EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 17 – 24, April 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ISSN: 2339-1901
17
PADI (Oryza sativa L.) CIHERANG TAHAN KERING MELALUI RADIASI SINAR GAMMA
Elly Istiana Maulida1, Ahmad Yunus 2, Widyatmani Sih Dewi 3
1 Mahasiswa Prodi Agronomi Pascasarjana UNS
2 Dosen Pembimbing I Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS
3 Dosen Pembimbing II Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS
( e-mail:el2y_maulid@yahoo.co.id )
ABSTRAK. Penelitian ini di laksanakan di Rumah Kaca Universitas Sebelas Maret
Surakarta mulai bulan Maret–Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan padi Ciherang yang tahan terhadap kekeringan. Percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan
yaitu faktor pertama kapasitas lapang terdiri atas K0 (Penggenangan sebagai kontrol), K1
(kapasitas lapang 100%), K2 (kapasitas lapang 75%), K3 (kapasitas lapang 50%). Faktor
kedua adalah radiasi sinar gamma (R) yang terdiri dari R0 (dosis 0 atau tanpa radiasi), R1
(dosis 100 Gray), R2 (dosis 200 Gray), R3 (dosis 300 Gray), R4 (dosis 400 Gray). Analisis
data menggunakan uji F taraf 1% dan 5% atau uji Kruskal-Wallis, kemudian uji DMR taraf 5% atau Mood Median, serta uji korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antar variable pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma mampu meningkatkan ketahanan terhadap kondisi cekaman kekeringan pada semua parameter pengamatan. Meskipun padi Ciherang hasil radiasi sinar gamma mampu tahan terhadap kondisi kekeringan, tetapi belum menunjukkan peningkatan yang siknifikan dibandingkan dengan kontrol kecuali pada parameter pengamatan jumlah anakan total yang memperlihatkan peningkatan jumlah anakan total sebesar 40% dibandingkan dengan kontrol. Hal ini dikarenakan hasil radiasi sinar gamma pada generasi M1 perubahan genetiknya belum terlihat dan stabil. Hasil radiasi sinar gamma akan terlihat pada generasi M2, M3 dan seterusnya.
Kata Kunci : Padi ciherang, Radiasi sinar Gamma, Cekaman Kekeringan
PENDAHULUAN
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras dan sampai saat ini, beras masih merupakan bahan makanan pokok terpenting bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun terus melonjak sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk sekitar 2 % per tahun (Deptan, 2008). Di Indonesia pemenuhan permintaan beras yang terus meningkat masih diupayakan salah satunya dengan penanaman padi varietas unggul seperti
Ciherang. Ciherang merupakan padi unggul karena lebih tahan Bakteri Hawar Daun (HDB) dibanding IR64, memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu sebesar 8,5 t/ha Gabah Kering Giling (GKG), nasinya pulen sehingga banyak diminati oleh konsumen (Suprihatno et al., 2010).
Varietas unggul padi Ciherang telah
ditanam di sebagian besar areal
pertanaman dengan luas tanam 0.73 juta ha atau 33% lebih luas dari areal tanam IR64, tetapi laju produksi padi nasional tetap melandai sejak satu dekade
Vol.3, No.1, hal 17 – 24, April 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
18 terakhir karena selalu dihadapkan pada berbagai masalah seperti perubahan iklim global (Anonim, 2007). Musim kemarau yang makin panjang dengan curah hujan di bawah normal merupakan ciri perubahan iklim tersebut. Perubahan iklim menyebabkan distribusi curah hujan yang tidak merata selama musim
tanam sehingga menyebabkan
kekeringan. Menurut Yunita (2009) dan Ndjionjop et al (2010) kekeringan merupakan faktor yang sangat
mem-pengaruhi terhadap pertumbuhan
vegetatif dan hasil tanaman padi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan varietas unggul
yang toleran kekeringan adalah
melakukan induksi mutasi dengan radiasi sinar gamma. Menurut Devy et al., (2006) menyatakan bahwa radiasi sinar gamma adalah salah satu mutagen fisik yang
sering digunakan dalam teknik
mutagenesis tanaman. Harapannya dapat
meningkatkan ketahanan genetik
tanaman padi varietas Ciherang sehingga diperoleh kultivar yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta dengan
ketinggian tempat 95 mdpl, sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UNS. Alat yang digunakan: Pot plastik, grinder tanah, Bor
tanah, Timbangan, Oven, Tali, Plastik sampel, Meteran, Alat tulis, Seperangkat alat untuk analisis laboratorium.
Bahan yang digunakan: Benih padi varietas Ciherang yang diradiasi sinar Gamma 100, 200, 300 dan 400 Gray, Tanah sawah, Kotoran Sapi, Pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk KCl, Sempel tanah pewakil, Jaringan tanaman pewakil, Chemikalia untuk analisis laboratorium.
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian experimental dengan
rancangan dasar Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor I adalah Perlakuan Cekaman Kekeringan terdiri dari:
K0 : (Penggenangan sebagai kontrol)
K1 : (kapasitas lapang 100%) K2 : (kapasitas lapang 75%) K3 : (kapasitas lapang 50%)
Faktor II adalah dosis radiasi sinar gamma terdiri dari:
R0 (dosis 0 atau tanpa radiasi sebagai kontrol)
R1 (dosis 100 Gray) R2 (dosis 200 Gray) R3 (dosis 300 Gray) R4 (dosis 400 Gray)
Dari kedua faktor perlakuan tersebut diperoleh 20 kombinasi perlakuan yang diulang 5 kali sehingga terdapat 100 pot.
Data dianalisis dengan uji F taraf 1 % dan 5 % atau Kruskal-Wallis untuk
mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap variabel pengamatan, untuk membandingkan rerata antar kombinasi
EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 17 – 24, April 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ISSN: 2339-1901
19 perlakuan digunakan uji DMR taraf 5 % atau Mood Median, untuk mengetahui
keeratan hubungan antar variabel
digunakan uji korelasi dan untuk
mengetahui pengaruh genetic atau
lingkungan yang dominan digunakan uji Heretabilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanah yang digunakan sebagai media tanam padi adalah tanah sawah berordo Inseptisol yang diambil dari dukuh Sapen, desa Jaten, kecamatan Mojolaban,
Kabupaten Sukoharjo. Karakteristik
sampel tanah sebelum perlakuan
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik sampel tanah sebelum perlakuan.
No Parameter Nilai Satuan Pengharkatan*)
1. Ph H2O 5,9 - Masam 2. KTK 5,00 me/100g Rendah 3. BO 0,7 % Sangat Rendah 4. Kapasitas Lapang (KL) 32,2 % - 5. Kadar Lengas 1,3 % - 6. Tekstur a. Pasir b. Debu c. Lempung 67,12 6,72 26,16 % % % - - -
Sumber: Hasil analisis laboratorium ilmu tanah fakultas pertanian UNS 2014.
*): Pengharkatan menurut Balai Penelitian Tanah (2005)
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sampel tanah sawah yang digunakan untuk media tanam padi memiliki kandungan bahan organik tanah sangat rendah yaitu 0,7%, Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah yaitu 5,00 me/100g, serta pH masam yaitu 5,9 sehingga perlu penambahan bahan organik (pupuk kandang sapi) dan pupuk anorganik. Menurut Yuwono (2004), penggunaan pupuk organik
bersama-sama dengan penggunaan pupuk
anorganik mampu meningkatkan
efisiensi serapan hara tanpa merusak
lingkungan akibat pemupukan
berlebihan.
Jumlah Anakan Total.
Berdasarkan hasil uji F, diketahui bahwa interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma berpengaruh nyata (Pvalue < 0.05) terhadap jumlah anakan total padi Ciherang.
Gambar 1. Interaksi cekaman kekeringan dengan dosis radiasi sinar gamma terhadap jumlah
anakan total. Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMR taraf 5%.
Jumlah anakan total tertinggi
terdapat pada perlaakuan cekaman kekeringan 50% kapasitas lapang dan dosis radiasi sinar gamma 200 Gray sebesar 5 jumlah anakan total/rumpun dan berdeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan (Gambar 1). Salah satu faktor yang berkaitan dengan sifat fisik fisiologi tanaman untuk
bertahan dalam kondisi tercekam
kekeringan adalah perubahan akumulasi prolin dalam jaringan. Hal ini sesuai
20 dengan penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2008) bahwa kadar prolin daun pada semua varietas (Gajah Mungkur, Situ Petanggang, Kalimutu dan Towuti) akan meningkat sangat tinggi saat tanaman mengalami cekaman kekeringan akibat kekurangan air (25 % kapasitas lapang). Namun, tidak semua tanaman memiliki kandungan prolin yang tinggi dalam kondisi tercekam (Deb et al. 1996). Radiasi sinar gamma adalah salah satu mutagen fisik yang dapat menimbulkan perubahan pada fisik genetik tanaman.
Jumlah Anakan Produktif
Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa perlakuan cekaman kekeringan dan radiasi sinar gamma secara mandiri berpengaruh sangat nyata (Pvalue < 0.01) terhadap jumlah anakan produktif, sedangkan interaksi antar keduanya
berpengaruh tidak nyata terdadap
jumalah anakan produktif.
Gambar 2. Perlakuan dosis radiasi sinar gamma terhadap jumlah anakan produktif. Keterangan :
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMR taraf 5%.
Berdasarkan kurva 2a tampak bahwa setiap perlakuan yang di cobakan
menunjukkan respon yang berbeda tidak nyata terhadap rerata jumlah anakan produktif/rumpun. Pada dasarnya setiap individu tanaman memiliki perbedaan
karakter atau sifat genetik yang
diwariskan dari tetuanya.
Berdasarkan kurva 2b terlihat bahwa
terjadi penurunan jumlah anakan
produktif seiring meningkatnya dosis radiasi sinar gamma. Hal ini dikarenakan penambahan dosis radiasi sinar gamma menyebabkan penurunan jumlah anakan produktif. Menrut Ratma (1988) dosis radiasi sinar gamma yang semakin tinggi menyebabkan kerusakan genetik yang ditimbulkan semakin besar. Berdasarkan uji lanjut, perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 sampai 300 Gray memper-lihatkan perbedaan yang tidak nyata terhadap penurunan jumlah anakan produktif. Perbedaan penurunan jumlah anakan produktif secara nyata mulai terjadi pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 400 Gray. Dosis radiasi 100 sampai 300 yang diberikan masih terlalu rendah sehingga belum mampu untuk memberikan pengaruh pada jumlah anakan produktif tanaman padi Ciherang. Hal ini selaras dengan pernyataan Anonimous (1997) bahwa dosis yang terlalu rendah menyebabkan berkurang-nya mutan yang terbentuk sedangkan dosis yang terlalu tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas.
Adanya perbedaan rerata perlakuan cekaman kekeringan dengan dosis radiasi
EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 17 – 24, April 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ISSN: 2339-1901
21 sinar gamma terhadap jumlah anakan produktif secara mandiri juga disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada jumlah anakan total. Anakan produktif adalah anakan total yang menghasilkan malai. Hal ini terlihat dari koefisien korelasinya (r = 0.405**).
Berat 100 biji
Sidik ragam menunjukkan intraksi antara cekaman kekeringan dengan dosis radiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata (Pvalue < 0.05) terhadap berat 100 biji.
Berdasarkan hasil uji Duncan
(Gambar 3) ada perbedaan pada setiap rerata perlakuan yang dicobakan. Pada kondisi penggenangan, kadar lengas 100% kapasitas lapang dan kadar lengas 75% kapasitas lapang menunjukkan bahwa berat 100 biji pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 Gray tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa radiasi. Penurunan berat 100 biji secara nyata mulai terjadi pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 200 Gray. Namun demikian perlakuan dosis radiasi sinar
gamma 200 sampai 400 Gray
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Sedangkan pada kondisi kadar lengas 50% kapasitas lapang memper-lihatkan bahwa berat 100 biji pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 sampai 400 Gray tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tanpa radiasi.
Gambar 3. Interaksi perlakuan cekaman kekeringan dengan dosis radiasi sinar gamma
terhadap berat 100 biji. Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMR taraf 5%.
Komponen yang mempengaruhi berat 100 butir yaitu anakan produktif, jumlah gabah isi dan gabah hampa. Hal ini terlihat dari adanya korelasi positif erat (r = 0.589**) antara berat 100 biji dengan jumlah anakan produktif dan berkorelasi positif sangat erat (r = 0.819**) dengan jumlah gabah isi per malai karena berat 100 biji dapat digunakan sebagai parameter dalam menunjukkan kualitas hasil padi. Jika gabah tidak terisi penuh atau ukuran gabah lebih kecil dari ukuran normalnya maka dapat dipastikan akan terjadi penurunan berat biji.
Berat biji/rumpun
Dari hasil analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara cekaman kekeringan dengan dosis radiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata (Pvalue < 0.01). Berdasarkan gambar 4 bahwa pada kondisi penggenangan, berat biji per rumpun tertinggi terdapa pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 Gray dan
22 memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma 200 Gray sampai 400 Gray dan kontrol. Dosis 100 Gray merupakan dosis yang tepat untuk meningkatkan berat biji per rumpun. Pada kondisi kadar lengas 100% kapasitas lapang dan kadar lengas 75% kapasitas lapang, berat biji per
rumpun tertinggi terdapat pada
perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 Gray dan memperlihatkan tidak berbeda nyata dengan tanpa radiasi, namun perbedaan yang sangat nyata mulai terlihat pada perlakuan dosis radiasi sinar gamma 200 Gray sampai 400 Gray. Dosis radiasi sinar gamma 100 Gray mutan yang terbentuk kecil, sedangkan pada dosis radiasi sinar gamma 200 Gray
sampai 400 Gray menyebabkan
kerusakan yang besar.
Gambar 3.13. Interaksi Kapasitas Lapang dengan Radiasi Sinar Gamma Terhadap Berat
Biji/Rumpun. Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMR taraf 5%.
Sedangkan pada kondisi kadar lengas 50% kapasitas lapang, perlakuan dosis radiasi sinar gamma 100 Gray sampai 400 Gray memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata dengan tanpa radiasi
pada parameter berat biji per rumpun. Hal ini dikarenakan tanaman pada kondisi kekurangan air yang berat sebelum memasuki fase pembungaan (pemberian cekaman 28 hari setelah tanam), terlebih dahulu mengalami
penghambatan proses pertumbuhan
vegetatif. Selain itu, adanya korelasi positif erat antara berat biji per rumpun dengan panjang malai, berat 100 biji dan jumlah gabah isi. Panjang malai, berat 100 biji dan jumlah gabah isi digunakan sebagai parameter dalam menunjukkan kualitas hasil padi.
Heretabilitas dari Hasil Pengamatan di Lapang Terhadap Setiap Parameter Pengamatan Secara Individu
Heretabilitas suatu sifat dapat
didefinisikan sebagai proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran total
genetik ditambah dengan ragam
lingkungan Basuki (2005). Konsep
heretabilitas timbul sebagai suatu usaha untuk menentukan apakah perbedaan-perbedaan hasil pengamatan di antara individu-individu berasal dari perbedaan-perbedaan dalam susunan genetik di antara individu-individu tersebut atau hasil dari perbedaan potensi lingkungan.
Tabel 2. Nilai heretabilitas arti luas dari beberapa parameter pengamatan
Karakter h2 Keterangan*)
1. Tinggi Tanaman 2. Jumlah Anakan Total 3. Berat Brangkasan Segar 4. Berat Brangkasan Kering 5. Panjang Akar 6. Jumlah Anakan Produktif 7. Panjang Malai 8. Umur Berbunga 9. Umur Panen 10. Jumlah Gabah Hampa 11. Jumlah Gabah Isi 12. Berat 100 Biji 13. Berat Biji/Rumpun 0,85 0,02 0,34 0,07 0,02 0,01 0,07 0,11 0,85 0,69 0,90 0,01 0,08 Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
*): Pengharkatan menurut Stanfield (1983)
EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 17 – 24, April 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ISSN: 2339-1901
23 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar karakter memiliki nilai heretabilitas yang rendah kecuali tinggi tanaman, umur panen, jumlah
gabah hampa, jumlah gabah isi
(heretabilitas tinggi) dan berat
brangkasan segar (heretabilitas sedang). Heretabilitas tinggi berarti faktor genetik lebih dominan berperan daripada faktor
lingkungan terhadap penampilan
karakter tersebut. Heretabilitas sedang menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan memberikan kontribusi yang sama terhadap penampilan karakter tersebut. Sedangkan heretabilitas rendah menunjukkan faktor lingkungan lebih
dominan berperan daripada faktor
genetik terhadap penampilan karakter. Dengan demikian, apabila suatu tanaman tidak heritabel pada suatu
karakter, mengindikasikan bahwa
karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga seleksi hanya efektif dilakukan pada generasi lanjut. Hal ini seuai dengan pernyataan Mugiono (2001) bahwa mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan seterusnya. Selaras dengan Nurjanah (2009) yang menyatakan bahwa
mutasi juga memiliki beberapa
kelemahan, seperti mutasi hanya
mempengaruhi secara efektif gen yang sudah ada dan kerusakan struktur genetik akibat mutasi dapat tumbuh normal kembali sebelum termanifestasi
sebagai mutasi dan terekspresi sebagai fenotip mutan.
KESIMPILAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Padi Ciherang hasil radiasi sinar
gamma mampu meningkatkan
ketahanan terhadap kondisi cekaman kekeringan pada semua parameter pengamatan.
2. Meskipun padi Ciherang hasil radiasi sinar gamma mampu tahan terhadap kondisi kekeringan, tetapi belum
menunjukkan peningkatan yang
siknifikan dibandingkan dengan
kontrol kecuali pada parameter
pengamatan jumlah anakan total yang memperlihatkan peningkatan jumlah
anakan total sebesar 40%
dibandingkan dengan kontrol.
3. Hal ini dikarenakan hasil radiasi sinar gamma pada generasi M1 perubahan genetiknya belum terlihat dan stabil. 4. Hasil radiasi sinar gamma akan
terlihat pada generasi M2, M3 dan seterusnya.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lagi untuk mengetahui kestabilan sifat genetik yang diturunkan pada M2 hasil dari radiasi sinar gamma.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan pada generasi M3 di lahan kering untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang karakter toleransinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Meredam Dampak
Pemanasan Global Terhadap
Pertanian.http://www.infoanda.com/i d/l ink.php?lh=VgNWAgZQUFQA. Di akses pada tanggal 20 Maret 2014.
Anonimous, 1997. Irradition of
horticultural crops at Iowa State Univeristy. Hort. Sci 32(4) : 582-585. Basuki, N. 2005. Genetika Kualitatif. Unit
Penerbitan Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya.
Deb, N., B. Alam, S.D. Gupta, and B.C. Ghosh. 1996. Cell membrane stability of leaf tissue and its relationship with drought tolerance in arachis. Journal Indian. Exp. Biol. 34: 1.044. Deptan. 2008. Pengelolaan tanaman
terpadu (PTT) padi gogo. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Badan Litbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Devy. L dan D. R. Sastra. (2006). Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Kultur In Vitro Tanaman Jahe. Pusat Teknologi Produksi Pertanian Gedung BPPT 2, Lantai 17.
Effendi, Y. 2008. Kajian Resistensi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Cekaman
Kekeringan. Tesis. Program
Pascasarjana. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Mugiono, 2001. Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.
Ndjiondjop, M. N., F. Cisse., K. Futakuchi., M. Lorieux., B. Manneh., R. Bocco., B. Fatondji. 2010. Effect of Drought on
Rice (Oryza Spp.) Genotypes
According to Their Drought
Tolerance Level. Second Africa Rice Congress, Bamako, Mali, 22–26 March: Innovation and Partnerships to Realize Africa’s Rice Potential. Nurjanah, E. 2009. Pengaruh Kombinasi
NaCl dan ZPT IBA pada Media MS terhadap Pertumbuhan Galur Mutan Padi Secara Invitro. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ratma, R. 1988. Studi pengaruh irradiasi gamma terhadap timbulnya mutasi imbas pada kedelai. Hasil penelitian 1981-1987. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta: BATAN. Suprihatno, B., A. A. Daradjat., Satoto.,
Baehaki., Suprihanto., A. Setyono., S. D. Indrasari., I. P. Wardana., H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.
Yunita, R. 2009. Pemanfaatan Variasi Somaklonal dan Seleksi In Vitro dalam Perakitan Tanaman Toleran Cekaman Abiotik. Jurnal Litbang Pertanian Vol 28 (4).
Yuwono, N.W. 2004. Kesuburan tanah. Fakultas pertanian. UGM. Yogyakarta.