• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BPJS KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN FRAUD DAN ABUSE DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN BPJS KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN FRAUD DAN ABUSE DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SELASA, 25 AGUSTUS 2015

PERAN BPJS KESEHATAN DALAM

PENCEGAHAN FRAUD DAN

ABUSE DALAM SISTEM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (JKN)

(2)

Pendahuluan

Fraud & Abuse Oleh Faskes

Faktor Pendukung terjadinya Fraud & Abuse

Mekanisme Pencegahan, Deteksi & Penanganan

Fraud & Abuse

Sistem Pengawasan Eksternal & Internal BPJS Kes

Tantangan Pengelolaan Fraud & Abuse

(3)
(4)

4

Pasal 42

(1) Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan

harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek

keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan

kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya.

Perpres 12 Tahun 2013

Pasal 43A

1) BPJS Kesehatan mengembangkan teknis operasionalisasi

sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan,

dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas Jaminan Kesehatan.

2) Dalam melaksanakan pengembangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), BPJS Kesehatan berkoordinasi dengan

kementerian/ lembaga terkait.

Perpres 111 Tahun 2013

(5)

5

Definisi

 Permenkes 36 Tahun 2014 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Pada Sistem Jaminan Sosial Nasional : “Tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh Peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, serta penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan kesetentuan”.

 Fraud dalam pelayanan kesehatan disebut sebagai suatu bentuk upaya yang secara sengaja dilakukan dengan menciptakan suatu manfaat yang tidak seharusnya dinikmati baik oleh individu atau institusi dan dapat merugikan pihak lain.

 Fraud dalam pelayanan kesehatan dilakukan terhadap hal-hal atau keadaan dan situasi yang berhubungan dengan proses pelayanan kesehatan, cakupan atau manfaat pelayanan kesehatan dan pembiayaannya.

 Pembahasan tentang Fraud lebih banyak merujuk kepada referensi yang berasal dari Amerika dimana kejadian Fraud dan Abuse mencapai 10% dari total biaya kesehatan per tahun (biaya kesehatan $ 170 billion per tahun. Laporan General Accounting Office, Mei 1992), kemudian tercatat pula bahwa angka tersebut pada tahun 2003 meningkat 7,7% dari tahun 2002.

(6)

6

Definisi

 Abuse dapat diartikan sebagai penyalahgunaan atau tindakan yang bersifat tidak baik, tidak benar, tidak seharusnya, menyalahgunakan, cenderung kriminal dan mengganggu secara legal, formal maupun etika.

 Abuse merupakan bentuk lain yang dapat merugikan dalam pelayanan kesehatan. Namun istilah ini lebih banyak digunakan dalam asuransi kesehatan yang diartikan sebagai kegiatan atau tindakan yang merugikan dalam pelayanan kesehatan tetapi tidak termasuk dalam kategori fraud. Abuse dapat berupa malpraktek atau overutilization.

 Abuse adalah setiap praktek Provider yang tidak konsisten dengan standar pelayanan kesehatan, yang mengakibatkan perusahaan asuransi :

Membiayai hal-hal yang tidak perlu atau tidak memenuhi kebutuhan manfaat, Memberikan penggantian biaya untuk pelayanan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan medis, Membiayai pelayanan yang disebabkan oleh pelayanan yang tidak sesuai dengan standard profesional dalam kontrak.

 Termasuk didalam Abuse adalah praktek/ kegiatan yang dilakukan peserta yang mengakibatkan perusahaan asuransi mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu.

(7)

7

Perbedaan F & A

• Perbedaan yang nyata antara Fraud & Abuse adalah

adanya

“kesengajaan”

(person's intent).

• Keduanya mempunyai dampak/akibat yang sama

 yaitu menyebabkan peningkatan biaya pelayanan

kesehatan

(8)

8

DUTA BPJS KESEHATAN

(9)

Subjek Fraud

9 False Klaim Up coding Unbundling Double Klaim Misrepresentasi Readmission Prematur Discharge

Meminjamkan Kartu kepada orang yang tidak berhak,

Pasien ingin memperpanjang RINAP (Kss jiwa)

Rujukan APS False Klaim,

Mengganti tanggal rujukan, Kesalahan Eligibilitas,

Fraud yang dilakukan oleh Peserta Mandiri/Pemberi Kerja misalnya tidak menyetorkan kewajiban iuran sesuai kondisi sebenarnya,

PHK secara administrasi untuk mendapatkan manfaat pelayanan selama 6 bulan tanpa membayar premi

Penggelapan dana klaim Mengajukan klaim fiktif

Membuatkan kartu peserta yang tidak berhak

Menarik biaya untuk penerbitan kartu/ legalisasi SEP

Bekerjasama dengan Faskes untuk mengubah kode pelayanan dengan tarif lebih mahal

Bekerjasama dengan Faskes untuk mengajukan klaim berulang

Bekerjasama dg Faskes memindahkan PPK TK I

Suap dan Gratifikasi Ilegal dari

Faskes/ Organisasi Profesi/ Peserta/ Pihak lain

Provider Fraud

>>>

Consumer Fraud

>

Internal Fraud

>

(10)
(11)

Subjek Fraud

11

Provider Fraud

False Klaim

• Klaim fiktif

• RJTL berlanjut RITL, namun RJTL dibuat pada hari sebelumnya/tgl RINAP dimajukan.

• Kasus luka tembak (latihan perang)

• Kasus bedah infertilitas (~mioma ~oligosperma) • Kasus kosmetik (bedah plastik)

• Kasus koreksi penis post injeksi silikon

• Memalsukan Resume Medis , Laporan Operasi.

• Bayi sehat ditagihkan bayi sakit (seluruh bayi SC  asfiksia)

Cluster

Claim

• Infeksi  sepsis

• Bronkitis  Bronkopneumonia

• Comunitif fracture  multiple fracture • Strerilisasi  repair destruksi tuba

(12)

Subjek Fraud

12

Provider Fraud

Up coding

(code creep)

• Acute appendicitis (K.35.9)  Acute appendicitis with peritoneal abscess (K.35.0)

• Kasus persalinan biasa  Kss Persalinan Penyulit (hipertensi, KPD, induksi)

• DM tanpa komplikasi  DM dengan komplikasi

• Typhoid Fever + DHF <<  DHF + Typhoid Fever >>> (???) • Pasien tdk dengan indikasi koma, dikoding koma

Unbundling

• Pemeriksaan penunjang (MRI, CT-Scan) di-RITL-kan atau di RJTL-kan (Laborat)

• (I13.2)

Hypertensive heart and renal disease with both (congestive) heartfailure and renal failure ( I-4-12-I /Rp 6.757.511,00)

dicoding

I11.0

(Hypertensive heart disease with (congestive) heart failure +

N17.9

(Acute renal failure, unspecified) +

I10

(Primary hipertension( I-4-12-III/Rp 13.509.185,00)

(13)

Subjek Fraud

13

Provider Fraud

Double klaim

• Kasus RJTL &RITL pada hari yang sama  RJTL

ditagihakan :

• Tanggal SEP RITL dimajukan 1 hari (seolah2

berbeda hari)

• Pasien di-RJTL-kan sehari sebelumnya

• Kasus RINAP beda ruangan (Non Paviliun ke

Paviliun) seolah2 readmisi

Misrepresentasi

• Iur biaya tidak legal (IOL, alkes implant) seharusnya

hanya untuk kondisi pasien naik kelas

• Penurunan fasilitas (tidak sesuai PKS)  hak kelas rawat

• Kelengkapan berkas klaim

• Undertreatment

• Merujuk pasien dengan alasan over cost tarif pelayanan

kesehatan

(14)

Subjek Fraud

14

Provider Fraud

Coder

• koder yang menuliskan diagnose/prosedur sendiri ,

agar bisa cepat selesai tagihannya, menaikkan

tarif,dll

• koder yang menambahkan diagnose/prosedur

sendiri , agar bisa cepat selesai tagihannya,

menaikkan tarif,dll

(15)

Contoh kejadian Fraud & Abuse dalam Implementasi INA CBGs

– Data menunjukkan fraud Peserta adalah kedua terbanyak

setelah Provider

– Secara garis besar ada 3 kelompok yaitu :

• Pemalsuan data/ informasi diri

• Pemalsuan kepesertaan

• Penyalahgunaan klaim

(16)
(17)
(18)

Contoh kejadian Fraud & Abuse dalam Implementasi INA CBGs

– Penggelapan dana klaim

– Mengajukan klaim fiktif

– Membuatkan kartu peserta yang tidak berhak

– Menarik biaya untuk penerbitan kartu/legalisasi SEP

– Bekerjasama dengan Faskes untuk mengubah kode

pelayanan dengan tariff lebih mahal

– Bekerjasama dengan Faskes untuk mengajukan klaim

berulang

– Suap dan gratifikasi illegal dari Faskes/organisasi

profesi/Peserta/Pihak lain

– Membuang berkas klaim

(19)
(20)

1) Anggapan provider bahwa tarif INA CBGs tidak sesuai dengan tariff RS.

2) Pemahaman subsidi silang antar RTJL dan RITL, antar diagnosa

3) Pemahaman case mix belum baik di Faskes

4) Koder belum memahami cara pengkodean (koding)

5) Verifikasi yang kurang teliti atau verifikator tidak mehami system INA

CBGs

6) Sistem IT belum siap mencegah data fraud

7) Pemberantasan fraud masih belum memiliki kekuatan hukum.

8) KPK belum sampai pada tahap penyidikan.

9) OJK masih dalam tahap observasi

(21)

Fraud dalam pelaksanaan JKN pada tahun 2015 akan ada dan

mungkin menjadi bertambah;

Kerugian negara diperkirakan bertambah namun bukti sulit didapat;

Tanpa ada pencegahan dikhawatirkan fraud akan menjadi budaya kerja tenaga dan manajer RS, Peserta dan

Petugas BPJS Kesehatan

(22)

Modus Korupsi Sektor Kesehatan

Dari data pengaduan masyarakat sejak 2005-2012, KPK melakukan

inventarisasi modus-modus korupsi sektor kesehatan terbanyak berupa: Penyelewengan APBN/APBD sektor kesehatan, Jamkesmas, Jampersal dan Jamkesda

Intervensi politik dalam anggaran kesehatan, jaminan kesehatan dan ASKESKIN

Pungli oleh PNS (Dinas Kesehatan) dan pemotongan dana bantuan Kecurangan dalam pengadaan barang/jasa, terutama alat kesehatan Penyalahgunaan keuangan RSUD

Klaim palsu dan penggelapan dana asuransi kesehatan oleh oknum Puskesmas dan RSUD

Penyalahgunaan fasilitas kesehatan (Puskesmas dan RSUD)

• • • • • •

DATA LITBANG KPK, 2013

(23)

Sektor Kesehatan sebagai Sasaran

Strategis KPK

Dalam Renstra KPK 2011-2015, kesehatan menjadi salah satu

fokus KPK (selain Ketahanan Pangan, Ketahanan Energi,

Infrastruktur dan Pendidikan), karena :

Menyangkut hajat hidup orang banyak

Jumlah anggaran kesehatan yang makin besar. Per 1 Januari

2014, BPJS akan mengelola dana yang cukup besar (Rp.30 T) dan

makin meningkat tiap tahun

Besarnya potensi penyimpangan di Fasilitas Kesehatan. Fraud

dalam claim layanan kesehatan di USA 2-10%, dan sudah

(24)

15 Tipe Fraud di Rumah Sakit

*

* : Prof. Laksono T. , 2014

NO. NAMA TINDAKAN BATASAN OPERASIONAL

1 Upcoding

Memasukan klaim penagihan atas dasar kode yang tidak akurat, yaitu diagnosa atau prosedur yang lebih kompleks atau lebih banyak menggunakan sumber daya RS, sehingga menghasilkan nilai klaim lebih tinggi dari yang seharusnya. 2 Cloning

Menggunakan sistem rekam medis elektronik dan membuat model spesifikasi profil pasien yang terbentuk secara otomatis dengan mengkopi profil pasien lain dengan gejala serupa untuk menampilkan kesan bahwa semua pasien dilakukan pemeriksaan lengkap.

3 Phantom Billing Tagihan untuk layanan yang tidak pernah diberikan.

4 Inflated Bills Menaikan tagihan global untuk prosedur dan perawatan yang digunakan pasien

khususnya untuk alat implant dan obat-obatan. 5 Service Unbundling or

Fragmentation

Menagihkan beberapa prosedur secara terpisah yang seharusnya dapat

ditagihkan dalam bentuk paket pelayanan, untuk mendapatkan nilai klaim lebih besar pada satu episode perawatan pasien.

6 Self Referral

Penyedia layanan kesehatan yang merujuk kepada dirinya sendiri atau rekan kerjanya untuk memberikan layanan, umumnya disertai insentif uang atau komisi.

7 Repeat billing Menagihkan lebih dari satu kali untuk prosedur, obat-obatan dan alkes

yang sama padahal hanya diberikan satu kali.

8 Length of Stay Menagihkan biaya perawatan pada saat pasien tidak berada di rumah

sakit atau menaikan jumlah hari rawat untuk meningkatkan nilai klaim.

9 Type of room change Menagihkan biaya perawatan untuk ruangan yang kelas perawatannya

lebih tinggi daripada yang sebenarnya digunakan pasien.

10 Time in OR Menagihkan prosedur menggunakan waktu rata-rata maksimal operasi,

bukan durasi operasi yang seharusnya.

11 Keystroke Mistake Melakukan entri kode yang tidak benar.

12 Cancelled Service

Biasanya pada pemberian terapi obat, prosedur atau pelayanan

kesehatan yang telah direncanakan kemudian dibatalkan namun tetap ditagihkan.

13 No Medical Value Klaim yang diajukan merupakan pelayanan yang tidak mendukung

kondisi medis/kesehatan pasien.

14 Standard of care Penagihan layanan yang tidak sesuai standar kualitas dan keselamatan

pasien yang berlaku

15 Unnecessary treatment Penagihan atas pemeriksaan atau terapi yang tidak terindikasi untuk

pasien

(25)

Tindakan Fraud Lainnya yang Terjadi

di Indonesia

Penggunaan Ventilator Berlebih Phantom Procedure Phantom Visit Readmisi

Sumber : Prof. Laksono T. dalam penelitian 7 RS di Indonesia

(26)

5 JENIS KEJADIAN TERBANYAK

FRAUD & ABUSE PELAYANAN KESEHATAN

PT ASKES (PERSERO) TAHUN 2013

(experience)

Sumber Data : Laporan Kantor Divisi Regional

FASKES

• Upcoding

• Tagihan tanpa berkas pendukung

• Medical necessity

• Unbundling

• False claim

PESERTA

• Penggunaan kartu oleh yang tidak berhak

• Kartu tidak berlaku

• Pelayanan Non prosedur

• Usaha mendapatkan pelayanan diluar jaminan

• Rujukan tidak valid : mencoret rujukan, rujukan

(27)

MEKANISME PENGENDALIAN &

PENANGANAN FRAUD & ABUSE

(28)

Produk

Pencegahan

Fraud

Kompetensi &

Integritas

Pegawai

Pedoman &

Kebijakan Anti

Fraud

Sosialisasi/Edukasi

Kepada Provider &

Peserta

Aplikasi SIM

(29)

Pedoman Fraud & Abuse

Juknis Verifikasi

Leaflet Fraud

500 Rekomendasi Koding INA CBGs

Modul Diklat Anti Fraud

Tools BimTek Anti Fraud

Aplikasi UR Laporan PIN-F

Produk

Pencegahan

Fraud

29

(30)

Penyusunan Juknis Verifikasi bersama Kemenkes Pembentukan & Pertemuan Rutin DPM Pusat Pertemuan Nasional : Faskes, Dinkes & DPM Pengenalan Fraud kepada Faskes dengan Leaflet Fraud Pembahasan Kasus INA CBG’s dg Tim NCC : 500 Rekomendasi Koding INA CBGs Pembuatan Format Laporan Kejadian Terindikasi Fraud dg PIN-F (Pengendalian Inefisiensi Fraud) Perencanaan Diklat Anti Fraud Metode Blended

Learning dg

FKPMK-UGM

BimTek Anti Fraud di RS & Penyusunan Pedoman Fraud-RS dg Kemenkes Focus Discussion Group (FGD) dengan Para Pakar Fraud Audiensi dg FKPMK-UGM dalam rangka Sosialisasi & Training INA CBGs bersama BPJS Kes. di RS Audiensi dg KPK dalam rangka Join

Audit bersama BPJS Kes., BPKP, & Kemenkes. Pembentukan Tim Pencegah Kejadian Fraud selain Tim Anti Fraud yang sudah

ada

Berbagai Upaya Pencegahan Fraud

BPJS Kesehatan Tahun 2014

(31)

Program Anti Fraud/Abuse

1. Pembentukan Tim

2. Instrumen untuk mendeteksi fraud & abuse

Bagaimana Mengatasi Fraud/Abuse?

(32)

ALUR PENGELOLAAN FRAUD & ABUSE

BPJS KESEHATAN

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Tim Anti Fraud

Kantor Cabang/ Divisi Regional

- Mendeteksi Kejadian Teridentifikasi F & A - Membuat Laporan Kejadian

- Melakukan pemeriksaan mandiri atas klaim yang telah dibayarkan oleh KC

- Melakukan analisa & memberikan Rekomendasi

Kantor Pusat Duta BPJS Kantor

(33)

PROGRAM KERJA

MANAJEMEN UTILISASI TERKAIT FRAUD & ABUSE

Deteksi dan identifikasi

Fraud dan Abuse

melalui Audit Klaim Feedback & rekomendasi TL Evaluasi atas data Utilization Review

(34)

SISTEM PENGAWASAN

EKSTERNAL & INTERNAL

(35)

Siapa yang melakukan Pencegahan & Pengawasan ?

Eksternal :

-Dewan SJSN

-Pengawas Independen: OJK -KPK

-Kemenkes (?) - Perguruan Tinggi (?)

Internal :

(36)

Pengawasan Eksternal

Deteksi, Pengawasan& Evaluasi

Siapa

Pengawas

BPJS

?

Eksternal BPJS

DJSN dan

Pengawas

(3) UU

DJSN

Pengawasan

dilakukan oleh

Lembaga

Independen

(Pasal 39 ayat

24/2011

OJK

• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; Pasar Modal; dan Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. (Ps 6 UU 21/2011)

BPK

• Semua pengawasan keuangan negara, termasuk yang telah dipisahkan (ps 2 ayat (2) UU 15/2004)

• Pengawasan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan

tertentu (ps 4 ayat (1) UU 15/2004)

(37)

Apa peran Perguruan Tinggi?

Mengapa harus berperan?

PT mempunyai

tenaga ahli yang

luas.

PT jangan hanya

jadi penonton

Apa perannya?

• Peran dengan hasil Jangka Panjang:

Mendidik mahasiswa kedokteran,

residen (PPDS1), fellows (PPDS2)

Peran dengan hasil Jangka Pendek:

Sebagai tenaga ahli untuk

membantu BPJS

Sebagai tenaga ahli untuk

membantu Pengawas Independen

(OJK)

-

(38)

-• Fungsi Pengawasan Internal • BPJS Kes. Center  Patient • Tim Anti Fraud (Divre dan KC) •Dewan Pertimbangan Medik

konsultasi

•Forum Komunikasi & •Fungsi Hukum & HAL

DETEKTIF

• Fungsi Manajemen Risiko Fungsi Manaj.Utilisasi,

Visit

• Internal Auditor (dokter, CFE) •Forum Komunikasi & •Fungsi Hukum & HAL

REPRESIF

• Teknologi & Sistem Informasi

yang terintegrasi  red flag

• Fungsi Manajemen Risiko • Fungsi Pengawasan Internal Fungsi Manaj.Utilisasi

• BPJS Kes. Center  Patient

Visit

• Tenaga Verifikator yang

berpengalaman

• Tim Anti Fraud (Divre dan KC) • Internal Auditor (dokter, CFE) •Dewan Pertimbangan Medik

konsultasi

PREVENTIF

• Teknologi & Sistem Informasi

yang terintegrasi  red flag

• Alat bantu verifikasi 

Klarinet

• Fungsi Manajemen Risiko • Fungsi Pengawasan Internal

• Fungsi Manaj.Utilisasi,

• BPJS Kes. Center  Patient

Visit

•Pedoman Identifikasi,

Penanganan dan Pelaporan

Fraud & Abuse

•KM Portal – Best Practice

Sharing identifikasi dan

penanganan Fraud & abuse

•Whistleblowing System •Good Governance (on

progress)

• Tenaga Verifikator yang

berpengalaman

PREEMPTIF

• Fungsi Manaj. Risiko • Pedoman Identifikasi,

Penanganan dan

Pelaporan Fraud & Abuse

• KM Portal – Best Practice

Sharing identifikasi dan

penanganan Fraud &

abuse

• Glossary Kasus Fraud &

Abuse

• Whistleblowing System • Good Governance

PENERAPAN SISTEM PENGAWASAN

INTERNAL PADA BPJS KESEHATAN

(39)

BPJS Kesehatan 39 HTA Health Technology Assessment CAB Clinically Advisory Board Tim Kendali Mutu&Biaya JKN DPM Dewan Pertimbangan Medik Definisi Dibentuk oleh

Menteri Kesehatan Dibentuk oleh Menteri Kesehatan - Difasilitasi oleh BPJSK INDEPENDEN ! - Dibentuk oleh BPJS Kesehatan - Supporting BPJSK - Medical Judgement/2nd Opinion

Struktur Tingkat Pusat Tingkat Pusat - Tk Pusat

- Tk. Divisi Regional - Tk Cabang - Tk. Pusat - Tk. Divisi Regional Aktivitas Memberikan penilaian teknologi kesehatan Memberikan rekomendasi terkait dengan permasalahan teknis medis pelayanan kesehatan Rapat Rutin: - evaluasi mutu pelayanan kesehatan - Audit Medis - Sosialisasi & Pembinaan etika disiplin profesi Medical Judgment Klaim Investigation Utilization Review

Keanggotaan Ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI Organisasi Profesi & Akademisi Kedokteran Organisasi Profesi, Pakar Klinis, dan

Akademisi

(40)

TANTANGAN PENGELOLAAN

(41)

Analisis Sumber anggaran Pengawasan

Anggaran BPJS untuk JKN: 30 Triliun

Asumsi konservatif ada 5% fraud = 1.5 Triliun.

Apakah bisa dikurangi fraud ini? Apakah bisa

mencegah fraud menjadi budaya kerja?

Apakah bisa ada dana pengawasan untuk

mengurangi kerugian. Berapa?

(Laksono Trisnantoro)

(42)

Tantangan Memberantas Korupsi di

Sektor di Kesehatan oleh KPK

Tantangan bagi profesi kedokteran dalam pemberantasan korupsi adalah mengantisipasi modus korupsi yang semakin kompleks dan sophisticated. Perhatian yang semakin serius antara lain pada :

Abuse of power & discretion. Profesi dokter memegang otoritas medis yang sulit

ditantang, baik oleh kolega, terlebih oleh kalangan awam. Hal ini menimbulkan risiko penyalahgunaan wewenang dan kepercayaan publik.

Conflict of interest. Profesi dokter dapat terjebak pada situasi konflik kepentingan, yang

apabila tidak segera keluar dari situasi tersebut, dapat mengakibatkan tindak pidana.

State Capture Corruption. Profesi kedokteran harus mewaspadai upaya-upaya pihak

tertentu memanfaatkan otoritas medis untuk melakukan korupsi melalui produk peraturan perundangan.

Unholy alliance. Permufakatan jahat antara profesi kedokteran dengan pelaku kejahatan.

(43)

Harapan...

43

Perubahan

Pola Kejadian

Fraud

Deteksi

(44)

There are three things in the world

that deserve

NO MERCY

,

hypocrisy,

FRAUD

, and tyranny.

(45)

Terima kasih

Kartu Indonesia Sehat

Kalau Gotong royong, Semua Tertolong

www.bpjs-kesehatan.go.id @BPJSKesehatanRI BPJS Kesehatan

(Akun Resmi)

BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan bpjskesehatan

Referensi

Dokumen terkait

untuk nutrisi yang lebih baik dan pemimpin masyarakat setempat; dan Alimin dari Soppeng, Sulawesi Selatan, yang telah berhasil memperluas perkebunan kakao miliknya dari satu

Jadi dapat disimpulkan etika lingkungan adalah sebuah disiplin filsafat yang berbicara mengenai hubungan moral antara manusia dengan lingkungan atau alam semesta, dan

Pada pengamatan hari ke-20 kelompok kontrol negatif menunjukan kadar kolesterol total rata-ratanya adalah 112,6 mg/dl, kemudian mengalami peningkatan pada kelompok

Hal ini sesuai dengan hal-hal yang tercakup didalamnya yakni penyebabnya adalah iritan lemah, onset berminggu-minggu/bulan/tahun, kulit tampak kering, eritema, skuama,

Bahwa lebih lanjut pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta pada halaman 29 surat putusan menyebutkan : “Bahwa sah menurut hukum berdasarkan surat

Data jumlah kematian ibu di Jawa Timur memiliki nilai varians yang lebih besar dari nilai mean (overdispersi) sehingga perlu dilakukan analisis lain untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) disertai dengan media

Pada pelaksanaan Siklus I, siswa telah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Namun masih ditemukan siswa yang acuh terhadap tugas yang diberikan, ada yang