• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "C. Tujuan. D. Profil Lulusan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar masyarakat dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya yang dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana pendidikan, program sertifikasi guru, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas karena pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat.

Di lain pihak, kondisi dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada masalah yang kompleks. Persoalan pendidikan tidak hanya bertaut pada masalah gedung sekolah yang hampir runtuh, tetapi juga pada persoalan klasik, yakni kurangnya tenaga guru, guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan (mismatch), kualifikasi rendah, disparitas kompetensi, dan distribusi. Hal ini dapat dibuktikan oleh kondisi Indonesia saat ini yang masih kekurangan 200.000 tenaga guru (Ditjen PMPTK, 2010). Kekurangan guru terbesar adalah tenaga guru SD kemudian berturutturut SMP, SMA dan SMK, dan TK. Jika dicermati pada banyak kasus, sebenarnya bukan kekurangan guru yang terjadi, tetapi pendistribusian guru yang tidak efektif. Beberapa guru mempunyai kelas yang sangat kecil dan yang lainnya ada guru yang mempunyai kelas yang terlalu banyak siswa, dan kedua-duanya tidak efektif dan efisien. Umumnya, jumlah guru pada daerah perkotaan cukup bahkan pada beberapa sekolah berlebih. Terkonsentrasinya guru di perkotaan menyebabkan sekolah di pedesaan mengalami kekurangan guru. Kenyataan sekarang ini, rasio guru dan siswa di Indonesia 1 : 14, berarti sudah ideal karena melampaui rasio guru dan murid di negara maju seperti Korea Selatan 1 : 30, Jepang 1 : 20, dan Malaysia 1 : 25. Namun, karena pendistribusian guru yang tidak merata mengakibatkan menumpuknya guruguru di sekolah perkotaan, sedangkan di sekolah pedesaan masih kekurangan guru. Sekitar 76 % sekolah di perkotaan mengalami kelebihan guru, sementara 83 % sekolah di pelosok dan pedesaan kekurangan guru (Ditjen Dikti, 2010).

Persoalan distribusi guru hampir terjadi di seluruh Indonesia. Akibatnya, pada daerah yang kekurangan guru, guru harus mengajarkan beberapa mata pelajaran dan harus mengajar lebih dari satu kelas. Sebaliknya, pada daerah yang kelebihan guru, pemberlakuan jumlah jam mengajar 24 jam tatap muka per minggu bagi guru bersertifikat pendidik tidak dapat terpenuhi. Jumlah guru yang telah lulus sertifikasi sampai dengan tahun 2010 sebanyak 753.155 orang (PMPTK, 2010). Ternyata bagi guru yang sudah disertifikasi pun muncul masalah karena kesulitan memenuhi jumlah jam mengajar yang merupakan kewajibannya sebanyak 24 jam mengajar per minggu. Akibat lain dari persoalan distribusi dan kesulitan pemenuhan 24 jam tatap muka per minggu tersebut adalah terjadinya mismatch. Menurut data yang dikeluarkan PMPTK (2007) terdapat 16,22% guru-guru yang mismatch. Dari lima bidang studi yang diteliti saat itu terdapat mismatch pada PKN 15,22%; Pendidikan Agama sebesar 20,80%; Tata Niaga sebesar 27,88%; Fisika sebesar 15,53%; dan Seni sebesar 52,93%.

(2)

Dampak tidak terpenuhinya kewajiban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu, produktivitas guru menjadi rendah dan ketidakefisienan anggaran. Selain itu, mismatch berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas pendidikan secara nasional.

Alternatif solusi yang dapat ditempuh adalah menambah jumlah rombongan belajar (rombel) dan atau guru mencari (sendiri) tambahan jam mengajar ke sekolah lain. Dari dua alternatif itu, solusi pertama adalah yang paling tepat, namun sulit untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan penambahan rombel akan berdampak pada diperlukannya ruang kelas baru, perangkat teknis lain, seperti sarana pembelajaran seperti buku penunjang, laboratorium, dan alatalat peraga pembelajaran. Selain itu, pemekaran jumlah rombel juga berdampak pada membengkaknya dana operasional sekolah dan rendahnya tingkat ketercapaian proses pembelajaran.

Solusi kedua juga sulit untuk dilaksanakan, mengingat setiap sekolah mengalami kesulitan yang sama. Setiap guru tidak mempunyai data akurat untuk memilih sekolah mana yang masih membutuhkan tambahan tenaga pengajar. Kalaupun ada, belum tentu mengakomodasi jenis mata pelajaran yang dibutuhkan. Terutama dirasakan oleh guruguru mata pelajaran nonujian nasional (UN) yang jumlah jam mengajarnya dua jam per minggu. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, para guru harus memiliki kompetensi alternatif yang merupakan kompetensi tambahan selain kompetensi utama. Pemilikan kompetensi tambahan dapat dilakukan melalui penambahan pendidikan akademik baik bagi mereka yang masih menempuh atau sudah lulus S1 kependidikan maupun guru dalam jabatan yang telah bersertifikat pendidik. Hal ini dapat dilakukan melalui Program S1 Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan (Program S1 KKT).

Hal yang perlu menjadi perhatian terkait dengan Program S1 KKT adalah bahwa program ini harus tetap sejalan dengan prinsip-prinsip profesionalitas guru dan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam konteks di SD, kewenangan utama guru SD adalah sebagai guru kelas dengan kewenangan tambahan sebagai guru SMP pada salah satu dari lima (5) mata pelajaran pokok di SD (Bahasa Indonesia, PKn, Matematika, IPA, IPS). Pada tingkat SMP dan SMA, kewenangan utama sebagai guru pada satu mata pelajaran, ditambah dengan kewenangan tambahan pada salah satu mata pelajaran yang berada dalam satu rumpun, atau mata pelajaran lain yang memiliki substansi keilmuan yang dekat. Sedangkan untuk guru SMK, kewenangan tambahan adalah kewenangan utama sebagai guru pada salah satu mata pelajaran produktif dengan kewenangan tambahan sebagai guru pada salah satu mata pelajaran adaptif yang relevan.

B. Dasar Hukum

1 Undangundang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2 Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

(3)

4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan.

6 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11/P Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

C. Tujuan

Program S1 KKT ini bertujuan menghasilkan guru dan calon guru yang memiliki keunggulan dalam kompetensi sebagai guru profesional dengan kewenangan tambahan mengajar mata pelajaran lain di luar kewenangan utama.

D. Profil Lulusan

Profil lulusan dibedakan menjadi profil umum dan profil khusus sebagai berikut:

1. Profil Umum

Guru memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan usia dini sampai sekolah menengah. Kedudukan guru dalam sistem persekolahan menempati posisi strategis, berada di garis paling depan, mengajar di depan kelas, menghadapi dan mengatasi secara langsung berbagai persoalan yang terjadi dengan peserta didik di kelas dan di sekolah, baik yang bersifat akademik maupun yang bersifat nonakademik. Keberhasilan peserta didik menguasai pengetahuan dan mengasah ketajaman keterampilan, bergantung kepada guru dalam memberi arahan, tuntutan, bimbingan, dan keteladanan yang baik. Dengan demikian, guru bukan hanya menjadi ujung tombak pendidikan di sekolah, tetapi juga menjadi kunci keberhasilan pendidikan secara nasional. Profil umum lulusan Program S1 KKT sebagai berikut:

a. Religius dan Berkarakter Kuat

Guru memiliki sifat religius, taat beragama dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan sungguh-sungguh dalam bersikap dan berperilaku seharihari, sehingga dapat menjadi teladan dan panutan bagi peserta didik dan masyarakat di lingkungannya. Guru memiliki karakter yang kuat sebagai hasil dari olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa. Karakter yang kuat tercermin pada nilai utama karakter: jujur, cerdas, tangguh dan peduli. 1) Jujur adalah lurus hati, tulus, ikhlas, menyatakan apa adanya; terbuka; konsisten antara yang

dikatakan dan yang dilakukan; berani berkata benar; dapat dipercaya; dan tidak curang. 2) Cerdas adalah berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan; rasa

ingin tahu yang tinggi; berkomunikasi efektif dan empatik; bergaul secara santun; menjunjung kebenaran dan kebajikan; mencintai Tuhan dan lingkungan

3) Tangguh adalah pantang menyerah; andal; kuat berpendirian; disiplin; tabah; dan memiliki kemampuan bertahan hidup (survival) yang tinggi.

(4)

4) Peduli adalah memperlakukan orang lain dengan sopan; bertindak santun; toleran terhadap perbedaan; tidak suka menyakiti orang lain; mau mendengar orang lain; mau berbagi; tidak merendahkan orang lain; tidak mengambil keuntungan dari orang lain; mampu bekerjasama; mau terlibat dalam kegiatan masyarakat; menyayangi manusia dan makhluk lain; setia; cinta damai dalam menghadapi persoalan.

b. Unggul dalam Kompetensi Pedagogik dan Profesional

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan pengelolaan pembelajaran seorang guru dicerminkan dengan memahami landasan kependidikan, memahami perkembangan peserta didik, mengembangkan kurikulum atau silabus, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, memanfaatkan teknologi pembelajaran, melakukan evaluasi hasil belajar, mendorong peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dan memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya serta mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Guru sekurangkurangnya memiliki (a) penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu, dan (b) penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

c. Kuat dalam Kompetensi Kepribadian dan Sosial

Guru yang unggul dalam kompetensi kepribadian dapat menunjukkan sosok utuh guru yang mencerminkan ciriciri dan sifatsifat berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial dapat berupa berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Efektif dalam Berkomunikasi

Sebagai anggota masyarakat, guru dapat berkomunikasi melalui lisan, tulisan, atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Guru juga dapat bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku, serta menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Komunikasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan dapat memberikan kejelasan pesan yang disampaikan,

(5)

sehingga tidak menimbulkan kesalahan informasi yang diterima. Kemampuan komunikasi guru yang hebat dicirikan dengan penyampaian pesan yang sistematis dan runtut, menggunakan bahasa baku, intonasi suara yang tepat, dan penggunaan bahasa tubuh yang sesuai.

e. Jujur dan Berwibawa

Pendidikan membantu peserta didik memiliki kepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas dan menjadi anggota masyarakat yang berguna. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan guru yang jujur dan berwibawa serta berkemampuan mewujudkan nilainilai kemanusiaan, memiliki citra diri yang positif, memiliki etos kerja dan komitmen yang tinggi dan sifat empati yang tinggi.

f. Berpenampilan Menyenangkan

Guru memiliki penampilan yang mantap, meyakinkan dalam setiap langkah, sikap, dan tutur kata, sehingga memberi kesan baik dan mendalam bagi peserta didik. Selain itu, guru memiliki sifat kepemimpinan yang tegas, disiplin, taat aturan, dan teguh dalam pendiriannya yang digunakan sebagai bekal untuk membina, mengarahkan, membimbing, dan menuntun peserta didik menjadi manusia yang cerdas, bermanfaat, dan bertanggung jawab. Dengan penampilan yang mantap tersebut dapat membetahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memiliki Etos Kerja dan Komitmen Tinggi

Etos kerja merupakan nilai yang dianut seseorang dalam menempuh kehidupannya yang terkait dengan kerja. Etos kerja yang dimiliki seseorang akan mewarnai komitmen kerja seseorang. Etos kerja sebagai suatu nilai yang mewarnai perilaku kerja seseorang, pembentukannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dianut seseorang. Dalam hubungan dengan menjalankan jabatan profesional guru, maka peningkatan kinerja guru perlu dilakukan pembinaan sejak mereka menempuh pendidikan akademik, dalam rangka meningkatkan etos kerja dan komitmen terhadap pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan.

2. Profil Khusus

Profil khusus lulusan yang diharapkan sebagai berikut:

a. Memiliki Kewenangan Tambahan Vertikal

Kewenangan tambahan vertikal adalah lulusan program S1 KKT yang mampu melaksanakan tugas mengajar bidang studi utama pada jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu pada SD/MI dan SMP/MTs atau SMP/MTs dengan SMA/MA/SMK.

b. Memiliki Kewenangan Tambahan Horizontal

Kewenangan tambahan horizontal adalah lulusan Program S1 KKT mampu melaksanakan tugas mengajar bidang studi lain yang serumpun dengan bidang studi utamanya pada jenjang pendidikan yang sama.

(6)

c. Memiliki Kewenangan Tambahan Bidang Khusus

Kewenangan tambahan bidang khusus adalah lulusan Program S1 KKT yang mampu melaksanakan tugas di luar kewenangan utamanya. Kewenangan ini khusus diperuntukkan bagi peserta program S1 KKT yang telah bersertifikat pendidik, namun tidak mengajar sesuai dengan bidang studi utamanya.

E. Kurikulum

1. Struktur Kurikulum

Kurikulum Program S1 KKT untuk mahasiswa kelompok A, hanya difokuskan pada pengembangan kompetensi akademik bidang studi kewenangan tambahan. Oleh karena itu, kurikulum untuk kelompok ini hanya mencakup matakuliah bidang studi kewenangan tambahan (tidak ada matakuliah kependidikan).

Kurikulum Program S1 KKT untuk mahasiswa kelompok C bertujuan untuk mengembangkan kompetensi akademik bidang studi dan kependidikan kewenangan tambahan. Oleh karena itu, kurikulum untuk kelompok ini terdiri atas matakuliah bidang studi dan matakuliah kependidikan kewenangan tambahan.

2. Beban Studi

Beban studi yang harus ditempuh oleh mahasiswa kelompok A sebanyak 24 SKS. Untuk mahasiswa kelompok C, beban studi yang harus ditempuh sebanyak 48 SKS, yang terdiri atas mata kuliah bidang studi kewenangan tambahan sebanyak 36 SKS (75%), dan mata kuliah bidang kependidikan sebanyak 12 SKS (25%). Matakuliah bidang kependidikan sekurang-kurangnya ditujukan untuk mengembangkan kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Sedangkan matakuliah bidang studi kewenangan tambahan ditetapkan oleh program studi penyelenggara Program S1 KKT.

Selanjutnya, pelaksanaan kurikulum untuk masing-masing kelompok disajikan pada Tabel berikut :

(7)

KELOMPOK A

SEMESTER I

Kode Nama Mata Kuliah SKS

B33C204 Teknik Digital 2

B33C205 Logika dan Algoritma 2

B33C207 Perangkat Keras 2

B33C301 Sistem Operasi Komputer 2

B33C302 Komputer Grafis 2

B33C509 Analisis Desain Sistem Informasi 2

B33CKT101 Basis Data + Praktikum 3

B33CKT102 Jaringan Komputer + Praktikum 3

B33CKT103 Bahasa Pemrograman 3

B33CKT104 Jaringan Internet + Programming 3

TOTAL

24

KELOMPOK C

SEMESTER I SEMESTER II

Kode Nama Mata Kuliah SKS Kode Nama Mata Kuliah SKS

B33C204 Teknik Digital 2 B33C201 Microcontroller 3

B33C205 Logika dan Algoritma 2 B33C202 Pengolahan Citra Digital 3

B33C207 Perangkat Keras 2 B33C304 Software Aplikasi Komputer 3

(8)

Kode Nama Mata Kuliah SKS Kode Nama Mata Kuliah SKS

B33C302 Komputer Grafis 2 B33C504 Multimedia Pendidikan 2

B33C509 Analisis Desain Sistem Informasi 2 B33C701 Evaluasi Pendidikan 2

B33CKT101 Basis Data + Praktikum 3 B33C702 Perencanaan Pengajaran 2

B33CKT102 Jaringan Komputer + Praktikum 3 B33CKT201 Strategi Pembelajaran 3 B33CKT103 Bahasa Pemrograman 3 B33CKT202 Penelitian Tindakan Kelas 3 B33CKT104 Jaringan Internet + Programming 3

Referensi

Dokumen terkait

Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan retrospektif pada populasi yang menjadi objek penelitian untuk mencari hubungan antara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku konsumen yang mencakup sikap dan norma subjektif dalam keputusan pembelian Smartphone OPPO pada Mahasiswa

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah memiliki pengaruh tetapi semakin besar populasi semakin rendah tingkat kepatuhan, ukuran kota yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya tarik budidaya dan pengolahan kopi pada tahapan budidaya pertanian meliputi lahan & pengolahan tanah, pembenihan

Pada tahap ini penulis pertama-tama menentukan topik yang nantinya akan dibuat sebuah aplikasi untuk menyelesaikan proyek akhir di semester 6 mendatang dengan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pengelolaan kegiatan komunikasi strategis dalam pengelolaan krisis publisitas tentang pemadaman listrik PT.PLN

Pekerjaan dalam bidang apapun, baik dalam bisnis, pemerintahan, maupun pendidikan, memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi,.. mengembangkan strategi komunikasi

tertulis maupun lisan  sesuai ketentuan yang berlaku dan relevan dengan tugas   sesuai ketentuan yang berlaku dan relevan dengan tugas disekolah guna untuk