• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING. Seminar Nasional Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING. Seminar Nasional Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING

Seminar Nasional

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

Tema:

“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

Ponorogo, 15 April 2017

Main Hall Gedung Terpadu Universitas Darussalam Gontor

Diselenggarakan Oleh :

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id

(3)

PROSIDING

Seminar Nasional

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health

(CIOSH)

“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

ISBN : 978-602-60033-9-3

SUSUNAN DEWAN REDAKSI Pelindung :

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor

Penanggung jawab :

Ketua Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Ketua Pelaksana :

Sisca Mayang Phuspa, S.KM.,M.Sc

Koordinator :

Dian Afif Arifah, S.ST.,M.Kes

Tim Reviewer :

1. Eka Rosanti, S.ST.,M.Si

2. Yulia Dwi Andarini, S.Si., M.PH., Apt. 3. Deni Abdul Rahman, S.KM., M.KM

Editor Bahasa:

Edwina Rudyarti, S.Si.,M.Sc

Penyunting:

Ragil Retnaningsih, S.ST

Diselenggarakan Oleh :

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id

(4)
(5)

7

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DAN STATUS

GIZI PEKERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA

PELINTING ROKOK PT. X SIDOARJO

Fadilatus Sukma Ika Noviarmi1*, Galih Dian Kusuma2

1Program Studi DIII Hiperkes dan KK, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga Surabaya, Kampus

B Jl. Srikanah no.65 Surabaya

*E-mail: fadilasukma@gmail.com

ABSTRAK

Ketahanan tubuh serta gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan produktivitas menurun. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pada tenaga kerja diantaranya adalah status gizi dan kebiasaan olahraga. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara faktor kebiasaan olah raga dan status gizi dengan produktivitas pekerja pelinting rokok di PT X.Penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan metode kuantitatifsedangkan menurut waktunya adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi pelintingan rokok yang semuanya adalah wanita dan di peroleh sampel sebanyak 74 orang yang dipilih secarasimple random sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, observasi dan dianalisis dengan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi dan kebiasaan tidak olahraga, cenderung berhubungan dengan penurunan produktivitas kerja pada pekerja pelinting rokok tersebut (p<0,05).

Kata kunci: produktivitas tenaga kerja, kebiasaan olah raga, status gizi,pekerja

PENDAHULUAN

Tenaga kerja merupakan salah satu pengarah pembangunan dan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam merealisasikan pembangunan. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan tenaga kerja mutlak diperlukan agar tenaga kerja dapat terlindungi dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan.

Saat berlangsungnya suatu pekerjaan salah satu dampak yang ditimbulkan pada tiap individu adalah berkurangnya tenaga saat bekerja yaitu dalam bentuk kelelahan. Kelelahan pada individu, khususnya pada tenaga kerja menunjukkan kondisi yang berbeda-beda, akan tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan

(6)

8 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3

untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional. Kecelakaan industry adalah kejadian kecelakaan yang terjadi ditempat kerja khususnya di lingkungan industry. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kesehatan dan keselamatan kerja belum mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam masalah masa depan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja membutuhkan perhatian khusus, karena akan mempengaruhi motivasi kerja. Selain itu kesehatan dan keselamatan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja (Soekiman, 2009).

Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2005) pada tahun 1995 jumlah pe- kerja sekitar 88,5 juta dan meningkat pada tahun 2003 pekerja di Indonesia berjumlah 100.316.000, Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 sebesar 216.948.400 orang, jumlah penduduk usia kerja 152.649.981 orang, angkatan kerja 100.316.007 orang, yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri utama yaitu pertanian 47,67% perdagangan 17,90% industry pengolahan 11,80%, jasa 10,98%.

Selain dengan ditunjukkan dengan gejala-gejala subjektif, keluhan kelelahan kerja juga dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi karakteristik individu itu sendiri diantaranya umur, kebiasaan olahraga, status gizi, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan masa kerja. Untuk faktor eksternal meliputi faktor pekerjaan (pekerjaan yang monoton, lama bekerja, lama waktu istirahat, dan beban kerja), faktor lingkungan kerja (kebisingan, pencahayaan, dan suhu ruangan), faktor psikologis. Kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana, dan lingkungan kerja me- rupakan faktor dominan bagi menurun atau rendahnya produktivitas kerja tenaga kerja.

Tingkat produksi suatu produk erat kaitannya dengan kemampuan manusia untuk menciptakan suatu produk itu sendiri secara efektif dan efisien. Kemampuan manusia disini dikaitkan dengan produktivitas kerja, banyak hal yang telah dilakukan manusia dalam usahanya untuk meningkatkan produktivitas kerja, salah satunya dengan meng- gunakan sumber daya secara efisiensi. (Wignjosoebroto, 2008)

Perusahaan Rokok ini merupakan salah satu perusahaan rokok menengah yang sukses di Jawa Timur. Berdasarkan kuantitas hasil produksinya tergolong perusahaan kecil, karena setiap harinya hanya mampu memproduksi 250 karton rokok.

Pekerjaan yang dilakukan di unit produksi pelintingan rokok adalah pekerjaan giling yaitu karyawati yang hanya melinting rokok kretek secara manual. Jam kerja yang diterapkan disini selama 8 jam dimulai dari jam 06.00 – 14.00 dan waktu istirahatnya 1 dan ½ jam yaitu antara jam 11.00-12.00 atau 12.00-01.00 siang. Pekerjaan yang dilakukan disini tergolong monoton yaitu melinting rokok secara terus-menerus dengan posisi duduk tanpa bersandar. Pekerjaan monoton merupakan salah satu faktor yang dapat

(7)

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

9

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

menyebabkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat menyebabkan penurunan produk- tivitas pada perusahaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara kebiasaan olahraga dan status gizi pekerja denganproduktivitas pekerja pelinting rokokdi PT. X.

METODE

Dari segi waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional yakni diamati

pada waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerjapada bagian produksi pelintingan rokok yaitu bagian giling yang semuanya adalah wanita. Sampel dari penelitian adalah pekerja yang bekerja pada bagian pelintingan rokok

sebanyak 74 0rang yang terpilih secara acak dengan cara simple random sampling. Dengan

populasi 274 orang maka didapatkan 74 sample yang akan diteliti dengan rumus berikut (kuntoro,2010): Npq n = (N-1)D +pq Dimana: N = besar sample

N = besar populasi yang diambil penel P = proporsi, sebesar 0,5

Q = kesalahan yang dapat ditolerir sebesar, 1-p = 1-0,5 = 0,5

D = B2/ 4 = (0,1)2/ 4 = 0.0025 (tetapan)

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Rokok PT X di Kabupaten Sidoarjo. Data Primer diperoleh dari Wawancara dengan menggunakan kuisioner serta observasi langsung. Pengukuran kelelahan kerja menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KUPK2) yang dibuat, diuji reliabilitas dan validitasnya oleh Dr. Dr. Lientje Setyawati K. Maurits, MS. SpOK. Pengukuran status gizi responden dengan melakukan

penimbangan berat badan dan tinggi badan, dengan rumus: (Supriasa et al., 2002)

BMI = BB

TB²

Pengukuran produktivitas kerja dengan menggunakan rumus:

Produktivitas tenaga + kerja= Jumlah hasil produksi Satuan waktu

(8)

“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

10 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Data Sekunder berupa profil dan dokumen Perusahaan Rokok yang berhubungan dengan penelitian.Data yang didapatkan dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan

menggunakan uji statistik Chi-SquaredanSpearman untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antar variabel yang diteliti.

HASIL PENELITIAN

Distribusi Produktivitas Pekerja Pelinting Rokok

Pengukuran dilakukan dengan melakukan perhitungan lintingan rokok yang dihasilkan pekerja di PT.X

Tabel 1 Produktivitas Pekerja Pelinting RokokPT. X

Jumlah Lintingan Rokok Frekuensi Persen (%)

≤4500 2 2,7%

4501-5075 14 18,9%

5076-5650 1 1,4 %

>5651 57 77 %

Total 74 100 %

Menurut tabel 1, dari didapatkan nilai tengah dengan jumlah lintingan rokok pekerja sebesar 6100 dengan batas terendah 4500 dan tertinggi 6700 linting rokok. Sehingga untuk produktivitas dibawah standar dengan jumlah 30 orang dan diatas standar sebesar 44 orang dengan ketetapan dari hasil penelitian yaitu nilai tengah. Karakteristik pekerja dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakterisktik pekerja

Karakteristik pekerja Frekuensi Persentase (%)

Status gizi Kurang Normal Lebih 0 57 17 0 77 23 Kebiasaan olahraga Ya Tidak 51 23 68,9 31,1

Menurut tabel 2 dapat kita ketahuistatus gizi dari 74 orang pekerja pelinting

rokok diatas pada hasil perhitungan status gizi menggunakan BMI (Body Mass Index),

menunjukkan sebanyak 57 pekerja pelingting rokok (77%) berstatus gizi normal dan sebanyak 17 pekerja (23%) bergizi lebih. Untuk kebiasaan olahraga dapat terlihat bahwa didapatkan sebanyak 51 orang (68,9%) mempunyai kebiasaan berolahraga dan hanya 23

(9)

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

11

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

usiarata-ratatenaga kerjatelah berkembang pesatselamabeberapa tahun terakhir, dantren inikemungkinan

akan berlanjut (Toosiet al., 2016). Untuk Dan lama kerja perhari pekerja sebagian besar

bekerja selama 7 jam sebanyak 44 orang (59,5%).

Hubungan Produktivitas Pekerja dengan kebiasaan olahraga dan status gizi

Hubungan Produktivitas Pekerja dengan kebiasaan olahraga dan status gizi dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3 Hubungan Produktivitas Pekerja dengan kebiasaan olahraga dan status gizi

Produktivitas Karakteristik pekerja ≤ 4500 4501 – 5075 5076 - 5650 > 5651 Total N % N % N % N % N % Status Gizi Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Normal 0 1 1 7,1 0 0 56 98,2 57 77 Lebih 2 100 13 92,9 1 100 1 1,8 17 23 Kebiasaan OR Ya 0 0 4 28,6 0 0 47 82,5 51 68,9 Tidak 2 100 10 71,4 1 100 10 17,5 23 31,1

Dari table 3 dapat diketahui bahwa:

Status gizi. Bahwa yang mendominasi keadaan gizi pekerja adalah pekerja dengan keadaan gizi berstatus normal dengan jumlah lintingan rokok sebesar >5651 kemudian untuk status gizi lebih dengan jumlah lintingan 4501-5075.Dari hasil uji statistik Spearman menunjukkan nilai (p)= 0,000 dengan α= 5% mengandung arti bahwa ada hubungan antara tingkat produktivitas kerja dengan status gizi. Semakin normal status gizi pada seseorang maka akan cenderung tinggi untuk produktivitas kerjanya.

Kebiasaan olahraga. Didapatkan bahwa pekerja sebagian besar melakukan kebiasaan olahraga sebesar 47 orang (82,5%) dengan jumlah lintingan rokok >5651 dan untuk yang tidak melakukan kebiasaan berolahraga dengan jumlah yang sama 10 orang (71,4%) untuk jumlah linringan 4501-5075 dan 10 orang (17,5%) untuk jumlah lintingan >5651.Dari hasil uji statistik Chi-square menunjukkan nilai (p)= 0,000 dengan α= 5% mengandung arti bahwa ada hubungan antara produktivitas kerja dengan kebiasaan olahraga. Semakin seseorang melakukan kebiasaan olahraga maka akan cenderung tinggi untuk produktivitas kerjanya.

PEMBAHASAN

Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi akan mempunyai tingkat pro- duktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan SDM yang kurang berkualitas. Tinggi

(10)

“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

12 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

rendahnya produktivitas berkaitan dengan sumber daya (input) dalam menghasilkan

suatu produk atau jasa (output), maka produktivitas dapat dirumuskan sebagai rasio

antara output dengan input (Pribadiyono,2006).

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pekerja untuk hasil lintingan rokok yang berada diatas nilai tengah ada 44 orang dan dibawah standar ada 30 orang sesuai dengan yang terdapat pada tabel 1. Melihat distribusi produktivitas untuk jumlah linti- ngan yang berbeda ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya status gizi dan kebiasaan olahraga. Hasil penelitian lain di paparkan oleh Katsuro (2010) tentang manfaat keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja di industri makanan Zimbabwe, menunjukkan bahwa komponen yang berpengaruh terhadap produktivitas seseorang antara lain faktor individu yang terdiri dari usia sebesar 25%, jenis kelamin 15% dan masa kerja sebesar 10%. Selebihnya yaitu 50% dipengaruhioleh beban kerja dan kelelahan kerja.

Kebutuhan gizi seseorang berbeda satu sama lainnya dan sangat tergantung pada ukuran tubuh. Semakin besar ukuran tubuh seeorang semakin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun usia, jenis kelamin, aktivitas yang dilakukan sama. Terlihat darihasil penelitian dalam table 2 dan hasil dari uji statistic bahwa ada hubungan antara tingkat produktivitas kerja dengan status gizi. Semakin normal status gizi pada seseorang maka akan cenderung tinggi untuk produktivitas kerjanya. Dengan pemenuhan gizi kerja yang

baik maka akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang baik (Hulshofiet al.

2003). Pengetahuan gizi yang diperoleh pekerja wanita dalam kurun waktu tertentu akan

berpengaruh terhadap persepsi pekerja wanita tentang gizi (Kanashiro et al.,2003)

Status kesehatan, dan keadaan gizi merupakan suatu gambaran mengenai tingkat kebutuhan kalori pekerja. Dengan pemenuhan kalori yang sesuai pada tiap pekerja akan didapat status gizi yang baik yang secara langsung dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan dari sel-sel dan jaringan yang telah rusak, untuk pertumbuhan, dan juga untuk melakukan kegiatan seperti bekerja. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja, apabila kekurangan maupun kelebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu. Hal ini karena kebutuhan energy untuk bekerja akan diambil dari energi cadangan yang terdapat dalam sel. Apabila terjadi kekurangan, dapat mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas kerjanya akan menurun bahkan dapat mencapai target

rendah (Karenet al., 2006)

Perlu keseimbangan antara intake energi dan output yang harus dikeluarkan (Tarwaka, 2004). Status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang tidak sesuai dengan jumlah maupun waktu menyebabkan rendahnya ketahanan kerja ataupun

(11)

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

13

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitasnya. Artinya apabila asupan kalori tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhannya maka tenaga kerja tersebut akan lebih cepat merasakan lelah dibandingkan dengan tenaga kerja dengan asupan kalori yang memadai. Hal ini diperkuat oleh pendapat Supariasaet al, (2002), yang menyatakan bahwa masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan selain mempunyai resiko terhadap penyakit tertentu juga menyebabkan tenaga kerja cepat mengalami kelelahan dan akan mempengaruhi produktivitas kerja. Pernyataan Andriani(2005) juga mempertegas bahwa status gizi tidak normal cenderung lebih mudah untuk mengalami suatu kelelahan karena keterbatasan atau ketidak seimbangan cadangan zat gizi yang akan diubah menjadi energi saat beraktivitas dan akan menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal, gangguan sendi. Sinungan(2000) berpendapat ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi produktivitas salah satunya adalah kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, hal ini setelah diuji dengan teknik statistik dengan

menggunakan Chi-square antara status gizi dengan tingkat produktivitas bahwa keduanya

memiliki hubungan. Hal ini berarti bahwa status gizi yang ideal dapat mempengaruhi produktivitas pekerja.

Status gizi merupakan kebutuhan kalori pekerja untuk melakukan aktivitas dalam bekerja. Hal ini sesuai pendapat Sinungan (2000) bahwa kemampuan kerja seseorang yang dikaitkan dengan status gizi seseorang yang nantinya akan berujung pada kinerja pekerja akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.

Sering melakukan olahraga secara teratur akan menghasilkan perubahan yang terjadi pada otot berupa peningkatan kadar dan aktifitas enzim serta protein yang berperan dalam metabolisme aerobik yang lebih banyak menghasilkan ATP, sehingga apabila orang yang tidak terbiasa berolahraga tubuhnya hanya sedikit menghasilkan ATP akibatnya tubuh menjadi lemah dan kelelahan sering terjadi. Pada tabel 2 dan Dari hasil uji statistik Chi-square menunjukkan nilai (p)= 0,000 dengan α= 5% mengandung arti bahwa ada hubungan antara produktivitas kerja dengan kebiasaan olahraga. Semakin seseorang melakukan kebiasaan olahraga maka akan cenderung tinggi untuk produktivitas kerjanya. Selain itu berolahraga juga dapat melatih kemampuan otot dengan melakukan latihan rutin (Aniansson dan Asnuisson, 1981 dan Grimby dkk., 1980) dalam buku Setyawati (2010) Berdasarkan laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al. (1979) dalam buku Tarwaka(2004) menyatakan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya kelelahan otot. Sehingga jika resiko kelelahan kerja bisa cenderung menurun dengan melakukan kebiasaan olahraga maka kecenderungan semakin tinggi pula akan berujung pada produktivitas untuk pekerja pelinting rokok

(12)

“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”

14 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

untuk jumlah lintingannya.

Begitupun sebaliknya kelelahan fisik maupun psikis pekerja dapat menyebabkan penurunan produktivitas pada perusahaan. Kurangnya olah raga akan semakin membuat fisik maupun psikis pekerja cepat lelah.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Produktivitas pekerja mempunyai hubungan dengan status gizi dan kebiasaan olahraga seseorang.(p<0,05). Semakin tinggi status gizi seseorang maka akan cenderung produktifitasnya tinggi, dan semakin rutin seseorang melakukan aktifitas olahraga semakin tinggi pula produktifitas pekerjanya. DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M., 2005, Pengantar Gizi Masyarakat. Surabaya: FKM Universitas Airlangga.

Pekerja diIndonesia berdasarkanjenis lapanganpekerjaan, 2002, Badan Pusat Statistik

Hulshofi KFAM, Brussaardi JH, Kruizinga AG, Telman J, and WikL.Socio-economic status, dietary intake and 10 y trends: The Dutch National Food Consumption

Survey. European Journal of Clinical Nutrition [online] Vol.57 ; page: 128-1372003.

[Diaksestanggal21 Februari2013];

Kanashiro,Bartolini HM, Fukumoto RM, Uribe MN, Robert TG, Rebecca C, Bentley, Margaret. Formative research to develop anutrition education intervention to improve dietary iron intake among women and adolescent girls through

Community Kitchen sin Lima, Peru. American Journalof Nutrition [online] 2003.

[Diakses tanggal21 Februari2013]; 133 ; page: 3978S-3991S. Diunduh dari http:// jn.nutrition.org

Karen S. Dietary intake, physical activity and risk for chronic diseases of lifestyle among employee sata south african open-cast diamond mine, [Thesis]. Master of Nutrition Stellenbosch University; 2006.

Pribadiyono,2 0 0 6 , Aplikasi Sistem Pengukuran Produktivitas Kaitannya dengan

Pengupahan. Jurnal Teknik Industri [Online [Diakses tanggal 21 Februari 2013];

Katsuro P,C.T. Gadzirayi, Taruwona Mand Suzanna Mupararano. Impact of Occupational Health and Safety on Worker Productivity: A Case of Zimbabwe Food Industry. African journal of Business Manajemen [online] 2010

Kuntoro, 2010, Metode Sampling dan Penentuan Besar Sample. Surabaya: Pustaka Melati

(13)

Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

1

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

Pusat Kesehatan Kerja. Kecelakaan di Industri, 2002, Pusat Kesehatan Kerja, Departemen Kesehatan RI

Setyawati, L., 2010, Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books

Sinungan, M., 2000,Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara

Supariasa, I Nyoman & dkk, 2002, Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

SoekimanA., 2009,Quality of Work Life as an Alternative Strategy for Managing Human

Resource in Construction Industry. Proceeding of the 1st International Conferenceon

Engineering,Environment, Economic, Safety & Health (1st CONVEEESH-2009),

B-III-2; 2009 pp. 1-7, Manado, Indonesia.

Tarwaka, Sholichul HA, Bakri & Lilik Sudiajeng., 2004, Ergonomi untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA press

Toosi, M. Labor force projections to 2016: more worker sin their golden years. In Monthly Labour Review [online] 2007 [Diakses tanggal 22 Februari 2013] ;130;pp. 33-52.

Gambar

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakterisktik pekerja
Tabel 3 Hubungan Produktivitas Pekerja dengan kebiasaan olahraga dan status gizi

Referensi

Dokumen terkait

Contoh lainnya bila pasien memiliki anatomi rahang atas yang meruncing / tapered , maka tin foil diaplikasikan pada area premaksila dan sekitarnya untuk mencegah

Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi

Inpres tersebut, selanjutnya diperkuat dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 15 tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumsi Pengguna Jenis BBM tertentu, yang

Hal ini dikarenakan mata air tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan curah hujan, melainkan merupakan pasokan dari airbumi pada lapisan akifer tertentu. Data

Biji Mucuna bracteata berbentuk bulat oval berwarna hitam dan pada umumya memiliki kulit biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan

Predictors: (Constant), HARI BESAR, JUMLAH PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH, HARGA MINYAK GORENG BERMERK, BIAYA FAKTOR PRODUKSI.. Dependent Variable: HARGA JUAL MINYAK

Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim

Perilaku ingestif meliputi makan dan minum, termasuk perilaku mematuk (yang dikategorikan sebagai salah satu bentuk perilaku makan). Burung di alam pada umumnya