• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tercapainya kesejahteraan manusia merupakan tujuan dalam bernegara. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diwujudkan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek, sehingga hak- hak penduduk dalam mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan yang sehat, dan hak lainnya terpenuhi.

Hjorth (2012: 1032) menyatakan hal berikut, “There will be no sustinable development unless we develop coordinated mechanism and processes that, together, offer a participatory system to develop visions, goals, and targets for sustainable development, and to coordinate implementation and review (Tidak akan ada pembangunan berkelanjutan terkecuali kita mengembangkan mekanisme yang terkoordinasi dan mengolahnya, bersama- sama menawarkan sistem partisipasi untuk mengembangkan visi, tujuan, dan sasaran untuk pembangunan berkelanjutan, dan untuk mengkoordinir implementasi dan peninjauan). BAPPENAS mengungkapkan bahwa pembangunan yang berkelanjutan dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan tiga pilar, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan (2012: 86). Penyelenggaraan pembangunan secara menyeluruh dan berkelanjutan inilah yang menjadi perhatian utama negara maju maupun berkembang. Salah satu

(2)

commit to user

bentuk perhatian dunia dalam melaksanakan sustainable development diwujudkan dalam komitmen bersama yang dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 (delapan) butir, antara lain : 1. Eradicate Extreme Poverty And Hunger (Pemberantasan kemiskinan dan

kelaparan ekstrim)

2. Achieve Universal Primary Education (Tercapainya pendidikan dasar secara universal)

3. Promite Gender Equality And Empower Women (Dikedepankannya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan)

4. Reduce Child Mortality (Pengurangan kematian anak BALITA) 5. Improve Maternal Health (Perbaikan kesehatan ibu)

6. Combat HIV/ AIDS, Malaria And Other Disease (Peperangan terhadap HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit- penyakit lainnya)

7. Ensure Environmental Sustainability (Kepastian keberlanjutan lingkungan)

8. Develop A Global Partnership For Development (Pengembangan kemitraan global untuk pembangunan) (OECD,2001 dalam Mardikanto, 2010: 1)

Salah satu butir pembangunan tersebut adalah kepastian keberlanjutan lingkungan. BAPPENAS menyatakan, “Kelestarian lingkungan antara lain dapat diindikasikan oleh adanya akses berkelanjutan terhadap sumber air minum dan fasilitas sanitasi dasar yang layak di perkotaan dan perdesaan” (2012: 93). Sumber air minum dan sanitasi yang layak menjadi hal yang

(3)

commit to user

penting karena berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan akibat akses sanitasi dan air minum yang kurang layak adalah naiknya kematian anak akibat diare. UNICEF Indonesia memaparkan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman, berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia (2012: 1). Untuk menekan angka kematian bayi akibat diare tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan setiap penduduk mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang layak. Hal tersebut diperjelas oleh WHO (mengutip dari pendapat Esrey, 1990) sebagai berikut :

“Suplai air yang aman dan mencukupi serta sanitasi akan dapat menurunkan kematian bayi dan anak sampai lebih dari 50% dan mencegah sekitar seperempat dari semua episode diare. Meningkatkan suplai air ke rumah tangga akan dapat menurunkan tingkat kejadian penyakit- penyakit yang tercuci dengan air, dan sanitasi yang meningkat dapat mengganggu daur pengembalian kuman- kuman penyakit yang terbawa air atau berbasis di air kembali ke makanan, air atau tanah. Kajian atas penelitian- penelitian dampak suplai air terhadap kesehatan menunjukkan bahwa di sebagian besar kasus dengan perbaikan suplai air telah mampu menurunkan kejadian penyakit- penyakit diare, termasuk dalam peningkatan tersebut adalah meningkatnya ketersediaan air.” (2001) Target bidang sanitasi dan air minum yang ingin dicapai pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah 68,87% penduduk atau rumah tangga yang bisa mengakses air minum yang layak dan 62,41% penduduk atau rumah tangga yang dapat mengakses sanitasi yang layak. Dalam rangka mencapai target tersebut, pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum membuat regulasi berupa Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM). Pada

(4)

commit to user

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di perkotaan dan perdesaan, baik di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, maupun bagi masyarakat dan dunia usaha. Salah satu wujud nyata penjabaran kebijakan tersebut adalah digulirkannya Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) pada tahun 2008. Program PAMSIMAS melibatkan BAPPENAS sebagai koordinator nasional, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency, dengan dibantu beberapa Implementing Agency yakni Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Keuangan (CPMU PAMSIMAS, 2009 : 37).

Tujuan program PAMSIMAS adalah meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (CPMU PAMSIMAS, 2013 : 7).

Program PAMSIMAS telah dilaksanakan pada tahun 2008- 2012. Capaian yang diperoleh melalui program PAMSIMAS pada periode ini telah dilaksanakan di 6000 desa yang tersebar di 110 kabupaten/kota di 15 provinsi. Direktur Pengembangan Air Minum (PAM) Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Mochammad Natsir menyatakan bahwa Program PAMSIMAS diharapkan tidak hanya berhasil meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi saja, namun juga mampu mendukung

(5)

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengelola prasarana air minum dan sanitasi terbangun. Oleh karena itu, program PAMSIMAS dilanjutkan, dikembangkan, dan disempurnakan dengan adanya PAMSIMAS II (Media Bisnis, 2014).

Beberapa hal yang melandasi dilaksanakannya PAMSIMAS II berdasarkan hasil evaluasi program antara lain bahwa pada tahun 2008-2012, sebanyak 162 desa atau 3% dari total desa sebanyak 6474 desa sasaran menyatakan mundur dari program PAMSIMAS I, yang diakibatkan proses penentuan desa sasaran yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis PAMSIMAS. Kemudian masih terdapat desa sasaran program tahun 2011-2013 yang belum menyelesaikan kegiatan fisiknya yaitu sebanyak 108 desa atau 1% dari total desa sebanyak 7360 desa. Dan berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen (SIM) PAMSIMAS terdapat desa yang SPAM-nya tidak berfungsi sebanyak 460 desa atau 7% dan desa yang SPAM-nya tidak berfungsi sebagian sebanyak 1530 desa atau 22% dari total desa tahun 2008-2012. Disamping itu, masih terdapat Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum memenuhi kewajiban melaksanakan replikasi program sebanyak 96 desa dari total kewajiban replikasi sebanyak 705 desa atau 14% (Hendriawati, 2014).

Sebagai salah satu kabupaten yang telah melaksanakan Program PAMSIMAS I, Kabupaten Wonogiri ditetapkan sebagai kabupaten pelaksana program PAMSIMAS II periode 2013-2016. Hal ini didasarkan

(6)

commit to user

pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 79/KPTS/DC/2013 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/DC/2013 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sasaran Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Di Kabupaten Wonogiri, Program PAMSIMAS II merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam hal pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan, yang direncanakan dalam Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) 2011-2015 (Humas Kabupaten Wonogiri, 2011).

Permasalahan air minum dan sanitasi di Kabupaten Wonogiri saat terlaksananya Program PAMSIMAS II pada tahun 2013 masih dibutuhkan perhatian yang serius. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri menyatakan bahwa pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk yang menggunakan dan memiliki akses jamban sehat baru mencapai 60,3% dan prosentase jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) baru mencapai 53,4%. Padahal indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan untuk Kabupaten Wonogiri menargetkan, pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk yang menggunakan dan memiliki akses jamban sehat Kabupaten Wonogiri sebesar 64,1% dan desa yang melaksanakan STBM sebesar 57,8%. Selain itu, masih ada 14210 KK yang masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dampaknya, pada akhir tahun 2013 kasus diare di Kabupaten Wonogiri masih mencapai angka 9649 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, 2013). Hal ini

(7)

commit to user

menunjukkan bahwa keadaan sanitasi dan air minum di Kabupaten Wonogiri masih belum baik, sehingga Program PAMSIMAS II yang dimulai pada tahun 2013- 2016 diharapkan mampu mengatasi permasalahan air minum dan sanitasi di Kabupaten Wonogiri.

Tahun 2014 merupakan tahun kedua pelaksanaan Program PAMSIMAS II. Pada tahun tersebut, terpilih 9 desa/kelurahan sasaran program PAMSIMAS II di Kabupaten Wonogiri. Kesembilan desa/kelurahan tersebut terpilih berdasarkan seleksi proposal yang diajukan oleh 22 desa/kelurahan.

Tabel 1.1 Daftar Desa/Kelurahan Sasaran Program PAMSIMAS II Tahun Anggaran 2014 di Kabupaten Wonogiri

No Nama Desa Target Tambahan Penerima Manfaaat Air Minum (Jiwa) Perkiraan BLM Sumber Dana 1 Jeporo 2100 Rp. 250.000.000,00 APBN 2 Pagutan 2195 Rp. 200.000.000,00 APBN 3 Jaten 2154 Rp. 220.000.000,00 APBN 4 Tambakmerang 1300 Rp. 220.000.000,00 APBN 5 Suci 1750 Rp. 200.000.000,00 APBN 6 Giriharjo 1200 Rp. 230.000.000,00 APBN 7 Jimbar 1272 Rp. 210.000.000,00 APBD 8 Setrorejo 1150 Rp. 210.000.000,00 APBD 9 Giriyoso 1150 Rp. 240.000.000,00 APBD

Sumber: Lampiran Surat Bupati Nomor: 050/ tanggal 20 Januari 2014 tentang : Penyampaian Usulan Daftar Pendek Desa/Kelurahan Sasaran Program Pamsimas dari Dana APBN 2014

Dari sembilan desa/kelurahan tersebut, penelitian ini difokuskan pada Kelurahan Pagutan, dikarenakan berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian proposal desa/kelurahan, jumlah penduduk yang belum

(8)

commit to user

2.195 jiwa. Pertimbangan lain adalah masih terdapat 1.807 penduduk yang belum menggunakan jamban, dan 53 kejadian penyakit diare dalam satu tahun terakhir. Selain itu, dalam Rencana Kerja Masyarakat Program PAMSIMAS II Kelurahan Pagutan juga dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan air minum disebabkan oleh kemarau yang panjang dan buruknya kualitas air minum saat hujan. Kemudian dalam hal sanitasi, permasalahan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya sumber air bersih, kebiasaan perilaku masyarakat yang BABS, dan kemiskinan. Lalu dalam hal perilaku kesehatan, permasalahan yang dihadapi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan (RKM KKM Warih Mulyo, 2014). Karena alasan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui implementasi Program PAMSIMAS II di Kelurahan Pagutan dan faktor yang berpengaruh pada implemetasi program.

Penelitian terdahulu mengenai implementasi Program PAMSIMAS I telah dilakukan oleh Ooh Idham Holid di Kabupaten Garut. Penelitian tersebut hanya difokuskan pada pengaruh implementasi program terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Holid, 2013). Kemudian penelitian mengenai evaluasi implementasi Program PAMSIMAS I yang dilakukan oleh Bagus Danar Andito, dkk di Kabupaten Grobogan difokuskan pada analisis perubahan yang terjadi setelah adanya program dan aspek pendukung serta penghambat pelaksanaan program. Kedua penelitian tersebut hanya dititikberatkan pada dampak yang terjadi pasca program. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut terletak pada

(9)

fokus penelitiannya. Penelitian ini difokuskan pada proses implementasi Program PAMSIMAS II dan faktor- faktor yang berpengaruh dalam proses implementasi program PAMSIMAS II.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri ?

2. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis

a. Menambah pengetahuan dan keilmuan bidang kebijakan publik. b. Menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

(10)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret b. Bagi instansi terkait, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu referensi bagi pelaksana Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) II untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program selanjutnya.

c. Bagi masyarakat Kelurahan Pagutan, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber masukan agar pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah terbangun dijalankan dengan lebih baik.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Desa/Kelurahan Sasaran Program PAMSIMAS II Tahun  Anggaran 2014 di Kabupaten Wonogiri

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu malam, Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara

Yamaha Serba Mulia Auto ini sendiri, sehingga masalah penyajian terhadap aktiva tetap akan membawa pengaruh terhadap laporan keuangan jika penyajian tersebut

Waterfront sungai atau kanal di dalam kota disamping berfungsi sebagai kawasan saluran utama pengendali banjir dan saluran pembuangan limbah air kotor bagi penduduknya, juga

Misi dalam pengelolaan zakat di Provinsi NTB dengan Kabupaten/Kota, sekaligus dalam rangka mendukung Visi dan Misi BAZNAS dan disusunnya rencana strategis zakat Provinsi

Efisiensi "Algae removal “ menggunakan Anaerobic Baflled Reactor (ABR) dan ketiga jenis Constructed Wetland (CW) yang menggunakan media filter seperti.. xi

Perlakuan pemupukan berupa pupuk an- organik, kombinasi pupuk anorganik dan organik serta pupuk organik pada tanaman jagung manis memberikan pengaruh tidak nyata

[r]

Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri