147
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja 2013
HASIL EVALUASI
AKUNTABILITAS KINERJA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013
31.1 Satuan Kerja
: BPS Provinsi Kalimantan Selatan
31.2 Sistem Evaluasi
: Evaluasi Lapangan/field evaluation
31.3 Hasil Penilaian
: 35,78
31.4 Rincian Penilaian
:
No
Komponen
Bobot
Capaian Organisasi
(1) (2) (3) (4)
A.
Perencanaan Kinerja 35 11,27
1. Dokumen Renstra BPS Provinsi Kalimantan Selatan telah ada namun belum selaras dengan dokumen Rensta BPS reviu ke-3 (telah direvui sebanyak 3 kali), Renstra BPS Provinsi yang tersedia masih menggunakan Renstra lama tahun 2011 ( tertanggal Juli 2011). Karena masih menggunakan Renstra yang lama (belum disesuaikan/diselaraskan dengan Renstra Pusat reviu ke 3) maka Renstra BPS Provinsi Kalimatan Selatan tidak memasukaan Indikator Kinerja Tujuan dan Indikator Kinerja Sasaran, sehingga target dan realiasasi/pencapaian kinerja jangka menegah serta target dan realiasai/pencapaian kinerja tahunan tidak bisa diukur secara obyetif dan memadai serta dokumen Renstra tersebut tidak menjadi acuan untuk membuat dokumen Rencanan Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kinerja Anggaran (RKA), Penetapan Kinerja (PK) serta Penepanan Indikator Kinerja Utama (IKU) Provinsi Kalimantan Selatan, akibatnya penerapan Manjamen Kinerja Provinsi Kalimantan Selatan menjadi tidak memadai, dan penilaian hasil Evaluasi Akuntabilitas Instasi Pemerintah (AKIP) menjadi rendah.
2. Karena belum dilakukan reviu atas Renstra Provinsi Kalimantan Selatan penetapan tujuan masih terdapat perbedaan dengan Renstra BPS.
3. Dokumen Renstra Provinsi Kalimantan Selatan tidak memuat Indikator baik tujuan maupun Indikator Sasaran sehingga tidak bisa dinilai apakah memenuhi indikator kinerja yang baik (SMART).
4. Dokumen Renstra Unit Kerja (Bidang-Bidang di BPS Provinsi Kalimantan Selatan) belum disusun sehingga dokumen Renstra BPS Provinsi belum dimanfaatkan oleh Bidang-Bidang dalam membuat perencanaan kinerja jangka menengah. Hal tersebut menyebabkan kendala untuk dilakukan monitoring dan evaluasi pencapaian target kinerja jangka menengah.
5. Dokumen RKT sebagai dokumen perencanaan Kinerja Tahunan belum menyajikan format yang sesusai ketentuan, karena tidak memuat Indikator Sasaran dan target, sehingga tidak bisa menjadi acuan pengukuran kinerja tahunan secara memadai
6. Dokumen Penetapan Kinerja masih memuat Indikator Kinerja Sasaran yang tidak relevan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU).
7. Terdapat Indikator Kinerja Sasaran pada RKT yang tidak menjadi Indikator Kinerja pada PK
8. Target Kinerja Sasaran dan Kegiatan dalam RKT dan PK tidak semuanya diukur dalam dokumen/formulir Pengukuran Kinerja Sasaran dan Pengukuran Kinerja Kegiatan, akibatnya beberapa Indikator sasaran dan Kegiatan tidak bisa diketahui Realisasinya.
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja 2013
148
No
Komponen
Bobot
Capaian Organisasi
(1) (2) (3) (4)
berdasarkan atas perencanaan kinerja (Performance Budgeting).
10. Belum dilakukan monitoring berkala atas target kinerja sasaran pada PK sehingga pencapaian kinerja berkala tidak dapat diketahui realisasinya.
B.
Pengukuran Kinerja 20 8,51
1. Mekanisme pengumpulan data kinerja belum memadai karena belum ada pedoman atau SOP tentang pengumpulan data kinerja yang Up to date. Mekanisme standar tersebut penting dalam menjamin akuntabilitas dalam pengukuran kinerja dan capaian kinerja satker yang dapat dinilai secara objektif dan valid. 2. Terdapat Indikator Kinerja Utama (IKU) yang belum memenuhi indikator kinerja yang baik serta belum
berorientasi hasil, sehingga tidak cukup untuk mengukur kinerja utama satker secara obyektif. Di samping itu, IKU tersebut tidak pernah direviu/revisi dalam rangka penyesuaian atas perubahan-perubahan yang terkait dengan kinerja, maupun dalam konteks pembentukan IKU yang memenuhi kriteria SMART sehingga relevan digunakan sebagai indikator atas pekerjaan utama BPS Provinsi Kalimantan Selatan.
3. IKU belum bisa dimanfaatkan secara optimal dalam dokumen perencanaan dan penganggaran karena masih terdapat indikator kinerja yang sifatnya supporting (program pedukung) atau bukan merupakan core bussines (kegiatan utama) BPS.
C.
Pelaporan Kinerja
15
7,91
1. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerinah (LAKIP) BPS Provinsi Kalimantan Selatan telah mencantumkan IKU berdasarkan Perka BPS No.41 tahun 2012, namun LAKIP belum seluruhnya menyajikan informasi Kinerja yang diperjanjikan karena Indikator Kinerja yang dimuat dalam dokumen perencanaan dan dokumen pengukuran kinerja tidak selaras dan tidak memadai di dalam menggungkap capaian kinerja.
2. Informasi kinerja dalam Laporan Akuntablitas Instansi Pemerinah (LAKIP) belum sepenuhnya dapat diandalkan karena masih menyajikan informasi pencapaian kinerja sasaran yang berorientasi output sehingga penilaian kinerja tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan dan peningkatan kerja tidak dapat dilaksanakan secara memadai.
3. Informasi yang disajikan dalam LAKIP belum dapat dimanfaatkan secara optimal dalam perbaikan dalam perencanaan kinerja, pelaksanaan kegiatan/Program, peningkatan kinerja serta penilaian kinerja yang merupakan wujud dari dari pertanggungjawaban atau akuntabilitas.
4. LAKIP belum menyajikan pembandingan data kinerja yang memadai antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya dan pembandingan lain yang diperlukan
5. Informasi yang disajikan dalam LAKIP belum sepenuhnya dapat diandalkan.
6. LAKIP belum menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan pencapaian kinerja dengan optimal.
149
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja 2013
No
Komponen
Bobot
Capaian Organisasi
(1) (2) (3) (4)
1. Secara substansi, kegiatan monitoring pencapaian kinerja sudah diterapkan pada BPS Provinsi Kalimantan Selatan, namun pelaksanaannya belum tersistematis dan terdokumentasi dengan baik. Akibatnya tidak terdapat informasi update tentang kemajuan pencapaian kinerja, kendala-kendala yang dihadapi, kesimpulan berhasil atau tidak berhasil dalam melaksanakan kegiatan/program, dsb. Di samping itu juga, lemahnya kegiatan monitoring tersebut mengakibatkan tidak terlaksananya perbaikan perencanaan maupun penerapan manajemen kinerja.
2. Pemanfaatan dokumen rencana aksi dalam bentuk SKP dan CKP cenderung hanya sebatas untuk pemberian tunjangan kinerja dan belum sepenuhnya digunakan sebagai pedoman agenda kegiatan maupun untuk memonitor kinerja individu pegawai.
3. Belum melakukan Evaluasi program/kegiatan untuk menyimpulkan berhasil atau tidaknya pelaksanaan program/kegiatan tersebut, sehingga belum memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan perencanaan kinerja yang dapat dilaksanakan dan peningkatan kinerja yang dapat dilaksanakan, dan belum ditindaklanjuti untuk perbaikan penerapan manajemen kinerja, perbaikan perencanaan, dan perbaikan kinerja karena evaluasi program belum dilakukan.
4. Kegiatan monitoring yang sudah dilaksanakan baru sebatas tataran pelaksanaan Kegiatan, yaitu kinerja jangka pendek (1 tahun) yang terdapat pada Eselon IV, dengan indikator keberhasilannya : Indikator Kinerja Kegiatan. Seharusnya monitoring mencakup seluruh aspek manajemen kinerja, yaitu :
Aspek Kinerja
Indikator
Keberhasilan
Jangka Waktu
KEGIATAN
IKK
1 Thn
SASARAN
IKS & IKU
5 Thn
TUJUAN
IKT
5 Thn
E.
Pencapaian Sasaran/Kinerja 20
5,33
1. Pencapaian kinerja sasaran telah diukur namun belum optimal karena terkait dengan pengumpulan dan pengukuran data kinerja yang belum bisa diandalkan. Hal tersebut disebabkan masih terdapat sasaran yang tidak berorientasi hasil (outcome) dan indikator kinerja sasaran yang belum memenuhi kriteria indikator yang baik.
2. LAKIP tidak melaporkan kinerja dari penilaian stakeholder (penghargaan dari Instansi/pihak luar seperti KPPN, DJKN dll).