• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Topik 2

Lebah Madu

Topik 2

(2)

5. Pokok-pokok Pengembangan Budidaya Lebah Madu...

16

6. Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp di Pulau Lombok... 20

7. Seleksi Koloni Unggul... 24

8. Teknik Ekstraksi Rendemen Propolis Trigona sp dengan Pelarut Air. 26

9. Pemanenan Madu Hutan... 30

10. Penurunan Kadar Air Madu... 32

11. Analisis Kelayakan Usaha Lebah Madu... 36

(3)

16

P

erlebahan memiliki peranan penting di dalam strategi pembangunan ekonomi mayarakat pedesaan dan sektor pertanian

berkelanjutan. Kegiatan perlebahan menghasilkan produk pangan berkualitas

yang dapat membantu meningkatkan gizi dan penghasilan masyarakat pedesaan.

Melalui fungsi polinasi, lebah madu berperan dalam meningkatkan produksi

buah dan biji serta menjaga kelangsungan hidup dan keragaman jenis tumbuhan. Budidaya Lebah

Gambar: Kuntadi

Pokok-pokok

Pengembangan

Budidaya Lebah Madu

5

Budidaya lebah madu adalah satu kegiatan usaha yang tidak berbasis lahan, sehingga tidak menjadi pesaing bagi usaha pertanian pada umumnya. Perlebahan bahkan berperan dalam optimalisasi sumberdaya melalui pemanfaatan nektar dan serbuksari, yakni produk tumbuhan yang sebagian besar akan terbuang percuma apabila tidak dimanfaatkan untuk pakan lebah madu. Dengan demikian perlebahan merupakan jenis kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah

terhadap budidaya tanaman. Pengembangan

perlebahan dinilai penting mengingat Indonesia memilili potensi yang sangat besar di bidang ini. Keadaan alam dan kondisi ilklim yang

sangat mendukung untuk usaha budidaya lebah, seperti tersedianya sumber pakan (bee

forage) sepanjang tahun

Deskripsi

Budidaya Lebah Lokal Gambar: Kuntadi

(4)

17

Pengembangan budidaya lebah madu sangat tergantung dari beberapa faktor kunci yang menentukan keberhasilan, antara lain;

1. Ketersediaan Sumber Pakan

a) Inventarisasi jenis dan kelimpahan tanaman pakan serta pendataan kalender pembungaan b) Pengayaan Tanaman Pakan

2. Model Budidaya Lebah Madu

Budidaya lebah madu di Indonesia terdiri dari lebah lokal (Apis cerana) dan lebah impor (A.

millifera). Bentuk dan teknik manajemen koloni tergantung jenis lebah madu yang dikelolanya. a) Budidaya Menetap (Stationary Beekeeping)

Jenis lebah madu yang dibudidayakan secara menetap umumnya adalah jenis lokal A.

cerana. Keberhasilan budidaya menetap sangat tergantung dari ketersediaan sumber pakan sepanjang tahun dan masa pembungaannya

b) Budidaya Berpindah (Migratory

Beekeeping)

Jenis lebah madu yang

dibudidayakan secara berpindah adalah jenis A. mellifera. Lebah digembalakan secara berpindah-pindah mengikuti musim

pembungaan tanaman. Akan lebih baik apabila di satu lokasi tersedia tanaman penghasil

Aplikasi

Budidaya Apis Cerana di Bawah Tegakan Acacia crassicarpa di Prawang Gambar: Kuntadi

dan aneka jenis lebah madu. Selain itu, masyarakat secara tradisional sudah mengenal budidaya lebah dan potensi pasar produk perlebahan masih sangat terbuka, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun permintaan pasar internasional.

(5)

18

serbuksari dan nektar dalam jumlah banyak karena akan menekan biaya angon. Hasil produksi budidaya berpindah tergantung dari luas dan banyaknya jenis tanaman sumber pakan yang dapat dimanfaatkan untuk menggembalakan lebah madu.

3. Pengelolaan Koloni dan Apriari a) Budidaya Menetap

Budidaya menetap sebaiknya hanya dilakukan pada lokasi dengan tanaman sumber pakan yang masa pembungaan dan atau sekresi nektarnya melimpah dalam waktu panjang dan juga tersedia sumber serbuksari. Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas koloni maka koloni lebah harus diletakkan menyebar sedemikian rupa sehingga setiap koloni dapat memperoleh pakan secara maksimal.

b) Budidaya Berpindah

Budidaya berpindah membutuhkan informasi dan pengetahuan musim pembungaan tumbuhan serta peta dan data luasan tanaman pakan. Peta dan data tersebut digunakan untuk menentukan kemana koloni lebah akan digembalakan. Hal tersebut akan dilakukan berulang setiap tahun, baik lokasi maupun tata urutan waktu penggembalaannya sehingga membentuk siklus tahunan.

Pemanfaatan Hutan Tanaman untuk Budidaya Lebah Madu

(6)

19

Ketersediaan sumber pakan, informasi jenis dan kelimpahan tanaman pakan serta kalender pembungaan menjadi faktor penentu dalam pengembangan budidaya labah madu. Informasi tersebut akan menentukan jenis lebah yang dapat diusahakan dan pola budidaya yang akan diterapkan dan menjadi salah satu

tantangan tersendiri dalam pengembangan budidaya lebah madu di Indonesia.

Peneliti : Kuntadi

Unit Kerja : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Surel (E-mail) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id

Gambar : Kuntadi, Puskonser dan BPTHHBK Mataram

Tantangan

Keterangan

Stup Budidaya Lebah Madu Eropa

(7)

20

M

adu di Indonesia didominasi oleh madu yang dihasilkan oleh lebah madu Apis sp. Namun, ada lebah madu jenis Trigona sp yang juga dapat menghasilkan madu, tetapi produksinya tidak sebanyak Apis sp. Ciri khas dari madu

Trigona sp adalah madunya mempunyai rasa asam. Rasa madu yang asam menjadi salah satu keistimewaan dari trigona, selain harganya mahal karena trigona memproduksi sedikit madu daripada apis.

B

udidaya trigona akan mendapat manfaat antara lain : 1) manfaat ekologis : proses penyerbukan oleh lebah dalam keterkaitan pakan, 2). manfaat ekonomi : produk – produk yang dihasilkan trigona berupa madu, propolis, bee pollen dan lain-lain, 3). manfaat sosial : sebagai sumber penghasilan, membuka peluang usaha bagi

masyarakat, obyek penelitian dan sebagai potensi daerah.

Teknik Budidaya Lebah

Madu Trigona sp

di Pulau Lombok

6

Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless

bee). Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Pembudidaya trigona ditemukan di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan di semua lokasi.

Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan yang harus disiapkan dalam membudidayakan

trigona adalah sarang (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu.

Pembuatan stup dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah madu

Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan ± 2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang (Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari, stup siap digunakan.

Deskripsi

(8)

21

Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung dan diletakkan di rak penyimpanan. Digantung di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya

meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya. Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran rumah dan pohon-pohon yang tumbuh di halaman rumah.

Untuk rak penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah. Di alam, trigona bersarang di pohon lapuk dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 ruas yang menjadi tempat bersarang trigona, koloni menggunakan sarang di ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan madu dan bee polen. Bambu yang berisi

Aplikasi

Proses pengambilan koloni lebah madu Trigona sp dari alam ke dalam stup buatan

Gambar: BPTHHBK Mataram

Proses pemanenan madu dan propolis Trigona sp Gambar: BPTHHBK Mataram

(9)

22

koloni dan madu trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal. Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari pakan keluar sarang. Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona sp untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pemeriksaan kondisi stup jika terkena air hujan.

Pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu

lebah madu trigona. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup.

Stup Terbuat dari bambu

(10)

23

Peneliti : Septiantina Dyah Riendriasari dan Krisnawati Unit Kerja : BPTHHBK Mataram

Surel (E-mail) : septiantinadyah@yahoo.com dan yakrisnawati@yahoo.com Gambar : BPTHHBK Mataram

Keterangan

Beberapa kendala dalam pembudidayaan trigona yang dirangkum dari berbagai sumber adalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya trigona, sehingga tidak tahu waktu memanen madu dan propolis yang tepat. Hal ini menyebabkan stup penuh dan trigona kabur. Kendala kedua adalah meletakkan stup di lokasi terkena langsung dengan sinar matahari, sehingga suhu didalam stup terlalu tinggi, bisa menyebabkan trigona pergi dari sarangnya. Kendala ketiga adalah adanya polusi dari pestisida dari lingkungan sekitar pembudidaya yang dapat menurunkan produksi madu sampai 0%. Kendala terakhir adalah kondisi stup yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena belum menemukan ukuran stup standar bagi trigona.

Tantangan

Gambar A dan B. Stup yang dipergunakan pembudidaya Gambar: Kuntadi

(11)

24

B

udidaya lebah madu lokal Apis

cerana telah dilakukan masyarakat pedesaan sejak lama. Hambatan utama dalam pengembangan budidaya lebah

A. cerana adalah produktifitas koloni rata-rata relatif rendah, mudah hijrah dan cenderung agresif. Upaya peningkatan mutu bibit koloni lebah perlu dilakukan untuk memperbaiki beberapa sifat penting pada koloni A. cerana. Sampai saat ini, satu-satunya cara yang paling mungkin dilakukan untuk

mengadakan pemuliaan lebah madu adalah melalui kegiatan seleksi dan reproduksi

koloni. Melalui proses seleksi dan reproduksi koloni yang dilakukan terus menerus, dalam jangka panjang akan menghasilkan koloni-koloni lebah madu yang memiliki sifat-sifat unggul.

Seleksi Koloni Unggul

7

Seleksi koloni dimaksudkan untuk mendapatkan koloni dengan sifat-sifat atau karakter yang memperlihatkan keunggulan pada salah satu atau lebih perilakunya. Karakter koloni yang dipilih adalah karakter yang secara ekonomi dinilai

penting bagi keberhasilan budidaya lebah madu, seperti produksi madu, perilaku, kemampuan sebagai penyerbukan tanaman dan lain-lain. Persilangan antar induk hasil seleksi diharapkan akan menghasilkan koloni dengan karakter baru yang dapat meningkatkan keuntungan bagi peternak, serta dapat mengatasi persoalan dalam pembudidayaan lebah madu.

Pada lebah madu A. cerana sekurang-kurangnya terdapat tiga karakter koloni yang penting dan menentukan keberhasilan budidayanya yaitu produktivitas, perilaku

Deskripsi

Sarang Lebah Apis Cerana Gambar: BPK Aek Nauli

Pemeriksaan Produktivitas Ratu Lebah Gambar: Kuntadi

(12)

25

Pemuliaan koloni lebah madu dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut : 1. Seleksi Koloni Ungul

Tujuannya untuk mendapatkan koloni dengan sifat-sifat atau karakter yang memperlihatkan keunggulan pada salah satu atau lebih perilakunya.

2. Penangkaran Ratu / Koloni

Tujuannya untuk memproduksi ratu/koloni dari koloni terseleksi dengan harapan akan diperoleh ratu/ koloni dengan kualitas yang sama dengan ratu/koloni induknya.

3. Evaluasi Hasil Penangkaran

Tujuannya untuk mengetahui perkembangan koloni hasil penangkaran dari koloni terseleksi dan perkembangan koloni yang telah diganti ratunya dengan ratu yang berasal dari koloni terseleksi. hijrah dan agresivitas. Oleh sebab itu, seleksi koloni A.

cerana ditujukan untuk memilih koloni yang tingkat produktivitasnya tinggi, frekuensi pemecahan koloni, kecenderungan hijrahnya rendah serta relatif jinak (kurang agresif). Dengan demikian persilangan antar induk hasil propagasi koloni terseleksi diharapkan akan menghasilkan perbaikan kualitas induk turunannya menjadi lebih produktif, jinak, dan tidak suka hijrah. Setelah tahapan seleksi berhasil mengidentifikasi koloni yang dinilai memiliki sifat sesuai dengan yang dikehendaki (produktivitas tinggi/tidak suka hijrah/ kurang agresif), tahap selanjutnya adalah penangkaran koloni dan atau lebah ratu dari koloni terseleksi tersebut.

Aplikasi

Peneliti : Kuntadi

Unit Kerja : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Surel (E-mail) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id

Gambar : BPK Aek Nauli

Keterangan

Cangkok larva (grafting) Gambar: Kuntadi

(13)

26

T

rigona sp merupakan salah satu jenis lebah madu yang tidak memiliki sengat (stingless bee). Jenis ini menggunakan propolis sebagai alat perlindungan untuk diri dan sarangnya. Propolis atau lem lebah merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dikumpulkan dari getah pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. Selain itu, propolis juga mempunyai fungsi yang lain bagi

manusia yaitu sebagai bahan obat-obatan, zat antibiotik, dan sebagai suplemen

penambah daya tahan tubuh. Namun, propolis tidak dapat dimanfaatkan secara langsung seperti madu. Propolis membutuhkan serangkaian proses ekstraksi untuk dapat dimanfaatkan lebih lanjut.

Teknik Ekstraksi Rendemen

Propolis Trigona sp dengan

Pelarut Air

8

Dibuat 2 cara yang dapat digunakan untuk ekstraksi propolis mentah padat menjadi propolis mentah cair yaitu dengan

Aquoeus (Water) Extraction Propolis (AEP) dan Ethanol

Extraction Propolis (EEP). Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK) Mataram telah mencoba melakukan ekstraksi propolis dengan menggunakan metode pertama yaitu AEP atau menggunakan air.

Deskripsi

Peralatan yang digunakan dalam proses ekstraksi propolis

Trigona sp

Gambar: BPTHHBK Mataram

Sarang Trigona sp Gambar: Kuntadi

(14)

27

Dipilih metode AEP karena mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya adalah kemampuan dalam mempertahankan senyawa berguna yang ada di dalam propolis yang biasanya larut jika menggunakan

ethanol atau alkohol.

Tahapan-tahapan ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Propolis yang baru dipanen, dibersihkan dari kotoran dan lilin (wax). Sifat propolis yang lunak dan lengket mengakibatkan perlunya tahap pengkondisian awal agar propolis mudah dihancurkan menjadi serbuk. Pada tahap ini, propolis mentah didinginkan atau dibekukan terlebih dahulu. Setelah mengeras, dilakukan proses penghancuran dengan menggunakan blender.

2. Proses perendaman propolis dengan menggunakan aquades selama 7 hari. Selama proses ini, dilakukan pengocokan secara berkala. Hal ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung di dalam propolis dapat terlarut sempurna.

3. Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring agar didapatkan propolis cair bebas padatan (lilin dan kotoran). Terakhir, hasil penyaringan disimpan di tempat yang steril dan dingin untuk menjaga keawetannya. Sampel ekstrak propolis selanjutnya dapat diujikan kandungan flavonoidnya.

Aplikasi

Proses pemanenan propolis per bagian sarang : (A) Memanen propolis di bagian madu, (B) Propolis diletakkan di dalam toples per bagian sarang Gambar: BPTHHBK Mataram

(15)

28

Untuk mendapatkan nilai rendemen propolis yang terlarut, dilakukan penimbangan terhadap ampas sisa penyaringan yang terlebih dulu dikeringkan. Rendemen propolis adalah persen berat propolis yang larut dalam air atau selisih berat awal propolis mentah dengan berat ampasnya.

Proses Ekstraksi Propolis Gambar: BPTHHBK Mataram

(16)

29

Peneliti : Septiantina Dyah Riendriasari dan Nurul Wahyuni Unit Kerja : BPTHHBK Mataram

Surel (E-mail) : septiantina.dyah@gmail.com dan nunik_colin@yahoo.com Gambar : BPTHHBK Mataram dan Kuntadi

Keterangan

Pada proses ekstraksi terdapat 2 tantangan:

• Menjaga propolis supaya tetap steril, tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang ada di udara.

• Segera menghancurkan propolis setelah dikeluarkan dari mesin pendingin, jika tidak propolis akan melunak dan lebih sulit dihancurkan.

Tantangan

Propolis Trigona

Gambar: BPTHHBK Mataram

Gambar (A) Bee polen, (B) Madu Trigona Gambar: BPTHHBK Mataram

(17)

30

M

adu berasal dari nektar yang telah diturunkan kadar airnya oleh lebah pekerja melalui proses penguapan, baik

sebelum maupun sesudah disimpan di dalam sel sarang. Sel sarang akan ditutup setelah madu menjadi matang dengan kadar air sekitar 21 %. Dengan demikian, semakin banyak bagian sarang madu yang tertutup akan menghasilkan madu dengan kadar air yang semakin rendah.

Kadar air menjadi parameter madu yang paling utama karena kaitannya dengan

fermentasi yang semakin rendah akan menekan proses fermentasi oleh kapang

(yeast) yang selalu ada dalam madu. Dasar inilah yang melandasi penentuan umur

sarang yang terbaik untuk dipanen dan mendapatkan madu dengan kadar air

yang terendah. Koloni Lebah Gambar: Kuntadi

Pemanenan Madu Hutan

9

Dari temuan di lapangan, semakin tua umur sarang, maka jumlah madu dan persentase penutupan sarang madu cenderung semakin kecil, meskipun kadar airnya akan semakin baik, hanya sarang termuda yang belum lolos SNI. Penurunan persentase penutupan sarang madu terjadi dimungkinkan karena faktor lingkungan, terutama terkait dengan semakin sedikitnya jumlah pakan saat musim kemarau, sehingga madu yang telah diproduksi akan dikonsumsi oleh lebah itu sendiri.

Deskripsi

Pemungutan Madu Lebah Hutan Gambar: Kuntadi

(18)

31

Pemanenan pada musim penghujan, dari ujicoba tersebut menunjukkan bahwa semakin tua umur sarang maka persentase sarang madu tertutup akan lebih besar. Untuk kadar air menunjukkan bahwa 2 sarang madu tertua lolos SNI.

Untuk memperoleh madu yang memiliki kadar air relatif rendah, pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur sarang 20 - 22 Hari dan ≥ 24 Hari pada kedua musim. Namun berdasarkan hasil penelitian, dalam hal jumlah madu yang dihasilkan, kedua musim berkebalikan. Musim kemarau pada umur termuda, sedangkan musim penghujan pada umur tertua.

Aplikasi

Hingga saat ini, madu dari jenis lebah Apis

dorsata ini belum dapat dibudidayakan dan mayoritas tata cara pencarian madu adalah dengan berburu yang mengandung unsur kompetisi diantara mereka serta sifat madu itu sendiri yang higroskopis sehingga dipastikan kadar air akan naik setelah pemanenan.

Tantangan

Peneliti : Saptadi Darmawan, Nurul Wahyuni, M. M. Budi Utomo dan Edi Kurniawan Unit Kerja : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser)

Surel (E-mail) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id Gambar : BPTHHBK Mataram

Keterangan

Contoh Sarang Isi Madu Yang Terbuka dan Tertutup Gambar: BPTHHBK Mataram

Ekstraksi dengan Sistim Sentrifus Gambar: BPTHHBK Mataram

(19)

32

S

alah satu indikator madu dinyatakan memenuhi syarat (SNI Madu 1994)

jika madu mempunyai kadar air maksimal 22%. Namun ternyata kadar air madu Indonesia masih cukup tinggi (di atas 22%), sehingga membuat kualitas madu Indonesia rendah akibat rentan terhadap

fermentasi yang dapat merusak madu.

Peralatan yang digunakan dalam proses penurunan kadar air Gambar: BPTHHBK Mataram

Penurunan Kadar Air Madu

10

Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan kadar air madu antara lain dengan pemanasan langsung (dimasak), pemanasan tidak langsung (dehidrasi) dan penguapan (dehumidifikasi).

Deskripsi

Bak dan Rak Penyimpan Madu Gambar: BPTHHBK Mataram

(20)

33

Upaya penurunan yang dilakukan adalah dengan teknik penguapan yang diaplikasikan dalam bangunan penurun kadar air madu beruangan kedap dengan ukuran 4,5 x 2 m2. Bangunan terdiri atas 2 ruangan, yaitu ruangan kedap dan ruangan penyangga (Gambar 1), untuk lay out ruangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Ruangan kedap udara berfungsi sebagai ruangan penurun kadar air madu. Permukaan dinding bagian dalam keseluruhannya dilapisi keramik dan bagian atas langit-langit dilapisi busa; langit-langit dibuat dari bahan kayu lapis yang bermelamin. Di ruangan diletakkan

dehumidifier untuk menurunkan kadar air madu, rak penyimpan madu yang akan diturunkan, serta Air Conditoner (AC) yang berfungsi untuk mengkondisikan suhu ruangan saat proses penurunan kadar air.

Ruang kedua adalah ruang penyangga, yang fungsinya sebagai ruang perantara agar saat pintu ruang kedap dibuka, tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh kondisi di luar yang memiliki kelembaban tinggi, mengingat madu mempunyai sifat higroskopis yang mudah menyerap air dan bau dari lingkungan. Selain itu, ruang penyangga juga berfungsi sebagai

Aplikasi

Gambar 1. Bangunan bangunan penurun kadar air madu yang terdiri atas kombinasi ruangan kedap dengan sistem penguapan menggunakan

dehumidifier : (A) Tampak depan, (B) Ruang Kedap Gambar: BPTHHBK Mataram

(21)

34

tempat menyimpan peralatan atau kelengkapan lainnya. Untuk mengurangi kelembaban udara di ruangan penyangga ini maka dipasang exhaust fan.

Exhaust fan kipas yang berfungsi sebagai penyedot udara,

sehingga terjadi sirkulasi udara yang baik dalam ruangan.

Gambar 2. Layout ruangan Gambar: BPTHHBK Mataram

Tahapan persiapan : (A) Persiapan ruangan, (B) Persiapan bahan (madu) Gambar: BPTHHBK Mataram

(22)

35

Tantangan yang dihadapi adalah penangan sifat madu yang higroskopis ages. Proses penurunan kadar air madu perlu memperhatikan sifat tersebut, agar kualitas madu tetap terjaga.

Tantangan

Peneliti : Saptadi Darmawan, Retno Agustarini dan Nurul Wahyuni Unit Kerja : BPTHHBK Mataram

Surel (E-mail) : saptadi_darma@yahoo.com, retno.agustarini@gmail.com dan nunik_colin@yahoo.com Gambar : BPTHHBK Mataram

Keterangan

Pengujian Kadar Air Madu Gambar: BPTHHBK Mataram

(23)

36

Dalam pengusahaan lebah madu diperlukan pertimbangan ekonomi dalam pengambilan keputusan, karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Adapun indikator yang digunakan dalam analisis tersebut antara lain:

D

i Indonesia, peluang pasar untuk usaha lebah madu masih terbuka lebar. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya nilai impor madu Indonesia dibandingkan dengan nilai ekspornya. Nilai impor tertinggi sebesar US $ 3.180,91 sedangkan nilai ekspor tertingginya adalah US $ 1.481,03. Kesenjangan nilai tersebut menunjukkan bahwa permintaan madu untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat. Sayangnya, peningkatan ini belum dapat

diimbangi oleh kemampuan industri perlebahan.

U

mumnya, petani lebah madu memanfaatkan hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga pengembangan usaha madu sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat belum dilakukan secara maksimal. Ada beberapa masalah yang

dihadapi yaitu: modal petani yang terbatas; harga yang terlalu rendah di tingkat petani;

produk madu yang tidak sesuai standar; promosi yang tidak berjalan dan tempat

pemasaran mengandalkan pasar lokal. Selain itu, belum adanya keterpaduan

stakeholders yang berperan dalam pengusahaan madu.

Budidaya Lebah Madu Gambar: Yanto Rachmanyanto

Analisis Kelayakan Usaha

Lebah Madu

11

(24)

37

1. Harga pokok madu, dianalisis dari proses produksi sampai produk dijual atau dipasarkan. 2. Titik impas atau Break Even Point (BEP), digunakan untuk mengetahui volume penjualan dan

volume produksi. Jika jumlah penerimaan ada di atas titik impas atau BEP maka usaha tersebut menguntungkan, begitu juga sebaliknya

3. Masa pembayaran kembali atau Payback

Periode (PBP), menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Jika masa pembayaran kembali dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari masa pembayaran maksimum, maka usul investasi tersebut diterima, dan begitu sebaliknya.

4. Nilai sekarang netto atau Net Present Value (NPV), dimana apabila NPV bernilai negatif maka investasi tidak menguntungkan, dan baliknya apabiola NPV bernilai positif maka investasi tersebut menguntungkan.

5. Tingkat pengembalian internal atau Internal

Rate Of Return (IRR). Apabila IRR lebih besar dari bunga bank maka usaha akan menguntungkan dan sebaliknya.

6. Nisbah manfaat terhadap biaya atau B/C

ratio, merupakan ukuran berdiskontro manfaat proyek pertama dikenal. Apabila B/C > 1 maka pengembalian investasi yang ditanam dapat kembali. Jika sebaliknya pertanda nilai investasi tidak dapat

kembali. Petani Lebah Madu Melakukan Pemanenan Madu Gambar: Purnomo dkk.

(25)

38

Dalam proses analisis kelayakan usaha lebah madu dilakukan kajian di 3 perusahaan, yaitu: Pusbahnas (Pusat Perlebahan Nasional) di Bogor, Unit Pelaksana Pengembangan Perlebahan Gunung Arca Sukabumi dan Peternakan Lebah Madu Sari di Sukabumi. Hasil analisis menyatakan bahwa usaha lebah madu layak untuk diusahakan dan menguntungkan karena:

1. Harga pokok produksi dan harga pokok penjualan per kg madu lebih kecil dari harga penjualan per kg madu.

2. Produksi madu lebih besar dari titik impas produksi dan hasil penjualan madu di atas titik impas nilai penjualan.

3. Analisis nisbah manfaat terhadap biaya (B/C ratio) berkisar 1,0-1,39 persen, sehingga investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan lebah madu dapat kembali.

4. Jangka waktu pengembalian yang diperlukan agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya berkisar

41-58 bulan, yang berarti lebih kecil dari jangka waktu maksimum yang diusulkan, yaitu selama 60 bulan.

5. Tingkat bunga maksimum atau Internal

Rate of Return (IRR) yang dapat dibayar dalam pengusahaan lebah madu Apis

mellifera L. lebih besar dari bunga bank dengan nilai rata-rata di atas 50 persen. 6. Nilai sekarang dari arus uang pada

masa yang akan datang atau Net Present

Value (NPV) dengan tingkat diskonto 10 persen bernilai positif. Dengan demikian dalam pengusahaan lebah madu dapat membayar tingkat bunga yang lebih tinggi dari bunga bank dan memperoleh keuntungan dari sumberdaya yang diinvestasikan.

Aplikasi

Petani Lebah Madu Gambar: Purnomo dkk.

(26)

39

Peneliti : Yelin Adelina dan Yumantoko

Unit Kerja : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) dan BPTHHBK Mataram Surel (E-mail) : yumant@gmail.com

Gambar : Yanto Rochmayanto, Purnomo dan kawan-kawan

Keterangan

Budidaya Lebah Madu di Riau Gambar: Purnomo dkk.

Gambar

Gambar        : Kuntadi, Puskonser dan BPTHHBK Mataram
Gambar A dan B. Stup yang dipergunakan pembudidaya Gambar: Kuntadi
Gambar        :  BPK Aek Nauli
Gambar 1. Bangunan bangunan penurun kadar air madu yang terdiri atas  kombinasi ruangan kedap dengan sistem penguapan menggunakan  dehumidifier : (A) Tampak depan, (B) Ruang Kedap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, Perancangan Desain Interior Pasar Gedhe sebagai Galeri Art Space Surakarta bergaya Modern Kontemporer dinilai penting dilakukan guna menjadikan

3.2 Analisis Galat dan Simulasi Pada penyelesaian analitik persamaan getaran pegas teredam yang telah dipaparkan dalam metode penelitian maka diperoleh solusi pada persamaan 3.8

SDM merupakan faktor utama dalam pengawasan karena jika tidak ada SDM yang terjadi adalah tidak akan ada proses pengawasan. Permasalahan SDM di BPKP menjadikan salah satu

Alasan peneliti memilih sekolah PAUD Terpadu Aisyiyah Mawaddah Barabai, karena PAUD ini sudah berupaya untuk merancang kegiatan pembelajaran anak dari rumah atau sistem

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aplikasi perancangan sistem pendukung keputusan perencanaan karir ini dengan metode profile matching atau

KEPALA

Metode TOPSIS telah banyak digunakan sebagai metode pengambilan keputusan, beberapa penelitian telah menerapkan metode TOPSIS dalam sistem pendukung keputusan, salah

Setelah penyusun melakukan penelitian dengan beberapa orang yang diwawancara tentang Praktik Tindak Pidana Politik Uang Pemilihan Kepala Desa dalam Perspektif Hukum