• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 2 Persentase Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Yang Disidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 2 Persentase Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Yang Disidik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-1

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Capaian Kinerja

Pengukuran capaian kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi/capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) pada masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan bantuan perangkat lunak (software) berbasis Balanced Score Card(BSC), yaitu Kinerjaku. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh hasil pengukuran IKU pada setiap Sasaran Strategis sebagai berikut:

Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran Tahun 2014

SASARAN STRATEGIS NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) NILAI CAPAIAN IKU CAPAIAN STATUS IKU TARGET REALISASI % Stakeholder perspective Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan 1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,0% 6,30% 90.57% Customer perspective Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan

2 Persentase Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Yang Disidik

90% 90% 100%

3 Persentase Penanganan Barang Bukti dan Awak Kapal Yang Disidik

90% 90% 100%

Internal Process perspective Sasaran Strategis 3 :

Tersedianya kebijakan bidang pengawasan SDKP yang sesuai kebutuhan

4 Jumlah kebijakan publik bidang penanganan pelanggaran Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan yang diselesaikan

2 dok 2 dok 100

Sasaran Strategis4: Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan, dan pemasaran produk kelautan dan perikanan

5 Penyelesaian kasus kapal penangkap ikan yang melakukan kemitraan dengan UPI, yang disidik

90% 90% 100%

Sasaran

Strategis5:Terselengg aranya pengawasan dan penegakan hukum pengelolaan SDKP

6 Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan yang disidik secara akuntabel dan tepat waktu

80% 83.41% 104.26%

7 Persentase jumlah nelayan

Indonesia yang diadvokasi 80% 84.77% 105.96% 8 Jumlah PPNS Perikanan yang

(2)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-2

SASARAN STRATEGIS NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) NILAI CAPAIAN IKU CAPAIAN STATUS IKU TARGET REALISASI %

Learning and Growth perspective

Sasaran Strategis 6 : Tersedianya SDM Dit. PP yang kompeten dan profesional

9 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, dan III di lingkup Dit PP

50% 4,62% 190,76%

Sasaran Strategis 7: Tersedianya informasi pengawasan SDKP yang valid, handal, dan mudah diakses

10 Service Level Agreement 70% 0 0 11 Persepsi user terhadap

kemudahan akses (skala likert 1-5)

4,25 0 0

Sasaran Strategis 8 : Terwujudnya good governance and clean governmentdi Dit. PP

12 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi

100% 79,36% 79,36

13 Tingkat kualitas akuntabilitas

kinerja Dit. PP A A 100

14 Nilai integritas Dit. PP 6,75 7,12 105,48

15 Nilai inisiatif anti korupsi Dit. PP 7,75

8,32 107,35

16 Nilai penerapan RB Dit. PP 80 77,54 92,00

Sasaran Strategis9: Pengelolaan anggaran DitPP yang optimal

17 Persentase penyerapan DIPA > 95% 95,14% 100,15%

Penjelasan tentang capaian IKU pada masing-masing Sasaran Strategis tersebut akan dijelaskan pada bagaian evaluasi dan analisis capaian kinerja.

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Selama periode tahun 2014 Direktorat Penanganan Pelanggaran telah melaksanakan seluruh kegiatan yang menjadi tugas dan fungsinya dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan. Evaluasi dan analisis terhadap capaian sasaran strategis dilakukan pada setiap perspective BSC, dengan uraian sebagai berikut:

1. Capaian Kinerja Stakeholder Perspective

a. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, KKP telah mengidentifikasi 4 IKU, yaitu:1) Nilai Tukar Nelayan; 2) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan; 3) Rata-rata pendapatan petambak garam; dan 4) Pertumbuhan PDB Perikanan. Dari keempat IKU tersebut, Direktorat Penanganan Pelanggaran diberikan amanat oleh Ditjen PSDKP untuk berkontribusi pada pencapaian

(3)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-3

“pertumbuhan PDB perikanan”. Kontribusi Direktorat Penanganan Pelanggaran dalam kaitannya dengan pencapaian IKU ini adalah melakukan koordinasi melalui Setditjen PSDKP, memberikan dukungan kepada Ditjen Perikanan Tangkap yang menjadi penanggung jawab utama pencapaian IKU “Pertumbuhan PDB Perikanan” untuk memastikan tercapainya IKU dimaksud sesuai target.

PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dibandingkan dengan nilai PDB Perikanan tahun 2013.

Sampai dengan Desember 2014 pencapaian nilai PDB Perikanan telah tercapai sebesar 6,30% (sumber data: BPS 2014) dari target yang ditetapkan sebesar 7% (persen pencapaian 90%). Dengan menggunakan toleransi pengukuran kinerja sebesar 10% (80%≤X≤100), status capaian tersebut dapat dikategorikan sedang dengan indikator warna hijau.

Pertumbuhan PBD perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu terakhir meningkat sebesar 6,9% yakni Rp.57.702,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.61.661,2 miliar pada tahun 2013, atau tercapai 98,57% dari yang ditetapkan.Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu 2009-2013, pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 14,83% per tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB Nasional.

Apabila pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,86% di tahun 2013 ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada renstra 2010-2014, maka pencapaian pada

(4)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-4

indikator kinerja ini telah mencapai 94,63% dibandingkan dengan target sampai tahun 2014 sebesar 7,25%.

2. Capaian Kinerja Customer Perspective

a. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan

Pencapaian Sasaran Strategis “Meningkatnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan” diidentifikasikan ke dalam 4 IKU, yaitu: 1) Proporsi tangkapan perikanan laut berada dalam batasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB); 2) Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan; 3) Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola; dan 4) Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan.Walaupun tidak secara langsung bertanggungjawab pada pencapaian keempat IKU tersebut, Direktorat Penanganan Pelanggaran diberikan amanat oleh Ditjen PSDKP untuk berkontribusi memberikan dukungan terhadap Unit Kerja Eselon I sesuai tugas dan fungsinya.

3. Capaian Kinerja Internal Process Perspective

a. Sasaran Strategis 3 : Tersedianya Kebijakan Bidang Pengawasan SDKP yang Sesuai Kebutuhan

Terkait dengan SS-3, Direktorat Penanganan Pelanggaran telah mengidentifikasi 1 IKU, yaitujumlah draft kebijakan publik bidang penanganan pelanggaran yang diselesaikan. Uraian mengenai IKU tersebut seperti pada Tabel 3.2.

Tabel3.2. Capaian IKU pada SS-3 “Tersedianya Draft Kebijakan Bidang Penanganan Pelanggaran yang Sesuai Kebutuhan”

Nilai Sasaran Strategis (NSS) SS-3 telah tercapai sebesar 100%.Status capaian dikategorikan “Baik” dengan status warna “Hijau”. Penjelasan tentang capaian IKU tersebut diuraikan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI %

Jumlah draft kebijakan publik bidang penanganan pelanggaran yang diselesaikan

(5)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-5

1)Jumlah Draft Kebijakan Publik Bidang Penanganan Pelanggaran yang Diselesaikan

Kebijakan publik bidang penanganan pelanggaran diidentifikasikan sebagai draft peraturan ang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal PSDKP. Selama tahun 2014jumlah draft kebijakan publik bidang penanganan pelanggaran yang diterbitkan telah tercapai sesuai target dan sudah ditindaklanjuti oleh Bagian Hukum Ditjen PSDKP dan telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal PSDKP. Status capaian dikategorikan “Baik” dengan status warna “Hijau”.

Rincian kebijakan publik dimaksud diuraikan sebagai berikut:

a)Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor: 68/DJPSKP/VII/2014 tentang Kode Etik Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, ditandatangani padatanggal 24 Juli 2014;

b)Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor: 70/DJ-PSDKP/VII/2014 tentang Petunjuk Teknis Penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Perikanan, ditandatangani pada tanggal 24 Juli 2014.

b. Sasaran Strategis 4: Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan

Modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, merupakan perubahan sistem dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang terarah dan didasarkan atas prinsip efisiensi produksi hulu dan hilir. Melalui modernisasi sistem produksi diharapkan pembangunan kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan secara terinterasi, sehingga lebih efektif dan efisien.

Keterlibatan Ditjen PSDKP dalam pencapaian SS-4 tersebut diatas adalah pada Inisiatif Strategis (IS) untuk pencapaian IKU “Utilitas UPI”. Dalam

(6)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-6

rangka pencapaian IKU tersebut, KKP telah mengidentifikasikan 2 Inisiatif Strategis, yaitu:

1) Mengimplementasikan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku UPI; dan

2) Meningkatkan kemitraan UPI dan Usaha Penangkapan Ikan. Untuk dapat berkontribusi nyata dalam Inisiatif Strategis tersebut Ditjen PSDKP telah menetapkan IKU baru.

Capaian IKU persentase ketaatan kemitraan UPI dan unit usaha penangkapan ikan yang sesuai ketentuan diupayakan melalui pelaksanaan kegiatan strategis, yaitu :

 Pengawasan kemitraan UPI dan usaha penangkapan ikan;

 Pemantauan atas kapal perikanan yang melakukan kemitraan dengan UPI sebagai dukungan untuk operasi kapal pengawas;

 Pengawasan terhadap kapal perikanan yang melakukan kemitraan dengan UPI sesuai dengan ketentuan;

 Penegakkan hukum atas kasus pelanggaran oleh kapal perikanan yang melakukan kemitraan dengan UPI;

 Pengawasan UPI yang melakukan kemitraan agar memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan.

Direktorat Penanganan Pelanggaran bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan strategis penegakan hukum atas kasus pelanggaran oleh kapal perikanan yang melakukan kemitraan dengan UPI, dengan indikator utama yaitu penyelesaian kasus kapal penangkap ikan yang melakukan kemitraan dengan UPI yang disidik.

Karena semua kasus yang ditindaklanjuti ke tingkat penyidikan hampir semua sudah sampai tahap P-21, maka kasus kapal penangkap ikan yang melakukan kemitraan dengan UPI juga telah sampai ke tahap P-21.

(7)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-7

c. Sasaran Strategis5 : Terselenggaranya Pengawasan dan

Penegakan Hukum Pengelolaan SDKP

Dalam rangka pencapaian SS-5 “Terselenggaranya pengawasan dan penegakan hukum pengelolaan SDKP”, Ditjen PSDKP telah mengidentifikasikan 5 IKU, yaitu; 1) Wilayah perairan bebas IUU fishing dan kegiatan yang merusak SDKP; 2) Ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) Persentase jumlah nelayan Indonesia yang diadvokasi; 4) Persentase pemanfaatan SDP yang dapat dipantau; dan5) Persentase pemanfaatan SDK yang dapat dipantau. Dari kelima IKU tersebut, Direktorat Penanganan Pelanggaran bertanggung jawab terhadap pencapaian IKU yang ke-3 ditambah dengan 2 IKU baru yaitu: 1) Penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan yang disidik secara akuntabel dan tepat waktu; dan 2) Jumlah PPNS Perikanan yang kompeten. Adapun nilai capaian IKU tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3. Capaian IKU ke-3 pada SS-5 “Persentase jumlah nelayan Indonesia yang diadvokasi”.

Sumber: Data Direktorat Penanganan Pelanggaran, 2014

Realisasi ketiga IKU di atas telah mencapai target secara berurutanmasing-masing sebesar 104,26%;105,96%; dan 100%. Status capaian tersebut dikategorikan “Baik” dengan status warna “Hijau”.

Secara rinci analisa pencapaian ketiga IKU tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI %

Penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan yang disidik secara akuntabel dan tepat waktu

80% 83,41% 104,26%

Persentase jumlah nelayan Indonesia yang diadvokasi

80% 84,77% 105,96

(8)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-8

1)Persentase Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan Dan Perikanan Yang Disidik Secara Akuntabel dan Tepat Waktu

Tingkat capaian indikator IKU “Persentase Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana Perikanan Secara Akuntabel dan Tepat Waktu” telah tercapai sebesar 81,81% melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 80% dengan persen capaian 102,26%. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 123,35%, maka terjadi penurunan sebesar 21,08%. Hal ini terjadi mengingat keberhasilan penyelesaian penyidikan bukan saja dari faktor internal (kompetensi PPNS) namun sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (instansi lain terkait, kasusnya sendiri, maupun situasi lapangan).Pencapaian target indikator kinerja ini dilakukan melalui kegiatan utama penyelesaian tindak pidana perikanan dengan didukung oleh kegiatan penanganan pelanggaran lainnya, yaitu kegiatan penanganan barang bukti dan awak kapal, pembentukan forum koordinasi, dan pembinaan PPNS Perikanan.

Selama tahun 2014terdapat 56 kasus tindak pidana perikanan dengan tersangka yang diajukan dari kasus tersebut sebanyak 58 tersangka.Perbedaan ini disebabkan ada 2 kasus yang melibatkan masing-masing 2 orang tersangka.Dari 58tersangka tindak pidana perikanan, sebanyak 13tersangka dikenakan sanksi administrasi berupasurat peringatan,1 kasus masih dalam proses penerimaan/penelitian, dan 44 kasus diproses hukum.Dari total kasus yang diproses hukum,telah diselesaikan sebanyak 36 berkas perkara secara akuntabel dan tepat waktu sampai dengan P-21dan diikuti dengan penyerahan tahap ke-2 (persen capaian 81,81%). Sebanyak 8 kasus masih dalam proses penyidikan karena 3 kasus merupakan kapal yang ditangkap pada pertengahan Desember 2014; 1 kapal merupakan kasus pelanggaran BMKT yang memerlukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya (Polri) dan 3 kasus merupakan perdagangan ikan yang dilindungi (Pari dan Botia) yang memerlukan koordinasi dengan instansi terkait dan pembuktiannya memerlukan waktu yang cukup lama.

(9)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-9

Hasil pengukuran kinerja terhadap IKU-3 “Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana Perikanan secara Akuntabel dan Tepat Waktu” selama periode tahun 2010-2014, diperoleh tingkat capaian kinerja sebagai berikut.

Tabel 3.4. Capaian Kinerja PersentasePenanganan Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014

IKU

Capaian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Persentase penyelesaian penyidikan Tindak Pidana Perikanan secara akuntabel dan tepat waktu

76 61,50 70 84 72 78,48 78 96,20 80 81,81

Keterangan :T = Target; R = Realisasi; Target bersifat non kumulatif untuk setiap tahun

2)Persentase Jumlah Nelayan Indonesia yang Diadvokasi

Advokasi bagi nelayan Indonesia yang ditangkap oleh negara lain karena diduga melakukan pelanggaranpenangkapan ikan di perairan negara bersangkutan,dilaksanakan melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Ditjen Imigrasi.Selama tahun 2014dari hasil advokasi telah berhasil dipulangkan 167 orang nelayan Indonesia dari total 197nelayan Indonesia yang ditangkap (84,77%) melebihi target yang ditetapkan sebesar 80%. Data nelayan Indonesia yang dipulangkan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Pemulangan Nelayan Yang Tertangkap di Luar Negeri Tahun 2014 No Lokasi/ Negara Jumlah Kapal Jumlah Nelayan Status Dibebaskan/ Dipulangkan (Orang) Belum Dibebaskan/ Ditahan (Orang) 1 Malaysia 24 123 98 25 2 Australia (Darwin) 11 68 68 - 3 Rep. Palau - - - - 4 Papua Nugini 1 3 - 3 5 Timor Leste - - - - 6 India 1 3 5 2 JUMLAH 37 197 167 30

(10)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-10

Secara kumulatif, sampai dengan tahun 2014, nelayan yang ditangkap diluar negeri sebanyak 716 orang.Dari jumlah tersebut, berhasil dipulangkan sebanyak 683 orang atau 95.35%.

3)Jumlah PPNS Perikanan yang Kompeten

Indikator IKU “Jumlah PPNS Perikanan yang Kompeten” telah terealisasi sebanyak 60 orang sesuai target yang ditetapkan atau dengan persen capaian 100%.Pencapaian target jumlah PPNS Perikanan yang kompeten tersebut dilakukan melalui Diklat PPNS Perikanan sebanyak 30 orang dan Temu Teknis PPNS Perikanan sebanyak 30 orang.

Dengan dilaksanakannya rekruitmen/Diklat PPNS Perikanan di tahun 2014 serta memperhitungkan PPNS yang telah dinonaktifkan karena usia maupun perubahan bidang tugasnya, maka jumlah PPNS Perikanan secara keseluruhan yang tersebar diseluruh Indonesia menjadi 462 orang. Sebaran PPNS Perikanan pada tahun 2014 dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Jumlah PPNS Perikanan Seluruh Indonesia Tahun 2014

NO UNITKERJA SUBTOTAL

1 PUSAT (KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN) 78

2 UPT PSDKP 141 - PANGKALAN PSDKP JAKARTA 51 - PANGKALAN PSDKP BITUNG 29 - STASIUN PSDKP PONTIANAK 27 - STASIUN PSDKP BELAWAN 17 - STASIUN PSDKP TUAL 17

3 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI 243

TOTAL 462

Sebaran jumlah PPNS Perikanan secara keseluruhan disajikan pada Lampiran.

(11)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-11

4. Capaian KinerjaLearning and Growth Perspective

a) Sasaran Strategis 6 : Tersedianya SDM Direktorat Penanganan Pelanggaran yang Kompeten dan Profesional

Dalam pencapaian sasaran ini Direktorat Penanganan Pelanggaran telah mengidentifikasikan 1 IKU yaitu “Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, dan III di lingkup Direktorat Penanganan Pelanggaran”, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Capaian IKU pada SS-6 “Tersedianya SDM Dit. Penanganan Pelanggaran yang Kompeten dan Profesional “

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

Indeks kesenjangan kompetensi

eselon II, dan III 50% 4,62% 190,76%

Pengembangan SDM sebagai sumber daya pengawasan SDKP,menekankan manusia sebagai pelaku pengawasan yang memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin, profesionalisme, loyalitas serta memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen. Hal ini harus terus dikembangkan baik secara kualitas maupun kuantitas guna keberhasilan pengawasan SDKP.

Pencapaian nilai indeks kompetensi diperolah dari hasil asessment terhadap pejabat eselon II dan III. Asessment dilakukan berdasarkan peraturan Menteri KP Nomor 3A Tahun 2014 tentang Standar Kompetensi Manajerial di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh tim penilai, diperoleh nilai indeks kesenjangan kompetensi eselon II sebesar 0% dan indeks kesenjangan eselon III sebesar 5,75%, sehingga diperoleh nilai 13,73%.

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesenjangan antar eselon II dan III di lingkup Ditjen PSDKP sangat

(12)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-12

kecil. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, Direktorat Penanganan Pelanggaran telah mengikutsertakan pejabatnya untuk melaksanakan pendidikan/pengembangan SDM, antara lain:

a) Pendidikan dan pelatihan pimpinan II (Diklatpim II) sebanyak 1 orang; b) Diklatpim IV sebanyak 1 orang.

b) Sasaran Strategis 7 : Tersedianya Informasi Pengawasan SDKP yang Valid, Handal, dan Mudah Diakses

Dalam pencapaian sasaran ini Direktorat Penanganan Pelanggaran telah mengidentifikasikan 2 IKU sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.8. Capaian IKU pada SS-7 “Tersedianya Informasi Pengawasan SDKP yang Valid, Handal, dan Mudah Diakses”

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

Service Level Agreement 75% 99,12% 120%

Persepsi user terhadap kemudahan

akses (skala likert 1-5) 4,25 4,0 100%

1)Service Level Agreement (SLA)

Service Level Agreement (SLA) merupakan komitmen Ditjen PSDKP untuk memberikan jasa berupa jaminan pelayanan data dan informasi kepadapengguna/pemanfaat secara online. Layanan online yang dimaksud terdiri dari 2 layanan yaitu: (1) Layanan VMS online dan Layanan Website Pengawasan SDKP, dengan capaian nilai SLA sebagai berikut:

Tabel 3.9. Capaian Nilai SLA DitjenPSDKP

NO JENIS LAYANAN NILAI SLA

TARGET (%) REALISASI (%)

1 Web Site PSDKP 75 99,24

2 Layanan VMS 75 99,00

(13)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-13

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata capaian nilai SLA Ditjen PSDKP mencapai 99,12% dari target yang ditetapkan sebesar 75% (persen capaian 120%).Hal ini menunjukkan bahwa Ditjen PSDKP telah berhasil memberikan pelayanan data dan informasi kepada pengguna/pemanfaatsesuai komitmen dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tersedia. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan:

a) SLA koneksi internet (Bandwith) yang diberikan pihak ISP untuk KKP = 99,8% (kontrak bandwit);

b) Toleransi layanan ISP kepada KKP=100%-99,8%=0,20%

atau=17,52 jam

c) Jumlah waktu layanan dalam setahun = 365 hari = 8.760 jam d) Gangguan jaringan internet dari ISP selama tahun 2014 sebanyak

....kali= ...jam

e) Gangguan jaringan internet di jaringan PSDKP selama tahun 2014 sebanyak ...kali, waktu perbaikan dirata-ratakan setiap kali= ... menit = jumlah perbaikan(kali) x rata2 waktu perbaikan (jam) =...jam

f) Total gangguan di jaringan internet PSDKP selama tahun 2014 = (4) + (5) + (2) = ...jam

g) Jumlah waktu layanan yang diberikan = (3) – (6) = ...jam h) Sehingga SLA Tahun 2014 untuk website PSDKP sesuai rumus:

Tingkat layanan =Jumlah waktu layanan yg diberikan x 100 Jumlah waktu layanan dalam setahun

Kegiatan utama yang dilakukan sebagai bentuk penyediaan informasi kepada publik, Ditjen PSDKP senantiasa melakukan updating data pengawasan SDKP yang terbaru melalui website PSDKP. Selain itu, dilakukan publikasi hasil pengawasan SDKP melalui media cetak berupa warta pengawasan dan pamflet. Selain itu, Ditjen PSDKP juga aktif berpartisipasi pada berbagai kegiatan pameran lingkup nasional seperti Hari Nusantara, Sail Raja Ampat,dll.

(14)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-14

2)Persepsi users terhadap kemudahan akses informasi

Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi adalah tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan aksesibilitas informasi yang

disediakan dilingkungan Ditjen PSDKP.Tingkat kepuasan

pengguna/pemanfaat terhadap kemudahan akses data dan informasi pengawasan SDKP telah tercapai sebesar 4,0 dari target yang ditetapkan sebesar 4,25. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan survei terhadap kepuasan pengguna/pemanfaat (kuesioner) terhadap layanan data dan informasi yang diberikan untuk kemudian mengukurnya dalam skala likert 1-5. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan:

a) Jumlah kuisioner :...kuisioner yang disebar;

b) Kuisioner yang terisi dan dikembalikan sebanyak... responden dan setelah diklarifikasi dengan hasil sebgai berikut:

No Unsur Pelayanan Nilai

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9

Nilai Akhir (rata-rata)

Secara keseluruhan, dari akumulasi capaian IKU di atas, Nilai Sasaran Strategis (NSS) SS-7 telah tercapai sebesar 110%. Status capaian dikategorikan “Baik” dengan status warna “Hijau”.

IKU diatas merupakan IKU baru sesuai hasil implementasi BSC sehingga belum bisa dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya.

(15)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-15

c) Sasaran Strategis 8 : Terwujudnya Good Governance dan Clean Governance di Ditjen PSDKP

Dalam rangka mewujudkan good governance dan clean government Ditjen PSDKP termasuk didalamnya Direktorat Penanganan Pelanggaran telah mengimplementasikan prinsip-prinsipgood governance dan clean government dalam pengelolaan organisasinya. Untuk mengukur SS ini, telah diidentifikasikan 2 IKU seperti pada Tabel 3.9.

Tabel 3.10. Capaian IKU SS 8 “ Terwujudnya Good Governance dan Clean Governance di Ditjen PSDKP

INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

REALISASI (%)

CAPAIAN (%)

Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi

100 79,36 79,36

Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja

Ditjen PSDKP A A 100

Nilai integritas Ditjen PSDKP 6,75 7,12 105,48

Nilai inisiatif anti korupsi Ditjen PSDKP 7,75 8,32 107

Nilai penerapan RB Ditjen PSDKP 80 77,54* 97

Ket: *) masih menggunakan nilai RB tahun 2013, karena nilai RB 2014 baru akan keluar pada Maret 2015.

1)

Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Laporan hasil pemeriksanaan aparat pengawas memuat antara lain rekomendasi yang diberikan dalam rangka perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang ditemui selama proses audit.Rekomendasi menjadi sangat penting dan prioritas untuk ditindaklanjuti sebagai langkah perbaikan, pertanggungjawaban, dan cerminan komitmen suatu unit kerjauntuk memperbaiki diri, termasuk dalam pemberantasan KKN dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

Sampai dengan tahun 2014, jumlah rekomendasi APIEP yang telah ditindaklanjuti oleh Ditjen PSDKP sebanyak 50 dari 63 rekomendasi. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 jumlah rekomendasi yang

(16)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-16

diberikan menurun dari 93 rekomedasi dengan jumlah temun sebanyak....temuan menjadi 63 rekomendasi dengan jumlah temuan sebanyak 20 temuan(2013: 79 dari 93 rekomendasi). Dalam menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Ditjen PSDKP telah berkoordinasi secara intensif dengan Inspektorat Jenderal KKP selaku Pengawas Internal dan BPK-RI selaku Pengawas Eksternal. Namun demikian belum seluruh temuan tersebut dapat terselesaikan secara tuntas, karena terkait dengan proses dan waktu yang diperlukan.

Beberapa kendala dan permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya pencapaian target sasaran kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

- Faktor internal: 1) Hasil temuan pemeriksaan merekomendasikan penyusunan peraturan perundangan/juklak/juknis/pedoman, sehingga penyelesaian hal tersebut membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penyusunan draft hingga penetapannya; 2)Beberapa rekomendasi berhubungan dengan instansi internal/eksternal KKP atau pihak ketiga dalam hal koordinasi dan penyelesaiannya.

- Faktor eksternal: Pemantauan tindak lanjut temuan BPK RI dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu antara tim pemantauan tindak lanjut Inspektorat Jenderal KKP dengan tim pemantauan tindak lanjut BPK RI. Terdapat beberapa dokumen tindak lanjut yang secara teknis pengawasan SDKP kurang dapat dijelaskan oleh timdimaksud sehingga status temuannya masih dianggap belum sesuai saran yang direkomendasikan.

Beberapa upaya dan tindak lanjut pemecahan permasalahan yang dapat dilakukan antara lain:

- Mempercepat penyusunan draft produk hukum hingga penetapannya;

- Meningkatkan koordinasi dengan instansi internal/eksternal KKP dalam hal penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan;

(17)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-17

- Memantau kegiatan pemantauan tindak lanjut temuan pemeriksaan APIP;

- Melengkapi dokumen yang diminta APIP;

- Menyampaikan salinan dokumen yang sudah pernah disampaikan untuk disampaikan kembali pada saat acara pemantauan tindak lanjut temuan periode berikutnya.

2)

Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. Penilaian akuntabilitas kinerja Ditjen PSDKP secara keseluruhan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di KKP. Selama 3 tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2013 nilai AKIP Ditjen PSDKP mengalami peningkatan seperti pada Tabel 3.10.

Tahun 2014, pencapaian nilai AKIP Ditjen PSDKP sebesar 80,37 dengan kategori penilaian A (rentang nilai >75-85), dan interprestasi “Sangat Baik” yaitu: akuntabilitas kinerja baik, kinerja baik, sistem manajemen kinerja baik, menggunakan knowledge manajemen untuk membangun budaya kerja, banyak inovasi. Peningkatan nilai AKIP ini antara lain merupakan hasil dari perbaikan perencanaan, peningkatan evaluasi dan monitoring terhadap kinerja, serta pengembangan teknologi informasi dalam pengelolaan dan pengukuran kinerja, antara lain dengan implementasi Sistem Informasi Pengetahuan PSDKP (SIP PSDKP), Sistem Evaluasi dan Monitoring Kinerja (SIMETA), Sistem Informasi Kinerja Individu (SIPKINDU), dan Aplikasi BSC-Kinerjaku.Selama 4 tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d2014 nilai AKIP Ditjen PSDKP mengalami peningkatan seperti pada Tabel 3.11.

(18)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-18

Tabel 3.11. Hasil Penilaian AKIP Ditjen PSDKP Tahun 2011-2014

NO KOMPONEN BOBOT NILAI TAHUN

2011 2012 2013 2014 1 Perencanaan Kinerja 35 31.33 32,38 32,79 30,51 2 Pengukuran Kinerja 20 19.50 15,27 16,64 17,05 3 Pelaporan Kinerja 15 12.00 13,64 13,43 12,36 4 Pencapaian Sasaran/ Kinerja Organisasi 20 8.82 16,21 15,87 15,40 5 Evaluasi Program* 10 - - - 4,05

NILAI HASIL EVALUASI 100 71,65 77,50 78,66 80,37

PREDIKAT PENILAIAN AA B A A A

Keterangan: *) penilaian dilakukan setiap periode renstra

3)Nilai Integritas Direktorat Penanganan Pelanggaran

Survei Integritas Sektor Publik dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh DitjenPSDKP kepada masyarakat.Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan penilaian yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam mengurus layanan di Ditjen PSDKP.

Upaya perbaikan dilakukan dengan mekanisme pengaduan masyarakat, pemanfaatan teknologi informasi, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, perilaku birokrat maupun pengguna layanan dan tingkat upaya sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan.Survei Integritas Sektor Publik menyertakan pula layanan pengadaan barang dan jasa (PBJ) di tingkat pusat dan daerah. Penetapan PBJ sebagai salah satu obyek survei merupakan bentuk sinergitas program pencegahan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Capaian Nilai integritas Ditjen PSDKP tahun 2013 telah tercapai sebesar 7,12 melebihi target yang ditetapkan di tingkat KKP sebesar 6,5 (persen capaian 109,54%). Nilai capaian tersebut pada hakikatnya merupakan

(19)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-19

nilai integritas KKP yang merupakan hasil penilaian KPK. Adapun ditingkat eselon 1 penilaian integritas belum dilakukan, sehingga sesuai kebijakan implementasi BSC, untuk sementara waktu capaian ditingkat KKP dapat digunakan sebagai nilai integritas ditingkat eselon 1 maupun eselon II.

4)

Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Penanganan Pelanggaran

Penilaian Insiatif Anti Korupsi (PIAK) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah suatu instansi publik telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegahdan mengurangi korupsi di lingkungannya. Ditjen PSDKP terus berupaya mendorong munculnya inisiatif dalam melakukan langkah nyata pemberantasan korupsi di lingkungan internalnya. Indikator penilaian PIAK 2013 menggunakan 7 indikator kuantitatif, yaitu:Kode etik;Peningkatan transparansi dalam manajemen SDM; Peningkatan transparansi dalam pengadaan; Peningkatan transparansi penyelenggara negara; Peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi unit utama; Pelaksanaan rekomendasi KPK; dan Kegiatan promosi anti korupsi.

Penilaian untuk laporan kualitatif dilakukan dengan metode self assessment check list.Peserta PIAK mengisi sendiri kuesioner dengan melampirkan bukti pendukung dan dinilai oleh Inspektorat Jenderal KKP.Pada tahun 2013, Nilai rata-rata PIAK Ditjen PSDKP sebesar 7,9 melebihi target yang ditetapkan di tingkat KKP sebesar 7,5 (persen capaian 105,60%).

5)

Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen PSDKP

Pengukuran penerapan RBmenggunakan indeks reformasi birokrasi melalui pelaksanaan quality assurance oleh Inspektorat Jenderal KKP selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi padaunit Eselon I KKP termasuk Ditjen PSDKP.Quality assurance yang digunakan adalah dengan mengukur8 kriteria yang terdapat dalam Peraturan PresidenNomor: 81 tahun 2010

(20)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-20

tentang Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 – 2025 dan Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiNomor: 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi2010 – 2014.

Pada tahun 2012 hasil evaluasi PMPRB oleh Inspektorat Jenderal, Ditjen PSDKP berada pada level 3 dengan nilai 69 dari target yang ditetapkan sebesar 75, dengan persen capaian 92%. Adapun untuk tahun 2013 target nilai PRB sebesar 75% sesuai dengan target yang ditetapkan di tingkat KKP. Capaian nilai PRB pada tahun 2013 baru akan keluar pada bulan Maret 2013, sehingga untuk sementara digunakan nilai PRB tahun 2012.

Secara keseluruhan, dari akumulasi capaian IKU di atas, Nilai Sasaran Strategis (NSS) SS-8 telah tercapai sebesar 99,39%. Status capaian dikategorikan “Baik” dengan status warna “Hijau”

d) Sasaran Strategis 9 : Pengelolaan Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran yang Optimal

Pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen yang dipakai dalam pengelolaan dana dokumen pelaksanaan anggaran berupaDIPA. Dalam pencapaian sasaran strategis ini,Direktorat Penanganan Pelanggaran mengidentifikasikan 1 Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu: Persentase penyerapan DIPA Direktorat Penanganan Pelanggaran sampai dengan akhir tahun 2014(IKU SS-9) telah tercapai sebesar 95,14%,memenuhi target yang ditetapkan yaitu >95%.

Alokasi DIPA awal anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran TA. 2014 sebesar Rp.12.005.390.000,00(dua belas miliar lima juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah). Pada tahun 2014 telah dilakukan penghematan anggaran sebanyak 2 kali yaitu pada bulan Juli 2014 telah dilakukan penghematan anggaran sebesar Rp.1.316.000.000,00(satu milyar tiga ratus enam belas juta rupiah) menjadi sebesar

(21)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-21

Rp.10.689.390.000,00 (sepuluh milyar enam ratus delapan puluh sembilan juta tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah) dan bulan Desember 2014 dilakukan penghematan anggaran sebesar Rp.505.846.000,00 (lima ratus lima juta delapan ratus empat puluh enam ribu rupiah) menjadi Rp.10.183.544.000,00 (sepuluh milyar seratus delapan puluh tiga juta lima ratus empat puluh empat ribu rupiah).

Tahapan pelaksanaan penghematan anggaran pada Direktorat Penanganan Pelanggaran disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.12. Tahapan Pelaksanaan Penghematan Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran Tahun 2014

No Bulan Penghematan/ Pemotongan (Rp.) Alokasi Anggaran (Rp.) Menjadi 1 Januari - Juni 12.005.390.000 2 Juli 1.316.000.000 10.689.390.000 3 Desember 505.846.000 10.183.544.000 Total 1.821.846.000 10.183.544.000

Rincian realisasi anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran sampai dengan bulan Desember 2014dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.13. Realisasi Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran Tahun 2014

No Satuan Kerja Alokasi Anggaran (Rp.) Realisasi Keuangan (Rp.) % 1 Belanja Barang 9.754.944.000 9.343.006.800 95,78 2 Belanja Modal 428.600.000 345.143.500 80,53 3 Belanja Pegawai 0 0 0 Total 10.183.544.000 9.688.150.300 95,14

(22)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-22

Gambar 3.2. Realisasi Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2014

Hal- hal yang mempengaruhi realisasi penyerapan belanja barang adalah: (1) Target pemberkasan perkara sebanyak 30 kasus realisasi 19 kasus; (2) Target penanganan barang bukti dan awak kapal 20 kasus realisasi 17

kasus;

(3) Kegiatan forum koordinasi 4 kegiatan realisasi 3 kegiatan;

(4) Sisa kegiatan perjalanan dinas DN/LN serta belanja barang lainnya. Sedangkan yang mempengaruhi capaian realisasi belanja modal adalah adanya penambahan sebesar Rp.82.000.000,00 (delapan puluh dua juta rupiah) pada kegiatan pengadaan peralatan pendukung fasilitas perkantoran karena ketidaksesuaian data realisasi anggaran antara data berbasis SP2D pada KPPN Jakarta I dengan data OMSPAN pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prop. DKI, sehingga penambahan dana atas saran pihak Kanwil tersebut tersebut pada revisi DIPA bulan Desember 2014 bukan merupakan realisasi pada Direktorat Penanganan Pelanggaran.

0.0 1,000,000.0 2,000,000.0 3,000,000.0 4,000,000.0 5,000,000.0 6,000,000.0 7,000,000.0 8,000,000.0 9,000,000.0 10,000,000.0 Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai 9,754, 944. 0 428,600. 0 0. 0 9,34 3,00 6. 8 34 5,14 3. 5 0. 0 Pagu Realisasi

(23)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penanganan Pelanggaran

Tahun 2014 III-23

Adapun capaian realisasi anggaran sejak tahun 2010-2014, sebagaimana tersaji pada tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 3.14. Realisasi Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran Tahun 2010 s/d 2014

No Tahun Pagu Anggaran

(Rp.) Realisasi Keu. (Rp.) % 1 2010 6.775.851.000 6.615.435.700 97,63 2 2011 8.225.717.000 7.780.027.000 94,58 3 2012 8.960.458.000 8.516.010.000 95,04 4 2013 10.693.374.000 10.200.276.000 95,39 5 2014 10.183.544.000 9.688.150.300 95,14

Sumber: Laporan Keuangan Dit. PP

Gambar 3.3. Perkembangan Penyerapan Anggaran Direktorat Penanganan Pelanggaran 1.42 7.02 10.10 26.31 43.68 59.94 69.34 75.94 82.95 89.28 95.68 100.00 1.62 7.45 10.66 20.15 27.60 32.11 43.91 48.79 53.95 67.78 84.00 100.00 0.00 3.14 8.29 14.33 24.52 30.45 43.73 49.10 53.05 66.54 70.57 95.14 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

RPD awal RPD revisi Realisasi

Gambar

Tabel 3.1. Hasil  Pengukuran  Kinerja  Direktorat  Penanganan  Pelanggaran  Tahun  2014
Tabel 3.4.  Capaian  Kinerja  PersentasePenanganan  Tindak  Pidana  Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014
Tabel 3.6. Rekapitulasi  Jumlah  PPNS  Perikanan  Seluruh  Indonesia  Tahun 2014
Tabel 3.8.  Capaian  IKU  pada  SS-7  “Tersedianya  Informasi  Pengawasan  SDKP yang Valid, Handal, dan Mudah Diakses”
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menujukan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa akan tetapi gender , usia, kemampuan akademis

Puji syukur yang teramat dalam penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga skripsi dengan judul “PENGARUH

Jika ditinjau dari tata cara eksplorasi pengeboran air tanah yang baik, titik yang layak untuk dilakukan pengeboran adalah titik sounding TM-03 dengan kedalaman pengeboran 100

3 dapat menjamin apakah kurikulum program D4 misalnya lebih tinggi dari program D3 pada program studi yang sama jika yang menyusun dari kelompok yang berbeda.Kerangka

Pada studi ini telah dikembangkan model empiris dengan analisa regresi untuk memprediksi daya dukung total pondasi tiang bor pada tanah ekspansif. khususnya di lingkungan laut

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

Managemen pada interaksi ini adalah memerlukan penyesuaian dosis atau pemantauan yang lebih sering oleh dokter untuk mendapatkan hasil yang optimal.. Interaksi lain

Keberadaan dari handphone sendiri sebagai salah satu alat komunikasi yang dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat awam di seluruh dunia merupakan terobosan