BAB IV
PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS
4.1 PENGOLAHAN DATA 4.1.1 Kedalaman Muka Airtanah
Kedalaman muka airtanah didapat dengan mengukur jarak minimum muka airtah terhadap permukaan. Menurut metoda DRASTIC kedalaman muka airtanah memiliki bobot 5. Pengukuran dilakukan terhadap 6 sumur penduduk dan dikombinasikan dengan data sekunder dari pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Tiga diantaranya merupakan sumur bor. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui interval kedalaman muka airtanah di daerah penelitian berkisar antara 3 m sampai >30 m. Namun distribusi kedalaman yang paling besar adalah > 30 m. Distribusi kedalaman muka airtanah dapat dilihat pada Peta Kedalaman Muka Airtanah.
Dari hasil pengukuran di lapangan, maka kedalaman muka airtanah di daerah penelitian dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut:
Tabel 4.1
Interval dan Nilai Kedalaman Muka Airtanah Interval
(m)
Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian
3 – 9 5 7 35 Kelurahan Dago
9 – 15 5 5 25 Sebagian kecil Kelurahan
Ciumbuleuit
dan Kelurahan Ciumbuleuit
22 – 30 5 2 10 Sebagian Desa Pagerwangi
> 30 5 1 5 Desa Mekarwangi, Sebagian
Kelurahan Ciumbuleuit, Ciburial
4.1.2 Recharge (Curah Hujan)
Data curah hujan digunakan sebagai pengganti nilai recharge. Semakin banyak air yang ada di permukaan maka infiltrasi akan menjadi semakin besar. Sebaliknya semakin sedikit air hujan yang jatuh ke permukaan maka infiltrasi akan semakin kecil. Oleh karena itu banyaknya volume air hujan yang jatuh ke permukaan sangat berpengaruh terhadap tingkat infiltrasi.
Tingkat curah hujan yang tidak merata di tiap daerah menyebabkan diperlukan adanya pembagian zona berdasarkan jumlah curah hujan. Pada daerah penelitian stasiun hujan yang berpengaruh hanya satu yaitu Stasiun Dago. Hasil dari data yang diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika adalah curah hujan di daerah penelitian berada pada interval 1500-2000 mm/tahun. Menurut metoda DRASTIC recharge memiliki bobot 4.
Dari data yang diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika, maka recharge di daerah penelitian dapat dibagi menjadi interval sebagai berikut:
Tabel 4.2
Interval dan Nilai Recharge Interval
(mm)
Bobot Nilai Bobot x
Nilai
Daerah Penelitian
0 – 1500 4 2 8 Tidak ada
1500 – 2000 4 4 16 Seluruh daerah penelitian
2000 – 2500 4 6 24 Tidak ada
> 3000 4 10 40 Tidak ada
4.1.3 Media Akuifer
Media akuifer akan sangat berpengaruh terhadap penyimpanan dan pergerakan air yang ada di dalamnya. Sifat litologi batuan yang terdiri dari jenis batuan, ukuran butir serta ruang antar butir akan sangat berpenaruh terhadap penyimpanan dan pergerakan air. Dalam penelitian ini akuifer yang dilihat adalah akuifer bebas yang dibatasi oleh muka airtanah dan lapisan impermeabel.
Untuk media akuifer, dilakukan penyesuaian nilai karena materi akuifer di daerah penelitian tidak seluruhnya ada di dalam kualifikasi. Dari hasil penelitian, ada 3 jenis media akuifer yaitu: pasir geluhan, pasir dan geluh pasiran. Menurut metoda DRASTIC media akuifer memiliki bobot 3.
Tabel 4.3
Jenis dan Nilai Media Akuifer
Media Akuifer Bobot Nilai Bobot x Nilai
Daerah Penelitian
Loamy Sand 3 8 24 Kelurahan Dago, Dago
Pakar
Sandy Loam 3 7 21 Sebagian kecil Keluarahan
Ciumbuleuit, sebagian Desa Mekarwangi dan
Desa Pagerwangi
Pasir 3 8 24 Sebagian Desa
4.1.4 Tanah Penutup
Tanah penutup adalah lapisan tanah bagian atas yang akan mempengaruhi masuknya air hujan atau air permukaan ke dalam lapisan muka airtanah. Kecepatan air baik air hujan maupun air permukaan untuk masuk ke dalam tanah (infiltrasi) bergantung kepada jenis tanah dimana setiap jenis tanah memiliki ruang antar butir yang berbeda. Semakin besar ruang antar butir maka proses infiltrasi akan semakin cepat. Sebaliknya, semakin kecil ruang antar butir maka proses infiltrasi akan semakin lambat.
Seperti halnya media akuifer, nilai untuk jenis tanah penutup dilakukan modifikasi karena tidak semua jenis tanah penutup ada dalam parameter.
Dari hasil pengujian sampel yang diambil dari daerah penelitian, tanah penutup dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jenis dan Nilai Tanah Penutup Jenis tekstur
tanah
Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian
Pasir 2 9 18 Sebagian Desa
Mekarwangi dan Desa Pagerwangi
Loamy Sand 2 8 16 Kelurahan Dago, Dago
Pakar Pagerwangi
Sandy Loam 2 6 12 Sebagian kecil Keluarahan Ciumbuleuit,
sebagian Desa Mekarwangi dan Desa
Pagerwangi
4.1.5 Kemiringan Tanah
Kemiringan tanah berhubungan dengan topografi di suatu daerah, semakin besar kemiringan tanah (curam) akan menyebabkan nilai run off yang semakin besar, hal ini menyebabkan infiltrasi akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin landai suatu topografi maka semakin kecil nilai run off dan infiltrasi akan semakin besar.
Pada daerah penelitian kemiringan lereng hanya dibagi atas dua interval. Menurut metoda DRASTIC kemiringan tanah memiliki bobot 1. Pembagian nilai kemiringan tanah dapat dilihat pada Peta Interval dan Nilai Kemiringan Tanah.
Dari peta topografi daerah penelitian, kemiringan tanah dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut:
Tabel 4.5
Interval dan Nilai Kemiringan Tanah Interval
(%)
Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian
0 – 2 1 10 10 Tidak ada
2 – 6 1 9 9 Tidak ada
6 – 12 1 5 5 Sebagian daerah Pakar
12 – 18 1 3 3 Tidak ada
> 18 1 1 1 Hampir seluruh daerah
penelitian kecuali sebagian daerah Pakar
4.1.6 Media Zona Tak Jenuh
Jenis media zona tak jenuh merupakan jenis litologi yang tidak jenuh air. Media ini terletak dibawah lapisan tanah permukaan dan di atas muka airtanah. Jenis media zona tak jenuh akan berpengaruh terhadap pergerakan air dari permukaan menuju muka airtanah, dimana kecepatan masuknya air akan sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dari tanah atau batuan yang ada pada daerah tersebut.
Menurut metoda DRASTIC media zona tak jenuh memiliki bobot 5. Berdasarkan sampel yang diambil di lapangan, media zona tak jenuh di daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Tabel 4.6
Jenis dan Nilai Media Zona Tak Jenuh
Jenis Media Zona Tak Jenuh
Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah penelitian
Pasir 5 4 20 Sebagian Desa
Mekarwangi dan Desa Pagerwangi
Loamy Sand 5 3 15 Kelurahan Dago,
Dago Pakar
Sandy Loam 5 2 10 Sebagian kecil
Ciumbuleuit, sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi
4.1.7 Konduktivitas Hidraulik
Konduktivitas hidraulik adalah kemampuan batuan atau tanah untuk meluluskan air melalui rongga antar butir batuan atau tanah tanpa mengubah sifat fisik airnya. Besarnya nilai konduktivitas hidraulik dipengaruhi oleh karakter batuan atau tanah tersebut yaitu kesarangan, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir dan distribusi serta sifat cairan yang melaluinya. Menurut metoda DRASTIC konduktivitas hidraulik memiliki bobot 3.
Dari hasil pengujian sampel yang diambil dari daerah penelitian, konduktivitas hidraulik dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut:
Tabel 4.7
Interval dan Nilai Konduktivitas Hidraulik Interval
Konduktivitas Hidraulik
Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian
0 – 0,86 3 1 3 Seluruh daerah penelitian
0,86 – 2,59 3 2 6 Tidak ada
2,59 – 6,05 3 4 12 Tidak ada
6,05 – 8,64 3 6 18 Tidak ada
8,64 – 17,28 3 8 24 Tidak ada
4.2 ANALISIS DATA
4.2.1 Kedalaman Muka Airtanah
Pengukuran kedalaman muka airtanah di daerah penyelidikan dilakukan hanya dibeberapa tempat karena sulitnya menemukan sumur penduduk yang bisa diukur sedangkan untuk membuat sumur sendiri dibutuhkan biaya yang besar. Namun dilakukan kombinasi data dari pengukuran yang sudah pernah dilakukan dan dianggap bahwa data tersebut dapat mewakili muka airtanah untuk daerah penelitian. Dalamnya muka airtanah di daerah penelitian, yaitu mencapai lebih dari 30 m disebabkan oleh tingginya elevasi daerah penelitian yang mencapai kurang lebih 1600 mdpl.
4.2.2 Recharge (Curah Hujan)
Data yang didapat merupakan data sekunder yang didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Berdasarkan pembagian luas pengaruh tiap-tiap stasiun, maka daerah penelitian masuk ke dalam daerah pengaruh Stasiun Dago. Stasiun Dago mempengaruhi seluruh daerah penelitian.
4.2.3 Media Akuifer
Data yang dipakai untuk menentukan media akuifer merupakan data sekunder. Dari hasil data sekunder maka tidak berbeda dengan jenis tanah penutup dan media zona tak jenuh, dapat disimpulkan bahwa media akuifer di daerah penelitian merupakan sandy loam, sand dan loamy sand. Untuk media akuifer ini, dilakukan beberapa penyesuaian karena media akuifer di daerah penelitian tidak semua ada pada
4.2.4 Jenis Tanah Penutup
Jenis tanah penutup didapat dari pengambilan sampel di daerah penyelidikan yang kemudian dikeringkan dan diayak menggunakan saringan ukur. Berdasarkan ukuran yang didapat dan kenampakan secara megaskopis maka dapat disimpulkan bahwa jenis tanah penutup di daerah penelitian terdiri atas sandy loam, sand dan loamy sand. Seperti halnya media akuifer, pada jenis tanah penutup juga dilakukan modifikasi karena tidak semua jenis tanah penutup di daerah penelitian ada pada parameter yang telah ditetapkan.
4.2.5 Kemiringan Tanah
Kemiringan tanah didapat dengan melakukan pengukuran terhadap peta topografi. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa daerah penelitian merupakan daerah dengan lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 18%.
4.2.6 Media Zona Tak Jenuh
Data yang didapat berasal dari pengamatan di daerah penyelidikan letaknya di bawah permukaan dan di atas muka airtanah. Jenis media zona tak jenuh di daerah penelitian tidak berbeda dengan lapisan tanah penutup yaitu pasir dengan ukuran sedang, sandy loam, dan loamy sand. Sama halnya dengan media akuifer dan jenis tanah penutup, untuk parameter ini juga dilakukan penyesuaian.
4.2.7 Konduktivitas Hidraulik
Melalui pengukuran yang dilakukan di laboratorium dengan metoda konstan head, nilai konduktivitas yang di dapat dari tiap sampel tidak jauh berbeda. Setelah dilakukan perbandingan dari literature tentang nilai K, maka dapat disimpulkan bahwa daerah penyelidikan mempunyai jenis tanah yang sama.
Dari hasil pengolahan data dan peta dari tiap parameter maka dapat dihasilkan sebuah peta gabungan dari tiap parameter untuk mendapatkan daerah yang paling
tinggi merupakan daerah yang paling berpotensi. Berdasarkan bobot kali nilai, indeks DRASTIC terendah adalah 23 dan yang tertinggi adalah 230. Dalam penelitian metode kualitatif metode DRASTIC dibagi dalam 5 kelompok potensi airtanah bebas dengan interval 40 adalah sebagai berikut:
23-66 tidak berpotensi untuk imbuhan airtanah bebas 67-107 kurang berpotensi untuk imbuhan airtanah bebas 108-148 cukup berpotensi untuk imbuhan airtanah bebas 149-189 berpotensi untuk imbuhan airtanah bebas
190-230 sangat berpotensi untuk imbuhan airtanah bebas
Dengan menggabungkan ketujuh parameter, maka didapat bahwa hasil penggabungan dari ketujuh parameter DRASTIC, menghasilkan 15 zona baru dengan nilai indeks DRASTIC adalah tertinggi 110 dan terendah 68.
Tabel 4.8
Perhitungan Nilai Indeks DRASTIC
Faktor Zo na 1 Zo na 2 Zo na 3 Zo na 4 Zo na 5 Zon a 6 Zo na 7 Zo na 8 Zo na 9 Zo na 10 Zon a 11 Zon a 12 Zo na 13 Zo na 14 Zo na 15 Kedalaman muka airtanah 10 5 10 5 15 25 15 25 5 35 35 25 15 5 5 Recharge 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 Media akuifer 21 21 24 24 24 24 21 21 21 21 24 24 24 24 24 Tanah penutup 12 12 18 18 18 18 12 12 12 12 16 16 16 16 16 Topografi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5
Media zona tak jenuh 10 10 20 20 20 20 10 10 10 10 15 15 15 15 15 Konduktivitas hidraulik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Total 73 68 92 87 97 107 78 88 68 98 110 100 90 80 84
4.2.8 Penentuan Kelas
Berdasarkan pembagian interval dalam metoda DRASTIC maka daerah penelitian termasuk ke dalam daerah yang kurang berpotensi dan cukup berpotensi dengan interval sebagai berikut:
108 – 148 cukup berpotensi 67 – 107 kurang berpotensi
Tabel 4.9
Kelompok Potensi Imbuhan Airtanah Bebas di Daerah Penelitian dengan Metode DRASTIC
Interval Kelompok Luas Daerah (km2)
108-148 Cukup berpotensi 0.82