• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengendalian Intern

2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Roomey dan Steinbart (2009) mengatakan bahwa pengendalian intern adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yan akurat dan andal mendorong dan memperbaiki efisensi jalannya organisasi serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Menurut Hery (2013) pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.

Menurut Nugroho Widjajanto (2001) Sistem pengendalian intern

(internal control) adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk:

a. Mengamankan aktiva perusahaan

(2)

d. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi.

2.1.2 Prinsip Dasar Sistem Pengendalian Intern

Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2009) ada beberapa prinsip dasar yang perlu dipahami mengenai sistem pengendalian intern bagi suatu entitas organisasi atau perusahaan, yaitu:

a. Sistem pengendalian internp merupakan pertanggungjawaban manajemen. Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasi/perusahaan adalah manajemen dan untuk lebih tegasnya adalah pimpinan perusahaan, karena dengan sistem yang baik itulah pimpinan perusahaan dapat mengaharapkan kebijakannya dipatuhi, aktiva/harta perusahaan dilindungi dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. Pimpinan perusahaan bertanggungjawab menyusun sistem pengendalian intern yang tentu saja dilaksanakan oleh para bawahannya.

b. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generik, mendasar dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya (tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang bersifat dasar yang berlaku umum).

(3)

maksimal melainkan yang mampu memberikan keyakinan yang memadai untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

d. Sistem pengendalian intern memiliki beberapa keterbatasan, sebaik-baiknya kontrol tetapi kalau karyawan yang melaksanakannya tidak cakap atau kolusi maka tujuan pengendalian itu mungkin tidak tercapai.

e. Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus-menerus dievaluasi, diperbaiki, dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi.

2.1.3 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2009) tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern yang sudah mencakup lingkup yang lebih luas pada hakekatnya adalah:

a. Pencatatan, pengolahan data dan penyajian informasi yang dapat dipercaya

(4)

b. Mengamankan aktiva perusahaan

Pengamanan atas berbagai harta benda (termasuk catatan pembukuan/file/database) menjadi semakin penting dengan adanya komputer. Data/informasi yang begitu banyaknya yang disimpan didalam media komputer seperti magnetic tape, disket, dan USB yang dapat dirusak apabila tidak diperhatikan pengamanannya.

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional

Pengawasan dalam suatu organisasi merupakan alat untuk mencegah penyimpangan tujuan organisasi, mencegah penghamburan usaha, menghindarkan pemborosan dalam setiap segi dunia usaha dan mengurangi setiap jenis penggunaan sumber-sumber yang ada secara tidak efisien.

d. Mendorong pelaksanaan kebijaksanaan dan peraturan (hukum) yang ada

Pimpinan menyusun tata cara dan ketentuan yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian intern berarti memberikan jaminan yang layak bahwa semuanya itu telah dilaksanakan oleh karyawan perusahaan.

Suatu pengendalian intern yang baik dalam perusahaan akan memberikan keuntungan sangat berati bagi perusahaan itu sendiri, karena:

(5)

2. Melindungi dan membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan.

3. Kegiatan organisasi akan terlaksana dengan efisien. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.

5. Sistem pengendalian intern suatu perusahaan cukup baik dan auditor cukup puas melakukan test of controls, maka pengujian substantif dapat dilakukan dengan sekecil mungkin jumlah data dari suatu sampling technique. Dengan demikian kegiatan audit tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.

Hal-hal tersebut diatas dapat dicapai karena sistem pengendalian intern dirancang dengan tujuan untuk: mengamankan aset organisasi, memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya, mendorong efektifitas, efisiensi, dan ekonomisnya kegiatan operasi organisasi, mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijakan organisasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2.1.4 Unsur-unsur Pokok Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2013) supaya dapat berjalan dengan baik, maka suatu sistem pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut.

a. Stuktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional Secara Tegas

(6)

untuk melakukan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: 1. Ada pemisahan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi

akuntansi. Fungsi operasi adalah suatu fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan operasi misalnya penjualan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang berwewenang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

2. Sebuah fungsi tidak diperkenankan memiliki tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Hal ini untuk menghindari kecurangan dan pemborosan serta tindakan yang bisa merugukan perusahaan.

Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam melaksanakan transaksi-transaksi perusahaan dilaksanakan untuk membagi tahap-tahap transaksi kepada setiap manajer unit yang terkait, sehingga semua tahap transaksi tidak diselesaikan oleh satu unit saja. Dalam melaksanakan suatu transaksi terdapat internal check di antara unit organisasi pelaksana sehingga pencatatan transaksi yang dilakukan dapat memperlihatkan transaksi yang sesungguhnya.

b. Sistem Wewenang dan Prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang, pendapatan, dan biaya

(7)

menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Maka dari itu, harus dibuat sistem yang mengatur mengenai pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya semua transaksi.

Penggunaan formulir harus selalu diawasi untuk mengontrol pelaksanaannya karena akan menjadi dasar dalam pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Pada akhirnya prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang disimpan dalam tiap formulir dicatat ke dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi sehingga akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, hutang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi/perusahaan.

c. Pelaksanaan Kerja yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak adanya cara untuk menjadikan pelaksanaan kerja yang sehat dalam menjalankannya.

Adapun cara-cara yang bisa ditempuh oleh sebuah organisasi dalam menciptakan pelaksanaan kerja yang sehat adalah sebagai berikut:

(8)

otorisasi terlaksananya transaksi dan kontrol serta pencegahan dari tindakan kecurangan yang merugikan perusahaan.

2. Pemeriksaan mendadak yang dilakukan tanpa adanya pemberitahuan kepada pihak yang akan diperiksa dengan jadwal waktu yang tidak teratur supaya mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. 3. Setiap orang atau unit organisasi tidak diperkenankan melaksanakan transaksi dari awal sampai akhir tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Hal ini akan menjadikan internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait sehingga per unit organisasi akan melaksanakan kerja yang sehat dalam menjalankan tugasnya.

4. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin untuk menjaga independensi tiap karyawan dalam melaksanakan tugasnya dan mengindari konspirasi diantara mereka.

5. Kewajiban untuk pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Dengan demikian karyawan yang cuti tersebut akan digantikan sementara oleh karyawan yang lain sehingga jika terjadi tindak kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat terungkap oleh karyawan yang bertugas menggantikan posisi yang cuti tersebut.

(9)

7. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. Unit organisasi ini biasanya disebut dengan satuan pengawas intern. Supaya efektif maka petugas tersebut tidak harus melaksanakan fungsi operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi tetapi hanya mengecek setiap kegiatan tersebut kemudian melaporkan dan bertanggung jawab langsung kepada manajemen puncak/pimpinan perusahaan. Dengan adanya satuan pengawas intern ini maka akan menjamin efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern demi menjaga kekayaan perusahaan yang terjamin keamanannya serta ketelitian dan keandalan dalam data akuntansinya.

d. Karyawan yang Berkualitas Sesuai dengan Tanggung Jawab yang Dipikulnya

(10)

Karyawan yang jujur dan kompeten di bidangnya akan melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien meskipun ketiga unsur sistem pengendalian yang lain hanya sedikir mendukungnya. Namun sebaliknya jika karyawan yang dimiliki oleh perusahaan adalah karyawan yang tidak jujur dan kompeten maka ketiga unsur sistem pengendalian yang lain tidak akan mendukung apa-apa sehingga tujuan dari perusahaan/organisasi tidak akan tercapa-apai.

Adapun cara-cara untuk mendapatkan karyawan yang jujur dan kompeten adalah sebagai berikut:

1. Seleksi karyawan yang berdasarkan pada persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Program yang bagus dalam proses seleksi akan menjamin diperolehnya karyawan yang jujur dan kompeten dibidangnya.

2. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan yang sesuai dengan tuntutan dan bidang perkembangan pekerjaannya.

2.2 Kas

2.2.1 Pengertian Kas

(11)

Menurut Soemarso (2009:296) bahwa kas adalah segala bentuk (baik yang berbentuk atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.

Menurut Zaki Baridwan (2004) Kas adalah aktiva yang tidak produktif sehingga harus dijaga supaya jumlahnya tidak terlalu besar dan tidak terjadi “idle cash”. Meskipun daya beli uang bisa berubah-ubah

tetapi perubahan daya beli tersebut tidak mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas.

2.2.2 Komposisi Kas

Menurut Zaki Baridwan (2004) yang termasuk kas adalah alat pertukaran yang dapat diterima sebagai pelunasan hutang dan sebagai suatu setoran bank dengan sebesar nominal serta simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, uang yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveler’s check, cashier check, bank draft,

dan money order.

Surat-surat berharga seperti saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual menjadi uang tunai, tetapi sebelum dijualnya surat-surat berharga tersebut maka tidak termasuk dalam kelompok kas melainkan investasi jangka pendek.

(12)

Simpanan-simpanan tersebut biasanya tidak dapat diambil sewaktu-waktu yang kemudian dalam neraca simpanan akan dilaporkan secara terpisah.

Uang kas yang terbatas dalam penggunaannya, biasanya terdapat dalam bentuk dana yang tidak dimasukkan dalam kas tetapi dilaporkan secara terpisah sebagai dana. Jika penggunaannya masih dalam waktu satu tahun maka termasuk dalam kelompok aktiva lancar, tetapi jika tidak dapat digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran dalam waktu satu tahun maka termasuk dalam kelompok aktiva tidak lancar.

Adapun kas kecil dan kas yang berada di cabang-cabang tetap termasuk dalam kas karena telah memenuhi batasan-batasan seperti tersebut diatas. Cek-cek yang sudah ditulis tapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak dikeluarkan dari kas. Apabila pada waktu menulis cek sudah dikreditkan dalam rekening kas, maka pada akhir periode jika cek tersebut belum juga diserahkan akan dibuat jurnal untuk mendebit kembali rekening kas.

2.2.3 Pengawasan Kas

(13)

Bentuk dan jenis perusahaan ada bermacam-macam, maka sistem pengawasan intern dalam suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Meskipun demikian, ada dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan pengawasan terhadap kas sebagai berikut:

a. Penerimaan uang

Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber, seperti penjualan tunai, pelunasan piutang, dan pinjaman. Maka prosedur pengawasan yang dapat digunakan yaitu:

1. Harus ditunjukkan dengan jelas mengenai fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan kemudian disetor ke bank.

2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dan fungsi pencatatan kas.

3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Setiap hari harus dibuat laporan kasnya.

b. Pengeluaran kas

Pengeluaran uang yang terjadi dalam sebuah perusahaan adalah untuk pembayaran bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat, maka sering kali terjadi jumlah pengeluaran yang diperbesar dan selisihnya kemudian digelapkan. Beberapa prosedur pengawasan yang penting adalah sebagai berikut: 1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk

(14)

2. Dibentuk kas kecil yang penggunaannya diawasi dengan ketat. 3. Penulisan cek hanya dapat dilakukan jika didukung dengan

bukti-bukti atau dokumen yang lengkap.

4. Diadakan pemisahan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek, dan yang mencatat pengeluaran kas.

5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. 6. Diharuskan membuat laporan kas harian.

Dengan adanya prinsip-prinsip pengawasan intern terhadap kas tersebut akan timbul beberapa masalah yaitu mengenai pembentukan kas kecil dan karena adanya rekening giro bank, maka setiap periode perlu diadakan rekonsiliasi antara saldo kas dengan saldo menurut laporan bank.

2.2.4 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

(15)

Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.

2.2.5 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut James A Hall (2011) sistem akuntansi pengeluaran kas adalah memproses pembayaran kewajiban yang dihasilkan oleh sistem pembelian.

Menurut Mulyadi (2013) sistem akuntansi pengeluaran kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.

Pengeluaran kas dalam perusahaan dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem pengeluaran kas dengan cek dan sistem pengeluaran kas dengan uang tunai melalui sistem dana kas kecil. Pengeluaran kas yang tidak dapat dilakukan dengan cek biasanya karena dalam jumlah yang relatif kecil.

2.3 Sistem Pengendalian Intern terhadap Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas

(16)

digunakan untuk melakukan kegiatan penerimaan kas baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang sifatnya dapat segera digunakan dari perusahaan maupun dari penjualan tunai. Sedangkan sistem pengendalian intern pengeluaran kas catatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan baik dengan cek maupun uang tunai melalui sistem dana kas kecil.

2.3.1 Sistem Pengendalian Intern terhadap Penerimaan Kas yang Baik Menurut Mulyadi (2013) berikut ciri-ciri pengendalian yang baik atas transaksi penerimaan kas, yaitu:

1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang menerima kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otoritas atas penerimaan kas. 2. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang

mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus di review oleh kepala bagian akuntansi.

3. Penerimaan kas dalam bentuk apapun harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya paling lambat keesokannya.

4. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman.

(17)

6. Digunakan formulir yang bernomor urut tercetak.

2.3.2 Sistem Pengendalian Intern terhadap Pengeluaran Kas yang Baik Menurut Mulyadi (2013) berikut ciri-ciri pengendalian yang baik atas transaksi pengeluaran kas, yaitu:

1. Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. 2. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pihak berwenang.

3. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.

4. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, dilakukan melalui dana kas kecil (imprest system).

2.4 Simbol-simbol dalam sistem akuntansi

(18)

No Simbol Nama Simbol Keterangan

1 Dokumen Simbol ini menggambarkan semua jenis

dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi

2 Catatan Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.

3 On Page

Connector

Simbol ini untuk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan dilokasi lain pada halaman yang sama.

4 Off Page

Connector

Simbol ini digunakan untuk

menunjukkan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan lainnya.

5 Kegiatan

Manual

Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan kegiatan manual

6 Arsip

Sementara

Simbol ini digunakan untuk

menunjukan tempat penyimpanan sementara yang dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut di masa yang akan datang

7 Arsip Permanen Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan arsip permanen yang

merupakan tempat penyimpanan

dokumen yang tidak akan diproses lagi.

8 On-line

Computer Process

Simbol ini menggambarkan pengolahan data dengan komputer secara online.

10 Keputusan Simbol ini menggambarkan keputusan

yang harus dibuat dalam proses pengolahan data.

11 Mulai/Berakhir

(Terminal)

Simbol ini untuk menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi.

Gambar 2.1. Simbol-simbol dalam Sistem Akuntansi

(19)

2.5 Bagan Alir Dokumen Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

(20)

Flowchart Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai Pelanggan

LPK:Laporan penerimaan kas LPT:laporan penjualan tunai

Sumber: Mulyadi (2013)

Kasir Bagian Keuangan Pimpinan

Start

Melakuk an pembaya

ran

Data Pembayaran

(uang)

Data Pembayaran

(uang)

Membuat laporan penerima

an kas (LPK)

LPK

LPK

Membuat laporan penjualan tunai (LPT)

LPT 2

LPT 1

A 1

1

LPT 1

(21)

2.5.1 Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

a. Pelanggan yang merasa cocok dengan produk yang sudah dipilih melakukan pembayaran secara tunai ke kasir.

b. Kasir menerima pembayaran tunai (kas) dari pelanggan. Kemudian kasir membuat Laporan Penerimaan Kas (LPK) dan dikirimkan ke Bagian Keuangan.

c. Bagian keuangan membuat Laporan Penjualan Tunai (LPT) rangkap 2, lembar 1 dikirimkan ke Pimpinan, dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.

2.5.2 Uraian Kegiatan a. Pelanggan

1. Customer membeli produk perusahaan. 2. Melakukan pembayaran secara tunai ke kasir. b. Kasir

1. Menerima pembayaran tunai dari pelanggan dalam bentuk uang tunai.

2. Membuat Laporan Penerimaan Kas (LPK) yang dikirimkan ke bagian keuangan.

c. Bagian Keuangan

1. Menerima Laporan Penerimaan Kas (LPK) dari kasir. 2. Membuat Laporan Penjualan Tunai (LPT) rangkap 2:

(22)

Lembar 2: LPT untuk tujuan arsip perusahaan. d. Pimpinan

Menerima Laporan Penjualan Tunai (LPT) dari bagian keuangan.

2.5.3 Pengeluaran Kas dari Penjualan Tunai

(23)

Siklus Pengeluaran Kas Kasir

SPK : Surat Pengajuan Kredit TT : Tanda Terima

Gudang Pemasok

Sumber: Mulyadi (2013) Mulai Melakukan transaksi pembelian Melakuka n pembayar an Membua t surat pengajua n kredit 2 Nota pembayaran 1 1 1

Surat 2

Pengajuan kredit 1

P.

P.2

2 SPK TT 1

2 Data barang Memeriksa barang yang telah dibeli Pengembalia n barang Membuat daftar barang retur 2 Daftar barang retur 1 3 1 seles Daftar barang yang telah diretur tunai kredit

retur tidak

Beserta barang

2

SPK TT 1

Menyetujui SPK Nota pembaya 1 Mengirim barang yang dipesan Data barang 3

Data barang retur

Menukar

barang dari

perusahaan

Daftar barang yg

(24)

2.5.4 Uraian Kegiatan

1. Kasir/bagian penjualan

a. Melakukan transaksi pembelian.

1. Jika pembelian secara tunai, maka langsung dicetak nota pembayaran.

2. Jika pembelian secara kredit, maka dibuat surat pengajuan kredit (SPK) dan mencetaknya.

b. Gudang

1. Melihat data barang, kemudian memeriksa barang yang telah dibeli, jika ada yang rusak/cacat maka dilakukan pengembalian barang dan membuat daftar retur (yang dikembalikan), kemudian mencetak data daftar barang retur.

2. Menerima daftar barang retur beserta barang yang telah ditukar dari pemasok.

c. Pemasok

1. Jika bagian penjualan mengajukan SPK, maka pemasok menyetujui SPK tersebut. Dan jika bagian penjualan melakukan pembelian tunai, maka pemasok menerima nota pembayaran. 2. Mengirim barang yang dipesan sesuai dengan data barang yang

dipesan.

(25)

2.6 Penelitian Terdahulu No Peneliti

dan Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Nunung Larasati (2012)

“Analisis Sistem

Pengendalian Intern terhadap Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada UD. Dua Putri Nganjuk”

Sistem pengendalian intern penerimaan kas sudah berjalan dengan efektif, tetapi sistem pengendalian intern pengeluaran kas belum efektif karena masih terdapat unsur-unsur pengendalian intern didalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan. Penempatan kasir yang berada satu ruangan dengan karyawan lain, kas yang ada ditangan dan kasir tidak diasuransikan, dan perputaran jabatan secara rutin sehingga kemungkinan terjadinya penyelewengan masih sangat besar.

2 Zulvinia Nur Salasa (2016)

“Evaluasi Sistem

Akuntansi

Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam Upaya Meningkatkan Pengendalian Intern Studi Kasus pada PG Kebon Agung Malang”

Penerapan sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas PG. Kebon Agung Malang masih belum efektif, adapun hal yang menjadikan belum efektif adalah pada sistem akuntansi penerimaan kas melalui pelunasan piutang tidak ada fungsi penagihan serta dokumen bukti kas masuk dan bukti kas keluar tidak dibuat rangkap 2, selamjutnya tidak terdapat suatu bagian sebagai staf audit intern yang melakukan pemeriksaan terhadap sistem dan prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas.

3 Annisa Fina Rizkiyani

(2013)

“Evaluasi Sistem

Pengendalian

Internal atas Aktivitas

Penerimaan dan Pengeluaran Kas

pada PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk.”

Pengendalian Internal atas Aktivitas Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terdapat kelemahan pada sistem

pembayaran jasa

(26)

efektif dan efisien sesuai dengan komponen pengendalian COSO. 4 Mario

Caesar Piet Sumurung

(2015)

“Analisis

Pengendalian Intern Penerimaan dan Pengeluaran kas pada PT. Manado Media Grafika.”

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Manado Media Grafika telah dilakukan sesuai prosedur, sehingga kinerja manajerial dapat terlaksana dengan mudah. Pimpinan perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas dan menjaga hubungan yang baik dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.

5 Sri

Mangesti Rahayu

(2014)

“Analisis Sistem

Pengendalian

Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas Lembaga Zakat Studi pada Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Cabang Magetan Jawa Timur”

Gambar

Gambar 2.1. Simbol-simbol dalam Sistem Akuntansi Sumber : Mulyadi (2013)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah suatu prosedur yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan

3.5 Jurnal dan Prinsip Dasar yang Melandasi Perancangan Jurnal Jurnal menurut Mulyadi (2010:101) “Merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan

Mengacu kepada pendapat Mulyadi (2004: 455), pengertian penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan, baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai

Penerimaan kas adalah kas yang diterima oleh perusahaan baik berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan, yang

Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang yang berasal dari berbagai macam sumber, yaitu dari

Sistem penerimaan kas adalah suatu catatatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan kas yang diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun

Mengacu kepada pendapat Mulyadi (2004: 455), pengertian penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan, baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai

Sistem penerimaan kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melakukan kegiatan penerimaan kas yang diterima perusahaan baik berupa uang tunai maupun surat-surat berharga