• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN KELEMBAGAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN KELEMBAGAAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN

KELEMBAGAAN

Disusun oleh:

1. Sonia Tambunan

105040201111171

2. Dony Eko P

105040201111172

3. Rizki Eka FF

105040201111173

4. Nike Rahma

105040201111174

5. Anggi Widowati

105040207111005

Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya

Malang

2011

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdullilah, dengan segenap kerendahan hati dan ketulusan jiwa, kami panjatkan kepada kehadirat Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat karunia dan hidayahNya, sehingga makalah ini dapat terselesai degan judul “ MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN: GLOBALISASI PANGAN”

Shalawat serta salam kami tunjukan kapada Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada kita dengan agama rahmatan lil „alamin agama islam.

Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat terselesai dengan baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terlebih – lebih bagi kelompok kami yang mengerjakan makalah ini.

Karena keterbatasankami, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat dibutuhkan demi penyempurnaanya. Akhirnya, cukup itu dari kami kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2011

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Globalisasi sebagai model ekonomi yang mendominasi pengambilan kebijakan global sejak akhir Perang Dunia II telah dianggap gagal oleh banyak pihak. Secara kelembagaan globalisasi ekonomi diawali dengan kelahiran dunia institusi kembar Breton Woods Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dilanjutkan dengan pembentukan Putaran Urugai, dan sejak 1995 World Trade Organization (WTO) yang disebutkan terakhir ini beroprasi melampaui batas-batas Negara dan masuk ke arena perdagangan global. Madat dan ideology utama WTO adalah perdagangan bebas atau free trade universal yang mengikat Negara-negara anggota secara umum. WTO memiliki otoritas untuk mengadili dan menghukum Negara anggota yang melanggar.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian Globalisasi Pangan ?

Apa dampak dari Globalisasi Pangan ?

Bagaimana peluang Pertanian di Indonesia ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang pengertian Globalisasi Pangan

Untuk mengetahui dampak dari Globalisasi Pangan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Oommen), Rekolonisasi ( Oliver, Balasuriya, Chandran), Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme (Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme Euro-Amerika di Dunia Ketiga.

(5)

Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan McDonald, minum Coca-Cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampak dalam bentuk Kapitalisme Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO; lembaga-lembaga dunia yang baru-baru ini mendapat kritik sangat tajam dari Dennis Kucinich, calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, karena lembaga-lembaga itu mencerminkan ketidakadilan global. Program-program dari lembaga-lembaga itu telah menjadi alat yang ampuh dari kapitalisme Barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin dalam suatu bentuk pertandingan tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh gurem. Rakyat kecil tak berdaya di negara-negara miskin, menjadi semakin terpuruk dan merana.

Jadi walaupun ada dampak positif globalisasi seperti misalnya hadirnya jaringan komunikasi dan informasi yang mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat miskin, globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita melihat aspek negatif itu dalam ketidak-adilan perdagangan antar-bangsa, akumulasi kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis negara-negara maju yang mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara miskin, termasuk di Indonesia. Menurut Kucinich, Negara-negara miskin telah diperas lewat pembayaran beban utang ke lembaga global . Dicontohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS dana mengalir dari sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40 juta warga mereka kurang gizi.

(6)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Globalisasi Pangan

Globalisasi pangan telah berlangsung sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu seiring dengan perpindahan tumbuhan dan hewan sumber pangan sebagai “buah”. Pergerakan manusia menembus batas-batas wilayahsaat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang bisa mengklaim menghidupi penduduknya dengan pangan yang 100% asli setempat. Dalam konteks sistem pangan, sejak Globalisasi secara kasat mata dapat dibaca dari perubahan-perubahan yang berlangsung disepanjanng rantai makanan (food chain). Sejak tahap produksi dan pengolahan hingga ke pemasaran dan penjualan produk. Di Indonesia sendiri, kehadiran sejumlah buah dan sayuran segar (fruit and

vegetables) dan ratusan item pangan olahan import di hypermarket hingga pasar

becek saat ini merupakan salah satu contoh nyata hadirnya fenomena globalisasi pangan.

Globalisasi mengandalkan dua “mantra sakti” liberalisasi dan harmonisasi sebagai salah satu subsistemnya, Globalisasi pangan juga “takhluk” pada dua mantra itu. Liberalisasi mewujudkan dalam keterbukaan pasar. Semua hambatan dalam bentuk tarif dan regulasi dagang harus direduksi dan bahkan dieliminasi demi terbukanya pasar bagi produk import.

Meskipun kesepakatan tentang keamanan pangan ini pasti mengatasnamakan konsumen seluruh dunia tetapi tetap mencerminkan “kemenangan” itu lobi ke negara-negara maju. menyikapi kesepakatan itu, negara-negara maju melanjutkan melakukan penyesuaian-penyesuaian regulasi keamanan pangan mereka yang bertitikberat pada pengendallian proses dan pencegahan resiko dalam keseluruhan daur produksi. Konsekwensinya produksi di negara berkembang harus mencurahkan segala daya upaya untuk melindungi konsumen di negara-negara maju. Pada kenyataannya prinsip harmonisasi sering menjadi penghambat eksport produksi pangan negara berkembang karena

(7)

kesenjangan know-how dan perawatan. Sebaliknya, produksi pangan dari negara maju dengan mudah “melenggang” masuk ke pasar negara-negara berkembang. Keadaan ini mengakibatkan apa yang di kenal sebagai paradoks keamanan pangan.

3.2 Dampak Globalisasi Pangan

Menimbulkan jenis dan derajat perubahan yang ditimbukannya maka

dapat dipastikan bahwa Globalisasi pangan telah menimbulkan berbagai dampak negatif maupun positif. Pembahasan kali ini dibatasi pada dampak Globalisasi Pangan terhadap ketahanan pangan dan pertanian lokal, keragaman produk pangan, keamanan pangan dan lingkungan, serta keragaman hayati.

3.3 Ketahanan Pangan dan Pertanian Lokal

Salah satu dampak terpenting Globalisasi pangan adalah semakin

rumitnya penjaminan kecukupan pangan, karena semakin terbukannya pasar. Import menjadi salah satu strategi utama bagi negara manapun dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Globalisasi berhasil menempatkan Amerika Serikat sebagai salah satu eksportir pangan terbesar di Dunia pada tahun 1994 saja, eksport AS telah mencapai 36% (gandum), 64% (jagung, barley, sorgum dan oats), 40% (kedelai), 17% (beras), dan 33% (kapas) volume yang diperdagangkan di dunia. Indonesia adalah salah satu importir terbesar bagi AS. Pada tahun 2000, total import kedelai (biji, minyak, dan tepung) Indonesia dari AS mencapai 1,2 juta ton bernilai sekitar seperempat miliar dolar AS. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, kehadiran supermarket selain memberikan kenyamanan belanja juga telah mendorong pemasaran produk-produk dengan standart mutu dan keamanan pangan yang lebih baik dengan harga yang kompetitif.

3.4 Keragaman Produk Pangan

Produk pangan olahan import secara signifikasi menyumbangkan

keragaman pangan di Indonesia (2000-2004). Untuk 9 kelompok panagan olahan, produk pangan import (terdaftar) menyumbang sekitar 60% dari total keragaman.

(8)

Untuk keempat kelompok produk, yaitu “makanan Ringan”, “bumbu instan”, “minuman sari buah”, dan “susu pertumbuhan” produk import bahkan melampauai kontribusi produk domestik. Dengan pertimbaangan kepraktisan (practicality), pasar pangan kita telah dipenetraasi secara meyakinkan oleh kedua produk olahan itu.

Pengamatan langsung dipasar-pasarr tradisional maaupun di supermarket ataupun hypermarket juga menujukan betapa sistem pangan kita sudah sangat tergantung pada produk buah impor. Produk buah lokal cenderung menempati posisi marjinal. Akibatnya, secara bertahap selara konsumen (dari anak-anak) akan terpola, hanya menyukai segelintir jenis buah saja.

3. 5. Keragaman Hayati

Globalisasi pertanian telah berhasil menyebarkan teknik-teknik budidaya pertanian dan jenis-jenis tanaman dari negara kaya keseluruh dunia. Proses inilah yang bertanggung jawab terhadap reduksi keragaman hayati pertanian (agrobiodifersity). Akibatnya, sistem produksi pangan di negara-negara berkembang cenderung rentan.

Globalisasi pangan memang berhasil menyumbang keragaman produk pangan. Namun pada saat yang sama, globalisasi pertanian mengakibatkan erosi keragamaan sumber pangan. Erosi tersebut menuntun biaya ekonomi dan sosial.

3. 6. Keamanan Pangan dan Lingkungan

Dampak globalisasi pangan yang paling kasat mata tercermin dari perubahan pola pangan yang terjadi. Secara gradual akan terjadi pergeseran kearah budaya pangan yang universal (seragam). Penyeragaaman ini akan mengakibatkan perubahan pola konsumsi dan status nutrisi masyarakat.

Salah satu faktor terpenting dibalik penyeragaman diet dan status gizi ini adalah urbanisasi dan gaya hidup yang meenyertainya. Lingkungan pertokoan

(9)

tampaknya mempengaruhi kebiasaan akan warga kaya maupun miskin dan berdampak terhadap status gizi serta kesehatan.

Globalisasi juga diakui berperan dalam mendorong pengembangan teknologi dan rekayasa produk pangan. Keragaman teknologi produksi dan pengemasan terutama ditujukan untuk pengingkatan umur simpan (shelf-life) produk yang memungkinkan transportasi jarak jauh.

3. 7. Peluang Pertanian Indonesia

Untuk memperbesar peluang survivial pertanian indonesia dalam menghadapi tantangan tersebut berikut ini ditawarkan 5 strategi:

a. Advokasi Perdagangan Internasional b. Adaptasi terhadap perkembangan teknologi

c. Produksi komoditi bernilai tinggi dan produk alternatif d. Pengembangan pertanian organik

(10)

BAB IV PENUTUP

4. 1. Kesimulan

Meskipun globalisasi pangan bukan sebuah fenomena baru, namun ia kemudian menjadi lebih kompleks dan sampaii tingkat tertentu mengancam sistem pangan lokal. Tidak ada satupun negara didunia yang 100% setempat. Selain ini, globalisasi pangan melahirkan ketimpangan ; negara-negara

berkembang cenderung memiliki ketergantungan pangan terhadap negara-negara kaya yang dapat mengekpor pangan “murah” bersubsidi.

4. 2. Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi http://artikel.sabda.org/globalisasi

Referensi

Dokumen terkait

Bukti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya mungkin menunjukkan bahwa variasi genetik merupakan ada dan dapat terlihat pada populasi alami dan lambat laun ada kemungkinan

Gambaran umum perilaku konsumen mengenai Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur dapat diketahui melalui penulusuran sumber informasi pertama kali

Once HUVECs were seeded onto both untreated and surface treated and coated PAN fibrous scaffolds in presence of fibrin, cell attachment and proliferation were evaluated at day 1

Berangkat dari hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah kajian yang dapat mengupas seperti apa penggunaan hadits-hadits dalam tafsir sufistiknya Syaikh

Menghitung koefisien jalur dengan lima variabel seperti yang disebutkan pada Tabel 6, efek tidak langsung tampaknya menjadi penyebab korelasi.. Dalam kasus

Qusyairi juga memberikan gambaran lain tentang penyelewengan para sufi yang terjadi pada kurun ketiga dan kelima hijriah dengan mengatakan: ”Jalan kesufian ini telah sampai

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Strategi

y = jumlah atom unsur dalam 1 molekul senyawa ( angka indeks dari unsur yang bersangkutan dalam rumus kimia senyawa ). Stoikiometri Reaksi Hitungan