• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Berita UNAIR di Media (29/7 sd 1/8)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rangkuman Berita UNAIR di Media (29/7 sd 1/8)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Rangkuman Berita UNAIR di

Media (29/7 sd 1/8)

Penyandang Disabilitas Diterima di PTN

Masuk ke PTN menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat. Hal ini dirasakan oleh Alfian Andhika Yudhistira yang diterima di Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNAIR Surabaya tahun ini. Alfian merupakan penyandang tunanetra sejak usia tiga bulan. Saat ini, ia menjadi mahasiswa tuna netra total pertama yang diterima di UNAIR. Dalam mempersiapkan kuliah di UNAIR, ia mengaku akan mencari teman sebanyak-banyaknya agar mudah melakukan sosialisasi. Ia akan memberitahukan kepada teman-temannya jika penyandang tunanetra seperti dirinya bisa beraktivitas secara normal.

Republika, 329 juli 2016 halaman 21

Program Vokasi sisakan 374 Kursi

Kesempatan melanjutkan kuliah di Unair masih terbuka. Khususnya bagi siswa yang berminat menempuh program vokasi. Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih menyatakan, kuota program vokasi mencapai 1.220 kursi. Rinciannya, 1.125 kursi untuk diploma-III (D-3) dan 95 kursi untuk diploma IV(D-4). PPMB program vokasi gelombang II dibuka pada 25 Juli-2 Agustus. Dari tahun ke tahun, peminat program vokasi terus meningkat. Jika proyeksinya langsung ingin bekerja, maka disarankan mengambil program diploma karena menekankan pada ilmu teknis, bukan teori.

Jawa Pos, 30 Juli 2016 halaman 33

Tidak Ikut Arus

Lulus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, tak membuat Edith Frederika berhenti mengikuti kegiatan sebagai

(2)

model. Edith menepis bahwa dunia model hanya diisi oleh mereka yang tidak mengenyam pendidikan cukup dan hanya mencari uang lewat kemolekan tubuh dan kecantikan wajah. Itu yang membuat Edith bertahan di dunia modeling, meski dirinya tercatat sebagai dosen untuk mata kuliah Gizi Nutrisi di almamaternya, UNAIR. Baik atau butuknya model ditekankan Edith, tergantung pribadi masing-masing. Yang penting jangan sampai ikut arus.

Surya, 30 Juli 2016 halaman 13

Awas, Hepatitis Rawan Serang Bayi Baru Lahir

Serangan virus hepatitis di Indonesia belum kunjung bisa diatasi. Bahkan, saat ini yang dianggap paling rentan terserang hepatitis B adalah bayi baru lahir. Pakar mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR yang konsen terhadap penyakit hepatitis, Prof. dr. Maria Lucia Inge Lusida M.Kes., Ph.D., mengatakan, Indonesia termasuk Negara dengan status endemisitas hepatitis B menengah sampai tinggi. Inge menuturkan, saat ini pemerintah fokus pada bayi baru lahir. Sebab, jika bayi baru lahir terserang hepatitis, kemungkinan menjadi kronis sangat besar.

Sindo, 31 Juli 2016 halaman 14

Penting Ajarkan Problem Solving Sejak Dini

Sejak dini anak harus mulai mempersiapkan menghadapi masalah yang bisa datang kapan saja. Menurut pandangan psikolog Dr. Dewi Retno Seminar M.Si., problem solving baik dikenalkan kepada anak sejak usia dini. Langkah tersebut bertujuan mengantisipasi adanya masalah yang datang tiba-tiba. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ini menuturkan, pemberian materi problem solving kepada anak bisa mempercepat proses pendewasaan. Sebab, sejak kecil mereka diajarkan untuk memecahkan masalah sendiri. Menurutnya, ada tahap problem

solving yang harus dipahami orang tua. Untuk anak usia kurang

dari tujuh tahun mungkin bisa diajak berbelanja dengan diajak berdiskusi untuk hal-hal apa saja yang dibutuhkan.

(3)

Jawa Pos, 31 Juli 2016 halaman 28

Cacar Air Bisa Tanpa Gejala

Penurunan daya tahan tubuh hendaknya ditanggapi serius. Saat imunitas rendah, penyakit yang disebabkan virus seperti cacar air akan mudah menyerang. Menurut Dosen UNAIR yang saat ini menjadi Ketua Divisi Infeksi Menular Seksual Bidang Kedokteran Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soetomo, dr. Dwi Murtiastutik Sp.KK (K), virus cacar air mudah menular. Virus varicella-zoster yang mengakibatkan cacar air ditularkan melalui udara. Menurutnya, jika sudah tertular virus cacar air, gejalanya mirip flu. Setelah itu, baru muncul bintik berair di seluruh tubuh. Seseorang yang kena cacar air baru muncul benjolan kecil setelah dua pecan. Untuk menghindari cacar air, langkah terbaik adalah menjaga kesehatan tubuh. Lalu, mengindari bersentuhan dengan orang yang terinfeksi.

Jawa Pos, 31 Juli 2016 halaman 36

Waspadai Gangguan Irama Jantung

Kasus serangan jantung sekarang semakin sering terjadi. Kondisi tersebut sebenarnya jarang berlangsung mendadak. Biasanya, jantung menunjukkan sinyal mengalami masalah melalui detaknya yang tidak beraturan. Menurut Alumnus UNAIR, dr. Wenni Erwindia Sp.JP FIHA dalam acara Indonesia Atrial Fibrillation Campaign 2016 kemarin (31/7), aritmia mampu membuat jantung menyerah untuk memompa darah. Akibat terburuknya adalah kematian. Gangguan irama jantung dapat diobati. Yakni, memakai obat anti gangguan irama. Ada pula pemberian pengencer darah untuk menghindari gumpalan darah yang dapat menjadi sumber stroke. Bisa juga katerisasi dan penanaman implant alat pacu jantung ke dada.

Jawa Pos, 1 Agustus halaman 36

(4)

Kasus serangan jantung sekarang semakin sering terjadi. Kondisi tersebut sebenarnya jarang berlangsung mendadak. Biasanya, jantung menunjukkan sinyal mengalami masalah melalui detaknya yang tidak beraturan. Menurut Alumnus UNAIR, dr. Wenni Erwindia Sp.JP FIHA dalam acara Indonesia Atrial Fibrillation Campaign 2016 kemarin (31/7), aritmia mampu membuat jantung menyerah untuk memompa darah. Akibat terburuknya adalah kematian. Gangguan irama jantung dapat diobati. Yakni, memakai obat anti gangguan irama. Ada pula pemberian pengencer darah untuk menghindari gumpalan darah yang dapat menjadi sumber stroke. Bisa juga katerisasi dan penanaman implant alat pacu jantung ke dada.

Jawa Pos, 1 Agustus halaman 36

Unair-ITS Sama-sama Reakridasi Empat Prodi

Delapan program studi di dua perguruan tinggi negeri (PTN) di Surabaya menjalani reakreditasi tahun ini. Di UNAIR, reakreditasi dilakukan untuk prodi sarjana Ilmu Sejarah, Magister Kimia, Magister Manajemen, dan Magister Sains Manajemen. Rektor UNAIR Prof. Moh. Nasih mengatakan, tim asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi telah melakukan visitasi dan melakukan validasi. Tahun ini, Unair memprioritaskan prodi yang masa akreditasinya habis. Di Unair, terdapat 167 prodi, dan baru 83 yang sudah terakreditasi A. Untuk jenjang S-1, yang sudah terakreditasi A sekitar 75%.

Jawa Pos, 1 Agustus halaman 25 dan 35

Alih Jenis Tersisa 166 Kursi

Persaingan memperebutkan bangku sarjana di Unair tidak hanya diperuntukkan bagi siswa SMA lulusan 2014-2016. Mahasiswa diploma juga berkesempatan melalui jalur alih jenis. Ada Sembilan prodi yang membuka jalur alih jenjang, lima diantaranya prodi IPA yaitu pendidikan bidan, kesehatan masyarakat, ilmu gizi, pendidikan ners, dan budidaya perikanan. Empat prodi lainnya adalah manajemen, akuntansi,

(5)

ilmu informasi dan perpustakaan, serta sastra inggris. Saat ini, kuota yang tersisa untuk gelombang II adalah 166 kursi.

Jawa Pos, 1 Agustus halaman 28

Menuju Zero Tuberculosis 20150

Tuberculosis saat ini masih menjadi masalah penyakit infeksi yang memberikan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Angka kematian penderita TB saat ini berada di urutan ketiga di Indonesia. Saat ini, Menurut Wakil Dekan III FK Unair, Ni Made Mertaniasih, TB masih menjadi masalah global dalam bidang kesehatan di seluruh dunia. Salah satu langkah yang dilakukan Unair yakni melalui seminar internasional Global Strategy to Combat Emerging Infectious Diseases in Borderless Era (GSEID 2016) di Surabaya pada 8-9 Agustus 2016. Menurut ketua panitia GSEID 2016, Soedarsono, menjelaskan penyelenggaraan seminar menjadi ekspresi Unair untuk membicarakan penyakit tropis terutama infeksi.

Republika, 1 Agustus 2016 halaman 3

Penulis: Afifah Nurrosyidah Editor: Nuri Hermawan

Kuatkan Kolaborasi, IOP UNAIR

Undang Alumni dari Kampus di

Eropa

UNAIR NEWS – Untuk memperkuat jejaring kerja sama antara Universitas Airlangga dengan perguruan tinggi di luar negeri, keberadaan alumni merupakan kunci penting kesuksesan kolaborasi. Berkaitan dengan hal itu, International Office and

(6)

Partnership (IOP) UNAIR mulai mengumpulkan para pengajar UNAIR yang merupakan lulusan perguruan tinggi luar negeri.

Bertempat di Kahuripan 301, Selasa (2/8), sebagian kecil lulusan berbagai kampus di negara-negara Eropa berkumpul untuk membicarakan penguatan kerjasama kelembagaan. Sekretaris IOP Margaretha Rehulina, M.Sc mengatakan, pertemuan semacam ini penting dilakukan untuk memetakan potensi bidang kerjasama antara UNAIR dengan kampus-kampus di Eropa.

“Barangkali dari rekan-rekan atau bapak dan ibu masih ada yang berhubungan dengan supervisor, alangkah baiknya bisa ikut mengembangkan kerjasama di antara UNAIR dengan kampus tempat bapak dan ibu studi dulu,” tutur Margaretha kepada para alumni yang datang.

Sebagian kecil pengajar UNAIR yang berkumpul dalam pertemuan ini berasal dari berbagai kampus dari negara-negara seperti Jerman, Belanda, Prancis, Inggris, dan Hungaria. Setelah para pengajar ini dikumpulkan per kawasan benua, mereka dibagi sesuai dengan asal kampus suatu negara.

Dari pertemuan kali ini, mereka diminta untuk membantu pendataan para pengajar UNAIR yang merupakan lulusan dari kampus di Eropa. Selain itu, mereka diminta untuk memetakan potensi bidang kerjasama yang bisa dikolaborasikan antara UNAIR dengan kampus-kampus di Eropa.

Salah satu pengajar UNAIR lulusan kampus di Prancis Drs. Eto Wuryanto, DEA, menyambut baik adanya usulan forum. Menurut Eto lulusan Universitas Montpellier II Prancis, forum ini menjadi sebuah ajang pertemuan guna mempererat para lulusan disuatu kawasan. Selain itu, akan ada bidang-bidang kerjasama yang akan dikolaborasikan sesuai dengan pertemuan rapat yang akan digelar tiap negara.

Pertemuan alumni tiap kawasan ini akan dimanfaatkan oleh UNAIR untuk memperkuat kerjasama antarinstitusi. Setelah pertemuan alumni UNAIR kawasan Eropa digelar, nantinya akan digelar

(7)

forum-forum alumni UNAIR dari luar kawasan Eropa, seperti Australia, Jepang, dan Amerika. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

Motivasi Masuk Kuliah dengan

Kunjungan

UNAIR NEWS – Meski masa pendaftaran mahasiswa baru telah berakhir, namun sekolah menengah tingkat atas terus mendorong siswa-siswinya, terlebih untuk mempersiapkan pendidikan jenjang perguruan tinggi. Kali ini, sebanyak 130 siswa dan guru pendamping dari SMAN 1 Bogor, melakukan kunjungan ke Universitas Airlangga, pada Jumat (29/7).

Kunjungan diterima langsung oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR, di Aula Kahuripan 300, Kantor Manajemen UNAIR. Dalam sambutannya, Basuki Rachmat, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan mengatakan, tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk memperkenalkan lingkungan dan iklim akademik UNAIR kepada siswa-siswi yang baru saja duduk di bangku kelas XII.

“Tujuan utamanya supaya mereka (para siswa, -red) yang mau kuliah di UNAIR, kita fasilitasi dengan adanya kunjungan ini,” ujar Basuki.

Basuki mengatakan, pada tahun lalu 97% lulusan dari SMAN 1 Bogor diterima diberbagai perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Namun, hanya sedikit sekali siswa-siswinya yang diterima di UNAIR. Dengan adanya kunjungan ini, Basuki berharap semakin banyak siswa-siswinya yang mendaftar di

(8)

UNAIR, sehingga banyak peluang untuk bisa diterima di UNAIR. “Dengan adanya kunjungan ini kami berharap lebih banyak dari anak-anak kami yang bisa kuliah di UNAIR,” ujarnya.

Siswa-siswi juga terlihat aktif bertanya pada sesi tanya jawab setelah pemberian materi dari PIH dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB). Salah satu siswa kelas XII IPA, Clarissa Kanaya, mengungkapkan keinginannya untuk bisa masuk UNAIR mengambil Program Studi Pendidikan Dokter dengan mengambil kelas internasional.

“Maunya kedokteran ambil kelas internasional. Saya suka banget menolong dan tentang dunia pengobatan. Ekskulnya juga

ngedukung, PMR. Kan, namanya dokter ada pengabdian untuk ke

daerah-daerah. Saya ingin seperti itu. Pingin ngambil yang standartnya tinggi dengan ikut kelas internasional. Kan, kalau standartnya internasional mungkin nanti kalau ingin ngambil spesialis di luar negeri bisa dipriotitaskan,” ujar Clarissa. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan

Penguatan Birokrasi Kunci

Mencapai Good Governance

UNAIR NEWS – Tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) merupakan mimpi tiap warga negara. Keputusan

melakukan pergantian susunan kabinet (Reshuffle) adalah upaya mewujudkan cita-cita tersebut. Terdapat banyak aspek atau faktor penentu sukses tidaknya usaha tersebut.

(9)

Pekan lalu, tim UNAIR News melakukan wawancara dengan Dekan FISIP, Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si. soal apa saja sarana yang mesti disiapkan untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang mapan. “Sistem birokrasi yang bagus dan efisien merupakan hal utama yang mesti dimiliki,” kata dia. Nah, untuk membentuk birokrasi yang mantap, ada sejumlah aspek yang digarisbawahi akademisi asal Bojonegoro tersebut.

Sistem yang baik

Birokrasi yang kuat hanya lahir dari sistem yang tertata rapi. Sedangkan, membuat sistem yang baik bukan perkara mudah. Meski memang, bukan pula hal yang mustahil.

Sistem, regulasi, dan aturan yang menjadi dasar tata kelola pemerintahan mesti dibangun sesuai landasan negara. Bila ditelaah, sistem yang sudah ada di Indonesia, secara normatif, sudah brilian. Tinggal bagaimana menerapkannya dengan menyeluruh. Di sinilah tantangannya.

Pemimpin tegas

Sudah banyak berita tentang pemimpin yang korup. Artinya, pemimpin tersebut telah merontokkan sistem yang sejatinya mesti dilindungi dan dijalankan di rel yang ada. Sementara itu, sering pula beredar kabar pemimpin yang tegas dan tak pandang bulu dalam bertugas. Kalau dari “kepala” sudah baik, umumnya, sampai ke ekor pun tidak bakal jelek.

Maksudnya, penerapan sistem yang proporsional mesti didukung oleh pemimpin yang kredibel. Tanpa itu, birokrasi bakal berjalan seadanya. Tanpa terobosan dan sumbangsih nyata di masyarakat.

Civil Society

Masyarakat adalah elemen penting. Warga yang memilih pemimpin. Artinya, mereka berkesempatan menjadikan orang yang baik atau buruk menjadi pemimpin. Dalam perjalanannya, mereka pula yang

(10)

bakal menjadi kontrol utama birokrasi.

Dengan makin kuatnya peran media massa atau media sosial belakangan ini, people power makin potensial. Masyarakat semakin cerdas. Akademisi dan kampus lebih mudah membagi wawasan dan pengetahuan melalui media massa ataupun media sosial yang berkembang masif.

Bila sistem sudah tertata dengan apik, dikomandani oleh pemimpin yang baik, dan diawasi oleh masyarakat yang cerdik, birokrasi akan berjalan dengan memuaskan. Inovasi akan lebih mudah tercetus. Negara akan tumbuh dan berkembang dengan pesat. (*)

Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila

Perencanaan Tata Ruang Perlu

Libatkan Masyarakat

UNAIR NEWS – Perguruan tinggi dan non-government organization (NGO) perlu memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik, khususnya perencanaan tata ruang wilayah. Karena keterbatasan kapasitas masyarakat, tak jarang pemerintah merasa kesulitan untuk mengajak diskusi mengenai hal-hal yang kompleks.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ramli Yanto, perwakilan Badan Diklat Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam diskusi bertema ‘One Day Interactive Dialogue on Sharing Views of the Rights and Society Participation in the Spatial Planning and Land Policy of the City’. Diskusi itu bertempat Aula Pancasila, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Kamis (28/7).

(11)

Diskusi ini merupakan bagian dari acara The Third Preparatory Committee (Prepcomm III) United Nations Human Settlements Programme (UN Habitat). Diskusi yang dimoderatori oleh Jani Purnawanty, LL.M, ini dihadiri oleh sivitas akademika UNAIR, kalangan birokrat, dan masyarakat.

Ramli mengatakan, partisipasi masyarakat merupakan ruh dari negara demokratis. Namun dalam realitanya, seperti yang diatur dalam undang-undang, partisipasi masyarakat bukan merupakan pihak pertama yang diajak oleh pemerintah dalam perencanaan kebijakan. Menurut Ramli, ada inkonsistensi dalam peningkatan partisipasi publik di sini.

Pertama, pendekatan politik. “Perencanaan kebijakan pertama kali harus mengakomodasi visi misi kepala daerah terpilih. Kalau dalam visi misi ia ingin membangun green belt (wilayah sabuk hijau), maka dia harus melaksanakan itu karena nanti tertuang dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, -red),” tutur Ramli.

Setelah pendekatan politik, pemerintah harus melibatkan para ahli dan anggota NGO yang merupakan pakar di bidangnya, atau dalam hal ini ahli perencanaan spasial. Namun, menurut Ramli, ada yang berbeda dalam perencanaan kebijakan di Jawa Timur. Ramli mengatakan, Gubernur Jatim pertama kali selalu melibatkan ‘directly affected’ atau calon masyarakat terdampak.

“Tapi partisipasi masyarakat bisa dilibatkan dalam forum-forum mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga controlling,” tutur Ramli.

Ada pula pengaruh kearifan lokal dalam perencanaan spasial. Apabila suatu area dalam wilayah tertentu secara rutin digunakan sebagai tempat aktivitas keagamaan, maka area tersebut tak berhak diutak-atik dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW).

(12)

wilayah sekitar sana makin rumit, terus ada keinginan untuk dipindah ke Keputih. Itu tidak bisa dilakukan karena local

wisdom punya posisi dalam peraturan RTRW,” ujar Ramli.

Ramli mengakui, pelibatan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik tak serta merta membawa hasil yang optimal. Setidaknya, ada empat poin yang ia sampaikan, yaitu adanya alokasi anggaran untuk musyawarah perencanaan pembangunan, proses pembuatan kebijakan berlangsung lama, pandangan masyarakat yang dianggap terlalu idealis, dan keterbatasan kemampuan masyarakat ketika diajak berdiskusi tentang pembangunan.

Selain Ramli, akademisi FH UNAIR Urip Santoso, M.H., yang merupakan pakar tata ruang agraria turut bersuara sebagai pembicara dalam forum ini. Menurut Urip, pemerintah tak boleh melupakan hak masyarakat dalam perencanaan RTRW. Pemerintah memiliki kewajiban untuk memublikasikan RTRW melalui berbagai kanal, baik media cetak, elektronik, ataupun terjun langsung ke masyarakat.

“Penegakan hukum dan informasi tentang RTRW ini yang belum dioptimalkan. Masyarakat juga harus aktif dalam mencari informasi tentang RTRW itu,” tutur Urip. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

Rizky

Novi

Anggraini,

(13)

Ingin Jadi Dosen Handal

UNAIR NEWS – Butuh perjuangan untuk menamatkan studi perkuliahan, terutama untuk menjadi seorang wisudawan terbaik. Begitulah yang dirasakan Rizky Novi Anggraini, S.Tr., wisudawan terbaik D-IV Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, dari Program Studi Pengobat Tradisional (Battra). “Butuh motivasi yang besar untuk bisa mendapatkan nilai tertinggi diantara wisudawan lainnya,” kata Rizky.

“Saya terinspirasi oleh sebuah ayat Alquran, bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan oleh umat manusia, inilah yang senantiasa menjadi inspirasi sekaligus motivasi terbesar dalam hidupku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik,” ujar wisudawan dengan IPK 3,88 ini.

Dalam skripsinya, Rizky meneliti terkait pengaruh pemberian kapsul ekstrak daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia) terhadap berat badan dan ukuran lingkar perut pada mahasiswa dengan berat badan berlebih. Berkat penelitiannya itu, perempuan kelahiran Kuala Kapuas, 6 November 1993, ini terinspirasi untuk membuat program baru penanganan obesitas, yaitu program

“Slimming Diary”.

“Slimming Diary” merupakan kombinasi terapi herbal, akupuntur,

dan managemen diet. Program tersebut telah tersedia di klinik yang ia gunakan sebagai tempat praktik bersama sejawat lainnya. Rizky, dipercaya sebagai therapis dan konsultan di bidang akupuntur, herbal, dan nutrisi di klinik tersebut.

“Saya sangat senang karena antusiasme mahasiswi yang ingin menjadi pasien dalam penelitian ini sangat tinggi,” ujar perempuan berhobi membaca dan menulis ini.

Rizky menyatakan dirinya sangat bersyukur karena mendapatkan predikat sebagai wisudawan terbaik. Namun ia menambahkan bahwa disisi lain ada tanggungjawab besar yang kelak akan dipertanggungjawabkannya.

(14)

“Untuk apa ilmu yang sudah saya dapatkan ini? Sudahkan ilmu yang saya peroleh memberikan kontribusi untuk masyarakat? Semoga menjadi ilmu yang barokah ya dan memberikan banyak kebaikan dan manfaat besar untuk masyarakat,” tegasnya.

Setelah wisuda, Rizky bergegas mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang magister. Selain ingin menjadi seorang tenaga medis, ia juga mempunyai mimpi menjadi seorang dosen yang handal dalam bidangnya. “Seorang dosen sangat berpotensi besar untuk menciptakan dan mendidik generasi untuk menjadi ilmuwan hebat. InsyaAllah nanti di Prodi S-2 Herbal,” katanya mengakhiri. (*)

Penulis: Dilan Salsabila

Editor: Binti Quryatul Masruroh

Belajar

Menapak

Jalan

Kesederhanaan

Orang Maiyah adalah mereka yang tahan selama lima sampai tujuh jam, mulai sekitar pukul 20.00 hingga 03.00, duduk bareng berbagi ilmu di forum Maiyah. Tanpa ada yang mengundang, mengajak, atau mewajibkan. Forum yang dalam terjemahan bebas berarti kebersamaan, dilaksanakan satu bulan sekali di sejumlah kota.

Namanya berbeda-beda sesuai kearifan lokal. Misalnya, di Surabaya disebut Bang-Bang Wetan, di Jombang disebut Padhang

Mbulan, di Yogyakarta disebut Mocopat Syafaat, di Jakarta

disebut Kenduri Cinta, di Malang disebut Obor Ilahi, di Makassar disebut Paparandeng Ate, dan sebagainya.

(15)

pria yang akrab disapa Cak Nun itu menegaskan, Maiyah tidak bergantung pada sosok. Maiyah tidak berkiblat pada ketokohan tertentu. Tidak ada takzim berlebihan dan tidak proporsional pada manusia. Karena sejatinya, seluruh insan sedang meniti rentang usia untuk memburu kebenaran. Yang kata Nurcholish Madjid, tak pernah absolut di tangan makhluk.

Orang-orang Maiyah bukan kelompok yang di permulaan berkedok organisasi kemasyarakatan atau keagamaan, ujung-ujungnya berkoalisi dengan kutub politik tertentu. Menjadi gaduh dan loba tiap ada hajatan KPU. Selebihnya, hanya cermin nafsu tak terbendung.

Dalam perjalanan yang sudah lebih dari satu dekade, Maiyah tidak bertendensi kekuasaan apalagi kapital. Tidak ada keinginan untuk menjadi unggul dari yang lain. Justru, di sinilah tempat berbaur. Siapapun boleh bergabung untuk mendengar pencerahan multi disiplin. Siapapun boleh bicara. Dalam Kafir Liberal (Progress, 2005) Cak Nun mencatat tentang seseorang yang mengaku berasal dari Jaringan Kafir Liberal. Pria itu diberikan kesempatan melontarkan pendapat tentang kebenaran dan ketuhanan di Kenduri Cinta. Fakta itu menjadi bukti, meski mayoritas hadirin beragama Islam, bukan berarti non-Islam terpinggirkan. Pluralisme dengan analogi: biarkan kambing mengembik dan biarkan ayam berkokok dalam satu kandang, dipegang dengan seksama.

Bukankah perbedaan adalah sunatullah dan hukum alam yang mutlak? Bukankah tidak ada yang bisa menjamin seorang manusia akan tetap memegang teguh suatu agama, ideologi, pandangan, hingga dia mati kelak? Semua bisa berubah, bahkan menjadi sesuatu yang awalnya sangat dibenci. Kemerdekaan berpikir yang menyasar pada perdamaian adalah keniscayaan. Manusia sangat mungkin berbeda pandangan dan keyakinan tak bisa dipaksakan. Namun, semua manusia ingin merdeka dan berdamai, bukan?

(16)

Buku yang pernah terbit pada 2007 ini diramu dengan bahasa sehari-hari. Namun, dibutuhkan kedalaman perenenungan untuk memahaminya. Secara umum, Cak Nun seperti merangkum cerita pribadi para penikmat Maiyahan. Dalam pengantar, pria kelahiran Jombang itu mengklaim dirinya sekadar “editor” dalam kumpulan artikel inspiratif ini.

Secara prinsip, gagasan yang ingin disampaikan adalah bagaimana menjadi manusia yang baik dan sederhana. Tidak rakus dan sombong. Karena secara hakikat, sehebat apapun hidup, berkalang tanah jua akhirnya. Dengan kesederhanaan, manusia tidak akan bingung di saat sedih dan tidak akan heboh kala bahagia.

Nabi Muhammad pun memilih jelata dan sederhana. Meskipun sebenarnya, bisa saja hidup berlimpah harta.

Orang Maiyah mengerti persis Nabi Muhammad Saw. justru memilih menjadi orang miskin. Ia ditawari Allah Swt. apakah akan menjadi “mulkannabiyya”, nabi yang juga raja nan kaya raya? Allah Swt. sudah menyediakan harta berupa gunung emas. Tetapi, Kanjeng Nabi memilih “abdannabiyya”, nabi yang rakyat jelata. Rakyat jelata bukanlah orang kaya. (hal. 86).

Dari waktu ke waktu, gelombang gerakan Maiyah semakin tinggi. Aktifitas itu berlangsung secara konsisten, signifikan, penuh keikhlasan, tanpa banyak perhatian dari media massa

mainstream. Tak hanya dapat dilihat dari peningkatan jumlah

hadirin di masing-masing lokasi. Juga, dari makin menjalarnya cakupan di banyak wilayah tanah air. Maiyahan jauh dari sikap tertutup atau eksklusif. Inilah yang membuatnya selalu dinantikan saban bulan. Forum ini secara tegas menempatkan manusia sebagaimana seharusnya manusia: sekadar makhluk Tuhan di muka bumi.(*)

Resensi Buku

Judul : Orang Maiyah

(17)

Penerbit : Bentang, Yogyakarta Cetakan : Pertama, November 2015 Tebal : viii + 100 halaman

Alumni UNAIR di Inggris

Berikan

Kuliah

Umum

Kardiovaskular

UNAIR NEWS – Internasionalisasi pendidikan di Universitas Airlangga terus diupayakan. Upaya yang kini sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah visiting profesor dan pengembangan jejaring alumni di luar negeri.

Salah satu alumnus UNAIR yang kini berkiprah di luar negeri adalah Dr. Delvac Oceandy. Delvac adalah lulusan Fakultas Kedokteran UNAIR tahun 1996 yang kini menjadi pengajar senior di Universitas Manchester (UoM), Inggris. Delvac merupakan profesor yang akan memberikan kuliah tamu di UNAIR tentang kardiovaskuler pada Kamis (11/8). Selain sebagai profesor, Delvac merupakan supervisor yang berwenang mengenai penerimaan calon mahasiswa pascasarjana di UoM.

“Kuliah tamu Delvac ini penting karena akan dijadikan satu kegiatan di mana orang bisa melihat, contohnya untuk membangun terus relasi yang baik dengan universitas asal seperti apa. Yang kedua, Kehadiran Delvac di UNAIR diharapkan untuk bisa mendorong lebih banyak kerjasama antara UNAIR dengan Universitas Manchester (UoM),” ujar Margaretha Rehulina, Deputi International Office and Partnership UNAIR, ketika ditanya tentang kuliah tamu oleh Delvac nanti.

(18)

pengajar di lingkungan UNAIR bidang kardiovaskular dan teknobiomedik yang memiliki minat untuk melanjutkan studi ke Eropa. Begitu juga sebaliknya. UNAIR juga akan mengundang para pengajar UNAIR yang merupakan lulusan berbagai universitas di Eropa.

“Dalam kuliah umum nanti peserta memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama Delvac dalam mengembangkan proposal risetnya. Dan tentu saja, kuliah umum ini nanti juga sebagai ajang peserta untuk bertemu lulusan-lulusan Eropa, berjejaring, dan mengembangkan kerjasama satu sama lain,” tambah Margaretha.

Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin yang membidangi kerjasama riset mengatakan, akan ada beasiswa yang dialokasikan untuk dosen yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Pemberian beasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan kapasitas keilmuan dosen agar memiliki jumlah publikasi riset yang lebih banyak. “UNAIR akan menyediakan beasiswa bagi para dosen untuk kuliah di luar negeri. Tiap fakultas rata-rata lima dosen,” ujar Prof. Amin.

Forum dosen lulusan Eropa

Pada Selasa (2/8) akan diselenggarakan forum dosen lulusan Eropa di UNAIR. UNAIR akan memanfaatkan forum ini untuk memperkuat peran alumni, khususnya dosen UNAIR yang menjadi alumni perguruan tinggi di Eropa.

“Forum ini untuk memperkuat peran dari dosen-dosen UNAIR alumni universitas asing untuk menjadi motor penelitian dan publikasi yang juga mendukung UNAIR. Dosen-dosen alumni ini b i s a n a n t i b i k i n r i s e t , b e k e r j a s a m a d e n g a n m a n t a n supervisornya, atau terus membangun kerjasama, baik riset maupun pengabdian masyarakat, sehingga bisa menghasilkan publikasi yang levelnya internasional,” ujar Margaretha.

(19)

memetakan diaspora UNAIR yang ada di luar negeri, lulusan UNAIR yang tinggal di luar negeri, bekerja di sana, dan menjabat peran strategis di negara-negara tersebut.

Sebelumnya, forum seperti ini sudah pernah dilakukan, yaitu pertemuan antara alumni universitas di Australia. Besar harapan, seluruh sivitas akademika UNAIR yang pernah studi di luar negeri, utamanya dosen, dapat terlibat dalam forum ini. “Forum alumni nanti akan dibagi-bagi, dikelompokkan berdasarkan negara atau lokasi studi negara asing. Misalnya, yang yang sudah terjadi adalah forum alumni Australia. Dosen dan sivitas akademika UNAIR lulusan Australia berkumpul ke forum ini. Itu nanti mereka mencari siapa saja lulusan UNAIR yang bekerja di Australia,” lanjutnya.

Ke depan, UNAIR yang digawangi IOP akan mengembangkan forum alumni yang berkuliah di negara-negara lain guna mengembangkan kolaborasi demi meningkatkan kualitas internasionalisasi pendidikan di UNAIR. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.

Gandeng UNAIR, Awali Program

Pengenalan

Wawasan

Kemaritiman Pada Siswa SD

UNAIR NEWS – Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya RI, Asosiasi Mitra Bahari Indonesia (AMBIN), beserta Konsorsium Mitra Bahari (KMB) Regional Center Jawa Timur, menggandeng Universitas Airlangga dalam kegiatan Program

(20)

Pengenalan Wawasan Kemaritiman untuk Anak Indonesia (PPWK-AI) 2016.

Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari, di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR pada hari pertama dan Ekowisata Mangrove pada hari kedua. Acara yang dibuka di ruang kuliah B-304 (FPK) UNAIR pada Senin, (1/8) tersebut, diikuti oleh guru pendamping dan peserta dari SD Al Azhar Surabaya, SDHT 11 Gedangan, SDN 7 Sidokumpul Gresik, dan SDID Insan Kamil Sidoarjo.

Pada sambutannya, Ketua Panitia PPWK-AI 2016, Drs. Ambar Kristanto menyatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 100 siswa SD tersebut, bertujuan untuk mengenalkan dunia kemaritiman kepada generasi masa depan bangsa sejak dini.

“Dengan kegiatan ini kami harap bisa memotivasi anak-anak Indonesia agar kenal dan paham wawasan tentang kemaritiman. S e l a i n i t u b i s a m e n c i n t a i l a u t d a n i k u t s e r t a melestarikannya,” jelasnya.

Senada dengan pernyataan Ketua Panitia, Warek III UNAIR, Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., juga mengatakan, sebagai negara maritim pemahaman atau rasa mencintai dunia maritim bagi anak-anak harus ditumbuhkan sedemikian besar, jika tidak, ke depan akan mengecewakan. Bagi Prof. Amin, potensi SDA Indonesia sangat luar biasa sekali, di negara maju hal-hal seperti ini sudah digalakkan sejak lama.

“Dengan adanya KMB dan Kemenko Maritim bersama UNAIR, merupakan suatu hal yang luar biasa sekali, karena hal ini merupakan suatu hal aktivitas untuk tataran Indonesia, ini masih baru dilakukan, ke depan saya berharap bisa memberikan pandangan kepada anak-anak kita, dengan eksplorasi laut semaksimal mungkin,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekjen AMBIN, Sam Littik, Ph.D., menuturkan bahwa kegiatan PPWK-AI sudah disusun sejak lama. Hanya saja, program ini baru berjalan bagi siswa yang menempuh

(21)

jenjang SMP dan SMA. Kali ini, dengan dukungan banyak pihak termasuk UNAIR, AMBIN menggalakkan program serupa di jenjang SD.

Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., (tengah) Bersama dengan Tim PPWK-AI Sesaat Setelah Pembukaan Acara di FPK UNAIR. (Foto: Istimewa)

“Jatim kami pilih untuk memulai acara ini, dengan ini pula saya harap bisa menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia,” tegasnya.

Ketua KMB Jatim, Prof.Dr. Sri Subekti, BS. drh., DEA., menuturkan, tujuan dari terselenggaraannya acara perdana tersebut tidak lain untuk membangun budaya maritim kepada anak sejak dini, selain mengenali dunia maritim, anak-anak diharapkan bisa memahami Sumber Daya Alam yang ada di laut.

“Jadi anak-anak bisa lebih tahu beragam biota laut. Kan di laut tidak hanya ikan, ada rumput laut, karang dan sebagainya,” terang mantan Dekan FPK UNAIR dua periode

(22)

tersebut.

Selepas acara tersebut, Prof. Sri Subekti berharap, peserta bisa menularkan pengetahuannya tentang kemaritiman kepada orang lain. “Kami pilih perwakilan sekolah yang ada di kota, karena mereka kemungkinan besar tidak begitu paham dengan kelautan, dan setelah ini bisa dikenalkan ke teman-temannya,” jelasnya.

Rencananya, acara tersebut akan digelar tiap tahun dan diadakan di berbagai kabupaten dan kota. Sumarlin, selaku guru SD Hangtuah menuturkan bahwa nantinya akan menjalin kerja sama dengan FPK UNAIR untuk menjadi mitra pendidikan kemaritiman bagi anak didiknya.

“Kami ini kan sekolah di yayasan yang berkecimpung dengan maritim, jadi perlu untuk mendalami tentang kemaritiman ini,” jelasnya. (*)

Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila

Iwenda

Bella,

Wisudawan

Terbaik S2 FST, Kiatnya

Bekerja Keras

UNAIR NEWS – Bekerja Keras. Itulah tips dari wisudawan terbaik S-2 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yang bernama Iwenda Bella Subagio, peserta wisuda periode Juli 2016. Tesisnya berjudul “Variasi Ukuran Megasekleres Oxea Xestospongia Testudinaria Lamark, 1815 pada Kedalaman dan Perairan Berbeda” ikut mengantarkannya menjadi wisudawan

(23)

terbaik dengan IPK 3,78.

Penelitian tesis Iwenda dilakukan di perairan Situbondo. Dengan alat scuba, ia menyelam dengan mengambil sampel di tiga kedalaman. Pada setiap kedalaman, Iwenda mengambil beberapa sampel individu X testudinaria, yang nantinya akan diambil bagian spikula di laboratorium spesimen.

Namun penelitian Iwenda tak semulus yang ia perkirakan. Banyak kendala harus ia lalui, terutama saat melakukan pengambilan sampel.

“Karena jadwal pengambilan sampel tidak serta merta ke lapangan, jadi saya selalu mengoptimalkan jadwal yang telah ada, apalagi jika cuaca pada akhir-akhir bulan sangat tidak bersahabat, seperti angin kencang dan visibilitas air yang sangat rendah. Hal itu yang pengakibatkan penelitian saya ditunda hingga 1-2 minggu,” kata mahasiswa kelahiran Ponorogo, 20 Juni 1990 itu.

Iwenda pernah mendapatkan beasiswa PPA periode 2010-2011, dan ia tergolong aktif dalam keikutsertaan organisasi di kampus. Tidak ada kata menyerah dalam prinsip Iwenda. Buktinya, meskipun sibuk menjalani kegiatan magang di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, ITS, sebagai surveyor ataupun analisator yang umumnya dipakai dalam keperluan AMDAL, ia tetap bisa mengukir prestasi pada studi Masternya.

”Meskipun sampai saat ini belum ada prestasi secara formal, tetapi saya selalu bersyukur. Semoga nantinya ilmu yang saya peroleh dapat bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (*). Penulis: Disih Sugianti

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan kali ini dibatasi pada dampak Globalisasi Pangan terhadap ketahanan pangan dan pertanian lokal, keragaman produk pangan, keamanan pangan dan lingkungan,

Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahsan Pebankan Indonesia (Studi Empiris pada

etika seseorang yang telah saya bantu atau ketika orang-orang yang mana saya menaruh harapan yang sangat besar terhadapnya, memperlakukan saya dengan semena-mena, saya akan

Pada Sabtu (29/10), dokter gigi yang tergabung dalam Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) Daerah Jawa Timur bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Dari 11 variabel cacat yang ada dalam proses produksi bagian pemotongan, maka terdapat 4 variabel cacat yang saling berkorelasi, diantaranya variabel torn leather,

Apabila dalam perjanjian kerja antara perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruhnya tidak memuat adanya pengalihan

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain merupakan aset yang ditetapkan sebagai yang diukur pada nilai wajar melalui

Dari hasil belajar yang sudah dideskripsikan di atas dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran dengan penerapan scaffolding learning berbasis karakter dapat meningkatkan