• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kota dan Pemukiman

Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu ditata pola penyebaran tamannya. Penataan taman di perkotaan tidak asal jadi, tetapi tujuan penyebaran taman harus jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa penempatan lokasi, luas taman, kelengkapan sarana dan prasarana taman sesuai dengan kebutuhan standar kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman seimbang, maka tercipta kota yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota dapat dipandang dari paham biologisme atau suatu jaringan organisme utuh yang terdiri atas dua subsistem yaitu city’ s hardware atau jasmani kota dan city’ s software atau rohani kota (Budihardjo, 1993).

Dalam UU Nomor 23 Tahun 1997, pengembangan perkotaan tidak terlepas dari keberadaan pemukiman yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kota tersebut. Menurut Simonds (1983), lingkungan pemukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang tergabung pada suatu area terbuka dan mempunyai batasan yang jelas dengan fasilitas-fasilitas penunjang seperti pendidikan, niaga, tempat peribadatan, atau fasilitas lainnya. Fasilitas tersebut ditempatkan di luar atau daerah kantong diantara beberapa pemukiman yang kemudian dihubungkan dengan adanya jalur hijau, pedestrian untuk pejalan kaki dan jalur untuk sepeda. Pada dasarnya pemukiman ideal merupakan suatu kawasan lingkungan ketetenggaan (neighborhood) yang memiliki fasilitas taman, bersama-sama membentuk suatu sebuah blok pemukiman (Eckbo, 1964).

2.2. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, pengamanan jaringan prasarana, dan budidaya pertanian. Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan, selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau di

(2)

tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lanskap kota (Hakim, 2007).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk kawasan maupun dalam bentuk area memanjang (jalur) dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan.

Grey dan Deneke (1987) mengemukakan bahwa ruang terbuka hijau meliputi vegetasi sepanjang jalan, danau, empang, sungai, vegetasi hijau sepanjang sungai, padang penggembalaan, taman-taman, lahan-lahan terbuka, taman pada kawasan-kawasan fungsional. Menurut Purwanto (2007), Ruang Terbuka Hijau berdasarkan tipenya dibedakan menjadi :

1. Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) yaitu ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka atau umum, didominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau tanaman budidaya. Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dan sebagainya.

2. Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka untuk umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman. Kawasan atau ruang hijau terbuka binaan sebagai upaya menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota, peresapan air, pencegahan polusi udara dan perlindungan terhadap flora seperti koridor jalan, koridor sungai, taman, fasilitas olah raga, play ground.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007, penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) merupakan bagian dari Ruang Terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang

(3)

Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

RTH berfungsi ekologis yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, dan arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota (Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan).

Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya. RTH memiliki manfaat keseimbangan alam terhadap struktur kota. RTH memiliki tujuan dan manfaat yang besar bagi keseimbangan, kelangsungan, kesehatan, kenyamanan, kelestarian, dan peningkatan kualitas lingkungan itu sendiri (Hakim, 2007).

2.3. Taman

Menurut Laurie (1987), taman adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dari bagian muka bumi dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta mahluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh segenap indra kita dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkan. Dari batasan tersebut dapat diambil beberapa pengertian berikut :

(4)

1) Taman merupakan wajah dan karakter tapak yang berarti menikmati taman mencakup dua hal, yaitu penampilan visual dalam arti apa yang bisa dilihat dan penampakan karakter dalam arti apa yang tersirat dari taman tersebut. Mungkin dari alur ceritanya, gambar yang terpahat, nilai yang terkandung dari taman tersebut, dan sebagainya sejauh indra kita dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.

2) Taman mencakup semua elemen yang ada, baik elemen alami, elemen artifisial atau buatan manusia bahkan mahluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk manusianya.

Menurut Laurie (1987) secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapat kesenangan, kegembiraan, kenyamanan bagi penggunanya.

2.4. Taman Kota

Taman kota disebut juga dengan ruang terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk beraktivitas disetiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Menurut Arifin et al (2008), taman kota yang merupakan suatu taman umum ini adalah bagian dari fasilitas umum yang dibangun untuk mendukung kepentingan masyarakat disekitarnya. Taman umum memiliki fungsi sosial yang mengakomodir kebutuhan masyarakat pada tiap aras (level), mulai dari skala kota, lingkungan, sampai ketetanggaan. Pada setiap aras dapat dibangun berbagai bentuk taman umum. Taman umum yang terbangun ini memiliki 3 ciri, yaitu :

1. Merupakan ruang refleksi (responsive) atas fungsi pelayanan keinginan dan kebutuhan masyarakat (public) yang bersangkutan.

2. Ruang syarat makna (meaningful), merupakan taman yang menciptakan adanya keterkaitan yang erat antara masyarakat dengan tempat, dalam konteks hubungan fisik ruang dan sosial.

3. Ruang yang demokratis, dimana setiap anggota masyarakat dapat mengakses taman secara bebas, tempat dimana antar setiap anggota

(5)

masyarakat dapat belajar hidup dalam kebersamaan, serta sebagai media membangun “kekuatan” bersama.

Menurut Arifin et al (2008), taman kota adalah taman umum dalam skala kota yang peruntukkannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat kota yang bersangkutan. Fasilitas disediakan pada taman disesuaikan dengan fungsi dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi :

a) Fasilitas rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung, dan lain-lain).

b) Fasilitas olahraga (jogging track, kolam renang, lapangan bola, lapangan tenis, lapangan bola basket, lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis, dan fasilitas refleksi).

c) Fasilitas sosialisasi (ruang piknik, ruang atau fasilitas yang memungkinkan untuk bersosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar).

d) Fasilitas jalan, entrance, tempat parkir, mushola, tempat berjualan, drainase, air, listrik, penerangan, penampungan sampah, dan toilet.

Penanggung jawab taman kota adalah pemerintah kota meskipun dalam pengelolaannya pemerintah kota dapat berkolaborasi dengan pihak swasta.

Hijau taman kota merupakan suatu bentuk taman kota yang lebih dicirikan oleh penampilan (arsitektural) masing-masing jenis pohon yang dikembangkan, pengaturan lebih cenderung untuk memberdayakan agar pepohonan sebagai penghuninya tumbuh lebih bebas (soliter). Ciri yang lebih spesifik dari hijau taman kota sebagai fasilitas umum yang dilengkapi dengan sarana umum yang secara langsung dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat luas. Secara umum dari taman kota ini mempunyai dua unsur perpaduan baik alami maupun buatan dengan menggunakan material pelengkap, secara spesifik terdiri dari tiga unsur komponen hijau yaitu : pepohonan yang ditata secara soliter dengan menonjolkan nilai estetika, perhimpunan vegetasi perdu dan juga hamparan rerumputan yang teratur sehingga membentuk desain keindahan kota (Samsoedin et al, 2010).

Menurut Abdillah (2005) Secara umum taman kota memiliki peranan penting untuk mendukung kota. Peranan taman kota secara ekologis ini adalah :

(6)

Taman kota sangat berguna sekali karena unsur utama taman adalah tanaman, yang dalam proses fotosintesis akan mengeluarkan O2, O2 dipergunakan oleh mahluk hidup dengan bantuan sinar matahari. Dengan bantuan sinar matahari ini, tanaman akan menyerap CO2 yang dihasilkan manusia dalam pernapasan, dan tanaman menghasilkan O2 dari proses fotosintesis yang kemudian dihirup oleh manusia melalui pernafasan. b) Pengaturan Iklim (Klimatologis)

Taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu panas serta peneduh. Taman mampu menyerap panas dari atmosfer yang dekat dengan permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga daerah disekitarnya menjadi nyaman.

c) Perlindungan (Protektif)

Taman dapat melindungi manusia dari angin kencang, panas sinar matahari, serta mempunyai sifat melindungi dari asap-asap kendaraan dan gas-gas dari buangan industri dan gas beracun mengambang di udara, melalui proses kimiawi zat hijau daun dapat mengubah CO2 menjadi O2, sehingga penghijauan mampu menyerap polusi udara di kota.

d) Pengaturan Persediaan Air Tanah (Hidrologis)

Taman pada pertamanan kota bermanfaat untuk menyimpan air hujan yang jatuh ke tanah melalui pori-pori tanah, sehingga pada musim kemarau dapat berfungsi atau bermanfaat. Pada musim penghujan kemampuan tanah dapat menyimpan air tanah mengurangi adanya bahaya banjir.

e) Pencegah Erosi (Orologis)

Semakin besar curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dataran, semakin besar pula banjir yang diterima didaerah tersebut. Adanya taman atau ruang terbuka hijau, sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan tanah tetap terjamin. Penghijauan atau penyebaran taman yang merata akan dapat menanggulangi banjir. Akar-akar tanaman dapat mengikat butir-butir tanah sehingga tidak mudah dibawa air. Daun tanaman dapat menahan

(7)

atau memperlambat jatuhnya air hujan yang deras, lalu menyerap ke tanah tanpa menimbulkan erosi, karena tanah tertutup oleh tanaman yang dapat mencegah erosi. Semua jenis rumput, semak-semak, pepohonan mampu menampung air genangan tanpa menimbulkan kelongsoran tanah.

f) Penyeimbang Alam ( Edhapis)

Tanaman dapat memberikan lingkungan hidup bagi makhluk lainnya. Akar tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan lingkungan hidup bagi mikroorganisme. Ini menyuburkan tanah dan tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupan lain diatas tanah sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan serangga berkembang membantu keseimbangan alam.

g) Keindahan (Estetika)

Taman-taman diperkotaan dengan warna yang alami serta tekstur yang bermacam-macam dan perencanaan yang teratur akan menampakan keindahan. Kelebihan ini menjadikan tanaman sebagai salah satu elemen yang dapat menunjang keindahan lingkungan.

h) Kejiwaan (Psikis)

Taman kota dapat membawa dan memberikan suasana sejuk dan tentram, serta damai bagi jiwa manusia. Hal ini dapat mengurangi gangguan syaraf dan kejiwaan manusia, sehingga dengan adanya taman tersebut dapat mengalihkan perhatian kita dari suasana tegang serta pengaruh kejiwaan kita menjadi tenang, karena adanya sirkulasi udara dalam kota.

i) Pendidikan (Edukatif)

Taman dapat menjadi media untuk pendidikan pengetahuan alam, sarana penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan.

j) Pencipta Lingkungan Hidup (Ekologi)

Taman merupakan pengikat yang menyatukan manusia dengan kondisi alam lingkungannya, sehingga antara manusia dengan taman saling membutuhkan dalam kehidupan lingkungannya. Taman kota ini menyediakan habitat untuk satwa dan lainnya dalam cakupan yang tidak terlalu luas.

(8)

k) Sosial-Ekonomi

Taman kota mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia, karena merupakan tempat rekreasi warga. Disamping itu taman kota dapat dikembangkan dengan tanaman-tanaman produktif, sehingga dapat membantu menambah pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat. 2.5. Proses perancangan lanskap

Perancangan adalah suatu proses dimulai dari gagasan sampai terwujudnya gagasan menjadi tujuan awal. Dari sebuah titik awal (biasanya berupa loncatan ide), proses perancangan bergerak menuju perumusan ide yang berupa desain. Perancangan desain merupakan suatu usaha penanganan tapak (site) secara optimal melalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program pengguna tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif (Hakim dan Utomo, 2002).

Menurut Simonds (1983) perancangan lanskap lebih ditujukan kepada pengggunaan volume dan ruang, yang setiap volume memiliki bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan kualitas lain sebagai pencirinya. Semua ciri ini dapat diekspresikan dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang diinginkan.

Perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas yang lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia, tergantung pada pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan, dan perenungan (Simonds, 1983). Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan adalah prinsip desain.

Sulistyantara (2006) menyatakan suatu rancangan taman yang baik tidak hanya dapat diwujudkan oleh unsur perancangan saja. Diperlukan adanya pedoman yang digunakan untuk mengatur dan mengkreasikan elemen taman elemen taman dengan keragaman elemen desainnya. Pedoman ini seringkali disebut prinsip desain. Prinsip desain ini meliputi beberapa aspek antara lain : tema, keseimbangan, skala, irama, dan titik perhatian. Pada suatu perancangan

(9)

diperlukan detail lanskap, pemilihan material yang digunakan dapat mendukung desain dari taman tersebut.

Menurut Hakim dan Utomo (2002) Perancangan detail lanskap adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen atau elemen, material atau bahan lansekap, tanaman, kombinasi pemecahan detail berbagai elemen taman seperti : plaza, air mancur, kolom, bollard, dan sebagainya. Selain itu, dalam merancang sebuah lanskap terdapat sebuah prinsip yaitu mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen-elemen-elemen yang baik.

Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut Simonds (1983) terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction, dan Operation. Commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan atau kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan atau inventarisasi data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar dan potensial tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi sistematik atas menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi, dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencangkup pelaksanaan kunjungan secara periodik, penyesuaian dan perbaikan serta observasi penampakan.

Merancang adalah seperti sebuah gelombang yang berkesinambungan sehingga berkembang dari gambar proses pembangunan dan keputusan yang berkaitan dengan bentuk akhir (Loidl dan Bernard, 2003). Menurut Booth (1983), proses perancangan harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien. Proses desain menurut Booth (1983) yaitu:

1. Penerimaan proyek (Project acceptance) 2. Riset dan Analisis (Research and analysis)

a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis

(10)

c. Wawancara dengan klien d. Pengembangan program 3. Desain/perancangan (Design)

a. Diagram fungsi

b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan

d. Form Composition Study e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan

h. Design development

4. Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings) a. Layout plan

b. Grading plan c. Planting plan d. Construction details 5.Pelaksanaan (Implementation)

6.Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Construction Evaluation Maintenance) 7.Pengelolaan (Management)

2.6. Konsultan Lanskap dan Klien

Ingels (2004) menyatakan bahwa kontrak merupakan suatu perjanjian secara tertulis yang terikat secara sah menurut hukum, biasanya antara dua pihak, yang mendeskripsikan beberapa pekerjaan dan atau bahan-bahan yang akan dilengkapi dengan penetapan keuntungan pembayaran atau nilai kompensasi lainnya. Beberapa pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan atau proyek dalam kontak diantaranya klien (pemilik), kontraktor, dan subkontraktor. Klien adalah seseorang atau organisasi badan usaha yang memiliki dan menyediakan biaya untuk suatu proyek. Dana tersebut berasal dari dana pribadi klien ataupun dari sumber lain. Proses perancangan dalam suatu proyek melibatkan klien untuk mendapatkan suatu hasil yang dapat memuaskan.

Urutan langkah dalam pengerjaan dalam suatu proyek lanskap adalah dimulai menerjemahkan keingingan atau hasrat dari klien, selanjutnya bergerak ke

(11)

tahap desain, kemudian akhirnya masuk ke dalam tahapan konstruksi dan dilanjutkan dengan pemeliharaan serta pengelolaan (Ingels, 2004).

Sumber : Ingels (2004)

Menurut Ingels (2004) suatu proyek lanskap akan melibatkan klien dan tenaga ahli yang berkaitan dengan bidangnya, seperti arsitek, insinyur sipil, arsitek lanskap atau perancang, perusahaan kontraktor lanskap, perusahaan pemeliharaan dan pemasok material. Kontraktor adalah pihak yang bekerja untuk klien dalam suatu kontrak atau wakil dari klien. Subkontraktor adalah kontraktor yang disewa oleh kontraktor utama untuk melakukan beberapa porsi pekerjaan proyek. Biasanya subkontraktor berhubungan langsung dengan kontrator utama bukan dengan klien. Terdapat beberapa hubungan kontraktual yang dijalankan pada suatu proyek, salah satunya adalah hubungan kontraktual untuk proyek, dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Ingels (2004)

Gambar 3. Landscape cycle.

Sebuah lingkungan baru lainnya Tingkat keinginan klien lebih tinggi

Keinginan dan kebutuhan klien selanjutnya

Proses Lanskap

Keinginan dan kebutuhan klien pada awal proses

Tingkat awal keinginan klien

Proses Lanskap Sebuah lingkungan

yang baru Klien Kontraktor Lanskap Konsultan Lanskap (Kontrak Utama)

Subkontraktor Subkontraktor Subkontraktor

Gambar

Gambar 3. Landscape cycle.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metode pengendalian kinerja proyek yang lebih progresif untuk digunakan adalah metode Earned Value, metode ini dapat memberikan informasi mengenai

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional Tahun 2019- 2024, ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategik Kementerian Dalam Negeri. Adapun tujuan dan Sasaran

friendship juga dapat diupayakan dengan Promoting inclusive and pluralistic theologies dan Opposing prejudice- supporting ideologies.(Burch-Brown & Baker, 2016)

Atas dasar pertimbangan dan kondisi tersebut, maka Puslitbang Peternakan melakukan kegiatan pengembangan sistem usahatani ternak tanaman pangan berbasis kambing di Kabupatern

Konsep bentuk, penataan ruang, konsep skala dan fungsi dari lingkungan binaan yang akan dibuat akan menjadi elemen penting dalam proses perencanaan dan perancangan.. Le

Pada analisa citra radar VCUT terdapat awan Cumulonimbus satu jam sebelum kejadian yaitu jam 06.20 UTC nilai reflektifitas maksimumnya 57 dBz berada pada ketinggian yang

7ahan #akar diesel dari ran.kaian tekanan rendah mendapat tekanan dari pompa #alin.#alin. atau pompa roda .i.i Jika ke!epatan mesin menin.kat maka tekanan terse#ut

Kita sebaiknya melihat dahulu apa tujuan auditor melakukan proses audit, bukankah tujuan auditor melakukan proses audit adalah untuk menyatakan pendapatnya