Menimbang
Mengingat
,
PHESIDCN
REPUBLIK II\lDONCSIA
UNDANGUNDANG REPUI3LIK rNDONESIA NOMOR 17 TABUN 2003
TENTANG KEUANGAN NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbu!kan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang;
b. bahwa pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana dimaksud pada huruf a telah diatur da!am Bab VIII UUO
1945;
C. bahwa Pasal 23C 13ab VIII UUD 1945 mengamanatkan
hal-hal lain mengcnai keuangan negara diatur dengan undang-undang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan h uruf c pcrlu dibentuk Undang-undang tentang Keuangan Negara;
Pasal 4, Pasa! 5 ayat
0),
Pasa! 11 ayat (2), Pasa! 17, Pasa! 18, Pasa!18A, Pasa! 20, Pasa! 20A, Pasal 21, Pasa! 220, Pasa! 23, Pasa! 2 3A,
Pasa! 2313, Pasa! 23C, Pasal 230, Pasa! 23E, dan Pasa! 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) UndangUndang Oasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat UndangUndang Dasar
1945;
• PRESIDCN RCPUBLlf<. IN DONE セ Z^@ i@ A
2
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPU13LIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan UNDANG UNDANG TENTANG KEUANGAN NEGARA.
DAB I
KETENTUAN UMUM
..
Pasal 1
Dalam Undangundang ini yang dimaksud dengan :
1. Keuangan Negara adalah sem ua hak dan kewaj iban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat d ijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan ha k dan kewajiban tersebut.
2. Pemerintah adalah pemcrintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang setanjutnya disebut DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyal sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar 1945.
4. Dewan Pcrwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD ad.dah DeWilll Perw,lkilan Rakyat Daerah Prop insi, Dewan Perwakilan Rakyal Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar 1945.
5. Perusahaan ...
•
PRESIDEN
ヲセepublik@ INDONCSIi'o,
5. Perusahaan Nezara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian modalnya dim iliki oleh Pemerintah Daerah. I
, I
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanj utnya
disebut APBN, adalah rcncana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwa kilan
Rakyat.
8. Anggaran Pendapatan dan Uelanja Daerah, selanj utnya
disebut AP13D, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daera h.
13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
15. Pendapatan dacrali aclalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kckayaan bersih.
16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
17. Pembiayaan adalah sctiap pcnerimaan yang perlu d ibayar
kembali dania tau pcngc!uaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
=
tahuntahun anggaran berikulnya.I"H ESI O[ N
I""CI-"U8L.I K INO(")N[ :; I,'.',
4
Pasal 2
Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 anzka 1, meliputi :
a. hak negara untuk memungut pajak, menzeluarkan dan mengedarkan uang, dan melnkukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk mcnycienggarakan tugas layanan ull1um pCl11cril1talwll llcgarn dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara; d. Penzeluaran Negara; e. Penerimaan Daerah;
セ@
f. Pengeluaran Daerah;
Z. kekayaan negara/kekayaan daerah yanz dikelola sendi r i atau oleh pihak lain berupa liang, surat berharga, piutang, barang, serta hakhak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan n egara/ perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain ya ng dikuasai oleh ·pemerintah dalam rangka penyelenzzaraan tug as pemerintahan dan/ atau kcpentingan umUI1l;
1. kekayaan pihak lain yang dipcroleh dengan menzzunakan
fasilitas yang dibcrikan pCll1crintah.
Pas,d :)
(1) Keuanzan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
: dan bertanzgungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
fセr@ ES1Df-:N
REPUBLIK lNUONr:::.l /\
9
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaa n APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubaha n APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah dilelapkan dcngan Pcr41turan Dacrah;
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. menyusun laporan keuangan yang . merupakan per -tanggungjawaban pclaksanaan APBD.
..
(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang di pim pinnya;
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. mengelola utang piu tang daerah yang menjadi tanggung
jawab satuan kerj:1 pcrangkat daerah yang dipimpinnya;
f. mengelola barang milikl kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipil11pinnya;
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
..
PRESIOEN REPUBLIK INDONE セZG^@ iiGL@
10
131\13 III
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN AP13N
Pasal 11
(1 ) AP13N merupakan wujud pcngclolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undangundang.
(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3 ) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyeleng-garaan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. (5 ) Belanja negara dirinci menurul organisasi, fungsi, da n jenis
belanja.
Pasal 12
(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan nczara.
(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan lercapainya tLljLlan bernegara.
(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan unruk menutup defisit tersebut dalam Undangundang tentang APBN .
..
PRESIDEN
REPUBLIK INDON[ SIA 11
(4) Dalam hal anzgaran dipcrkirakan surplus, Pemerintah Pusat
dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 13
(1) Pemerintah Pusat I11cnymnpaibn pokokpokok kebijakan
fiskal dan kcrangka ekonol1li makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
(2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas
kerangka ekonomi makro dan pokokpokok kebijakan fiskal
yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan API3N tahlln anggaran berikutnya.
(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokokpokok
kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan
Perwakilan Rak.j'at membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan aCllan bagi setiap kementerian
negara/lembaga dalam penyusunan usu lan anggaran.
Pasal 14
(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteril
pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna
barang menyusun rencana kerja dan anggaran keme nterian
negara/lembaga tahun beriku tnya.
(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disuslln berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran scbagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun
berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusu n .
•
PRESIDEN
REPUBLIK INDONeSIA
12
(4) Rencana kerja dan angzaran dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.
(5) HasiI pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan scbagai bahan penyusunan rancangan undangundang ten tang APBN tahun berikutnya. (6) Ketentuan Icbih lanjut mengcn<li penyusunan rencana kerja
dan anggaran kementerian ncgara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
'.,
Pasal 15
(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undangundang
tentang API3N, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kcpada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Undangundang ten tang API3N dilakukan sesuai dengan undangundang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penenmaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undangundang ten tang APBN.
(4) Penzambilan keputLisan oleh Dewan Perwakilan Rak.)'at mengenai Rancangan Undangundang tentang APBN dilakukan selambatlambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
PRESIDEN RCPLJBLIK indon{セIャゥ|@
13
(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undangundang sebagaimana dimaksud dalam ayat
0),
Pemerintah Pusat dapat me!akukan pengeluaran setinggitingginya sebesar angka APBN; ,tahun anggaran sebelumnya.BAG IV
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD
Pasal 16
(1)
(2)
(8)
(4)
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah.
APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lainlain pendapatan yang sah.
Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
•
(1)
(2)
pセャウ\ャQ@ [ 7
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kct11<1mpuan pendapatan daerah.
Penyusunan Rancangan APBO sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
PRESIDCN
REPUBLIK INDON[ 5 1/\ 14
(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Pcraturan Daerah tentans APGO.
(4) Oalam hal anssaran diperkirakan surplus, ditetapkan
pengzunaan surplus lersebu t dalam Peraturan Oaerah ten tang APBO.
Pasal 18
(1) Pemerintah Oaerah menyampaikan kebijakan umum APBD
tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRO selambatIambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.
(2) OPRO membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun angzaran berikutnya.
(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati
dengan OPRO, Pemerintah Oaerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Onerah membahas prioritas dan plafon anggaran semen tara unluk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Pasal 19
(1) Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran mcnyusun rencana kerja dan anssaran Satuan Kerja Perangkat Oaerah tahun berikutnya.
(2) Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
PRESIOEN
REPUBLIK INOONE SIA
15
(3) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun .
(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
disampaikan kepada OPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahllillan RAPGO.
(5) IIasil pembahasan rCll cana kClja dan a nggaran disampaikan
kepada pcjabal pcn3clo1n kcuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Oaerah ten tang APBO tahun berikutnya.
(6) Ketentuan lebih lanjut menzenai penyusunan rencana kerj a
dan angzaran Satuan Kerja Perangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.
Pasal 20
(1) Pemerintah Daerah menzajukan Rancangan Peraturan
Daerah ten tang AP13D, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah ten tang APBD
dilakukan sesuai dengan undanzundang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
(3 ) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah ten tang APGO.
(4 ) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan
Peraturan Daerah tentang APGD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangku tan dilaksan akan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
16
(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan u nit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanj a.
(6) Apabila DPRD tidak menyelujui Rancangan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat
0),
untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggitingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.BAB V
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERlNTAH PUSAT DAN BANK SENTRAL, PEMERlNTAH DAERAH, SERTA PEMERlNTAH/LEMBAGA ASING
Pasal 21
Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kcbijakanfiskal dan moneter.
Pasal 22
(I) Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan undangundang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/ atau
hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya.
(3) Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman
kepada/menerima pinjaman dari
、。・イセィ@lain dengan
persetujuan DPRD.
PRESIDEN nEPUBLIK INDONESI A
17
PasaI 23
(1) Pemerintah Pusat dapat mcmberikan hibah/pinjaman kepada
atau menerima hibah/pinj a man dari pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan OPR.
(2) Pinjaman dania tau hibah yang diterima Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diteruspinjam -kan kepada Pemerintah Oaerah/Perusahaan Negaral Perusahaan Oaerah.
BAB VI
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERINTAH DAN PERUSAHAAN NEGARA,
PERUSAHAAN DAERAH, PERUSAHAAN SWASTA, SERTA
BAOAN PENGELOLA DANA MASYARAKAT
rasal 24
(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibahl penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negaml daera h.
(2) Pemberian pinjanwn/hibah/pcnyertaan modal dan penerimaan pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebih dahuIu ditetapkan dalam APBNIAPBD.
(3) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan negara.
(4) Gubernur/bupatilwalikola melakukan pembinaan dan pengawasan kcpada perusahaan dacrah.
(5) Pemerintah Pusat dapal Il1clakukan penjualan da n /atau privatisasi perusahaan negara setelah mendapat persetujuan
OPR.
• PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
18
(6) Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan daerah setelah mendapat persetujuan DPRD.
(7) Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemcrintah Pusat dapat memberikan pinjaman
I
dan/atau melakukan pcnycrlaan modal kepada perusahaan swasta setelah l11endapat pcrsetujuan DPR.
Pasal 25
(1 ) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada badan pengelola dana l11asyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat.
(2) Gubernurlbupatilwalikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pel11erintah Daerah.
(3) Ketentuan sebagail11ana dil11aksud berlaku bagi badan pengelola mendapat fasilitas dad pemerintah.
dalam Pasal 3 ayat (1)
dana masyarakat yang
13A13 VII
PELAKSANAAN AP13N DAN AP13D
Pasal 26
(1) Setelah APBN ditetapkan dengan undang undang, pelaksanaannya dituangkan Iebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
(2) Setelah APBD ditetapkan pelaksanaannya dituangkan Gubernur/BupatilWalikota.
dengan peraturan daerah, lebih lanjut dengan Keputusan
PRESIOEN
RCPUBLIK INDONESIA 19
Pasal 27
(1) PCll1crintah Pusat l11cnyusull Laporan Realisasi Semester
Pertama APBN dan prognosis untuk 6 (en am) bulan berikutnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada OPR selambatIambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama an tara OPR dan Pemerintah Pusat.
(3) Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi : a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan
asumsi yang digunakan dalam APBN; b. perubahan pokokpokok kebijakan fiskal;
c. kcadaan yang I11cnycbabkan harus dilakukan pergescran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antaljenis belanja;
d. keadaan yang menyebabkan sa]do anzsaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan angzaran yang berjalan.
(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
(5) Pemerintah Pusat mengajukan rancanza'n undanzundang tentanz Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersanzkutan berakhir.
PRESIOEN
REPUBLIK INOONE SIA 20
PasaI 28
(1) Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester
Pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
kcpada DPRO selambatlambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan Pcmerintah Dacrah.
(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau
perubahan kcadaan dibahas bersama DPRD dengan
Pemerintah Daerah dalam ran:ska penyusunan prakiraan
Perubahan atas APBD tahun angzaran yang bersangkutan,
apabila terjadi :
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan
umum APBD;
b. kcadaan yang menycbabkan harus dilakukan pergcseran
anggaran antarunil organisasi, antarkegiatan, dan
antmjcnis bclanja.
c. keadaan yang menyebabkan saldo angzaran lebih tahun
sebclulllnya harus digun,lkan untuk pembiayaan
anggaran yang berjalan .
(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang
selanjutnya diusuIkan dalam rancangan perubahan APBD,
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
(5) Pemerintah Daerah mengajukan Ranc,angan Peraturan
Daerah tentanz Perubahan APBD tahun' anggaran yang
bersangkutan bcrdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPRD
sebelum tahun anzgaran yang bersangkutan berakhir.
..
PRESIDEN
R E r:> LJ B L I KIN DON E セ I@ 1/\
21
Pasal 29
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan AP£3N dan AP130 ditctapkan dalam undangundang yang mengatur perbenda ha raan negara.
BAB VIII
PERTANGGUNGJA WABAN PELAKSANAAN APBN DAN APBO
Pasal 30
(1) Presiden menyampaikan rancangan undangundang ten tang
pertanZSllnzjawaban pclaksanaan AP£3N kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah dipcriksa oleh Badan Pemeriksa Kcuangan, sclalllbatlambalnya G (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Laporan keuangan dilllaksud setidaktidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Ncraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan alas Laporan Kellangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
Pasal 31
(1) Gubernur/13upati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setclah tahun anggaran berakhir. (2) Laporan keuangan dimaksud setidaktidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dcngan laporan keuangan pcrLlsahaan daerah.
Pasal 32 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INOONE SIll.
22
Pasal 32
(1) Bentuk dan isi laporan pertanzgungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai, dengan standar akuntansi pemerintahan.
(2) Standar akunlansi pCll1crintahan sebagaimana dimaksud
dalam ayal (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan dilelapkan dcngan Peraturan Pemerinlah selelah lcrlcbil1 dahLIlLI I11cnc.ict pa l perlim bangan dari I3adan
Pemeriksa Keuangan.
Pasal 33
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanzgungjawaban keuangan negara diatur dalam undangundang tersendiri.
I3AB IX
KETENTUAN PI DANA, SANKSI ADMINISTRATIF, DAN GANTI RUGl
Pasal 34
(1) Menteri/Pimpinan lembaga/Gubern ur/Bupati/Walikota
yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undangundang ten tang API3N/Peraturan Daerah ten tang API3D diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undangundang.
(2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anzgaran yang telah dite tapkan dalam undangundang tentang APBN/Peraturan Daerah ten tang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undangundang.
PRESIDEN
REPUBLIK INOONE 51A
23
(3) Presiden membcri sanksi administratif seSUal dengan ketentuan undangundang kepada pegawai negeri serta pihakpihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undangundang ini.
Pasal 35
(1) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melangzar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan menzganti kerugian dimaksud.
(2) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan,
membayar, danlatau menyerahkan uang atau surat bcrharga atau barangbarang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan laporan pertanzgungjawaban kepada I3adan Pemeriksa Keuangan.
(3) Setiap bendahara scbagaimana dimaksud dalam ayat (2)
bertanzgung jawab secara pribadi atas kerugian kcuangan negara yang bcrada dalam pcngurusannya.
(4) Ketcntuan mcngenai penyelcsaian kcrugian negara diaLur di
dalam undangundang mengenai perbendaharaan negara.
I3Al3 X
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36
(1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja 「」イ「。ウゥセ@ akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal I angka 13, 14, 15, dan 16 undangundang ini dilaksanakan selambatlambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan penzukuran pendapatan dan be1anja berbasis akrual belum dilaksanakan, dizunakan pengakuan dan penzukuran berbasis kas.
PRESIDEN
i セ@ E PUB L I f<' Ir.J DON [ セセ@ II.:.. 24
(2) Batas waktu penyampaiun laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah, demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/ pemerintah daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai APBN/ APBD tahun 2006.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 37
Pada saat berlakunya undangundang ini :
1. Indische Comptabiliteitswet (lCW) , Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana td ah bcberapa kati diubah, tera kh ir dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);
2. Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl. 1936 Nomor 445;
3. Reglell1ent voor het Administratief I3e heer (RAE) Stbl. 1933 NomoI' 381;
sepanjang telah diatur dalam undangundang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 38
Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undangundang i ni
sudah selesai selambatIambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undanginidiundangkan.
Pasal 39
PRESIDE:N
• H r: I' Ii 13 L I KIN DON r:. :'.', 1 /\
- 25
-Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undangundang 1m dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Telah sah
pada tanggal 5 April 2003
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2003
SEKRETARlS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ,
ttd
BAMBANG KESOWO
..
PRESIDENR [ P LJ 8 LI KIN DON {セ@ GZZセ@ Ir\
PENJELASAN ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAIIUN 2003
TENTANG KEUANGAN NEGARA
1. UMUM
1. Dasar Pemikiran
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantu m dalam
alinea IV Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 dibentuk pemer intahan
negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang.
Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewaj iban
negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara.
Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan huku m, dan
menyelengga rakan pemerintahan negara bcrdasarkan konstitusi, sistem
pengelolaan keuangan ncgara harus sesuai dengan aturan pokok yang
ditetapkan dalam UndangUndang Dasar. Dalam Undang Undang Dasar 1945
Bab VIII Hal Keuangan, antara lain discbu tkan bahwa anggaran pendapatan
dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang, dan
ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara serta macam dan harga mata uang ditetapkan dengan
undangundang. Halhal lain mengenai keuangan negara sesu a i dengan
amanat Pasal 23C diatur dengan undangundang.
•
F"R E SIDEN
..
H E I" U 131_ I KIN DON L セGI@ I /\2
Selama ini dalam pelaksanaan penge lolaan keuangan negara masih digunakan ketentuan ーcイlャャQ、ゥャョァMャャョ、。ョセセ。ョ@ yang disusun pad a masa pemerintahan kolonial Hindia I.3elanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan UndangUndang Dasar 1945, yaitu Indisehe Comptabljiteitswetyang lebih dikenal dengan nama leW stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lcmbaran Ncganl 1854 NOl11or 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Unda ngundang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indisehe Bedrijvenwet (lBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratiei Beheer (RAG) Stbl. 1933 No. 381. Sementara itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanzsungjawaban keuangan negara digunakan Instruetie en verden: bep;Jfinge17 vaor de Aise177cene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan pcrundangundangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkelllbangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dar,i ketentuan dalam peraturan perundangundangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan.
Kelemahan perundangundangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bcntuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang
mengatur pengelolaan keuangan negara.
•
ヲZjh{siuセセ@ N
R [: I"LJRUI, INC; ONl: S I/\
3
Upaya untuk menyusun undangundang yang mengatur pengelolaan keuangan negara telah dirintis sejak awa l berdirinya negara Indonesia. Oleh karena itu, penyelesaian Undangundang tentangKeuangan Negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama In! dalam ranska memenuhi kewajiban konstitusional yans diamanatkan oleh UndanSUnclang O<.lsar 1セITUN@
2. Halhal Baru dan/ atau Perubilhan Mcnd,lsar dabm Ketentuan Pcns elolaan Keuangan Nesara yang Oialur daJ a m Undang undans ini
Halhal baru dan/alau perubahan mcndasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur dalam undangundang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asasasas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga) susunan APBN dan APGO, ketentuan mengenai penyusunan dan pcnetapan APGN dan APGO, pcnsaluran hubunsan kcuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daera h dan pemerintah / lembaga aSIng, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusarwan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat) serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertansgungjawaban · pelaksanaan API3N dan AP130.
Undangundang ini juga Lelah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara
internasional.
3. Pengertian ...
•
• REPUBLIK INOONC SIA PRESIOEN
4
3. Pengcrtian dan Ruang Lingkup kclャ。ョセセ。ョ@ n」セセ。イ。@
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah
dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud
dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pcngelolaan kckayaan I1cgara yang dipisahkan, scrta scgala sesuatu baik berupa uang, 111aUplll1 bcrllpa banll1g yang dapat dijadikan lllilik
negara bcrhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Da ti sisi
subyek yang dimaksud dengan Keuangan Ncgara meliputi seluruh obyek
sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/ atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan
lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan
Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan kepulusal1 sClmpai dcngan pcrtanggunzgjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara llleliplili scluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan huklllll yang bcrkaitan dcngal1 pcmilibn dan/atau penguasaan
obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggar aan
pelllerin lahan ョ」セ。イ。N@
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat
dikelompokkan dalam sub bidang penzelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan
moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
4. Asasasas ...
PRESIDEr'.)
• RE PUBLIK IND ONe 51 /\
5
4. Asasasas Umum Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam rangka mendukung terwujudnya
good governance
dalampenyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan
seeara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Dasar. Sesuai dengan
amanat Pasal 23C Undang Undang Da.sar 1945, Undanzundang tentanz
Keuanzan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan
dalam UndangUndang Dasar ter.sebul ke dalam asasasas umum yang meliputi
baik asasasas yang telah lama dikenal dalam penzelolaan keuanzan nezara,
seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas
maupun asasasas baru sebagai peneerminan
best prtlctices
(penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain:• akuntabilitas berorientasi pada hasil;
• profesionali tas;
• proporsionalitas;
• keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;
• pemeriksaan keuanzan oleh badan pemeriksa yanz bebas dan mand iri.
Asas-asas umUl11 tersebut dipcrlukan pula guna mcnjamin terselenggaranya
prinsip-prin.sip pel11erintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan
dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dianutnya asas-asas
umum tersebut di dalam Undang-undang ten tang Keuangan Negara,
pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi aeuan dalam reformasi
manajemen keuangan negara, sekalizus dimak.sudkan untuk memperkokoh
landasan pelaksanaan desenlralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
..
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
6
5. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku k・ー。セ。@ Pemerin tahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang
bersifat khusus. Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan
dimaksud, sebagian dari kekuasaan tcrsebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan, scrta kepada MenterilPimpinan Lembaga
selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Darang kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam
bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief FinandaJ Officer (CFO)
Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga
pada hakekalnya adalall C'hic/OpcmliutwJ O/Iiccr (COO) unluk sua Lu bidang
tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar
terdapat kejclasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab,
terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong u paya
peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsifungsi pengelolaan kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,
administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara sebagian kekuasaan Presiden tersebul diserahkan kepada Gubernurl
Bupati/Walikota selaku pcngelola kcuangan daerah. Demikian pula untuk
mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
dilakukan oleh bank sentral.
6. Penyusunan ...
..
PRESIDEN
REPUBLIK INDON[ SIA
7
6. Penyusunan dan Penetapan API3N dan APGD
Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBNIAPBD dalam
undangundang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran
pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan pcnggunaan kcrangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabililas, manajcmen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali
tujuan dan fungsi angzaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas
peran DPR/ OPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
angzaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
UndangUndang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, da ]am undangundang ini disebutkan bahwa bclanja negara/bclanja daerah dirinci sampai dengan
unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut
berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan,
dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses
penganggaran di sektor publik adalah penerapan anzgaran berbasis prestasi
kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil
memerlukan kriteria pcngcndalian kinelja dan evaluasi ser ta untuk
menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESI A
8
sistem akuntabilitas kinerja datam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kemen terian negara/lembaga/perangkat daerah. Dcngan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran akun tabili tas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangku ta n.
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas stalistik keuangan pemerintah.
Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran beln nja rutin dan angsaran bclanja pcmbangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya · telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran. Semen tara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undangundang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONeSIA
9
Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan
membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan
anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah (Medjum Term Expendj/ure Framework) sebagaimana
dilaksanakan di kebanyakan negara maju.
Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya
terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, dalam undangundang ini diatur secara jelas mekanisme
pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian tugas
antara panitia/komisi anggaran dan komisikomisi pasangan kerja kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah di OPR/OPRO.
7. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan l3ank Scntral, Pemerintah
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah,
Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatan pengelolaan
keuangan negara, perlu diatur ketentuan mcngenai hubungan keuangan antara pemerintah dan lembagalembaga infra/supranasional. Ketentuan tersebut
meliputi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembaga asing, serta hubungan
keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah,
perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat. Dalam hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral ditegaskan bahwa
pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan
pemerintah daerah, undangundang ini menegaskan adanya kewajiban
PRESIDEN J.
イセepublik@ INDONESIA
10
pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Selain itu, undangundang ini mengatur pula perihal penerimaan
pinjaman luar negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan
pengelola dana masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan
pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah
dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.
8. Pelaksanaan APBN dan APBD
Setelah APBN ditetapkan secara rinei dengan undangundang,
..
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai
pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran.
Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut halhal
yang belum dirinci di dalam undangundang AP13N, seperti alokasi anggaran
untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara/lembaga,
pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan
yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan
dimaksud meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk
provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
perusahaan/badan yang menerima.
Untuk memberikan inform<lsi mengcnai perkcmbangan pelaksanaan
APBNIAPBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah periu menyampaikan
laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun
anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam laporan
tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBNIAPBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan API3NI APBD pada semester berikutnya.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
1 1
Ketentuan mengenai pcngelolaan kcuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBNIAPI30 ditetapkan tersendiri dalam undangundang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif antarkementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah.
9. Pertanggungjawaban Pengelolaan Kcuangan Negara
Salah satu upaya konkriL unluk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan ncgara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerinlah yang memenuhi prinsipprinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diter ima secara umum.
Dalam undangundang ini ditetapkan bahwa laporan
pertanggung-jawaban pelaksanaan APBNIAPBD disampaikan berupa laporan keuangan
yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang
telah diperiksa oleh Badan Pcmeriksa Keuangan harus disampaikan kepada
!
DPR selambat-Iambatnya 6 (cnam) bulan selelah berakhirnya tahun anggaran
yang bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah daerah
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan
kepada OPRD selambat-Iambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun
a nggaran yang bersangkutan.
Oalam rangka akuntabiJitas pengelolaan keuangan negara
menteri/pimpinan lembaga/gubernurlbLipati/walikota . selaku pengguna
anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
..
I) H r: SID l : r-.J
nE PUUL.IK IND O i':l: :; 1t ,
12
yang ditetapkan dalam Undangundang te nlang APBN/Peraturan Daerah ten tang APBD, dari segi manfaat/hasil (oll/come). Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bcrtanggung jawab atas pelaksa naan kegiatan yang ditetapkan dalam uョ、。ョァMオョ、。ョセウ@ ten tang APBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Pcrangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegialan yang diletapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam undangundang ini diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, ウセイエ。@ Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti me!akukan penyimpangan kcbijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam Undangundang tcntang API3N IPeraluran Oaerah lentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan scbagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi scbagai jaminan atas ditaatinya Undangundang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan.
Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab secara pribadi atas selllua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal.
II. PASAL OEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
•
pfセesidcn@
イセ{publャヲG@ INDONl:SI/\
1:5
Pasal 2 Huruf a
Cukup jelas Huruf b
Cukup jclas Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Cukup jelas Huruf e
Cukup jelas Huruf f
Cukup jelas Huruf g
Cukup jelas Huruf h
Cukllp jclas Huruf i
Kekayaan pihak lain scbagaimana dimaksud dalam huruf i meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasanyaya:wn di lingkllngan kementerian negara/lcll1baga, atau perllsahaan ncgara/daerah.
PRESIDEN
iセepljblャk@ INDONe S IA
14
Pasal 3 Ayat (1)
Setiap penyelenggara negara wajib mengclola keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Pengelolaan dimaksud da lam ayal ini mcncakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, pcngg unaan , pcngawa san, dan pertanggung-jawaban.
Ayat (2)
Cukup jelas
..
Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Fungsi otorisasi mengandung arli bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangku tan.
Fungsi pcrencanaan mcngandunz arLi bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam mcrcncanakan kegiatan pada tahun yang bersangku tan.
Fungsi pengawasan mengandunz arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kcgiatan penyelenggara,an pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditelapkan.
I::JHESIOEN REP LJ B L I }<, I1'J DON E 5 I Aセ@
15
Fungsi alokasi mengandung arb bahwa clnzgaran ncgara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pcmborosan sumber daya, scrta meningkatkan efisicnsi dan efcklivilas pcrckonomian.
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kcbijakan anggaran negara har us memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan .
Fungsi stabilisasi mcngandung arli bahwa an33aran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Ayat (5)
Cukup jelas Ayat (6)
Cukup jelas Ayat (7)
Cukup jelas Ayat (8)
Cukup jclas
Pasal 4
Cu kup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
i BG@ i セ esioln@
H r-: p u [\[_If, II'-J DON t: S 1/\
1 G
Pasal 6 Ayat 0)
Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara scbagaimana dimaksud dalam ayat ini meliputi kewenangan yang bersifat ul11um dan kewenangan yang bersifat khusus.
Kewenangan ya ng bersifat ul11um mcliputi pcnctapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, a ntara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian ncgara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan Pencrimaan Negara.
Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusanl kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan API3N, kcpulusan rincia n APBN, kepu tusan da na perimbangan, dan penghapusHn asct dan pill エ。ョセセ@ ll cgara.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas Huruf b
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dcngan lcmbaga adalah lembaga negara dan lembaga pemerinlah nonke mcnlcrian negara.
Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertangguing jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang bcrsangkutan .
Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Cukup j elas
f> f-; I.: S I [) L I'-J
h{イM^ljANGZャlャヲG セ@ INDUI':, セI@ iゥ|@
17
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9 Huruf a
Cukup jelas Hurufb
Cukup jelas Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Cukup jelas Huruf e
Piutang dimaksud dalam ayat ini adalah hak negara dalam rangka penerimaan ncsara buk:lll pajak ケ。ョセセ@ PCll1LlI1SLllannya menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga ケ。ョセウ@ bc rsangkutan.
Utang dimaksud dalalll ayal ini acblall kCw:ljiban negara kcpada pihak ketiga dala m rangka pcnsadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab kcmentcrian negara/lembaga berkaitan sebagai uni t pengguna anggaran dan/atau kewajiban Iainnya yang timbul berdasarkan undangundang/kepulusan pcnsadilan.
セ@ , I( I:: セ[@ IDe イセ@
iセcヲGublN N ii \G@ ind o セB@ N@ .1, \
18
I-Iuruf f
Cukup jcJas Huruf Z
Penyusunan dan penyajian Japoran keu<ll18,an dimaksud adalah dalam ranzka akuntabilitas dan keterbukaan dalam penzelolaan keuanzan negara, lernwsuk prcsl,lsi kCljH ケ。ョZセ@ dic;lp;li <lIas rcn&'sunaan angga ra n _ Huruf h
CukupjeJas
Pasal 10
Ayat (1)
..
Cukup jelasAyat (2)
Huruf a
Cukup jelas Huruf b
Cukup jelas Huruf c
Cukup jeJas Huruf d
Cukup jelas Huruf e
Cukup jelas
Aya t (3) __ .
;-' H ヲMセ@ Zセ@ I (") L' ('J
H@ᄋ セャMiNGiNiセNM[i@ ⦅@ i@ i@ G@ Ir'!I)\ .. GセiᄋG . .r " ,
19
Ayat (3)
I-Iuruf (\
Cukup jclas Huruf b
Cukup jelas Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Cukup jclas Huruf e
Cukup jclas
Huruf f
Cukup jelas Huruf g
Penyusunan dan penyajian laporan kcuan3an dimaksud adalah dalam rangka nkunlabililas dan kClcrbukaan dalalll pcngelolaan keuanzan daerah, termasuk prcslasi kCl]a ケ。ョセウ@ dicapai atas penggunaan anggaran.
Pasal 11 Ayat (1)
Cukup jelas
fJ hE. SII) !.: I'-J
H [I",1£3l_"" inuoイ[iNZセ@ ス@ i@ iM |@
20
Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Dalam pungutan perpajakan tersebut termHsuk pungutan bea masuk dan cukai.
Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Rincian belanja negara mcnurut organisasi discsuaikan dengan susunan kementerian nezara/lembaza pcmerintahan pusat.
Rincian belanja negara mcnurul fun3si anlara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan KCClmanal1, ckonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umul11, kesehalan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja bara n3, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, ban tuan sosial, dan belanja lainlain .
Pasal 12 Ayat (1)
Dalam menyusun AP13N dimaksud, diupayakan ag ar belanja operasional tidak melampaui pendapa tan dalam tahun anzgaran yang bersangkutan. Ayat (2)
Cukup jelas
pr,CStDE:N
f'<[r·'UUl.ll<' INDOI'-l[ ' , 1/\
21
Ayat (3)
Defisit anggaran dimaksud dibatasi l11aksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi l11aksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
Ayat (4)
Penggunaan surplus anggaran perlu mel11perlimbangkan prinsip pertang-gungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk penzurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
CukupjeJas
Pasal 15 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jeJas Ayat (3)
Perubahan Rancanzan Undangundans tenlang AP13N dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak l11ensakibatkan pcninskalan dcfisit anggaran.
セ•• :'l1d" セ BZM G |@
"I,r:; ' l Nセ@ ? BGZMセ@ |セセ@
セエGB@
* "GMBL| Lセセ@
セ@ セ@ "
'"
セi|[@ . '" p セセセ@
| N セ@ N L@ . |セjL@
iNNセ@ セセ@ . セ|LINャ@
LL|Lセ@ セQ[O
"", t,,, . aセ@ '. "
",,,,, '' '' 11'' -'
B ZᄋTM [オセ N@_:'"
f" 1 i L:;1 ()C: ,'oj
F'fPU Dl.. l i<. If'J DOr-J:.: ':, 1 ..\
22
Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Ayat (6)
Cukup jclas
Pasal 16 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jcIas Ayat (4)
Rincian belanja daerah menurut orga lllsasi disesuaikan dengan susunan p erangkat daerah/lelllbag:l tcknis dacrah.
Rincian belanja daerah menurut fungsi a ntara lain terdiri dari pelayanan u mum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) an tara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, h ibah, dan bantuan sosial.
·
, .... セ@ \ , "O[LGiLLセ@
:/'
セセセG||@
セLLL@ ',' ,,1\, BLセLQ@
セ@ 'j" GL\B@ BBL iA[N セ[ カ M \ ,1 セ L@
\"' II ': MMエG\セ GゥヲᄋBBBy@ セN LL@ Zi@
L |ゥ@ セヲG@ jセイN@ hI!))
LL@ | Lセ@ ,Y" ""'" ,\'\ ff f
"" ' ''t, ,A, ,J'
' " 'C.".. _ :'-1' II ' -'
. : NNZセ[オセ .. セNGM
,'r H r: セ[@ I (J I , N
Iii : IJ LJ 1 ) L, I f<. If' J() n イセ@ : , ' , I ..\
23
Pasal 17
Ayat (1)
Dalam menyusul1 APGO 、ゥャQQセャォウオ、L@ diu payakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Defisit anggaran dimaksud dibalasi maksimal 3% dari Produk Regional Bruto daerah yang bcrsangkutan. ]umlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Regional Bruto daerah yang 「」イウ。ョセR[ォオエ。ョN@
Ayat (4)
Penggunaan surplus [QQャセセs\ャイ[ャャQ@ perlu 1l1cIllpertimbang kan pnnslp pertanggungjawaban antar gcncrasi, scllingga pcnggunaan nya diutamakan un tuk pengurallgan ulang, pClllbcl1lukan cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) ...
.," ;.;'.;;Nセ
:
...''::: |セ@I,t .... ' . NG Nセ@ -"" .\, I,
セサH Bセ[Gセセ^_
GO GセQ[ZQQ@
\,1: セセ@
y-i;,
セ|iI[エ@|セGO@ t,. . "' ; GOBセ[A
セGエN[LZ@ B⦅セ@ , y .. ,', ' .-'
Nセ@ セ. ....! ... :. .
f ) セNセ@ ゥセ@ セ⦅[@ I (- j !<!':
f", i -, i:' l Ji:n .II" I: .... i .I': N セ@ L セセ@ ! . . : ;';
24
Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Perubahan Rancangan Pcraluran dセャ」ャGャャィ@ lcnl<lng APBD ' dapal diusulkan oleh DPRD sepanj<lng tidak ャャQ・ャャァ。ォゥ「セャエォ。ャQ@ pcningkatan defisit angzaran. Ayat (4 )
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Pemerintah wajib menyalllpaikan kepada J3adan Pemeriksa Keuanzan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/alall llibah yang telah ditandatanzani.
Ayat (3)
Cukup jelas
|N|ᄋ セGイᄋ@ ^G NGNGZセ セ
: ::".:':'
セ |@
t· ·, >
Nセ@
" ' "セG ェ@ GコセGセ[ゥZ l_ .../
<
Ji Gセ@ , ',,1: >""" \ " '.
\,,< ,1., セyセN@ h I;'
B@ iGセ@B@ セ@ セ|N セ@T セN@
" "I" .
\. / ! . ; '
'-, セ Z;."0 ( ' .
r ' i i [ : ) l ULl ·!
J"\ l ', ヲ j@ セ@. .Il ,) ( .. :" I f'J {:; ( Nアセ@ I." : ,!,:.
25
Ayat (4)
Cukup jelas
p。ウ。セ@ 23 Ayat 0)
Cukup jelas Ayat (2)
Pemerintah wajib l1lcnYJl1lp"ibtn kCPdcia QS ゥャ、セャjQ@ PCl11e riksa Keuangan salinan setiap perjanjian pinjal11an dan! atau hibah yallg telah ditandatangani.
Pasal 24 Aya t 0)
Pemerintah wajib menyampaikan kepada Uadan