• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP ANAK PELAKU PELANGGARAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA (Studi : Polresta Padang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP ANAK PELAKU PELANGGARAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA (Studi : Polresta Padang)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP ANAK PELAKU

PELANGGARAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA

(Studi : Polresta Padang)

Syakiar1, Uning Pratimaratri1,Deaf Wahyuni Ramadhani1 1

Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Email: syakiar.chaniago@gmail.com

ABSTRACT

Traffic violations which resulted in the victim's death, is set in Article 310 paragraph (4) of Law No. 22 of 2009 on Road Traffic and Road Transportation. This case is a lot going on in the city of Padang. In 2012-May 2014, there were 17 cases of traffic offenses committed by minors. One is the case of transport accidents involving a motorcycle in the city with Gunuang Sariak, Kuranji, Padang. Issues raised in this study were 1) How is the implementation of an investigation into child traffic violators who cause victims died in Padang Police Laka Then, 2) What obstacles encountered in investigations against child offenders of traffic violations that cause victims died in Laka Police then Padang. This study used socio-legal approach, and the sources of data in the form of primary data and secondary data. Data were obtained through interviews and document study. The data were analyzed qualitatively. From the study it can be concluded that: (1) The process of investigation on children as perpetrators of traffic violations that cause the death of the victim: public report is received by the clerk on duty, officers went to the scene, helping victims, secure the scene, secured suspect, by the scene, secure the goods evidence, crime scene sketches, and photographs the scene, and then conducted an investigation and filing. The constraints are found, namely: physical and psychological condition of children, witnesses, family, parent mentoring and Correctional Center (BAPAS).

Keywords: Investigation, Child, Traffic, Dies

Pendahuluan

Dari sekian banyak penduduk beraneka ragam pula kendaraan yang

digunakan untuk melakukan

transportasi khususnya di jalan raya. Dengan banyaknya mobilitas disektor

jalan hendaknya masyarakat menyadari pentingnya menjaga keselamatan jiwa dan raga.

Pemerintah dalam hal ini telah mengupayakan pengaturan mengenai

(2)

2 kendaraan bermotor dalam transportasi

yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ) dikarenakan undang-undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga belum tertata dalam satu kesatuan sistem yang merupakan bagian dari transportasi secara umum.

Seiring dengan perkembangan zaman, lalu lintas jalan menjadi masalah serius bagi masyarakat. Kenapa tidak, banyak pengguna jalan tidak menyadari bahwasanya kecelakaan lalu lintas di jalan raya banyak disebabkan dari faktor manusia atau orangnya. Manusia banyak melalaikan tata cara berkendara di jalan raya, yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama ini antara lain disebabkan oleh kelalaian, kelengahan, kekurang hati-hatian yang dialami oleh pengemudi. Pada umumnya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengemudi, pejalan kaki, sarana prasarana yang tidak mendukung.

Faktor utama kesalahan

pengemudi adalah kurangnya kehati-hatian dalam mengemudikan kendaraan. Dalam pengertian hukum pidana dapat disebut ciri atau unsur kesalahan dalam arti yang luas, yaitu:

1. Dapatnya dipertanggungjawabkan pembuat

2. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja atau kesalahan dalam arti sempit (culpa)

3. Tidak adanya dasar peniadaan pidana yang menghapus dapatnya

(3)

3 dipertanggungjawabkan sesuatu

perbuatan kepada pembuat.

Dari yang terdapat pada butir 3 dapat dilihat kaitan antara kesalahan dan melawan hukum. Tidak mungkin ada kesalahan tanpa adanya melawan

hukum. Melawan hukum adalah

mengenai perbuatan yang abnormal secara obyektif. Kalau perbuatan itu sendiri tidak melawan hukum berarti bukan perbuatan abnormal.

Ketentuan mengenai kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian diatur di dalam Pasal 310 ayat (1), (2), (3) dan (4) UULLAJ. jika kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian yang menyebabkan meninggalnya orang lain tersebut dilakukan oleh anak. Apakah prosedur penyidikan sama dengan orang dewasa. Sedangkan menurut Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (selanjutnya disebut UU Pengadilan Anak) hukuman bagi anak setengah dari hukuman orang

dewasa. Di dalam proses penyidikan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh anak, maka harus memperhatikan beberapa perlindungan bagi si anak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (selanjutnya disebut UU Perlindungan Anak).

Perumusan Masalah

Dari uraian di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan

penyidikan terhadap anak pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban meninggal dunia di Laka Lantas Polresta Padang ?

2. Apakah kendala-kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan

penyidikan terhadap anak pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban meninggal

(4)

4 dunia di Laka Lantas Polresta

Padang? Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam penulisan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyidikan terhadap anak pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban meninggal dunia di Laka Lantas Polresta Padang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan terhadap anak pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban meninggal dunia di Laka Lantas Polresta Padang.

Metode Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis

sosiologis. Pedekatan yuridis digunakan untuk permasalahan dari segi hukum sedangkan pendekatan dari segi sosiologis digunakan untuk mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum (law enforcement). Dalam penulisan yang penulis lakukan, penulis menggunakan data atau materi penelitian sebagai berikut:

Data primer adalah Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Aiptu Afrizon, Bripka Doni, Bripka Iswandi, Bripka Roni Irman selaku penyidik

yang pernah menyidik kasus

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia di Polresta

Padang.

Data sekunder adalah Data sekunder diperoleh dari statistik kriminal, berita

acara penyidikan (BAP), surat

perjanjian perdamaian tentang kasus

(5)

5 menimbulkan korban meninggal dunia

dilakukan oleh anak di Laka Lantas Polresta Padang.

Teknik pengumpulan data, penulis menggunakan alat pengumpulan data dengan cara wawancara dan studi dokumen.

Teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan wawancara. Bentuk

wawancara yang dilakukan peneliti adalah interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari interview terpimpin dan interview tidak terpimpin. Di dalamnya terdapat unsur kebebasan dan interview tidak terpimpin, namun ada juga unsur-unsur penentu hipotesa, pengarahan

pembicaraan secara tegas dan

memokok, serta

pengontrolan-pengecekan-penilaian (unsur-unsur yang ada pada interview terpimpin).

Studi Dokumen, (library

research) adalah data yang berkaitan dengan permasalahan penulis dan pengumpulan data yang diapakai untuk

mempelajari bahan kepustakaan melalui buku-buku hukum yang berhubungan

dengan penulisan ini.

Analisis data yang diperoleh dari penelitian ini nantinya, akan disajikan secara deskriptif kualitatif. Kualitatif yaitunya pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia

Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut Aiptu Afrizon proses penyidikan terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak yang menyebabkan korban meninggal dunia, sama dengan penyidikan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya, hanya ada beberapa perbedaan perlakuan terhadap anak sebagai pelaku atau disebut juga dengan anak nakal. Kebanyakan pada kasus pelanggaran lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal dunia yang dilakukan oleh

(6)

6 anak ini, diselesaikan dengan cara

damai oleh pihak keluarga pelaku dan pihak keluarga korban.

Adapun mekanisme penyidikan lakalantas polresta Padang yaitu:

1. Laporan Masyarakat

Menurut Aiptu Afrizon, laporan akan diterima langsung oleh anggota yang sedang piket di Laka Lantas Polresta Padang. Petugas bagian piket Laka Lantas Polresta Padang akan langsung memproses laporan tersebut. Setalah laporan tersebut diproses, piket Laka Lantas akan mempersiapkan mobil dan peralatan lainnya untuk mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

2. Piket Laka Lantas

Piket laka lantas Polresta Padang mencatat dan mendatangi langsung alamat sipelapor dimana kejadian atau kecelakaan itu terjadi.

Biasanya piket laka lantas

mempersiapkan alat-alat kelengkapan sebelum mendatanggi TKP. Alat-alat

yang disiapkan antara lain : mobil derk Laka Lantas, Police Line, dan kelengkapan lainnya.

3. Mendatangi TKP

Setelah dari piket laka lantas polresta padang, pihak kepolisian yang piket akan langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) menggunakan kendaraan khusus derek dengan 2-3 orang personil

4. Menolong Korban, Amankan

Tersangka, Amankan TKP

a. Pihak Kepolisian Unit Laka Lantas Polresta Padang yang sampai di tempat kejadian

perkara (TKP) langsung

menolong korban. Jika korban mengalami luka berat, pihak kepolisian yang ada di TKP akan

langsung melarikan korban

dengan ambulance ke rumah sakit terdekat. Jika korban meninggal dunia, pihak Laka Lantas akan menghubungi pihak

(7)

7 keluarga korban sesuai dengan

identitas yang dimiliki korba. b. Amankan Tersangka

Pihak Laka Lantas akan

mengamankan tersangka demi

keamanan jiwa dan raga

tersangka. Apabila anak sebagai pelaku atau tersangka biasanya akan diamankan oleh masyarakat setempat atau pihak keluarga si anak.

c. Amankan TKP

TKP diamankan oleh pihak Laka Lantas guna memperoleh data tentang kecelakaaan yang terjadi. Disamping itu, pihak Laka Lantas yang mendatangi TKP tersebut memasang police line

sebagai batas untuk

mengidentifikasi kejadian. Selain itu pihak Laka Lantas juga melakukan pengukuran di TKP. Pihak Laka Lantas juga langsung mencari saksi dan menanyai

beberapa orang yang berada disekitar TKP pada saat terjadi kecelakaan

5. Olah TKP, Amankan Barang Bukti, Foto TKP

a. Olah TKP

Pihak Kepolisian Unit Laka Lantas Polresta Padang langsung

mengolah tempat kejadian

perkara (TKP). Olah TKP

tersebut antara lain kronologi kecelakaan, jenis kendaraan, tempat kejadian, faktor terjadinya

kecelakaan, korban yang

ditimbulkan, identitas tersangka atau pelaku.

b. Amankan Barang Bukti

Barang bukti yang diamankan petugas Laka Lantas guna untuk keperluan penyidikan. Barang bukti yang diamankan berupa kendaraan bermotor yang dibawa langsung ke unit Laka Lantas Polresta Padang.

(8)

8 c. Sket dan Foto TKP

Petugas Laka Lantas juga melakukan sket TKP dan foto TKP. Sket TKP bertujuan untuk

mengamankan TKP dengan

memberikan garis polisi atau police line disekitar daerah kecelakaan, agar mempermudah proses peyelidikan kecelakaan. 6. Penyidikan

a. Pemeriksaan Saksi

Saksi yang melihat secara langsung kejadian akan diminta untuk mendatangi Laka Lantas Polresta Padang untuk dimintai keterangan seputar apa yang disaksikan.

b. Pemeriksaan Tersangka

Menurut Aiptu Afrizon,

perbedaan proses penyidikan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anak dengan orang dewasa terletak pada izin

dan pendampingan Balai

Pemasyarakatan (BAPAS). Jika belum ada surat balasan atau rekomendasi dari BAPAS maka si anak yang dalam ini adalah sebagai tersangka belum bisa dilakukan penyidikan.

c. Penangkapan Tersangka

Walaupun di dalam aturan ada

disebutkan mengenai

penangkapan tersangka guna

unuk kelancaran proses

penyidikan, akan tetapi dalam praktek di lapangan tersangka atau pelaku yang didalam ini adalah anak nakal, anak tersebut tidak di lakukan penangkapan

dikarenakan takut akan

mempengaruhi psikis anak jika hal demikian dilakukan.

d. Penahanan Tersangka

Menurut Aiptu Afrizon dan Bripka Roni Irman, apabila anak sebagai pelaku pelanggaran lalu

(9)

9 korban meninggal dunia, masa

penahanannya adalah 20 hari dan diperpanjang 10 hari, akan tetapi dalam proses penyidikan belum pernah anak sebagai tersangka atau pelaku yang ditahan.

Biasanya si anak hanya

dikembalikan kepada orang tua

dengan pertanggungjawaban

orang tuanya, bahwa si anak tersebut tidak akan melarikan diri demi penyidikan dan sampai putusan itu dikeluarkan. Jika si anak sebagai pelaku tersebut melarikan diri maka orang tua yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.

e. Minta Visum

Melakukan visum dirumah sakit merupakan salah satu cara dan untuk mendapatkan alat bukti. Lamanya waktu keluarnya hasil visum ini dari pihak rumah sakit menjadi kendala bagi pihak

penyidik. Mengingat visum

tersebut akan dimuat di dalam Berita Acara penyidikan (BAP). f. Penyitaan Barang Bukti

Penyitaan barang bukti dilakukan apabila pada saat pengamanan barang bukti di TKP tidak ada, maka barang bukti yang tidak ada tersebut disita dalam proses penyidikan.

7. Pemberkasan

Pemberkasan dilakukan setelah

selesainya penyidikan. Sebelum

mengirimkan berkas ke Kejaksaan, pihak kepolisian harus berhati-hati dan memeriksa serinci mungkin agar berkas tersebut tidak kembali ke penyidik Laka Lantas Polresta Padang. Apabila sudah lengkap, penyidik meminta persetujuan kepada Kepala Satuan Laka Lantas Polresta Padang untuk mengirim berkas tersebut ke JPU. berkas tersebut berisikan Berita Acara Penyidikan

(10)

10 (BAP), visum, kronologis kejadian, izin

dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS). Kasus anak sebagai pelaku

pelanggaran lalu lintas yang

mengakibatkan korban meninggal dunia yang terjadi dari tahun 2012- Mei 2014 mencapai 17 kasus. Dari 17 kasus tersebut 15 kasus berkahir dengan

damai dan 1 kasus sampai ke

pengadilan serta 1 kasus masih dalam proses penyidikan di Laka Lantas Polresta Padang. Apabila kedua belah pihak memilih untuk menyelesaikan perkara dengan jalan damai, maka pihak kepolisian hanya sebagai fasilitator.

Kepolisian dalam hal

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak dan mengakibatkan korban meninggal dunia tidak bisa melakukan usaha perdamaian dan tidak ada kewenangan bagi kepolisian untuk meminta kedua belah pihak melakukan perdamaian, hanya saja kepolisian bisa memfasilitasi perdamaian tersebut

dengan mengeluarkan surat pernyataan perdamaian.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan terhadap anak pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban meninggal dunia di Laka Lantas Polresta Padang yaitu : a) Fisik dan Psikis anak (tersangka). Pemanggilan anak untuk dimintai keterangan menjadi susah, karena faktor fisik anak yang belum sembuh pasca kecelakaan, sehingga mengakibatkan terhambatnya proses penyidikan, b) Saksi dalam hal kecelakaan lalu lintas mendapatkan saksi sangatlah susah, karena fakta di lapangan orang cenderung enggan menjadi seorang saksi. Hal ini

disebabkan karena rasa takut

masyarakat tersebut dimintai

keterangan, c) Pendampingan Orang

Tua dan Balai Pemasyarakatan

(BAPAS), Jika tidak ada pendampingan orang tua pihak penyidik tidak akan

(11)

11 mau melakukan penyidikan. Akan

tetapi, banyak ditemui di lapangan bahwa orang tua dari si anak terkadang

tidak mau mendampingi anak

(tersangka) untuk menjalani proses penyidikan, d) Perdamaian, Perdamaian dilakukan antara pihak tersangka dan

pihak korban di rumah maupun

disaksikan lansung oleh penyidik Laka Lantas Polresta Padang. Dalam hal ini kepolisian tidak akan meminta kepada kedua belah pihak untuk melakukan perdamaian dan pihak kepolisian tidak ada hubungannya dengan perdamaian tersebut, hanya bisa memfasilitasi perdamaian tersebut, e) Daluarsa Penahanan, masalah waktu daluarsa penahanan merupakan salah satu kendala yang di alami oleh penyidik Laka Lantas Polresta Padang. Walaupun tersangka dalam hal ini anak tidak ditahan, tetapi jangka waktu yang diatur undang-undang yaitu 20 hari dan dapat diperpanjang 10 hari, dirasa sedikit oleh

penyidik, f) Penahanan, sebenarnya di dalam aturan ada disebutkan penahanan guna kelancaran proses penyidikan. Akan tetapi pada praktek di lapangan kebanyakan di dalam kasus pelanggaran lalu lintas khususnya kecelakaan yang dilakukan oleh anak ini tidak dilakukan penahanan dikarenakan pertimbangan kemanusiaan.

Simpulan

1. Proses penyidikan terhadap anak sebagai pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan korban korban meninggal dunia di Laka Lantas Polresta Padang yaitu : laporan masyarakat diterima oleh piket laka lantas, piket laka lantas datangi TKP, menolong korban, amankan TKP, amankan tersangka, oleh TKP, amankan barang bukti, sket TKP, dan foto TKP, kemudian

dilakukan penyidikan dan

(12)

12 2. Kendala-kendala yang ditemukan

yaitu fisik dan psikis anak, saksi, keluarga, pendampingan orangtua

dan Balai Pemasyarakatan

(BAPAS), batas waktu penahanan, kendala penahanan.

Daftar Pustaka

Andi Hamzah, 2008, Asas- Asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Arif Gosita, 2001, Masalah

Perlindungan Anak, Akademika Presindo, Jakarta

Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta

Burhan Ashshofa, 2010, Metode

Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta

C.S.T Kansil, 1992, Jilid I, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta

Daryanto, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apollo, Surabaya

Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung

Maiyestati, 2005, Metode Peneltian Hukum, Bung Hatta University Press, Padang

Mulyana W. Kusumah, 1986, Hukum dan Hak-Hak Anak, C.V Rajawali, Jakarta

Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta

Yetisma Saini, 2009, Hukum

Perlindungan Anak, Bung Hatta University Press, Padang

Referensi

Dokumen terkait

a) Kualitas pakan.. Retensi energi dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Ikan yang diberi pakan yang berbeda-beda menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula. Bila

Nilai hierarki merupakan nilai yang bersifat vertikal yaitu antara manusia dengan tuhannya. Pada pakaian adat Kudus ini mengajarkan selalu ingat kepada Tuhan, segala

Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat

Akan tetapi pada permasalahan perencanaan jalur yang kompleks dengan lingkungan dinamis, algoritma dasar PSO tidak dapat menjamin menemukan solusi optimal (local

Penulis dalam karya tulis ini menyimpulkan bahwa Pola pembangunan di wilayah pemerintah kota surakarta telah termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: Apakah persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

Komponen ruang kota yang merupakan wujud konsep budaya tersebut adalah Sumbu Tugu – Kraton – Panggung Krapyak, Kawasan Malioboro, Kawasan Njeron Beteng. Analisis

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pardono (2009) yang menunjukkan hasil terbaik pembentukan jumlah polong tanaman kacang panjang dari kombinasi dosis pupuk organik