• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Literasi pada umumnya merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan dalam membaca maupun menulis, mencari,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Literasi pada umumnya merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan dalam membaca maupun menulis, mencari,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Literasi pada umumnya merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan dalam membaca maupun menulis, mencari, menulusuri serta mengolah sampai memahami suatu informasi yang ada dan selanjutnya akan dianalisis, ditanggapi untuk mencapai suatu tujuan dalam meningkatkan pemahaman dan potensi serta partisipasi didalam lingkungan sosial (Kemendikbud:2017). Sedangkan menurut (Ane, 2015:148) literasi bukan lagi sekedar kemampuan membaca maupun menulis namun dapat diartikan sebagai melekteknologi, melek informasi, berfikir kritis serta peka terhadap lingkungan maupun politik. Sehingga seseorang haruslah mampu memiliki suatu kemampuan tersebut agar memiliki keterampilan - keterampilan seperti teknologi serta informasi. Lysay (2015:85) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis serta merupakan kemampuan dalam menggunakan suatu potensi seseorang maupun skill yang dimiliki. Apabila dikaitkan dengan perpajakan maka literasi perpajakan merupakan suatu kemampuan didalam memahami, mengakses peraturan-peraturan yang ada didalam perpajakan, hal ini berarti berhubungan dengan wajib pajak yang memang memiliki pengetahuan,kesadaran, dan kepatuhan pajak. .

Pajak merupakan suatu penerimaan negara yang mempunyai peranan sangat penting untuk mencapai perekonomian negara agar lebih baik, pajak ini digunakan sebagai pembiayaan negara untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Menurut Sumarsan (2016:3) pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan serta wajib pajak harus membayarnya menurut peraturan umum / undang-undang dengan tidak adanya interprestasi kembali secara langsung namun digunakan sebagai pengeluaran maupun pembiayaan umum demi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan menurut UU No. 28 Tahun 2007 mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi maupun badan dan bersifat memaksa

(2)

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung kemudian digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.Sehingga dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu penerimaan negara yang diperoleh dari pungutan terhadap wajib pajak sesuai dengan undang-undang dan tidak adanya imbalan secara langsung yang akan didapatkan.

Literasi perpajakan ini terdapat beberapa aspek penting seperti pengetahuan pajak, dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki adalah pengetahuan mengenai ketentuan yang ada dalam pajak, fungsi pajak, sistem perpajakan, jenis-jenis pajak sehingga wajib pajak sangat diharuskan memiliki suatu pengetahuan pajak. Kaitannya dengan pengetahuan pajak, Hardiningsih (2011:130) juga menyatakan bahwa pada dasarnya dapat melalui pendidikan formal dan nonformal. Begitu pula pendapat dari Setiyani (2018:18) yang berpendapat bahwa pengetahuan pajak yang dimiliki wajib pajak itu berkaitan dengan ketentuan umumpajak, subjek pajak, obyek pajak, tarif pajak, serta perhitungan, pencatatan dan pelaporan pajak. Sehingga memang wajib pajak diharuskan memilikinya, karena DJP juga sudah menerapkan sistem pajak yang lebih mudah bagi wajib pajak yaitu Self Assesment System. Sehingga dapat disimpulkan bahwa literasi pajak terdapat aspek pengetahuan pajak,yang didalamnya terdapat ketentuan pajak,fungsi pajak,sistem pajak, jenis-jenis pajak yang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Kepatuhan pajak merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh wajib pajak, sama halnya dengan pendapat Mory (2015:7) kepatuhan merupakan suatu motivasi dari diri seseorang maupun kelompok dalam berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Serta ditambahkan oleh Rustiyaningsih (2011:48) kepatuhan pada dasarnya terdapat dua hal pokok yaitu kepatuhan formal serta kepatuhan material. kepatuhan formal ini merupakan keadaan dari wajib pajak mampu memenuhi suatu kewajibannya secara formal sesuai ketentuan peraturan pajak seperti penyetoran SPT,

(3)

kemudian untuk kepatuhan material merupakan keadaan dari wajib pajak untuk memenuhi semua ketentuan material pajak, seperti apa isi yang terkandung didalam undang-undang perpajakan. dapat kita lihat dari pendapat kepala kantor pelayanan Pajak Pratama Salatiga Toto Hendiarto (salatiga. go. id) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian Surat pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan sampai dengan tahun 2017 berada pada angka 67, 04% sedangkan target sebenenarnya adalah 75% warga sudah melaporkan pajaknya, atas hasil pelaporan SPT PPh tahun 2015 yang dilaksanakan tahun 2016 di KPP Pratama ini sekitar 83. 736 WP yang wajib lapor untuk memasukkan, mengisi maupun melaporkan pajaknya, namun realisasinya hanya 56. 137 WP yang mengisi, melaporkan. Bukan hanya itu saja Kepala KPP Pratama Salatiga juga menghimbau kepada seluruh wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan oleh DJP dalam proses pelaporan SPT, dengan cara SPT elektronik melalui e-Filling. Fasilitas ini tentunya wajib pajak tidak harus datang dalam pelaporan pajak namun bisa mengisi secara online.

Pembayaran maupun penerimaan pajak demi kesejahteraan rakyat diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, pemerintah dituntut untuk memberikan suatu pelayananan yang terbaik bagi masyarakat dalam melaksanakan serta berperan aktif dalam kegiatan perpajakan agar mendapatkan kepuasan dalam pelayanan pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan berbagai upaya dalam rangka memaksimalkan penerimaan pajak, mulai dari dilakukannya reformasi peraturan-peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan yangmana memberlakukan Self Assesment System dalam pemungutan pajak, yang berarti bahwa wajib pajak meghitung, memperhitungkan, menyetor serta melaporkan sendiri berapa besarnya hutang pajak yang harus dibayar.

Kepuasan wajib pajak terhadap pelayanan pegawai pajak sangat diperlukan dan diharapkan dapat menambah tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban sebagai warga negara. Kepatuhan pajak ini

(4)

dapat diukur dari seberapa paham wajib pajak terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, kepatuhan dalam mendaftarkan diri sendiri ke kantor pajak yangmana wajib pajak memiliki penghasilan, pemahaman mengenai perhitungan jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar pajak sesuai dengan waktu yang ditetapkan, serta kepatuhan dalam pelaporan setiap masa maupun tahunan. Ketika kepatuhan wajib pajak akan pajak dapat maksimal maka penerimaan pajak disuatu daerah akan meningkat.

Fenomenanya didalam masyarakat adalah kurangnya pemahaman mereka mengenai peraturan perpajakan serta tata cara yang harus dilakukan ketika menjadi wajib pajak. Sebagai contohnya wajib pajak masih sering menunggu ditagih baru mau membayar pajak, serta ada pula wajib pajak yang belum memahami mengenai pelaporan pajak setiap masa maupun setiap tahunnya. Sama halnya dengan masyarakat atau wajib pajak yang berada didaerah Dusun karang balong, warga yang ada disana juga belum paham mengenai perpajakan yang ada. Sesuai dengan hasil wawancara secara sederhana terhadap beberapa warga, diketahui bahwa beberapa warga memang sudah mengerti pajak secara umum yaitu

“ sebagai iuran wajib yangmana harus dibayarkan kepada negara melalui KCP terdekat”.

Serta beberapa orang yang sudah diwawancarai mengatakan bahwa : “Belum mengerti mengenai pelaporan pajak secara SPT online dengan E-filling karena terlalu rumit dalam pembuatannya, dan bahkan disaat melakukan pelaporan pajak langsung ke Kantor Pajak terdekat dan saat pengisian secara manual masih meminta bantuan kepada pegawai yang ada disana”. (wawancara pada tanggal 18 februari 2019).

Dari pernyataan tersebut tentunya memang wajib pajak sudah memenuhi aturan dengan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), membayar pajak, namun sebagian warga di dusun Karang balong ini memang masih minim pemahaman atau literasi mengenai perpajakan terutama pada tarif pajak penghasilan, cara pelaporan pajak melalui cara manual maupun e-SPT.

(5)

Bukan hanya itu saja bahkan ada warga yang memiliki sebuah usaha dengan pendapatan diatas Rp 50 jt juga mengatakan bahwa :

“ Memang sudah melakukan pembayaran secara teratur dan itu setiap bulan, dan disaat pelaporannya memang dilaporkan setiap tahunnya dengan mengisi SPT, awalnya memang mengerti mengenai SPT secara online melalui e-Filling namun hanya menggunakannya satu kali karena memang cukup sulit dalam pengisiannya, namun disaat melakukan pelaporan dikantor pajak juga saya masih belum paham, karena banyak sekali pajak-pajak yang tercantum diformulirnya, sehingga memang disaat pelaporan saya masih dibantu oleh pegawai yang ada disana”. (wawancara pada tanggal 18 Februari 2019).

Permasalahan yang ada bukan hanya seputar pelaporan pajak, namun juga mengenai pemahaman pajak yang masih kurang karena kebanyakan warga hanya sebatas membayar, dan melaporkannya namun disaat tata cara perhitungan serta melaporkan pun memang juga masih meminta bantuan kepada pihak-pihak yang memang paham.

Selain itu warga juga dalam kesadaran pajak mereka hanya sebatas sadar akan aturan yang ada, kesadaran yang ada ini karena adanya paksaan dan bukan karena sukarela, padahal seharusnya warga dalam membayar pajak mereka harus secara sukarela. Mengenai kesadaran ini juga terdapat pula hal kepatuhan yang berkaitan dengan warga patuh akan aturan yang ada dalam perpajakan mulai dari patuh membayar sampai pada pelaporan. Namun memang warga di dusun karang balong desa bener belum sepenuhnya patuh akan pajak dilihat dari mereka masih kebingungan mengenai sistem pelaporan

Pernyataan diatas menyatakan bahwa memang didalam kenyataanya masih banyak sekali wajib pajak yang belum mengerti mengenai literasi perpajakan yang didalamnya terdapat unsur pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan pajak. Beberapa warga terdapat pula yang merasa pemerintah didalam perpajakan masih sangat memberatkan terkait prosedur yang ada serta dalam proses pelaporan tahunan pengisian formulirnya masih sangat menyusahkan. Masyarakat hanya mengetahui bagian dasar saja dari pajak yang diterapkan oleh pemerintah, padahal literasi pajak ini sedang

(6)

gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat lebih mengetahui akan pajak yang memang diwajibkan bagi masyarakat.

Beberapa hal yang sudah dijelaskan diatas peneliti sangat tertarik mengenai literasi pajak dari wajib pajak orang pribadi, yang dalam kasusnya lebih pada beberapa tahun ini karena belum maksimal didalam pelaporan tahunan khususnya wajib pajak orang pribadi serta dalam hasil wawancara mengenai literasi perpajakan atas pajak penghasilan. penulis menarik suatu judul yaitu “ Literasi Perpajakan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Studi Kasus Di Dusun Karang Balong Desa Bener”.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah diatas dapat di identifikasi permasalahannya sebagai berikut :

1. Wajib pajak yang berada di Dusun Karang Balong Desa Bener masih belum mengetahui ketentuan yang ada didalam perpajakan.

2. Kesadaran wajib pajak di Dusun Karang Balong Desa Bener dalam mematuhi serta menaati pajak masih kurang.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Literasi Perpajakan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Studi Kasus Pada Masyarakat Di Dusun Karang Balong Desa Bener.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Literasi Perpajakan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Studi Kasus Pada Masyarakat Di Dusun Karang Balong Desa Bener ?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis Literasi Perpajakan Wajib Pajak Orang Pribadi Studi Kasus Pada Masyarakat Di Dusun Karang Balong Desa Bener.

(7)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat Teoritis

Literasi perpajakan menurut Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu pengetahuan maupun pemahaman bagi seseorang dalam kaitannya memiliki kepatuhan dalam pajak, sehingga penelitian ini mampu untuk menjadi salah satu kontribusi dalam ilmu perpajakan yangmana berkaitan dengan pengetahuan, kepatuhan serta kesadaran dari wajib pajak terhadap pajak.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi warga yang sudah menjadi wajib pajak, agar dapat lebih mengetahui lagi mengenai literasi perpajakan.

b. Bagi pemerintah khususnya pada direktorat jederal pajak diharapkan lebih mendalam lagi mengenai sosialisasi mengenai pemahaman yang dilaksanakan.

c. Bagi Peneliti, dengan faktor-faktor yang sudah diteliti diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengalaman baru.

Referensi

Dokumen terkait

Suhu yang dikondisikan pada praktikum ini adalah 20 0 C, yang bertujuan agar tidak seluruhnya kristal asam maleat akan mengendap, karena filtratnya akan digunakan untuk dibuat

Berbeda dengan Tugas Akhir ini penulis meneliti apa saja ekspektasi yang diharapkan masyarakat saat program tersebut diterapkan lalu apakah program tersebut sudah sesuai dengan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Paparan Asap Bakaran Sampah Plastik Jenis Polypropylene (PP) Terhadap Gambaran

Kuliah Tatap Muka : 4x50” RPS Kontrak belajar Paradigma dalam penelitian kualitatif 10 2 - Menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif - Menjelaskan kelebihan dan

Terlihat, tindakan tidak sesuai dengan tuntunan dalam naskah, sikap yang tidak wajar, tidak meyakinkan, dan gerakan tidak beralasan3. Terlihat, tindakan sesuai dengan tuntunan

temperatur beton dan setting time beton pada perkerasan kaku yang menggunakan pemanfaatan air es dengan variasi suhu 5 o C, 10 o C, 15 o C, 20 o C dan 27 o C, sedangkan

Dalam mewujudkan hal tersebut, telah disusun model desa hijau bebas sampah plastik yang selanjutnya diujiterap dengan (1) road show sosialisasi ke sasaran-sasaran strategis seperti

Bagi peserta yang tidak dapat menunjukkan Kartu Peserta Ujian CPNS dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli/Surat Keterangan Perekaman Data Kependudukan asli, serta