• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kedisplinan Siswa Di SMK Negei 1 Masohi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kedisplinan Siswa Di SMK Negei 1 Masohi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016

Efektivitas Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kedisplinan Siswa Di SMK Negei 1 Masohi

Rusnawati Ellis, S.Psi, M.Pd E-mail: rusnawatiellis@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Pattimura Ambon

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan metode bermain peran untuk meningkatkan kedisplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre

eksperimental design yang menggunakan teknik one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini

adalah kelas X sebayak 120 siswa, dan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive yaitu sampel yang mempunyai tujuan sehingga yang menjadi sampel adalah 15 siswa yang mempunyai tingkat disiplinan sedang 6 dan rendah 9. Analisis menggunakan Uji Wilcoxson dan di bantu SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Asymp. Sig. = 0.001. Oleh karena nilai Asymp. Sig. = 0.001 < α = 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan Ada perbedaan yang signifikan tingkat kedisiplinan siswa

sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran. Kata Kunci: Bermain peran, Kedisplinan siswa

PENDAHULUAN

Peraturan tata tertib siswa di sekolah merupakan ketentuan yang berupaya mengatur perilaku dan sikap siswa agar disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah, patuh dan taat terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah (Tapa, 2009). Adanya peraturan sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk mentaati peraturan dan tidak mencoba untuk melanggar. Menaati peraturan berdasarkan dorongan dalam diri, akan membentuk kesadaran siswa untuk berperilaku disiplin di sekolah dan bukan merupakan suatu keterpaksaan. Peraturan yang dimaksud di sekolah adalah tata tertib siswa. Tata tertib tersebut harus dipatuhi siswa selama berada di sekolah.

Siswa yang dapat melaksanakan tata tertib dengan benar akan merasa terarah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dan terhindar dari perasaan terpaksa.

Tulus (2004) menjelaskan bahwa disiplin adalah mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. Disiplin belajar merupakan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar.

Kedisiplinan sering dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku. Disiplin

(2)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 merupakan hal yang sangat penting

dalam berbagai aktifitas manusia sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Amir Daien, menjelaskan bahwa disiplin sebagai adanya kesediaan untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut.

Menurut Widodo (2010), bentuk perilaku tidak disiplin siswa antara lain perilaku membolos, terlambat masuk sekolah, rebut di kelas, mengobrol saat guru sedang menjelaskan pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara lengkap, dan menyontek.

Kedisiplinan merupakan salah satu nilai penting yang harus dimiliki siswa. Namun pada prakteknya, masih banyak siswa yang tidak taat pada peraturan sekolah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir setiap hari ada siswa yang datang terlambat ke sekolah, dan masih ditemukannya kasus siswa yang tidak disiplin serta membolos dari kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, sekolah sebenarnya telah mempunyai peraturan dan tata tertib yang tujuannya adalahuntuk mendisiplinkan siswa, misalnya bagi siswa yang terlambat masuk sekolah harus menyapu dan membersihkan lapangan bola volley dan bola basket, mengangkat kotoran-kotoran yang ada di jalan masuk sekolah dan kotoran yang ada di depan kelas maupun di selokan atau got, siswa yang terlambat biasanya di kontrol oleh guru BK yang bekerja sama dengan guru petugas harian dan satpam.

Namun ternyata berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak sekolah, selalu saja ada siswa yang masih sering terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.00 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Siswa yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.

Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan,

(3)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 beres rumah dan sebagainya.

Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah di mulai. Namun apapun alasan para siswa yang datang terlambat menunjukan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Bimbingan diperlukan guna memberikan intervensi untuk masalah kedisplinan peserta didik. Strategi untuk meningkatkan displin peserta didik adalah menggunakan teknik bermain peran.

Bermain dalam penelitian adalah mendramatisasi tingkah laku untuk meningkatkan displin peserta didik dengan cara memainkan peran tokoh– tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut cerita bersama, sehingga berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan atau model. Bimbingan melalui bermain peran ini dibuat dengan tujuan untuk membantu peserta didik belajar mentaati peraturan dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang. Kemampuan atau kekuatan yang ada pada individu diperlukan sebagai cara untuk memahami cirri utama disiplin. Disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan, kerohanian serta pengembangan bakat.

Winataputra, (1998: 10) menjelaskan bahwa disiplin didefinisikan sebagai berikut: “(1) disiplin diartikan sebagai tingkat keteraturan yang terdapat pada suatu kelompok; (2) disiplin diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas; (3) disiplin disamakan dengan hukuman.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003), disiplin berarti tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya), ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib. Tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan situasi yang tertib.

Tata tertib dan disiplin sekolah berlaku untuk semua unsur yang ada di sekolah dan tidak terkecuali untuk kepala sekolah, guru dan staf semuanya harus patuh dan taat pada peraturan sekolah yang berlaku dan menjadi komitmen yang mengikat.

(4)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 Sejak awal siswa perlu dididik untuk

selalu bersikap disiplin di sekolah, sehingga siswa akan terbiasa untuk bertanggung jawab dalam mentaati peraturan sekolah. Muss (dalam Sarlito, 2004: 27) memaparkan bahwa anak adalah manusia kecil yang perlu di didik dengan disiplin untuk mencegah berkembangnya perilaku negatif.

Pendidikan tentang kedisiplinan sangat penting dalam perkembangan siswa, karena dapat menanamkan sikap bertanggung jawab, mandiri dan berperilaku positif dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di sekolah. Penerapan kedisiplinan di sekolah akan membuat siswa berperilaku dan bersikap patuh dan taat kepada peraturan sekolah, tidak ada lagi siswa yang terlambat, membolos, membuat kerusuhan, dan terlambat dalam melaksanakan tugas.

Dalam menenamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus bertanggungjawab untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi teladan, sabar dan penuh penegertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin diri pada peserta didik. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya; (2) membantu peserta didik meningkatkan

standar perilakunya; (3) menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat untuk meningkatkan kedisiplinan

Model role playing ini sangat efektif untuk memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari perilaku sosial dan nilai-nilai. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa: (a) kehidupan nyata dapat dihadirkan dan dianalogikan ke dalam skenario permainan peran; (b) role playing dapat menggambarkan perasaan otentik siswa, baik yang hanya dipikirkan maupun yang diekspresikan; (c) emosi dan ide-ide yang muncul dalam permainan peran dapat digiring menuju sebuah kesadaran, yang selanjutnya akan memberikan arah menuju perubahan; dan (d) proses psikologis yang tidak kasat mata yang terkait dengan sikap, nilai, dan sistem keyakinan dapat digiring menuju sebuah kesadaran melalui pemeranan spontan dan diikuti analisis (Joyce Bruce, 2009: 329).

Mulyasa (2004: 223 - 224) menyatakan empat asumsi yang mendasari teknik bermain peran (role playing) dapat mengembangkan perilaku yang baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai antara lain: (a) bermain peran dilaksanakan berdasarkan

(5)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 pengalaman peserta didik dan isi dari

pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi "disini pada saat ini"; (b) bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional; (c) teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, peserta didik belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal lagi; (d) teknik bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian,

peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang dipilih ialah dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini dipilih guna mendapatkan hasil dari penelitian tersebut, penelitian ini dimaksudkan juga untuk memperoleh hasil dari teknik pegumpulan data yang ada dalam rumusan masalah dan identifikasinya. Menurut Sugiyono (2006:12) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre eksperimental design yang menggunakan teknik one group pretest-posttest (Sugiyono, 2006). Melalui desain ini penelitian dilakukan hanya pada satu kelompok dengan melakukan dua kali pengukuran yaitu O1 (pretest) untuk mengukur peningkatan kedisiplinan siswa sebelum diberikan metode bermain peran. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

(6)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016

(Pretest) Perlakuan (Postest) Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Masohi, Ambon. Populasi berjumlah 120 orang yang terdiri dari 4 jurusan dan terbagi 5 kelas. Untuk selengkapnya dapat dilihat melalui tabel di bawah.

Tabel 1. Populasi Siswa SMK Negeri 1 Masohi N

o

Kelas Populasi Juml

ah L P 1. Administrasi perkantoran 17 9 26 2. Akuntasi A 10 18 28 3. Akuntasi B 13 10 23 4. Tata niaga 10 14 24 5. Usaha jasa parawisata 9 10 19 Jumlah 59 61 120

Pengambilan sampel dalam

penelitian yaitu sejumlah 15 pesera didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh hasil kedisiplinan siswa yang rendah dan sedang. Cara pengambilan sampel yang rendah dilakukan secara random menggunakan undian.

Untuk melihat keefektifan metode bermain peran untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, maka analisis yang di gunakan adalah dengan menggunakan uji wilcoxson yaitu melihat perbedaan hasil

pre dan post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profil tingkat kedisiplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi secara umum berada kategori sedang. Kemudian pada tabel 2 hasil profil umum kedisiplinan siswa berikut ini.

Tabel 2. Profil Umum Tingkat Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 1 Masohi

Kategori Interval F Persentase (%)

Tinggi 40 – 79 26 26

Sedang 80 - 119 65 65

Rendah 120 -160 9 9

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat kedisiplinan siswa dari 100 terdapat 26 mahasiswa (26%) berada pada kategori tinggi, 65 mahasiwa ( 65 %) berada pada kategori sedang dan 9 mahasiwa (9 %) kategori rendah.

Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan yang telah dilaksanakan, peneliti akan menyajikan hasil perbandingan pretest dan posttest. Berikut perbandingan hasil diantara keduanya:

Tabel 3. Perbandingan Hasil Test

No. urut Pret est Katego ri Postt est Katego ri Total Peningk atan 1 78 Rendah 125 Tinggi 47 2 77 Rendah 110 Sedang 33 3 74 Rendah 123 Tinggi 49 4 90 Sedang 131 Tinggi 41 5 79 Rendah 112 Sedang 33 O1 X O2

(7)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 6 98 Sedang 123 Tinggi 25 7 69 Rendah 116 Sedang 47 8 72 Rendah 122 Tinggi 50 9 92 Sedang 131 Tinggi 39 10 73 Rendah 112 Sedang 39 11 89 Sedang 134 Tinggi 45 12 76 Rendah 110 Sedang 34 13 90 Sedang 123 Tinggi 33 14 101 Sedang 135 Tinggi 34 15 79 Rendah 112 Sedang 33

Berdasarkan tabel di atas dan analisis proses pelaksanaan treatment membuktikan bahwa metode bermain peran yang dilaksanakan secara efektif dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi.

Untuk mengetahui efektivitas metode bermain peran untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, maka dilakukan perhitungan uji komparasi antara pre-test dan post-test kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan karena variabel data yang ada dalam penelitian ini merupakan data non parametrik, selain itu Uji Wilcoxon juga tidak menerapkan syarat-syarat tentang parameter-parameter populasi penelitian.

Menurut Furqon pedekatan statistik Wilcoxon W+ (W) dengan menggunakan distribusi normal dapat dilakukan jika n ≤ 15 dengan menggunakan uji statistik (Irawan, 2010).

Untuk mencari besarnya harga W adalah dengan mengambil harga yang terkecil dari W+ dan W-. Kriteria

pengujian adalah : terima Ho jika µA - µB

= 0 atau tolak Ho dan terima H1 jika µA -

µB ≠ 0, hanya jika W+ dan W- cukup kecil, atau dengan kata lain W juga cukup kecil. Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

Keterangan

a) Berdasarkan peringkat negatif. b) Uji Wilcoxon menunjukkan

peringkat tes.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Asymp. Sig. = 0.001. Oleh karena nilai Asymp. Sig. = 0.001 < α = 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Artinya, terdapat perbedaan skor kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran. PENUTUP

Kesimpulan hasil penelitian untuk menguji keefektifan metode bermain peran untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi di paparkan sebagai berikut (1) tingkat kedisiplinan siswa dari 100 terdapat 26 mahasiswa (26%) berada pada kategori tinggi, 65 mahasiwa ( 65 %) berada pada

Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon pada Kelompok Eksperimen

posttest - pretest

Z -2.406a

Asymp. Sig.

(8)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016 kategori sedang dan 9 mahasiwa (9 %)

kategori rendah; (2) Ada perbedaan yang signifikan tingkat kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran.

Peneliti meromendasikan beberapa saran (1) pihak kepala sekolah, agar menyediakan peraturan yang tepat untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan lancar; (2) siswa harus menanankan sikap kedisiplinan yang tinggi agar bisa mencapai cita – citanya; (3) keterbatasan proses dan hasil peneilitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelolah kegiatan peneliti. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya di rekomendasikan untuk: mengadakan penelitian mengenai metode bermain peran dan kedisiplinan siswa secara lebih mendalam melalui penedekatan dan teknik lain, seperti action research dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Bruce, Joyce et al. 2009. Model of Teaching.(Model-Model

Pengajaran).Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Irawan, Edy. 2010. Efektivitas Teknik Bimbingan Kelompok Untuk Menigkatkan Konsep Diri Remaja (Studi Pre-Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Yapema Gadingrejo Lampung). (Tesis). Bandung:UPI.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasisi

Kompetensi (Konsep,

Karakteristik dan Implementasi). Bandung: Remaja Rosda Karya. Sarlito, Wirawan Sarwono. 2004.

Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2006, Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta.

Tapa, Harjanta. 2009. Upaya Optimalisasi Disiplin Melalui Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 2 Purwodadi Pada Semester Genap. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Tulus. 2004. Peran Displin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Widodo, Bernadus. 2010. Keefektifan Konseling Kelompok Realita Mengatasi Persoalan Perilaku Disiplin Siswa Di Sekolah (Online).

(http://portal.widyamandala.ac.id/ jurnal/index.php/) Diakses tanggal 10 April 2016.

Winataputra, Udin. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru SD setara DII.

Gambar

Tabel 2. Profil Umum Tingkat Kedisiplinan  Siswa SMK Negeri 1 Masohi  Kategori  Interval  F  Persentase
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon pada  Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

0 PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KEPUASAN KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN PRESTASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA SEKRETARIAT DAERAH.. KOTA

Salah satu metode yang diterapkan untuk menjamin setiap kelompok pengguna mendapat bandwidth sesuai dengan kelompok prioritas yaitu menggunakan metode Hierarchical

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)

Dari hasil penelitian terhadap 112 siswa-siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Laweyan, diketahui bahwa 47% siswa pernah terlibat dalam tindakan bullying, 48% memiliki

Faktor pendukung pengembangan desa wistata eramaya yaitu Desa wisata Eramaya memiliki sumber daya alam yang sangat baik sehingga layak

Bila waktu kedatangan (Time of Arrival) yang dimulai dari persilangan runway yang dipakai sampai ujung runway ditentukan selama 30 menit, waktu keberangkatan (Time

konsultasi dengan ahli fisioterapi hal ini karena tidak ada kunjungan dari fisioterapi ke ruangan dan tindakan yang dilakukan adalah : melatih pasien ROM pasif minimal 8

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber dan pola bakteri aerob yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial di dinding, lantai, peralatan medis, dan udara di ruang ICU