FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA SUPIR BIS TRAYEK MANADO-AMURANG DI TERMINAL MALALAYANG MANADO
Farrah Ch Damopoli, Paul A. T. Kawatu, Reiny A. Tumbol Bidang Minat Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak
Kelelahan kerja merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan, karena kelelahan pada pekerja dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan penurunan konsentrasi kerja. Jalur lalu lintas Manado – Amurang merupakan salah satu jalur yang padat kendaraan disaat jam sibuk, dan merupakan salah satu jalur lalu lintas yang rawan bencana. Sehingga pengguna jalan untuk jalur lalu lintas Manado – Amurang diharapkan untuk selalu berhati – hati dan selalu kosentrasi disaat mengemudikan kendaraan untuk melewati jalur ini. Adapun tujuan dari peneliti yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang di terminal Malalayang.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode observasional analitik. Populasi penelitian adalah seluruh supir bis trayek Manado – Amurang yang ada di terminal Malalayang yang berjumlah 45 orang. Sampel pada penelitian adalah seluruh total populasi. Analisis data menggunakan uji korelasi pearson dan spearman rank.
Hasil pengukuran kelelahan menunjukkan prevalensi kelelahan normal sebanyak 22,2%, kelelahan ringan 20%, kelelahan sedang 40%, dan kelelahan berat sebanyak 17,8%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa supir bis trayek Manado-Amurang di terminal Malalayang paling banyak mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara kelelahan kerja dan usia p=0,001 (p<0,05), masa kerja p=0,002 (p<0,05), dan kebisingan dengan menggunakan uji korelasi Spearman rank p=0,009 (p<0,05). Disarankan agar para supir bis trayek Manado-Amurang memperhatikan kebutuhan dan waktu istirahat, menyediakan air minum yang cukup selama mengemudi, dan melakukan perawatan mesin secara berkala untuk mengurangi kebisingan mesin. Kata Kunci : Kelelahan Kerja
Abstract
Fatigue is a problem that is quite important to note, because fatigue can have affect on the decline in worker productivity and concentration at work. Traffic Manado-Amurang is one solid vehicle lane when rush hour, and is one of the lanes of traffic hazard. It is therefore, road users for Manado-Amurang traffic are expected to always be careful and always pay full concentration while driving pass this point. The aim of this study is to analyze the factors associated with fatigue in bus drivers on Manado-Amurang route at Malalayang terminal.
This study used cross-sectional design with observational analytic method. The study population was all bus drivers route Manado-Amurang at Malalayang terminal with a total number of 45 drivers. The sample in the study was the total population. The data was analysed using pearson correlation and Spearman Rank.
The results of fatigue measurement show that the prevalence of normal fatigue was as much as 22.2%, mild fatigue was 20%, moderate fatigue was 40%, and severe fatigue was 17.8%. From these results it can be seen that most of the bus driver on Manado-Amurang route at Malalayang terminal experienced moderate levels of fatigue.
Based on the results of the statistical test using the Pearson correlation test showed no association between fatigue and age p = 0.001 (p <0.05), years of service p = 0.002 (p <0.05), and noise by using the Spearman rank correlation test p = 0.009 (p <0,05). It is recommended that the bus driver of Manado-Amurang route to pay attention to the needs and rest periods, providing sufficient drinking water during driving, and conduct periodic engine maintenance to reduce engine noise.
PENDAHULUAN
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak ( Tarwaka, 2010 ). Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya adalah kelelahan yang dialami oleh pengemudi kendaraan sehingga menimbulkan kelalaian di jalan raya. Perjalanan jarak jauh merupakan kegiatan yang berat dan melelahkan, itu sebabnya kondisi pengemudi yang prima sangat diperlukan untuk dapat melakukan perjalanan jauh dengan aman. Jika seorang
pengemudi mengalami kelelahan atau
mengantuk dan berkeras mengendarai bis, apalagi dengan kecepatan tinggi maka akan mengalami kecelakaan lalu lintas (Rahman, 2007).
Berdasarkan data dari bagian Hubungan
MasyarakatPolisi republik Indonesia (Humas
Polri) angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia sepanjang tahun 2012 terdapat 7.817 kasus. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 8.144 kasus. Angka kecelakaan lalu lintas di Sulawesi Utara tahun 2012 terdapat 1.269 kasus, dibandingkan pada tahun 2011 yang mencapai 1.318 dan di Minahasa Selatan angka kecelakaan lalu lintas tahun 2012 terdapat 105 kasus (humas.polri.go.id).
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitiian cross sectional (potong lintang), penelitian ini dilaksanakan di Terminal Malalayang Manado. Pengambilan data dan pengukuran dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2013. Populasi penelitian yaitu seluruh supir bis trayek Manado-Amurang yang berjumlah 45 orang. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi. Pengumpulan data yang dipakai yaitu data primer dengan teknik wawancara
dengan menggunakan kuesioner, hasil
pengukuran kebisingan dan hasil pengukuran kelelahan. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan distribusi dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi spearman dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu pekerjaan yang rentan mengalami kelelahan adalah mengemudi. Kurniawan
dalam Indah (2011) mengkategorikan
pekerjaan menjadi tiga macam, yaitu
pekerjaan yang memerlukan tenaga pikiran, tenaga fisik dan yang memerlukan kombinasi tenaga pikiran dan tenaga fisik. Dari kategori tersebut pengemudi termasuk jenis pekerjaan yang ketiga yaitu memerlukan tenaga pikiran dan tenaga fisik, dimana pengemudi selain mendapatkan beban fisik, juga mempunyai
beban mental (pikiran) untuk
mempertanggung jawabkan alat transportasi yang menjadi tugasnya
Karakteristik Responden 1. Umur
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Umur
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur, dimana responden pada kelompok umur 35-39 tahun adalah yang terbanyak yaitu 12 responden (26,7%). Sedangkan pada kelompok umur 20-24 tahun adalah yang paling sedikit yaitu 1 responden (2,2%).
2. Masa Kerja
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja
Dari tabel 2 diketahui bahwa frekuensi paling banyak pada kategori masa kerja 6-10 tahun (20%) dan 16-20 tahun (20%). Frekuensi paling sedikit pada kategori masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 4 responden (8,9%).
3. Pengukuran Intensitas Kebisingan Tabel 3. Persentase Intensitas Kebisingan
Dari tabel diatas dapat dilihat, intensitas kebisingan di masing-masing bis trayek Manado-Amurang yang nilai ambang batas ≥85 dBA ada 2 bus (4,4%), dan <85 dBA ada 43 bus (95,6%).
4. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi normal, kelelahan ringan, kelelahan sedang dan kelelahan berat Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan rangsangan cahaya didapati bahwa supir bis trayek Manado-Amurang yang berada di terminal Malalayang yang mengalami kelelahan ringan ada 9 responden (20%), kelelahan sedang 18 responden (40%), dan kelelahan berat 8 responden (17,8%).
5. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja
Hubungan umur dengan kelelahan kerja diuji dengan menggunakan korelasi pearson,
karena dalam uji normalitas data
menggunakan Shapiro wilk (sampel <50) menyatakan data normal. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson didapat hasil p=0,001 (p<0,05), yang berarti ada hubungan antara usia dan kelelahan kerja. Berdasarkan Kelompok Umur N % (Tahun) 20-24 1 2,2 25-29 4 8,9 30-34 8 17,7 35-39 12 26,7 40-44 5 11,1 45-49 5 11,1 50-54 7 15,6 >54 3 6,7 Total 45 100 Masa Kerja N % (Tahun) 1-5 tahun 4 8,9 6-10 tahun 9 20 11-15 tahun 8 17,7 16-20 tahun 9 20 21-25 tahun 7 15,6 >25 tahun 8 17,8 Total 45 100 Kebisingan N % (dBA) ≥ 85 2 4,4 < 85 43 95,6 Total 45 100
hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dan berdasarkan
Tabel. Pedoman Interpretasi Terhadap
Koefisien Korelasi bahwa nilai r hitung 0,493 termasuk tingkat hubungan sedang. Umur responden pada penelitian ini termasuk kelompok umur produktif, dimana kelompok umur ini masih memiliki semangat kerja yang tinggi tanpa memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kelelahan kerja. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Heru (2002) tentang Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Pada Pengemudi Bis Jurusan
Grabag-Borobudur dimana hasil penelitian
menunjukkan dari 13 responden yang diteliti 69,23% mengalami kelelahan kerja ringan dan 30,77% mengalami kelelahan kerja sedang.
6. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja
Hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja diuji dengan menggunakan korelasi pearson,
karena dalam uji normalitas data
menggunakan Shapiro wilk (sampel < 50) menyatakan data normal. Dari hasil analisis menggunakan uji korelasi pearson didapat hasil p=0,002 (p<0,05) artinya terdapat hubungan antara masa kerja dan kelelahan kerja dengan r hitung 0,443 artinya tingkat hubungan yang sedang, dan berdasarkan hipotesis berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat secara statistik terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang di terminal malalayang. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Indah (2011) tentang
Hubungan Faktor Individu dengan Perasaan
Kelelahan Kerja dan Waktu Reaksi
Pengemudi Mobil Tangki di PT.X
Kalimantan Selatan dimana hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan waktu reaksi pada pengemudi mobil tangki di PT.X Kalimantan selatan (p<0,05). Dari hasil yang didapat, memperlihatkan bahwa masa kerja
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi responden supir bis trayek
Manado-Amurang sehingga mengalami
kelelahan. Masa kerja juga berpengaruh karena berdampak positif dimana semakin lama seseorang bekerja, akan semakin
berpengalaman dalam melakukan
pekerjaannya, masa kerja juga dapat
berdampak negatif karena dapat
menimbulkan kebosanan dan kelelahan kerja (Budiono, 2003).
7. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja
Hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja
diuji dengan menggunakan korelasi
spearman rank, karena dalam uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk (sampel <
50) menyatakan data tidak normal.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman diperoleh hasil p=0,009 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara kebisingan dan kelelahan kerja dengan r hitung 0,387 yang berarti
tingkat hubungan rendah. Berdasarkan
Seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Supriyadi (2007) tentang Getaran, Kebisingan, Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada pengemudi taksi air di Banjarmasin yang menunjukkan adanya hubungan antara paparan getaran,
intensitas kebisingan dan pengetahuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan kelelahan kerja. Sumbangan efektif terbesar terhadap waktu reaksi adalah paparan getaran (31,21%), pengetahuan K3 (27,8%), dan intensitas kebisingan (1,30%). Terganggunya pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenakan adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja atau masalah lainnya seperti kurang sempurnanya istirahat, terganggunya pencernaan dan juga dapat meningkatkan kelelahan kerja (Suma’mur,2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut :
1. Gambaran umur supir bis trayek Manado-Amurang, umur terendah 24 tahun, umur tertinggi 65 tahun dan rata-rata umur adalah >35 tahun.
2. Gambaran massa kerja supir bis trayek Manado-Amurang, masa kerja terendah 2 tahun, masa kerja tertinggi 36 tahun dan rata-rata masa kerja
3. Gambaran kebisingan, terendah 60,1 dBA, tertinggi 85,6 dBA dan rata-rata kebisingan
4. Gambaran kelelahan kerja supir bis trayek
Manado-Amurang, kelelahan kerja
terendah 156 milidetik, kelelahan kerja tertinggi 698 milidetik dan rata-rata 5. Terdapat hubungan antara umur dengan
kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang di terminal Malalayan.
Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji korelasi pearson didapat hasil p=0,001 (p<0,05), dimana semakin tinggi umur dari supir bis semakin tinggi pula tingkat kelelahan yang dialami. 6. Terdapat hubungan antara masa kerja
dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang di terminal Malalayang. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson didapat hasil p=0,002 (p<0,05). Semakin lama
seseorang bekerja, akan semakin
berpengalaman dalam melakukan
pekerjaannya. Masa kerja juga dapat
berdampak negatif karena dapat
menimbulkan kebosanan dan kelelahan kerja
7. Terdapat hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang di terminal Malalayang. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman rank
didapat hasil p=0,009 (p<0,05).
Kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat menyebabkan melemahnya semangat kerja, terganggunya pencernaan dan meningkatkan kelelahan kerja.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :
1. Memperhatikan kebutuhan dan waktu istirahat untuk supir bis, agar kelelahan kerja yang dialami tidak akan meningkat. Adapun juga yang dapat dilakukan yaitu dengan menyediakan supir pembantu agar bisa secara bergantian dalam melakukan pekerjaan.
2. Menyediakan air minum yang cukup selama mengemudi, menyediakan tempat
istirahat ditengah perjalanan agar
pengemudi dapat melakukan peregangan otot-otot dan pikiran yang tegang selama mengemudi.
3. Memperhatikan kebisingan mesin
kendaraan (bis) yang mempengaruhi
kelelahan kerja, dengan melakukan
perawatan mesin secara berkala untuk mengurangi kebisingan mesin.
4. Perlu dilakukan penyuluhan kelelahan kerja dari pihak dinas perhubungan darat serta pembagian poster, stiker dan leaflet tentang kelelahan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kelelahan pada supir bis dalam hal mencegah kecelakaan kerja. DAFTAR PUSTAKA
Budiono AMS, Jusuf RMS, dan Pusparini. A, 2008. Hiperkes & KK. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.
Gabriel, J F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Sulawesi Utara, 2011. Data Operasional Perhubungan Darat. Manado: sulutprov.go.id.
Diakses pada laman:
(http://www.sulutprov.go.id/dishubko minfo/darat.html)
Harrianto. 2010. Buku Ajar Kesehatan K erja. Jakarta: EGC
Herusasongko,B. 2012. Pengaruh kondisi Lingkungan Fisik Kerja, Kondisi Individual Karyawan dengan Stres Kerja dan Kelelahan Kerja Karyawan di PT. APAC Inti Corpora Bawen. Yogyakarta
Indah,M.F. 2011. Hubungan Faktor Individu dengan Perasaan Kelelahan Kerja dan Waktu Reaksi Pengemudi Mobil Tangki di PT.X. Yogyakarta.
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Daerah Sulawesi Utara, Direktorat
Lalu Lintas.2012. Data Coklit
Korban Laka Lantas Kepoisian dan PT. Jasa Raharja ( Persero). ( http://humas.polri.go.id )
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Notoatmodjo,S.2007.Ilmu Kesehatan
Perilaku dan Promosi Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rahman, A. 2007. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelelahan
Pengendara Mobil Pribadi. Tangerang
Ramdan, I. 2007. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan Terhadap Perasaan Kelelahan Kerja di PT. LJP Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Setiarto, H. 2002. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pengemudi Bus Jurusan Grabag – Borobudur. Semarang
Setyawati. L, 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung.: ALFABETA
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : Sagung Seto
Susilo, D. 2011. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kelelahan (Fatigue) Pada Pengemudi Bus Antar Kota Trayek Semarang-Jepara di Terminal Terboyo Semarang. Semarang
Supriyadi, Y.J. 2007. Getaran , kebisingan, Pengetahuan K3 dan Kelelahan
Kerja Pengemudi Taksi Air di Banjarmasin. Yogyakarta.
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat tugas. Surakarta: Harapan Press.
Triyunita, N. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan dan Faktor Individu dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving PT.X Batang. Volume 2, No.2.
Zunidra, 2004. Dampak Giiran Kerja, Suhu, dan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di PT. Nansari Prima Playwood di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.