• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KULON PROGO

PERATURAN BUPATI KULON PROGO

NOMOR 73 TAHUN 2013

TENTANG

TATA CARA PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK, PENDAFTARAN, PENDATAAN, PENILAIAN DAN PEMBERIAN NOMOR

OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3) dan Pasal 12 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan perlu diatur mengenai Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak, Pendaftaran, Pendataan, Penilaian dan Pemberian Nomor Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak, Pendaftaran, Pendataan, Penilaian dan Pemberian Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951;

(2)

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan

Daerah Daerah Kabupaten di Djawa

Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGISIAN

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK,

PENDAFTARAN, PENDATAAN, PENILAIAN DAN PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kulon Progo.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Kulon Progo.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah lembaga Perangkat Daerah yang mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab di bidang perpajakan daerah.

(3)

5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disingkat PBB P2 adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

7. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Daerah.

8. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

9. Hak atas tanah dan/atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dibidang pertanahan dan bangunan.

10. Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang diatasnya melekat hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang dibidang pertanahan.

11. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru atau NJOP pengganti.

12. Nilai Jual Objek Pajak Pengganti yang selanjutnya

disebut NJOP Pengganti adalah suatu

pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

13. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(4)

14. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut Objek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

15. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

16. Nomor Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NOP adalah nomor yang diberikan sebagai identitas Objek Pajak yang bersifat unik, permanen dan nasional.

17. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya disingkat SPOP adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak.

18. Klasifikasi adalah pengelompokan nilai jual Bumi atau nilai jual bangunan yang digunakan sebagai pedoman penetapan NJOP Bumi atau NJOP Bangunan.

19. Daftar Biaya Komponen Bangunan yang selanjutnya disingkat DBKB adalah daftar yang dibuat untuk memudahkan perhitungan nilai bangunan berdasarkan pendekatan biaya yang terdiri dari biaya komponen utama dan/atau biaya komponen material bangunan dan/atau biaya komponen fasilitas bangunan.

20. Nilai Indikasi Rata-Rata yang selanjutnya disingkat NIR adalah nilai pasar rata-rata yang dapat mewakili nilai tanah dalam suatu zona nilai tanah.

21. Zona Nilai Tanah yang selanjutnya disingkat ZNT adalah zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang mempunyai suatu NIR yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam satu wilayah administrasi desa/kelurahan tanpa terikat pada batas blok.

(5)

22. Pendaftaran objek dan subjek pajak bumi dan bangunan adalah kegiatan subjek pajak untuk mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

23. Pendataan objek dan subjek pajak bumi dan bangunan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau pihak lain yang ditunjuk untuk memperoleh data objek dan subjek pajak sesuai prosedur Pembentukan Basis Data.

24. Penilaian objek dan subjek pajak bumi dan bangunan adalah kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak, dengan menggunakan pendekatan data pasar, pendekatan biaya dan pendekatan kapitalisasi pendapatan.

25. Peta garis adalah peta yang menggambarkan unsur-unsur di permukaan bumi dalam bentuk bayangan garis, unsur yang digambarkan dinyatakan dalam bentuk simbol, serta dilengkapi dengan legenda.

26. Peta foto adalah peta yang detailnya adalah bayangan fotografis yang sudah dibetulkan serta diberikan keterangan tambahan yaitu data kartografi yang penting, sehingga dapat digunakan sebagai peta.

BAB II

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

Pasal 2

(1) SPOP digunakan dalam proses pendaftaran dan pendataan objek dan subjek pajak, terdiri dari :

a. SPOP perorangan; dan b. SPOP kolektif.

(2) SPOP perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diisi, ditandatangani dan dilengkapi dengan data pendukung oleh subjek pajak atau kuasanya.

(6)

(3) SPOP kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diisi, ditandatangani dan dilengkapi dengan data pendukung oleh aparat desa/kelurahan.

(4) SPOP harus disertai Lampiran SPOP (LSPOP) apabila objek pajak terdapat bangunan.

(5) Formulir SPOP dan LSPOP disediakan dan dapat diperoleh di Satuan Kerja Perangkat Daerah atau tempat lain yang ditunjuk

(6) Bentuk, isi, dan petunjuk pengisian formulir SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) tercantum pada Lampiran I dan Lampiran II dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB III

PENDAFTARAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 3

(1) Subjek pajak mendaftarkan objek pajaknya.

(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengambil dan mengisi SPOP dengan dilampiri bukti pendukung berupa :

a. foto kopi identitas subjek pajak atau kuasanya;

b. surat kuasa dalam hal SPOP diisi dan ditandatangani oleh kuasanya;

c. foto kopi bukti kepemilikan hak atas tanah; dan/atau d. bukti pendukung lainnya.

(3) Subjek pajak yang memiliki NPWP mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam SPOP.

(4) SPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah, paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek pajak atau kuasanya.

(7)

BAB IV

PENDATAAN OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 4

(1) Pendataan objek pajak dan subjek pajak dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau pihak ketiga, dengan menggunakan formulir SPOP dan dilakukan paling kurang untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan.

(2) Pendataan objek pajak dan subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui : a. penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP,

dimana pendataan dilaksanakan pada daerah/wilayah yang pada umumnya belum/tidak mempunyai peta, daerah terpencil atau potensi PBB P2 relatif kecil;

b. identifikasi objek pajak, dimana pendataan dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi PBB P2 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap;

c. verifikasi data objek pajak, dimana pendataan dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak dan mempunyai data administrasi PBB P2 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap; atau

d. pengukuran bidang objek pajak, dimana pendataan dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sketsa peta desa/kelurahan dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

(8)

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan teknis pendataan diatur oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

BAB V

PENILAIAN OBJEK PAJAK

Pasal 5

(1) Jenis objek PBB P2 terdiri dari objek pajak umum dan objek pajak khusus.

(2) Jenis objek pajak umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. objek pajak standar; dan b. objek pajak non standar.

(3) Objek pajak standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. tanah : < 10.000 m2 (lebih kecil atau sama dengan

sepuluh ribu meter persegi);

b. bangunan : jumlah lantai < 4 (lebih kecil atau sama dengan empat) lantai; atau

c. luas bangunan : < 1.000 m2 (lebih kecil atau sama

dengan seribu meter persegi).

(4) Objek pajak non standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah objek pajak yang tidak memenuhi kriteria objek pajak standar.

(5) Objek pajak khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. pelabuhan udara; b. pelabuhan laut; c. stasiun kereta api;

d. menara Base Transceiver Station (BTS); e. pompa bensin;

f. stasiun pengisian gas; g. taman rekreasi;

h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

(9)

Pasal 6

(1) Penilaian objek pajak dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menetapkan NJOP.

(2) Kegiatan penilaian dapat dilaksanakan melalui :

a. penilaian massal, dimana NJOP dihitung dengan menggunakan program komputer konstruksi umum (computer assisted valuation/CAV); dan

b. penilaian individu diterapkan pada objek pajak non standar dan objek pajak khusus.

(3) Kegiatan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan tiga pendekatan penilaian, meliputi :

a. pendekatan data pasar; b. pendekatan biaya; dan/atau

c. pendekatan kapitalisasi pendapatan.

(4) Penilaian dengan pendekatan data pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan beberapa penyesuaian. (5) Penilaian dengan pendekatan biaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b, dilakukan untuk penilaian bangunan dengan cara memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk membangun baru dikurangi dengan penyusutan.

(6) Penilaian dengan pendekatan kapitalisasi pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, dilakukan pada objek yang menghasilkan (komersial) dengan cara menghitung atau memproyeksikan seluruh pendapatan atau sewa dalam 1 (satu) tahun terhadap objek pajak dikurangi dengan kekosongan, biaya operasional, dan hak pengusaha.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan teknis penilaian diatur oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(10)

BAB VI

NOMOR OBJEK PAJAK

Pasal 7

(1) Setiap objek pajak diberikan NOP.

(2) Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit : a. digit ke-1 dan ke-2 merupakan kode provinsi; b. digit ke-3 dan ke-4 merupakan kode kabupaten;

c. digit ke-5 sampai dengan digit ke-7 merupakan kode kecamatan;

d. digit ke-8 sampai dengan digit ke-10 merupakan kode kelurahan/desa;

e. digit ke-11 sampai dengan digit ke-13 merupakan kode nomor urut blok;

f. digit ke-14 sampai dengan digit ke-17 merupakan kode urut objek pajak; dan

g. digit ke-18 merupakan kode tanda khusus.

(3) Gambar struktur NOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 8

(1) Pendataan terhadap mutasi utuh tidak menghilangkan NOP induk.

(2) Pendataan terhadap mutasi pecah, masing-masing penerima pecahan mendapatkan NOP baru, sisa tanah tetap menggunakan NOP lama.

(3) Pendataan terhadap mutasi pecah tanpa ada sisa, maka NOP diberikan kepada salah satu penerima mutasi pecah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian NOP akan diatur oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(11)

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kulon Progo.

Ditetapkan di Wates

pada tanggal 13 Desember 2013 BUPATI KULON PROGO,

Cap/ttd

HASTO WARDOYO

Diundangkan di Wates

pada tanggal 13 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KULON PROGO,

Cap/ttd

ASTUNGKORO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013 NOMOR 73

(12)

NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG

TATA CARA PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK, PENDAFTARAN, PENDATAAN, PENILAIAN DAN PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

I. A. BENTUK DAN ISI SPOP PERORANGAN

No. Formulir PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

Selain yang diisi oleh Petugas (bagian yang diarsir), diisi oleh Wajib Pajak

Beri tanda silang pada kolom yang sesuai.

1. JENIS TRANSAKSI 1. Perekaman Data 2. Pemutakhiran Data 3. Penghapusan Data PROV KAB KEC DESA/KEL BLOK NO URUT KODE

2. NOP

3. NOP BERSAMA

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU 4. NOP ASAL

5. NO SPPT LAMA

B. DATA LETAK OBJEK PAJAK

6. NAMA JALAN 7. BLOK / KAV / NOMOR

8. DESA/KELURAHAN 9. RW 10. RT

C. DATA SUBJEK PAJAK

11. STATUS 1. Pemilik 2. Penyewa 3. Pengelola 4. Pemakai 5. Sengketa

12. PEKERJAAN 1. PNS*) 2. ABRI*) 3. Pensiunan*) 4. Badan 5. Lainnya

13. NAMA SUBJEK PAJAK 14. NPWP

15. NAMA JALAN 16. BLOK/KAV/NOMOR

17. DESA/KELURAHAN 18. RW 19. RT

20. KABUPATEN – KODE POS

21. NOMOR KTP

D. DATA TANAH

23. ZONA NILAI TANAH

4. FasilitasUmum 22. LUAS TANAH

(m2)

24. JENIS TANAH 1. Tanah + 2. Kavling 3. Tanah Kosong Bangunan Siap Bangun

E. DATA BANGUNAN 25. JUMLAH BANGUNAN

(13)

F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK

Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2013.

26. NAMA SUBJEK PAJAK/ 27. TANGGAL 28. TANDA TANGAN KUASANYA

Dalam hal bertindak selaku kuasa, Surat Kuasa harap dilampirkan

Dalam hal Subjek Pajak mendaftarkan sendiri Objek Pajak, supaya menggambarkan Sket/Denah Lokasi Objek Pajak

Batas waktu pengembalian SPOP terhitung 30 (tigapuluh) hari sejak diterima oleh Subjek Paja ksesuai Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2013.

G. IDENTITAS PENDATA/PEJABAT YANG BERWENANG PETUGAS PENDATA

29. TANGGAL (TGL/BLN/THN) / / 30. TANDA TANGAN

31. NAMA JELAS 32. NIP

MENGETAHUI PEJABAT YANG BERWENANG : 29. TANGGAL (TGL/BLN/THN) / /

30. TANDA TANGAN 31. NAMA JELAS 32. NIP

SKET / DENAH LOKASI OBJEK PAJAK

Keterangan : Contoh Penggambaran: Gambarkan sket/ denah lokasi objek pajak

(tanpa skala), yang dihubungkan dengan jalan raya/ jalan protokol, jalan lingkungan dan lain-lain, yang

mudah diketahui oleh umum; Jl. Brigjen Katamso

Sebutkan batas-batas pemilikan sebelah utara, Eko Retno selatan, timur dan barat.

(14)

B. LAMPIRAN SPOP (L-SPOP)

LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (L-SPOP) No. formulir

1.JENIS TRANSAKSI 1. Perekaman Data 2. Pemutakhiran Data 3.Penghapusan Data 4. Penilaian individual

PROV KAB KEC KEL/DES BLOK NO.URUT KODE 3. JUMLAH BNG

2. NOP 4. BANGUNAN KE

A. RINCIAN DATA BANGUNAN

5. JNS PENGGUNAAN 1. Perumahan 2. PerkantoranSwasta 3. Pabrik BANGUNAN

4. Toko/Apotik/Pasar/Ruko 5. RumahSakit/Klinik 6. Olah Raga/Rekreasi 7. Hotel/Wisma 8. Bengkel/Gudang/Pertanian 9. GedungPemerintah

10.Lain-lain 11.Bng TidakKenaPajak 12.Bangunan Parkir 13.Apartemen 14.Pompa Bensin 15.Tangki Minyak

16.Gedung Sekolah

6. LUAS BANGUNAN 7. JUMLAH LANTAI (M2)

8. THN DIBANGUN

9. THN DIRENOVASI 10. DAYA LISTRIK TERPASANG (WATT)

11. KONDISI PADA 1. Sangat 2. Baik 3. Sedang 4. Jelek UMUMNYA Baik

12. KONSTRUKSI 1. Baja 2. Beton 3. Batu Bata 4. Kayu

13. ATAP 1. Decrabon/ 2. Gtg Beton/ 3. Gtg Biasa/ 4. Asbes 5. Seng Beton/ Aluminium Sirap

Gtg Glazur

14. DINDING 1. Kaca/ 2. Beton 3. Batu Bata/ 4. Kayu 5. Seng Aluminium Conblok

6. Tidak Ada

15. LANTAI 1. Marmer 2. Keramik 3. Teraso 4. Ubin PC/ 5. Semen Papan

16. LANGIT-LANGIT 1. Akustik/ 2. Triplek/Asbes 3. Tidak Ada Jati Bambu

B. FASILITAS

17. JUMLAH AC Split Window 18. AC Sentral 1. Ada 2. Tdk Ada 19. LUAS KOLAM

RENANG (M2)

1. Diplester 2. Dengan Pelapis

20. LUAS PERKERASAN HALAMAN (M2)

Ringan Berat

Sedang Dengan Penutup Lantai

21. JUMLAH DGN LAMPU TNP LAMPU LAPANGAN Beton TENIS Aspal Tanah Liat/ Rumput 22. JUMLAH LIFT Penumpang Kapsul Barang 23. JUMLAH TANGGA BERJALAN Lbr< 0,80 M Lbr> 0,80 M 24. PANJANG PAGAR (M)

BAHAN PAGAR 1. Baja/Besi 2. Bata/ Batako

25. PEMADAM 1. Hydrant 1. Ada 2. Tidakada KEBAKARAN 2. Sprinkler 1.Ada 2. Tidakada 3. Fire Al. 1. Ada 2. Tidakada

26. JML.SALURAN 27. KEDALAMAN SUMUR PES.PABX ARTESIS (M)

C. DATA TAMBAHAN UNTUK JPB = 3 / 8

(15)

LANTAI (Kg/M2) DINDING (M) (M2)

D. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN NON-STANDARD

PERKANTORAN SWASTA / GEDUNG PEMERINTAH (JPB=2/9)

33. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2 3. Kelas 3 4. Kelas 4 TOKO/APOTIK/PASAR/RUKO (JPB=4)

34. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2 3. Kelas 3 RUMAH SAKIT / KLINIK (JPB=5)

35. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2 3. Kelas 3 4. Kelas 4 36. LUAS KMR DNG 37. LS RUANG LAIN DNG AC SENTRAL (M2) AC SENTRAL (M2) OLAHRAGA / REKREASI (JPB=6)

38. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2 HOTEL / WISMA (JPB=7)

39. JENIS HOTEL 1. Non-Resort 2. Resort

40. JML BINTANG 1. Bintang 5 2. Bintang 4 3. Bintang 3 4. Bintang 1-2 5. Non Bintang 41. JUMLAH KAMAR 42. LUAS KMR DNG 43. LS RUANG LAIN DNG

AC SENTRAL (M2) AC SENTRAL (M2) BANGUNAN PARKIR (JPB=12)

44. TIPE BANGUNAN 1. Tipe 4 2. Tipe 3 3. Tipe 2 4. Tipe 1 APARTEMEN (JPB=13)

45. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2 3. Kelas 3 4. Kelas 4

46. JML APARTEMEN 47.LUAS APT DNG 48. LS RUANG LAIN DNG

AC SENTRAL (M2) AC SENTRAL (M2) TANGKI MINYAK (JPB=15)

49. KAPASITAS TANGKI 50. LETAK TANGKI 1. Di Atas 2. Di Bawah (M3) Tanah Tanah GEDUNG SEKOLAH (JPB=16)

51. KELAS BANGUNAN 1. Kelas 1 2. Kelas 2

E. PENILAIAN INDIVIDUAL ( x 1000 Rp)

52. NILAI SISTEM 53. NILAI INDIVIDUAL

F. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG

PETUGAS PENDATA 54. TGL KUNJUNG / / KEMBALI 55. TGL PENDATAAN / / 56. TANDA TANGAN 57. NAMA JELAS 58. NIP

MENGETAHUI PEJABAT YANG BERWENANG

59. TGL PENELITIAN / / 60. TANDA TANGAN

61. NAMA JELAS 62. NIP

(16)

II. A. PETUNJUK PENGISIAN SPOP

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

PERHATIAN : - Isilah formulir ini dengan benar, lengkap dan gunakan

huruf balok

- Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kotak awal.

- Pengisian ‘angka’ dimulai dari kotak akhir secara berurutan dengan angka terakhir dari kanan ke kiri.

No. Formulir : Diisi oleh petugas

JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas

NOP : Diisi oleh petugas

NOP BERSAMA : Diisi oleh petugas

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU

NOP ASAL : Diisi oleh petugas

NO SPPT LAMA : Diisi oleh petugas

B. DATA LETAK OBJEK PAJAK

NAMA JALAN : Isilah dengan nama alamat objek pajak. Gunakan singkatan sebagai berikut :

JL untuk Jalan KAV untuk Kaveling GG untuk Gang

BJ untuk Banjar KO untuk Komplek KP untuk Kampung

DS untuk Dusun SB untuk Subak LK untuk Lingkungan

BLK untuk Belakang DLM untuk Dalam UJ untuk Ujung

BLOK/KAV/NOMOR : Isilah dengan Nomor, Blok, Kaveling.

Contoh Pengisian NAMA JALAN – BLOK/KAV/NOMOR

NAMA JALAN BLOK/KAV/NOMOR

JL SUTIJAB KAV B7

JL BHAYANGKARA IV 10 JL KLAYONAN GG III 15

GG AYUB 28

KP RAMBUTAN BLOK C1-22 JL ANGGREK PUTIH ELOK BLK BLOK D1-15

(17)

DESA/KELURAHAN : Isilah dengan nama Desa/Kelurahan dimana Objek pajak berada.

RW/RT : Isilah dengan nomor RW/RT dimana objek pajak berada.

C. DATA SUBJEK PAJAK

STATUS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.

PEKERJAAN : Berilah tanda silang (X) pada butir 1 (PNS), 2 (ABRI), 3 (Pensiunan) jika penghasilan subjek pajak semata-mata berasal dari gaji atau uang pensiun. Butir 4 (Badan) diberi tanda silang (X) jika objek pajak tersebut milik Badan atau Pemerintah. Butir 5 (Lainnya) diberi tanda silang (X) jika subjek pajak adalah PNS, ABRI, Pensiunan yang mempunyai penghasilan lain diluar gaji atau uang pensiunan, dan pekerjaan lainnya selain PNS, ABRI dan Pensiunan. NAMA SUBJEK

PAJAK

: Isilah dengan lengkap.

Gelar, titel, pangkat dan yang sejenis, penulisannya disingkat di belakang nama subjek pajak setelah koma diberi jarak satu spasi dan diakhiri dengan titik. Contoh : ALI, H.

SUWARNO, JEND.

JOHANNES, PROF.DR.IR.SH.

NPWP : Isilah dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jika objek pajak milik perorangan maka NPWP yang dicantumkan adalah NPWP Perseorangan.

NAMA JALAN : Isilah dengan nama jalan/alamat subjek pajak sesuai petunjuk huruf B.

DESA/KELURAHAN : Isilah dengan nama desa/kelurahan dimana subjek pajak bertempat tinggal.

RW/RT : Isilah dengan nama RW/RT dimana subjek pajak bertempat tinggal.

KABUPATEN – KODE POS

: Isilah dengan nama Kabupaten dan nomor kode pos dimana subjek pajak bertempat tinggal.

NOMOR KTP : Isilah dengan Nomor KTP dari subjek pajak perseorangan.

(18)

D. DATA TANAH

LUAS TANAH : Isilah dengan luas tanah objek pajak yang dimiliki/dimanfaatkan (dalam meter persegi) sesuai dengan petunjuk pengisian angka.

ZONA NILAI TANAH : Diisi oleh petugas.

JENIS TANAH : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan pemanfaatan tanah, pada Kolom yang tersedia.

E. DATA BANGUNAN

JUMLAH BANGUNAN : Isilah dengan jumlah bangunan yang ada pada objek pajak (bidang tanah) yang bersangkutan. Setiap bangunan, adanya harus dirinci ke dalam satu lampiran SPOP.

F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK

NAMA SUBJEK PAJAK /KUASANYA, TANGGAL,

TANDA TANGAN : Isilah diatas masing-masing garis yang disediakan.

G. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG

Diisi oleh petugas.

SKET/DENAH LOKASI OBJEK PAJAK

- Diisi /digambar oleh Subjek Pajak jika Subjek Pajak mendaftarkan objek pajaknya.

- Apabila kegiatan pendataan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, Sket/Denah Lokasi objek pajak tidak perlu diisi / digambar.

(19)

B. 1. PETUNJUK PENGISIAN L-SPOP UNTUK SUBJEK PAJAK

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP UNTUK SUBJEK PAJAK

1. Jenis Transaksi : Diisi oleh petugas 2. NOP : Diisi oleh petugas 3. Jumlah Bangunan : Diisi oleh petugas 4. Bangunan Ke : Diisi oleh petugas

A. RINCIAN DATA BANGUNAN

5. Jenis Penggunaan Bangunan (JPB)

: Berilah tanda silang (x) sesuai dengan pemanfaatan bangunan saat ini. Apabila penggunaan satu bangunan lebih dari satu jenis, masing-masing penggunaan bangunan menggunakan 1 (satu) lembar lampiran SPOP sesuai dengan JPB-nya.

Contoh:

- Lantai basement untuk parkir (JPB=12) - Lantai 1-6 untuk perkantoran (JPB=2)

- Lantai 7 dan seterusnya untuk apartemen (JPB=13)

6. Luas Bangunan : Isilah jumlah luas lantai bangunan termasuk teras, balkon dan bangunan tambahan lainnya. 7. Jumlah Lantai : Isilah jumlah lantai yang ada.

8. Tahun Dibangun : Cukup jelas.

9. Tahun Direnovasi : Isilah dengan tahun terakhir yang direnovasi. 10. Daya Listrik

Terpasang/watt

: Isilah daya listrik sesuai yang tertera dalam rekening.

11. Kondisi Pada Umumnya

: Cukup jelas.

12. Kontruksi : Cukup jelas.

13. Atap : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

(20)

14. Dinding : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

15. Lantai : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

16. Langit-langit : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

B. FASILITAS

17. Jumlah AC : Cukup jelas. 18. AC Central : Cukup jelas. 19. Luas kolam renang : Cukup jelas. 20. Luas perkerasan halaman

: Isilah luas perkerasan halaman sesuai dengan typenya.

- Kontruksi ringan :

Tebal rata-rata 6 cm, biasanya menggunakan beton ringan.

- Kontruksi sedang :

Tebal rata-rata 10 cm, untuk parkir mobil pribadi, biasanya menggunakan beton, aspal atau paving block.

- Kontruksi berat :

Tebal rata-rata lebih dari 10 cm, menggunakan beton dilapis aspal , untuk halaman pabrik /industri.

- Penutup lantai misalnya : dengan keramik dll. 21. Jumlah

lapangan tennis

: Cukup jelas.

22. Jumlah lift : Cukup jelas. 23. Jumlah

tangga berjalan

(21)

24. Panjang pagar, bahan pagar : Cukup jelas. 25. Pemadam kebakaran : Cukup jelas. 26. Jumlah/sal. pesawat PABX

: Isilah sesuai dengan jumlah saluran telepon (extension) yang dihubungkan dengan PABX.

27. Kedalaman sumur artesis

(22)

B. 1. PETUNJUK PENGISIAN L-SPOP UNTUK PETUGAS

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP (UNTUK PETUGAS)

A. RINCIAN DATA BANGUNAN : diisi wajib pajak.

B. FASILITAS : diisi wajib pajak

C. DATA TAMBAHAN UNTUK JPB = 3/8

28. Tinggi kolom : diisi dengan tinggi kolom bangunan 29. Lebar bentang : diisi dengan lebar bentang bangunan

Contoh :

tinggi kolom

lebar bentang lebar bentang

30. Daya dukung lantai

: diisi daya dukung lantai

31. Keliling dinding : keliling dinding = 2 x (panjang + lebar)

32. Luas Mezzanine : Mezzanine atau lantai antara, adalah lantai tambahan yang terletak di dalam bangunan dengan ketinggian 2 – 3 m dari lantai, dan biasanya digunakasn untuk kantor atau tempat penyimpanan barang.

Mezzanine

D. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN NON-STANDARD

PERKANTORAN SWASTA/GEDUNG PEMERINTAH (JPB=2/9)

33. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan

TOKO/APOTIK/PASAR/RUKO (JPB = 4)

(23)

RUMAH SAKIT/KLINIK ( JPB = 5)

35. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan 36. Luas Kamar

dengan AC Sentral

: Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah umumnya kamar dengan luas sesuai type masing-masing.

37. Luas Ruangan Lain dengan AC sentral

: Diisi dengan luas ruangan selain kamar, termasuk ruang kantor dan ruangan - ruangan yang lain.

OLAH RAGA/REKREASI (JPB = 6)

38. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan

HOTEL/RESTORAN/WISMA (JPB = 7)

39. Jenis hotel : Non Resort adalah jenis hotel yang biasanya terdapat di dalam kota dan aktivitas penghuni umumnya dalam rangka bisnis. Contoh : Hotel Indonesia – Jakarta, Hotel

Simpang – Surabaya, Hotel Tiara – Medan.

Resort adalah jenis hotel yang lokasinya di daerah-daerah tempat wisata dan aktivitas penghuninya adalah dalam rangka liburan. Contoh : Hotel Nusa Dua – Bali, Hotel

Parapat – Danau Toba, Hotel Senggigi – Lombok.

40. Jumlah Bintang : Diisi sesuai dengan klasifikasi hotel.

41. Jumlah Kamar : Diisi dengan jumlah seluruh kamar dari semua type.

42. Luas Kamar dengan AC Sentral

: Untuk mendapatkan luas caranya dengan mengalikan jumlah kamar dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran kamar umumnya standard.

43. Luas Ruangan Lain dengan AC Sentral

: Diisi dengan ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant.

BANGUNAN PARKIR (JPB = 12)

(24)

APARTEMEN/KONDOMINIUM (JPB = 13)

45. Kelas Bangunan : diisi kelas bangunan. 46. Jumlah

Apartemen

: Diisi sesuai dengan jumlah unit-unit apartemen yang ada (bukan jumlah gedung). 47. Luas Apartemen

dengan AC Sentral

: Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah unit apartemen dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran unit apartemen umumnya standard

48. Luas Ruangan Lain dengan AC Sentral

: Diisi dengan luas ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant.

TANGKI MINYAK (JPB=15)

49. Kapasitas Tangki : Diisi sesuai dengan kapasitas tangki yang ada. (Pengisian kapasitas agar disesuaikan dengan keadaan di lapangan).

50. Letak Tangki : Cukup jelas

GEDUNG SEKOLAH (JPB=16)

51. Kelas Bangunan : Diisi kelas bangunan

E. PENILAIAN INDIVIDUAL

52. Nilai Sistem : Nilai hasil perhitungan komputer

53. Nilai Individual : Kolom ini diisi untuk objek pajak yang dinilainya dihitung dengan menggunakan penilaian individual.

F. IDENTITAS PENDATA/PEJABAT YANG BERWENANG

(25)

III. Gambar Struktur NOP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Provinsi Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa Nomor Nomor Urut Tanda Urut Blok Objek Pajak Khusus

Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan

Wates, 13 Desember 2013

BUPATI KULON PROGO,

Cap/ttd

Referensi

Dokumen terkait

Adapun permasalah yang dibahas dalam penelitian ini untuk melihat kedudukan presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan yang memiliki kekuasaan

Perancangan tata letak pabrik harus didesain secara efektif dan efisien. Tata letak pabrik harus diperhatikan untuk mempermudah mobilitas pabrik seperti tempat kerja karyawan,

Hasil validasi metode Spektrofotometri UV-Vis dalam menetapakan kadar total antosianin pada ekstrak ubi jalar ungu telah memenuhi persyaratan parameter validasi. Metode

ADHI KARYA (PERSERO) Tbk DURI, RIAU TAHUN 2016’’ ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan duty cycle lebih dari 50% didapatkan arus dan tegangan serta putaran motor yang linear dan membentuk garis yang

Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan

Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan

Pelaku ekonomi - terdiri dari negara, bank, perusahaan korporasi, TNC dan TNB; yang melakukan operasi untuk menarik penanaman modal asing sebagai sumber modal untuk