• Tidak ada hasil yang ditemukan

sebagai "gerakan Aladin " atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sebagai "gerakan Aladin " atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR

Pada akhir bulan Nopember 2006, saat menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia 2006, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan agar semua pihak bekerj a sama menyingsingkan lengan baju ikut membangun manusia Indonesia yang jumlahnya melimpah. Sekaligus, melihat perkembangan penduduk yang makin tinggi, Presiden berpesan agar program KB digalakkan lagi. Presiden juga menegaskan bahwa pembangunan, utamanya pembangunan manusia dan keluarga, tidak saja menjadi tanggung jawab dan monopou pemerintah, tetapi memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat luas.

Dimasa lalu pembangunan manusia melalui pemberdayaan keluarga, utamanya dalam bidang KB dan kesehatan, dinilai sangat berhasil karena kerjasama masyarakat yang sangat luas melalui wadah kebersamaan dalam Posyandu. Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu pada masa itu adalah salah satu lembaga pedesaan atau pedukuhan yang sangat terkenal, apalagi hampir semua keluarga desa, melalui Posyandu, khususnya

ibu-ibu, ikut gerakan pembangunan kesejahteraan keluarga atau PKK. Posyandu menampung dan menjadi wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan, utamanya dalam bidang KB dan Kesehatan.

Dimasa lalu pembangunan manusia melalui pemberdayaan keluarga, utamanya dalam bidang KB dan kesehaian, dinilai sangat berhasil karena kerjasama masyarakat yang sangat luas

(2)

Posyandu, disamping mendapat dukungan secara luas dari keluarga pedesaan, juga didukung jajaran BKKBN dan Depar-temen Kesehatan. Karena itu penyebaran dan perkembanganya sangat cepat. Posyandu merupakan kunci pendukung pelayanan terpadu yang mengantar suksesnya Program Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan, sehingga dalam pengertian banyak kalangan, Posyandu, biarpun gagasan dasarnya diarahkan untuk pemberdayaan keluarga secara paripurna, menjadi seakan-akan identik sebagai lembaga pelayanan terpadu untuk KB dan Kesehatan.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat, secara bertahap dan kreatif Posyandu berkembang menjadi lembaga pemberdayaan keluarga yang paripurna dan ampuh. Posyandu memungkinkan keluarga sederhana di pedesaan belajar dari keluarga tetangga yang berkumpul bersama. Posyandu, dibandingkan lembaga lain, dianggap mampu merangsang pemberdayaan keluarga sekaligus merangsang setiap keluarga mau dan bisa memberdayakan keluarganya sendiri secara mandiri.

Pada tahun 1990-an, sejalan dengan makin majunya gerakan KB sebagai upaya awal pemberdayaan keluarga, Posyandu makin dituntut menjadi wahana pemberdayaan keluarga secara paripurna. Dengan diterima dan disyahkannya Undang-undang tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera sebagai UU nomor 10 tahun 1992, Posyandu makin dipersiapkan dan dikembangkan menjadi wahana pemberdayaan keluarga. Tugas pokoknya melebar menjadi lembaga pemberdayaan untuk membantu keluarga mengembangkan delapan fungsi keluarga yang utama. Posyandu yang sederhana, dan disebut sebagai Posyandu Pratama, dengan kemampuan yang luar biasa dari masyarakat desa, dikembangkan

(3)

menjadi Posyandu Purnama, kemudian menjadi Posyandu Mandiri, yang sudah jauh lebih maju dan sempurna dibandingkan Posyandu Pratama, atau Posyandu Madya.

Di beberapa daerah, Posyandu Purnama tersebut disebut juga dengan nama khusus daerah seperti Posyandu Gerbang Mas, Posyandu Plus, atau Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Program KB yang inti awalnya merupakan ajakan untuk mengatur kehamilan dan kelahiran keluarga usia subur, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam UU nomor 10 tahun 1992, berubah menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera. Di banyak desa gerakan ini disambut dengan kesadaran menuntaskan wajib belajar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara. Di banyak tempat lain, dalam suasana pengentasan kemiskinan yang marak, para peserta KB menjadi pelopor gerakan pengentasan kemiskinan dengan program-program sederhana yang dilakukan masyarakat dan keluarga pedesaan secara gotong royong. Pada tingkat awal, kegiatan kelompok dalam Posyandu, yang semula hanya dalam KB dan Kesehatan, meluas dan muncul dengan kegiatan lantainisasi. Program ini dilaksanakan sebagai gerakan gotong royong merapikan rumah-rumah yang berlantai tanah, sekaligus menghilangkan salah satu indikator keluarga pra sejahtera yang paling mudah dan murah.

Gerakan lantainisasi berkembang menjadi gerakan memperbaiki atap dan dinding rumah karena ternyata, setelah lantai tanah dirumahnya dipoles, kalau hujan malah becek dan dinding rumahnya menjadi nampak reyot. Untuk menolong tetangga yang makin sadar akan kebersihan dan kesehatan, gerakan lantainisasi gotong royong tersebut dikembangkan menjadi gerakan menolong keluarga yang berumah reyot dengan bantuan perbaikan atap dan dindingnya. Gerakan itu terkenal

(4)

sebagai "gerakan Aladin " atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding.

Gerakan perbaikan rumah secara fisik itu diikuti dengan meningkatnya

kesadaran keluarga peserta KB dan tetangganya untuk mengembangkan

kehidupan keagamaan dan

pemberdayaan anak balita yang mereka miliki. Anak mereka, yang dianjurkan hanya dua orang saja, laki-laki perempuan sama

saja, secara sadar dipersiapkan menjadi anak yang cerdas dan berkualitas. Karena itu, anggota Posyandu mulai mengembangkan gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) yang secara gotong royong memberikan pemberdayaan kepada keluarga yang mempunyai anak balita. Gerakan ini sejalan dengan kegiatan ibu-ibu untuk belajar agama, bukan untuk dirinya tetapi belajar menjadi guruagama , dengan belajar membaca huruf-huruf Arab dengan sistem Iqra, untuk mengajar anak-anak balita dan anak remaja di rumahnya.

Sejalan dengan itu keluarga-keluarga muda anggota kelompok keluarga sejahtera belajar menabung dalam gerakan sadar menabung yang dikembangkan bersama Yayasan Damandiri. Mereka yang sudah mempunyai tabungan diberikan kesempatan untuk belajar mengembangkan usaha kecil dan koperasi melalui pemberian kesempatan kredit Kukesra, yang juga didukung oleh Yayasan Damandiri. Posyandu yang telah berkembang menjadi

(5)

pendukung kelompok Keluarga Sejahtera menjadi wahana pemberdayaan keluarga yang makin paripurna.

Perkembangan itu menggembirakan. Posyandu yang berkembang menjadi forum pemberdayaan keluarga secara paripurna terbukti bisa menjadi wahana yang cocok untuk pemberdayaan sumber daya manusia yang paripurna. Sehingga tepat apabila di sebagian wilayah forum Posyandu telah diubah namanya menjadi forum komunikasi atau forum pemberdayaan. Di sebagian wilayah lain Posyandu tetap dikembangkan dengan sebutan sebagai Posyandu Plus yang kegiatannya diperluas meliputi pemberdayaan delapan fungsi keluarga, yaitu keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa sampai kepada kecintaan dan pengembangan lingkungan yang kondusif.

Lebih dari itu, banyak sekali perkembangan yang menarik. Di Jawa Tengah misalnya, di sekitar Posyandu pemerintah daerah mendirikan Poliklinik Pedesaan atau Polindes, yang berkembang menjadi unit pelayanan kesehatan yang bermutu untuk rakyat. Dengan demikian, Pos Pelayanan Terpadu, melalui pelayanan lima meja utama untuk KB dan ksehatan, tidak diperlukan lagi sebagai tempat memberi pelayanan kesehatan. Lebih-lebih kalau berkembang pula kegiatan praktek Bidan KB yang mandiri di Desa. Apalagi kalau di sekitar Posyandu berkembang pula Pelayanan Bina Keluarga Balita, Pusat Pengajaran Al Qur'an, Pelayanan Kredit Pedesaan, serta pelayanan kebutuhan pemberdayaan keluarga lainnya. Pelayanan terpadu di Posyandu berubah menjadi pelayanan pemberdayaan untuk mempersiapkan keluarga desa di sekitarnya menjadi makin mampu, bisa dan tidak tertinggal dalam mengakses unit-unit pelayanan yang tumbuh di desanya. Pelayanan terpadu yang semula berada dalam satu titik, karenaperkembangan situasi dan kebutuhan yang meluas, biarpun

(6)

di pedesaan, berkembang menjadi pelayanan spesialis sederhana yang makin canggih. Sejalan dengan perkembangan tersebut, Kelompok Akseptor KB yang semula tumbuh sebagai kelompok keluarga yang memegang peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu, berkembang menjadi Kelompok Keluarga Sejahtera. Sementara itu secara tidak resmi Posyandu berkembang menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya untuk mendukung pemberdayaan keluarga yang mandiri. Melihat perkembangan yang positif tersebut, untuk antisipasi kemajuan keluarga Indonesia di masa depan, serta membantu keluarga yang belum sadar akan perkembangan lingkungannya, kami menganjurkan untuk segera mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga secara sistematis. Pengembangan Pos Pemberdayaan itu, disamping menyambut dan membantu seruan Presiden agar berubah menjadi kenyataan di lapangan, sekaligus dimaksudkan untuk mengantisipasi perluasan unit-unit pelayanan mandiri atau swasta yang akan segera membanjiri pedesaan. Unit-unit itu akan dibangun pemerintah atau masyarakat, berupa Unit- unit-unit pelayanan keagamaan, kesehatan, pendidikan, wirausaha, lembaga keuangan, atau bahkan pembinaan lingkungan yang kondusif. Masyarakat akan dirangsang untuk "membeli" pelayanan mereka dengan dorongan pemasaran yang luar biasa

Sementara itu secara tidak resmi Posyandu berkembang menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya untuk mendukung pemberdayaan keluarga yang mandiri

(7)

dahsyatnya. Kalau tidak diberi bantuan dengan pemberdayaan, maka dengan mudah keluarga kita akan terjerat oleh pelayanan yang tidak dimengerti atau harus membayar mahal untuk pelayanan yang sesungguhnya tidak diperlukan.

Oleh karena itu, melalui buku ini masyarakat dan keluarga pedesaan diajak untuk bersatu dan mengembangkan kelompok-kelompok di pedesaan dalam wadah Pos Pemberdayaan Keluarga. Melalui Posdaya, yang dibangun, dibina dan dikembangkan oleh perorangan, organisasi atau pemerintah daerah, keluarga Indonesia diharapkan dapat bersatu dan mempersiapkan diri secara dini. Atau minimal, dapat bersama-sama belajar atau saling belajar dengan keluarga lain sesama anggota Posdaya. Keluarga yang lebih mampu diharapkan bisa memberi bantuan pencerahan, sebaliknya keluarga yang masih tertinggal dapat meluangkan waktu belajar mandiri bersama anggota Posdaya lainnya.

Dengantetapmengharapkanmasukanuntukpenyempurnaan buku pedoman umum ini, kami mengundang para pembaca untuk ikut secara aktif membangun Posdaya sebagai wahana pemberdayaan, wahana pencerahan, dimana saja, di rumahnya, di warungnya, di masjidnya, di kantornya, atau bahkan di kampung orang lain, agar keluarga Indonesia yang masih tertinggal dapat diberdayakan untuk mampu mengakses fasilitas pelayanan pembangunan keluarga, yang bakal muncul, atau sebenarnya sudah sangat melimpah, dan tersebar luas, di sekitar kita. Kalau perlu, marilah kita ulurkan bantuan agar proses pemberdayaan itu dapat berjalan lancar dan kemampuan keluarga Indonesia untuk mengakses berbagai tawaran pelayanan dapat dinikmati secara merata.

(8)

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita bersama. Selamat membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Jakarta, 15Januari 2007 Wakil

KetuaJrefasan Damandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab sub masalah pada nomor 3 yaitu perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 14 Pontianak Selatan antara

Kesulitan Yang Dihadapi Kepala Madrasah Dalam Membangun Budaya Kerja Produktif Guru Kesulitan dalam membangun budaya kerja yang dihadapi kepala Madrasah Aliyah An Nusyur antara lain;

Strategi refinancing ini terus dilakukan pada tahun 2017. Hal ini nampak dari pernyataan resmi pihak INDOSAT dengan mengeluarkan obligasi sekitar IDR3,2 triliun dan

Banyak faktor yang membuat green construction memakan biaya yang cukup besar, seperti contohnya dalam penggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pelaksanaan green

Berarti pelayanan yang harus diberikan yaitu minimalnya seperti sensus lembaga, penerimaan mahasiswa baru, pendataan mahasiswa, peningkatan disiplin dan hal-hal yang

Saran dalam penelitian ini yaitu perusahaan hendaknya memperhatikan kebersihan di lingkungan kerja, meningkatkan pengawasan terhadap peraturan kerja, dan mengkaji ulang

Dan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen yaitu motivasi kerja pelatihan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja dengan nilai “R” sebesar

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya sebuah masalah diperbolehkan dan tidaknya untuk meninggalkan Ṣalāt 'Id maupun shalat Jum'at, karena kedua hukum shalat