terhadap sikap tidak terdapat pengaruh yang signifikan p = 0,516dengan pemberian pendidikan kesehatan. Begitu juga hasil pre-post test terhadap perilaku tidak terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,230 dengan pemberian pendidikan kesehatan.

Kata kunci: pendidikan kesehatan, pengetahuan,sikap, perilaku, jajanan sehat

ABSTRACT

Background: School was the scene of most cases of food poisoning compared with other places due to the snacks that contain microbes or harmful chemicals . This issue should be a concern of society, in particular parents, educators and school administrators, because it can interfere with health, both short and long term. Of the 84 cases of food poisoning were recorded in 2012 , as many as 27.4 percent of happened at school. Objective: To describe level of knowledge, attitudes and behavior of primary school children about healthy snacks before and after health education intervention. Method:

Quasi Experiment design with a one - group pre - test post - test design. Sampling technique in this study is sampling purposive based on a consideration/ particular purpose made by researchers because the population has proportionally stratified element is class 4.5 and 6 .Results: the level of knowledge a significant difference p = 0.00 with the provision of health education about healthy snacks , while the pre-post test results of the attitude there is no significant effect p = 0.516provision of health education to the students. So is the pre-post test results on the behavior not a significant difference p = 0.230 by providing health education to the students.

(2)

PENDAHULUAN

Anak usia sekolah (6-14) tahun merupakan kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus pula sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan. Masa ini ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak, merupakanmasa berkelompok, usia penyesuaian diri, usia kreatif dan usia bermain (Hurlock, 1980).

Hasil analisis data Riskesdas (2007)

menunjukkan secara nasional

masihrendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak sekolahdasar (6-14 tahun). Rata-rata status gizi kurus (IMT < 25)pada anak usiasekolah (6-14 tahun)adalah 13, 3% laki-laki dan 10,9 % perempuan.

Prevalensi anemia pada anak-anak (6-14 tahun) sebesar 9,4 %. Selain itu anak sekolah beresiko terhadap penyakit tidak menular ditunjukkan dengan kurangnya konsumsi sayur dan buah (93,6%)dan sudah biasa merokok 2 % (Depkes, 2008).

Menurut Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya dikatakan dari 84 kasus keracunan yang terdata pada tahun 2012 sebanyak 27,4% terjadi di sekolah . Dari kasus keracunan itu sebanyak 45 % diakibatkan mikroba dan 17% bahan kimia dan jenis makanan

yang menjadi penyebab kasus tersebut paling tinggi adalah jajanan anak sekolah di tingkat SD 73%, SMP (14%), SMA (5 %) dan Perguruan Tinggi (9%).

Makanan dan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlumenjadi perhatian masyarakat. Khususnya orang tua, pendidik dan pengelola sekolah karena makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang khususnya pada anak sekolah. Penelitian Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) di Jakarta menemukan kenyataan bahwa dari 800 pedagang yang berjualan di 12 sekolah, 340 menjual jajanan yang mengandung zat kimia berbahaya.

Survey yang dilakukan oleh BPOM pada tahun 2004 yang melibatkan ratusan sekolah dasar di seluruh Indonesia dan menampung sekitar 550 jenis makanan yang diambil dari sampel pengujian, menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar murtu dan keamanan. Disebutkan bahwa 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung boraks. Pada tahun 2007 BPOM melakukan survey kembaliyang melibatkan 4500 sekolah di Indonesia,

(3)

Hasilnya menunjukkan bahwa 45%jajanan anak bersifat membahayakan.Berdasarkan data BPOM, Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang tidak memenuhi syarat pada periode 2008-2010 ada 40-44%. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 35%, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 24%.

Sebuah survey yang dilakukan pada 220 kabupaten dan kota diIndonesia menemukan hanya 16 % sekolah yang memenuhi syarat pengelolaan kantin dan dari hasil penelitian Gunarja dkk didapatkan kenyataan bahwa makanan jajanan ini menyumbang energi bagi anak sekolah dasar sebesar 36%, protein 29% dan zat besi 52 % ( Gunarja dalam Fatruhartanty & Iswarawanti, 2004).

Dari hasil penelitian IDAI juga didapatkan bahwa hanya sekitar20% anak yang membawa bekal ke sekolah dan 60% jajan disekolah serta sisanya 20 % tidak membawa bekal dan tidak jajan. Sedangkan hasil penelitian yang dirilis BPOM semarang didapatkan 24% jajanan anak sekolah tidak sehat. Oleh karena itu, masalah jajanan anak sekolah merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan pengelola sekolah untuk memperhatikan bagaimana asupan gizi siswa sekolah tercukupi tanpa harus mengkonsumsi

jajanan di lingkungan sekolah, apabila memungkinkan, Karena hanya dengan kebiasaan jajan makanan yang tidak sehat dapat memungkinkan banyak anak sekolah yang akan mengalami gangguan/ hambatan

dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, padahal kualitas bangsa di masa yang akan datang sangat tergantung pada kualitas anak-anak saat ini. Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa yang harus dijaga dan dipelihara untuk menjadi generasi penerus bangsa. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini. Salah satunya perhatian yang serius dalam pemberian nutrisi dan asupan makanan yang adekuat . Hal ini ditujukan Untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal Sikap seorang anak dalam mengambil suatu keputusan dalam pemenuhan kebutuhan biologisnya adalah komponen penting yang berpengaruh dalam pemilihan makanan jajanan . Seorang anak yang bersikap positif terhadap kesehatan , maka akan memberikan dampak langsung pada perilakunya, begitu juga seorang anak yang bersikap negatif terhadap kesehatan bisa dipastikan berdampak pada perilakunya (Notoatmodjo, 2003).

(4)

Upaya promosi keamanan pangan kepada pihak sekolah, guru,orang tua siswa serta pedagang merupakan salah satu upaya mengurangi keterpaparan anak sekolah dengan makanan jajanan yang tidak sehat. Bentuk upaya promosi yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatantentang jajanan sekolah yang sehat kepada siswa sehingga diharapkan akan terbentuk perilaku mengonsumsi makanan jajanan sekolah yang sehat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang Jajanan Sehat pada SiswaSekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitianadalah Eksperimental Semu dengan rancangan one-group pre-test post-test design dimana tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sekolah dalam mengonsumsi jajanan sehat diukur sebelum dan setelah diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi terjangkau adalah keseluruhan siswa SD di wilayah Jakarta Timur, sedangkan populasi target adalah siswa SDkelas 4,5 dan 6 berjumlah 80 orang.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan/ tujuan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yangsudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Analisis data terdiri dari univariat dan bivariat menggunakan uji-t berpasangan atau paired t-test

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis univariat terhadap variabelumur, jenis kelamin dan kelas menggambarkan usia responden berkisar diantara usia 9 - 14 tahun, sebagian besar responden berusia 11 tahun yaitu 37,5% dan mempunyai presentase yang sama untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 50 %serta mayoritas responden duduk di kelas VI sebesar 36, 2 % .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia kelompok anak sekolah ini merupakan usia beresiko (at risk) karena pada masa ini sedang mengalami masa pertumbuhan fisik dan perkembangan organ. Menurut Notoatmodjo (2003) status tumbuh kembang anak tergantung pada status gizinya yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko baik yang berasal dari keluarga maupun lingkungan.

(5)

Aspek pengetahuan tentang jajanan sehat setelah dilakukan intervensi menunjukkan adanya suatu peningkatan mean sebesar 2,45 poin dengan selisih nilai standar 0,37. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuantentang jajanan sehat sekecil apapun yang diterima dan respon yang ditimbulkan menunjukkan bahwa pada diri individu ada suatu proses yaitu berupa penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini bisa terjadi karena adanya kontak, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penggunaan panca indera manusia seperti indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan

merupakan dasar untuk individu melakukan suatu tindakan. Hal ini disebabkan karena adanya suatu kegiatan dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Roger (1974) dari hasil penelitian yang dilakukannya membuktikan bahwa pengetahuan akan mendasari seorang individu dalam berperilaku. Dan sifat ini akan langgeng apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif.

Tabel 1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Jajanan Sehat pada Siswa Sekolah Dasar Tahun 2013

VARIABEL Mean SD SE t P-value Tk. Pengetahuan Perlakuan  Pre-post1  Pre-post2 -0.96 -1.49 3.570 3.280 0.399 0.37 -2.411 -4.061 0.018 0.000

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terlihat nilai t penilaian setelah 3 minggu lebih besar (-4.061) dari nilai t penilaian post test setelah perlakuan (-2.411) sedangkan nilai probabilitas penilaian posttest setelah 3 minggu perlakuan lebih kecil (α = 0.000) dari nilai probabilitas penilaian post test setelah

perlakuan (α = 0.018). Dengan melihat data tersebut maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan jajanansehat

Hasil penelitian pada aspek pengetahuan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian

(6)

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan jajan sehat peningkatan pengetahuan bisa disebabkan karena terjadi proses transformasi atau terpaparnya dengan sumber belajar mengenai berbagai informasi tentang penyebab, akibat atau dampak yang ditimbulkan dan pencegahan penyakit yang disebabkan kesalahan dalam pemilihan jajanan.

Pengetahuan anak tentang makanan jajanan sehat merupakan hasil dari tahu setelah anak tersebut melakukan penginderaan sehingga memberikan nilai tambah, dan memudahkan dalam melakukan pemilihan makanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi (Notoatmodjo, 2003, p 139). Pengetahuan mengenai makanan jajanan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya dalam melakukan pemilihan makanan jajanan sehat yang mengandung sumber zat-zat gizi sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan dasarnya yaitu aspek biologis dan berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Notoatmodjo, 2003, hlm. 8).

Tabel 2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Sikap dalam Jajanan Sehat pada Siswa Sekolah Dasar Tahun 2013

VARIABEL Mean SD SE T P-value Sikap Perlakuan  Pre-post1  Pre-post2 -0.64 -0.59 8.029 8.06 0.898 0.90 -0.710 -0.652 0.480 0.516

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terlihat nilai t penilaian setelah 3 minggu lebih kecil (-0.652) dari nilai t penilaian post test setelah perlakuan (-0.652) sedangkan nilai probabilitas penilaian posttest setelah 3 minggu perlakuan lebih besar (α = 0.516) dari nilai probabilitas penilaian post test setelah perlakuan ( α = 0.480). Dengan melihat

data tersebut maka dapat disimpulkan terdapat tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan terhadap sikap siswa dalam jajanan sehat.

Hal ini berarti reaksi dari responden baru berkisar pada tahapan menerima sampai merespon terhadap suatu stimulus yang bersifat masih tertutup sehingga

(7)

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2007.hlm. 142). Sikap secara nyata dapat ditunjukkan dengan adannya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang datang dari luar.Hal ini dapat terlihat dari adanya perubahan sikap setelahdilakukan intervensi.

Menurut Notoatmodjo yang mengutip dari Allport ( 1954)mengatakan bahwa seseorang akan merasa percaya dan yakin terhadap informasi yang didapat apabila sumber informasi jelas, sehingga hal ini akan menimbulkan suatu penilaian terhadap suatu objek yang menghampirinya dengan mempertimbangkan kehidupan emosionalnya untuk melakukan tindakan.

Tindakan seorang siswa mengambil keputusan karena keyakinannya terhadap makanan jajanan yang dianggapnya kurang memenuhi persyaratan kesehatan Setelah mendapat informasi baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini belum dianggap sebagai suatu tindakan atau aktivitas atau perilaku melainkan baru suatu predisposisi terhadap suatu tindakan atau perilaku. Karena sebuah sikap akan mengikuti berbagai tingkatan antara lain : Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) kemudian

merespon (responding) yaitu dapat berupa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, setelah itu tahap menghargai (valuing)yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dan bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya (Notoatmodjo, 2003. P 126). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian pada aspek perilaku yang menunjukkan karena adanya sikap tertutup yang manifestasinya tidak dapat langsung dilihat. Suatu sikap belum secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan diperlukan adanya suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain sarana prasarana seperti besaran uang jajan, disiapkan bekal sehat dari rumah, kebiasaan sarapan pagi di rumah, juga dukungan dari lingkungan keluarga. Seperti yang terungkap dari hasil penelitian Purtiantini (2010 )yang dilakukan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura. menggambarkan tidak ada hubungan antara sikap anak mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan (nilai ρ = 0,460).

(8)

Tabel 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Jajanan Sehat pada Siswa Sekolah Dasar Tahun 2013

VARIABEL Mean SD SE t P-value Prilaku Perlakuan  Pre-post1  Pre-postl 0.04 -0.43 3.087 3.15 0.345 0.35 0.109 -1.209 0.914 0.230

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terlihat nilai t penilaian setelah 3 minggu lebih kecil (-0.43) dari nilai t penilaian post test setelah perlakuan (0.04) sedangkan niali probabilitas penilaian posttest setelah 3 minggu perlakuan lebih kecil (α = 0.230) dari nilai probabilitas penilaian post test setelah perlakuan ( α = 0.914). Dengan melihat data tersebut maka dapat disimpulkan terdapat tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan tentang jajanan sehat terhadap perilaku siswa.

Hal ini menggambarkan pemberian pengetahuan direspon oleh responden yang masih berperilaku tertutup dalam bentuk perhatian, persepsi, kesadaran saja sesuai dengan pernyataan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan sikap dan perilaku membutuhkan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2007, p. 16).

Daya tarik dari tampilan makanan jajajanan yang mengundang selera seperti warna yang mencolok, makin beragamnya

jenis makanan, serta lingkungan dan teman-teman yang terbiasa dengan jajanan yang tidak sehat membuat anak tidak dapat menahan keinginan untuk mencicipi, dan hal ini akan mempengaruhi anak dalam bersikap dan berperilaku untuk memilih jajanan sehat.

Kegiatan pendidikan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Cakupan pendidikan itu luas sekali, salah satu diantaranya adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan secara umum bisa dikatakan sebagai segala kegiatan yang direncanakan untuk mempengaruhi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga terjadi

proses perubahan perilaku

(Notoadmodjo,2003.p16)

Pendidikan kesehatan sebagai salah satu intervensi dengan melibatkan beberapa bentuk komunikasi untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang optimal dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan kesehatan merupakan bentuk

(9)

intervensi terutama terhadap faktor perilaku dan melalui kegiatan pendidikan kesehatan pengetahuan akan mengalami peningkatan yang berdampak terhadap perubahan sikap yang pada akhirnya berlanjut pada perubahan perilaku dalam perilaku hidup bersih dan sehat, seperti jajan sehat.

SIMPULAN

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden terbanyak adalah siswa laki-laki dan perempuan yang berumur 11 tahun dan duduk di kelas VI.Usia ini bercirikan keberanian, senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.

Keterpaparan informasi yang diberikan secara tatap muka langsung berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, dibuktikan adanya peningkatan hasil dari pre test dan post test, baik sesaat setelah intervensi maupun setelah 3 minggu pasca intervensi, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan jajanan sehat.

Keterlibatan dari warga sekolah seperti pihak sekolah dan pihak Puskesmas untuk dapat menggerakkan UKS untuk

secara berkala dan konsisten memberikan pendidikan kesehatan tentang jajanan sehat kepada warga sekolah, terutama siswa, memberlakukan peraturan kepada penjual makanan keliling di lingkungan sekolah maupun kantin sekolah sesuai syarat-syarat kesehatan, melakukan pemantauan secara berkala dan pembinaan ke tempat penjualan makanan jajanan (kantin sekolah) dan memberikan sanksi kepada pihak kantin apabila melakukan penjualan jenis makanan dan minuman yang tidak sesuai standar makanan sehat menurut Departemen Kesehatan (BPOM) serta bekerja sama dengan POMG dalam menyiapkan makanan jajanan yang sehat untuk dijual di kantin sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Effendy, N. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Masyarakat.Jakarta: Penerbit EGC.

Febrihartanty.J & Iswarawanti, D N. 2004 .Amankah makanan jajanan anak sekolah Intaian Maut. Formalin. Media Indonesia Online. http://mobile.media- Indonesia com/. Diakses 23 Januari 2013.

_________.2008. Jajanan anak mengandung zat pewarna tekstil.

Tempo interaktif.

http:wwwtempointeraktif.com/hg/nasio nal/2008, diakses 23 Januari 2013.

(10)

Krist. 2011. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah. http://puskesmasbatuputihberau.wordpr

ess.com/promkes/info- kesehatan/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs-di-sekolah/. Diakses tanggal 18 Januari 2013.

________ .2000. Siswa Sekolah Ikrarkan Peduli Pangan Jajanan Anak Sekolah. http://bataviase.co.id/node/889141, Diakses Senin, 6 Februari 2012.

Pusat Promosi kesehatan. 2011.Interaksi Suplemen.PHBS di Sekolah.Jakarta. Notoatmodjo. 2003.Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Semua tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan

Produktivitas per unit UMKM yang dihitung berdasarkan nilai PDB (harga konstan tahun 2000) Luciana &amp; Aldi, Analisis Daya Saing Industri Kreatif.... JURNAL ILMU EKONOMI

d. Dalam pelaksanaan capaian indicator jumlah pelayanan kesehatan pada situasi khusus yang dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Cilacap pada tahun 2019

Guru memotivasi siswa dengan membacakan berbagai sumber mengenai sifat-sifat dan manfaat air di bidang pariwisata. Siswa menerima informasi tentang kompetensi, ruang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengolah kulit kerang menjadi material akustik yang dapat direkokomendasikan menjadi bahan akustik yang baik sebagai insulator bunyi

SEGATAMA LESTARI bukan sebagai importir kayu dan seluruh bahan baku yang digunakan tidak ada yang berasal dari kayu impor, sehingga verifier ini tidak diaplikasikan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar