• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 1/No.2/2020 Hot Issue: Catat Sejarah, Untuk Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 1/No.2/2020 Hot Issue: Catat Sejarah, Untuk Per"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

1

Vol.1/No.2/2020

Hot Issue:

Catat Sejarah, Untuk Pertama Kalinya

Kerupuk Ikan Gabus Palembang Ekspor ke

Singapura

(2)

2

LAPORAN PEMBERITAAN BSN MELALUI

MEDIA MASSA CETAK DAN ONLINE

Awal tahun 2020, Palembang mencatatkan sejarah dengan mengekspor pertama kalinya kerupuk ikan Palembang ber-SNI dan halal. Ekspor pertama kalinya ini dikirim ke Singapura melalui pelabuhan Boom Baru Palembang. Sebanyak 439 Kilo kerupuk ikan dikirim ke Singapura atau senilai Rp 98 juta.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang. Ini merupakan ekspor pertama dan menjadi penyemangat untuk terus berinovasi mengembangkan bisnis kuliner khas Palembang agar semakin diminati pasar luar negeri.

Kepala Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) Palembang Hariyanto mengatakan kerupuk Ikan UMKM Rizky sudah menerapkan SNI 8272:2016 melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

"Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang," ujarnya.

SNI ikut memfasilitasi ekspor produk UMKM (Humas)

Wakil Presiden Ma'ruf Amin memerintahkan seluruh kementerian dan lembaga berkoordinasi dalam memberikan sertifikasi jaminan produk halal. Dia tak ingin sertifikasi terhambat.

Pada 16 Oktober 2019, 11 pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang penyelenggaraan layanan sertifikasi halal bagi produk yang wajib bersertifikat halal di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.

11 K/L tersebut yakni Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan MUI.

Perlu koordinasi antar K/L terkait Sertifikasi Halal (Humas)

4 Januari 2020 – 10 Januari 2020

(3)

3

Judul : Catat Sejarah, Untuk Pertama Kalinya Kerupuk Ikan Gabus Palembang Ekspor ke Singapura

Media : Sumsel.tribunnews.com Wartawan: Penulis: Hartati Editor: Wawan Perdana Tanggal : 05-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Owner Pempek Rizky, Syaiful Jamal

2. Kepala Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) Palembang Hariyanto

Ringkasan: Awal tahun 2020, Palembang mencatatkan sejarah dengan mengekspor pertama kalinya kerupuk ikan Palembang ber-SNI dan halal. Ekspor pertama kalinya ini dikirim ke Singapura melalui pelabuhan Boom Baru Palembang.

Sebanyak 439 Kilo kerupuk ikan dikirim ke Singapura atau senilai Rp 98 juta.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang.

(4)

4

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Bukan hanya pempek, Palembang punya beragam kuliner lainnya yang enak dan lezat.

Awal tahun 2020, Palembang mencatatkan sejarah dengan mengekspor pertama kalinya kerupuk ikan Palembang ber-SNI dan halal.

Ekspor pertama kalinya ini dikirim ke Singapura melalui pelabuhan Boom Baru Palembang. Sebanyak 439 Kilo kerupuk ikan dikirim ke Singapura atau senilai Rp 98 juta.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang.

Ini merupakan ekspor pertama dan menjadi penyemangat untuk terus berinovasi mengembangkan bisnis kuliner khas Palembang agar semakin diminati pasar luar negeri.

"Alhamdulilah sejak mengantongi SNI semakin percaya diri mengolah kuliner karena semakin banyak pesanan dan hari ini pertama kalinya ekspor dalam jumlah banyak," ujar Owner Pempek Rizky, Syaiful Jamal, Sabtu (4/1/2020).

Jalan panjang dilakoni Jamal dalam menjalankan usaha ini.

Ia memulai bisnis sejak tahun 80-an yang hanya dijalankan oleh keluarga.

(5)

5

Produksinya ini dibeli konsumen dari dalam dan luar kota bahkan juga ekspor.

Jamal mengatakan produksi kulinernya spesialis ikan gabus karena menurutnya pempek asli Palembang itu dibuat dari ikan air tawar bukan ikan laut.

Salah satu bahan baku ikan air tawar yakni gabus. Selain rasanya lebih gurih, bahan baku juga mudah didapat dan tidak amis dan harga jualnya bisa lebih terjangkau.

Kepala Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) Palembang Hariyanto mengatakan kerupuk Ikan UMKM Rizky sudah menerapkan SNI 8272:2016 melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

"Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang," ujarnya.

Hari mengatakan langkah awal ekspor ini diharapkan bisa terus berlanjut dan berefek bola salju untuk produk UMKM Sumsel lainnya.

Apalagi Sumsel merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil ikan air tawar dan produk olahannya.

Link: https://sumsel.tribunnews.com/2020/01/05/catat-sejarah-untuk-pertama-kalinya-kerupuk-ikan-gabus-palembang-ekspor-ke-singapura

(6)

6

Judul : Cerita Owner Pempek Rizky Ekspor 439 Kilo Kerupuk Ikan Gabus Khas Palembang ke

Singapura

Media : Palembang.tribunnews.com Wartawan: Editor: Yandi Triansyah Tanggal : 04-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Jamal, Owner Pempek Rizky

2. Kepala Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) Palembang Hariyanto

Ringkasan: Raut wajah, Jamal, Owner Pempek

Rizky nampak bahagia, saat bisnis kerupuk Palembang ikan gabus miliknya berhasil diekspor ke Singapura untuk pertama kalinya. Total ada 439 kilo gram kerupuk dikirim ke Singapura melalui, Pelabuhan Boom Baru Palembang.

kerupuk Ikan UMKM Rizky sudah menerapkan SNI 8272:2016 melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

(7)

7

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Raut wajah, Jamal, Owner Pempek Rizky nampak bahagia, saat bisnis kerupuk Palembang ikan gabus miliknya berhasil diekspor ke Singapura untuk pertama kalinya .

Total ada 439 kilo gram kerupuk dikirim ke Singapura melalui, Pelabuhan Boom Baru Palembang. Peristiwa itu, sekaligus menjadi penyemangat baginya, untuk konsisten menjalani bisnis tersebut.

Maklumlah, sejak berkecimpung dengan bisnis tersebut tahun 1980 lalu, baru kali inilah produknya dikirim hingga ke luar negeri.

"Alhamdulilah sejak mengantongi SNI semakin percaya diri mengolah kuliner karena semakin banyak pesanan dan hari ini pertama kalinya ekspor dalam jumlah banyak," ujar Owner Pempek Rizky itu, Jamal Sabtu (4/1/2020).

Ia juga begitu antusias, sebab usahanya itu bisa mengangkat bisnis kuliner Palembang di dunia Internasional. kini Jamal dibantu delapan karyawannya memproduksi aneka olahan ikan.

Total ada 2.160 kg dalam satu tahun, produksi kuliner yang dibeli konsumen dari dalam dan luar kota bahkan juga ekspor.

Jamal mengatakan produksi kulinernya spesialis ikan gabus karena menurutnya pempek asli Palembang itu dibuat dari ikan air tawar.

Menurut dia, kerupuk dari ikan gabus memiliki cita rasalebih gurih, bahan baku juga mudah didapat dan tidak amis serta harga jualnya bisa lebih terjangkau.

Kepala Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) Palembang Hariyanto mengatakan kerupuk Ikan UMKM Rizky sudah menerapkan SNI 8272:2016 melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

"Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang," ujarnya.

Hari mengatakan langkah awal ekspor ini diharapkan bisa terus berlanjut dan berefek bola salju untuk produk UMKM Sumsel lainnya.

Apalagi Sumsel merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil ikan air tawar dan produk olahannya.

Link: https://palembang.tribunnews.com/2020/01/04/cerita-owner-pempek-rizky-ekspor-439-kilo-kerupuk-ikan-gabus-khas-palembang-ke-singapura

(8)

8 Judul : Krupuk Ikan Ber-SNI Tembus Pasar Luar Negeri

Media : infopublik.id Wartawan: G. Suranto

Tanggal : 05-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky 2. Kepala KLT Palembang Hary,

Ringkasan: Mengawali tahun 2020, Palembang

mengekspor sekitar 439 Kg kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar 97 juta rupiah.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang.

Kerupuk Ikan UMKM Rizky diketahui sudah menerapkan SNI 8272:2016 setelah melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

(9)

9

Jakarta, InfoPublik - Panganan khas daerah, ternyata tak hanya digemari penduduk lokal atau wisatawan. Pasar luar negeri pun mulai menaruh minat. Kerupuk ikan khas Palembang salah satunya. Mengawali tahun 2020, Palembang mengekspor sekitar 439 Kg kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar 97 juta rupiah.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang. "Ini merupakan ekspor perdana produk kami dalam kapasitas yang lumayan besar," ujar Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky.

Kerupuk Ikan UMKM Rizky diketahui sudah menerapkan SNI 8272:2016 setelah melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN. Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang dan fasilitasi pembiayaan sertifikasi dari program CSR PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. "Saat ini BSN tengah memberikan pendampingan 23 UKM di Palembang, 8 UKM diantaranya sudah meraih SNI", ujar Kepala KLT Palembang Hary, seperti dikutif dalam rilis BSN di Jakarta, Minggu (5/1). Kendati demikian, sebetulnya keberhasilan ekspor kerupuk ikan ini juga tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Pemerintah Kota Palembang, BPOM Palembang dan LPPOM MUI Sumatera Selatan. "UMKM di bidang olahan ikan di Palembang sekitar 4000 UMKM. Keberhasilan Kerupuk

(10)

10

Ikan Rizky ini diharapkan bisa menjadi dorongan UMKM lainnya untuk bisa meraih SNI dan ekspor,"tambah Hary.

Kerupuk Ikan milik Rizky ini, memang sudah terkenal di Palembang. Banyak wisatawan yang membeli untuk oleh-oleh,termasuk wisatawan mancanegara. Nama UMKM yang diambil dari nama cucu pertamanya ini, sudah memproduksi olahan ikan sejak tahun 80-an, dari mulai pempek, kemplang dan olahan ikan lainnya. Dengan jumlah pegawai 8 orang, UMKM Rizky mampu memproduksi kerupuk ikan 2.160 Kg per tahun.

"Langkah UMKM Rizky yang didukung oleh berbagai instansi terkait hingga berhasil ekspor memang luar biasa. Dari mencari buyer (kerjasama dengan eksportir), mempelajari regulasi ekspor/impor (terutama persyaratan standar dan pengujian), menerapkan dan sertifikasi HACCP, mengurus dokumen ekspor di Bea Cukai atau Pelabuhan paralel melakukan produksi, hingga melakukan pengiriman/shipment," ujar Hary.

Hary berharap ekspor kerupuk ikan milik Rizky ini bisa terus berlanjut dan berefek bola salju untuk produk UMKM Sumatera Selatan (Sumsel) lainnya. Apalagi Sumsel merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil ikan air tawar dan produk olahannya.

(11)

11

Judul : UMKM Palembang Terkendala Bahan Baku Ekspor Kerupuk ke Singapura

Media : rri.co.id Wartawan: Rian Apridhani

Tanggal : 05-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky milik H Syaiful Jamaludin

Ringkasan: Sebanyak 439 kg kerupuk ikan

Palembang senilai SGD 9472 atau Rp 97 juta diekspor ke Singapura untuk pertama kalinya Kerupuk ikan yang diekspor merupakan hasil produksi Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) di Palembang. Menurut Syaiful, untuk bersaing dipasar internasional, kerupuk hasil buatannya harus memenuhi berbagai macam standar. Dalam proses produksi, usahanya telah menerapkan Standar nasional Indoneisa (SNI) 8272:2016 melalui tahapan pengujian dan sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung (terakreditasi KAN). Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis BSN Palembang dan fasilitas pembiayaan sertifikasi dari CSR PT Pusri Palembang.

(12)

12

KBRN, Palembang : Kerupuk ikan Palembang kini mulai meramaikan pasar kuliner internasional.

Sebanyak 439 kg kerupuk ikan Palembang senilai SGD 9472 atau Rp 97 juta diekspor ke Singapura untuk pertama kalinya

Kerupuk ikan yang diekspor merupakan hasil produksi Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) di Palembang.

Salah satu pemasok kerupuk ikan yang diekspor merupakan UMKM Pempek dan Kerupuk Rizky milik H Syaiful Jamaludin, yang berada di Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang. Syaiful mengungkapkan, pada ekspor perdana usahanya memasok sebanyak 139 kg kerupuk ikan.

Syaiful mengatakan, keputusan untuk merambah pasar internasional memiliki tantangan yang besar, salah satunya terkait terbatsanya ketersediaan pasokan ikan putak yang menjadi bahan baku kerupuk.

“Masalahnya ikan putak ini semakin sulit didapat di Palembang, untuk mendapatkan dalam jumlah besar kami harus cari keluar seperti di Pekanbaru,” ujar Syaiful saat dijumpai di warung pempek miliknya, Minggu (5/1/2019).

Untuk bersaing dipasar internasional, rasa merupakan unsur utama. Alasan itulah yang mendasari H Syaiful untuk memakai bahan baku ikan putak yang dikenal memiliki rasa yang gurih dan cocok dilidah orang Singapura.

“Disana (Singapura-red) orangnya senang ikan putak. Selain kerupuknya lebih empuk, rasanya juga lebih maknyus,” beber Syaiful.

Menurut Syaiful, untuk bersaing dipasar internasional, kerupuk hasil buatannya harus memenuhi berbagai macam standar. Dalam proses produksi, usahanya telah menerapkan Standar nasional Indoneisa (SNI) 8272:2016 melalui tahapan pengujian dan sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung (terakreditasi KAN). Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis BSN Palembang dan fasilitas pembiayaan sertifikasi dari CSR PT Pusri Palembang.

“Selain harus memenuhi standar SNI, kerupuk juga harus memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI),” kata Syaiful.

UMKM Rizky telah memproduksi olahan ikan sejak tahun 1998, mulai dari pempek, kemplang dan olahan ikan lainnya. Dengan jumlah pegawai hanya 8 orang, usaha ini mampu memproduksi kerupuk ikan 2.160 Kg setiap tahun.

“Harapan kami ekspor ini bisa menjadi pintu gerbang terbukanya pasar ekspor yang lebih besar lagi bagi produk-produk olahan asli dalam negeri, khususnya Sumatera Selatan, untuk bersaing di pasar internasional,” pungkasnya.

Link:

http://rri.co.id/post/berita/767009/ekonomi/umkm_palembang_terkendala_bahan_baku_ekspor_kerupuk_ke_s ingapura.html

(13)

13

Judul : Kerupuk Ikan ber-SNI Produk UMKM Palembang, Tembus Pasar Singapura Media : suarasurabaya.net Wartawan: J. Totok Sumarno Tanggal : 06-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky

Ringkasan: Kerupuk Ikan produk Palembang, awali

tahun 2020 tembus pasar Singapura. Kerupuk Ikan berstandar SNI tersebut adalah satu diantara UMKM yang menembus pasar internasional. Mengawali tahun 2020, Palembang mengekspor sekitar 439 Kg kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar Rp97 juta.

(14)

14

suarasurabaya.net - Kerupuk Ikan produk Palembang, awali tahun 2020 tembus pasar Singapura. Kerupuk Ikan berstandar SNI tersebut adalah satu diantara UMKM yang menembus pasar internasional.

Mengawali tahun 2020, Palembang mengekspor sekitar 439 Kg kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar Rp97 juta.

Kerupuk ikan yang sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky di Palembang. "Ini merupakan ekspor perdana produk kami dalam kapasitas yang lumayan besar," terang Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky.

Kerupuk Ikan UMKM Rizky diketahui sudah menerapkan SNI 8272:2016 setelah melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN.

Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang dan fasilitasi pembiayaan sertifikasi dari program CSR PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

"Saat ini BSN tengah memberikan pendampingan 23 UKM di Palembang, 8 UKM diantaranya sudah meraih SNI," terang Hary Kepala KLT Palembang.

Meskipun demikian, sebetulnya keberhasilan ekspor kerupuk ikan ini juga tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Pemerintah Kota Palembang, BPOM Palembang dan LPPOM MUI Sumatera Selatan.

"UMKM di bidang olahan ikan di Palembang sekitar 4000 UMKM. Keberhasilan Kerupuk Ikan Rizky ini diharapkan bisa menjadi dorongan UMKM lainnya untuk bisa meraih SNI dan ekspor," tambah Hary.

Kerupuk Ikan milik Rizky ini memang sudah terkenal di Palembang. Banyak wisatawan yang membeli untuk oleh-oleh, termasuk wisatawan mancanegara. Nama UMKM yang diambil dari nama cucu pertamanya ini, sudah memproduksi olahan ikan sejak tahun 80 an, dari mulai Pempek, Kemplang dan olahan ikan lainnya. Dengan jumlah pegawai 8 orang, UMKM Rizky mampu memproduksi kerupuk ikan 2.160 Kg per tahun. "Langkah UMKM Rizky yang didukung oleh berbagai instansi terkait hingga berhasil ekspor memang luar biasa. Dari mencari buyer (kerjasama dengan eksportir), mempelajari regulasi ekspor/impor (terutama persyaratan standar dan pengujian), menerapkan dan sertifikasi HACCP, mengurus dokumen ekspor di Bea Cukai atau Pelabuhan paralel melakukan produksi, hingga melakukan pengiriman/shipment," papar Hary, Senin (6/1/2020).

Hary berharap ekspor kerupuk ikan milik Rizky ini bisa terus berlanjut dan berefek bola salju untuk produk UMKM Sumatera Selatan (Sumsel) lainnya. Apalagi Sumsel merupakan satu diantara wilayah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil ikan air tawar dan produk olahannya.(tok/ipg)

Link: https://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/news/2020/230652-Kerupuk-Ikan-ber-SNI-Produk-UMKM-Palembang,-Tembus-Pasar-Singapura

(15)

15 Judul : Kerupuk Ikan Ber SNI Tembus Ekspor

Media : krjogja.com Wartawan: Editor : Tomi sudjatmiko Tanggal : 08-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky

Ringkasan: Palembang mengekspor sekitar 439 Kg

kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar 97 juta rupiah. Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang.

PALEMBANG, KRJOGJA.com - Panganan khas daerah, ternyata tak hanya digemari penduduk lokal atau wisatawan. Pasar luar negeri pun mulai menaruh minat. Kerupuk ikan khas Palembang salah satunya.

Mengawali tahun 2020, Palembang mengekspor sekitar 439 Kg kerupuk ikan ke Singapura senilai 9400 dolar Singapura atau sekitar 97 juta rupiah. Kerupuk ikan yang sudah memenuhi SNI ini dibuat oleh wong Palembang, yaitu dari UMKM Rizky yang beralamat di 3-4 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang. "Ini merupakan ekspor perdana produk kami dalam kapasitas yang lumayan besar," ujar Syaiful Jamal sang pemilik UMKM Rizky.

(16)

16

Kerupuk Ikan UMKM Rizky diketahui sudah menerapkan SNI 8272:2016 setelah melalui tahap pengujian dan tersertifikasi SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk LPPHP Lampung yang terakreditasi KAN. Dalam proses sertifikasi SNI, UMKM Rizky mendapat pendampingan dari Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Palembang dan fasilitasi pembiayaan sertifikasi dari program CSR PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

"Saat ini BSN tengah memberikan pendampingan 23 UKM di Palembang, 8 UKM diantaranya sudah meraih SNI", ujar Kepala KLT Palembang Hary, di Palembang, Minggu (05/01/2020).

Kendati demikian, sebetulnya keberhasilan ekspor kerupuk ikan ini juga tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Pemerintah Kota Palembang, BPOM Palembang dan LPPOM MUI Sumatera Selatan.

"UMKM di bidang olahan ikan di Palembang sekitar 4000 UMKM. Keberhasilan Kerupuk Ikan Rizky ini diharapkan bisa menjadi dorongan UMKM lainnya untuk bisa meraih SNI dan ekspor,"tambah Hary.

Kerupuk Ikan milik Rizky ini memang sudah terkenal di Palembang. Banyak wisatawan yang membeli untuk oleh-oleh,termasuk wisatawan mancanegara. Nama UMKM yang diambil dari nama cucu pertamanya ini, sudah memproduksi olahan ikan sejak tahun 80-an, dari mulai pempek, kemplang dan olahan ikan lainnya. Dengan jumlah pegawai 8 orang, UMKM Rizky mampu memproduksi kerupuk ikan 2.160 Kg per tahun.

"Langkah UMKM Rizky yang didukung oleh berbagai instansi terkait hingga berhasil ekspor memang luar biasa. Dari mencari buyer (kerjasama dengan eksportir), mempelajari regulasi ekspor/impor (terutama persyaratan standar dan pengujian), menerapkan dan sertifikasi HACCP, mengurus dokumen ekspor di Bea Cukai atau Pelabuhan paralel melakukan produksi, hingga melakukan pengiriman/shipment," ujar Hary.

Hary berharap ekspor kerupuk ikan milik Rizky ini bisa terus berlanjut dan berefek bola salju untuk produk UMKM Sumatera Selatan (Sumsel) lainnya. Apalagi Sumsel merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil ikan air tawar dan produk olahannya. (Ati)

(17)

17

Judul : Wapres Ma'ruf Pimpin Rapat Kesiapan Penerapan UU Produk Halal

Media : tribunnews.com Wartawan: Penulis: Rina Ayu Panca Rini Editor: Choirul Arifin

Tanggal : 09-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Wakil Presiden Ma’ruf Amim

Ringkasan: Ia memanggil sejumlah menteri untuk

meminta laporan perkembangan penerapan regulasi itu agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Pada 16 Oktober 2019, 11 pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang penyelenggaraan layanan sertifikasi halal bagi produk yang wajib bersertifikat halal di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.

11 K/L tersebut yakni Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan MUI.

(18)

18

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin memimpin rapat kesiapan penerapan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, di Kantor Wakil Presiden RI di Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Ia memanggil sejumlah menteri untuk meminta laporan perkembangan penerapan regulasi itu agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

“Ini menyangkut pelaksanaan yang memerlukan persiapan-persiapan menyangkut pendaftaran, lembaga pemeriksa halal, penilaian produk, persiapan tarif, persiapan sistem informasi yang tentu harus siap,” kata Wapres Ma'ruf saat membuka rapat.

Hadir dalam pertemuan tertutup itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Menteri Agama RI Fachrul Razi, Menteri Keuangan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Suparmanto, perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

Ada 11 kementerian dan lembaga yang menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang Penyelenggaraan Layanan Sertifikasi Halal (PLSH), pada 16 Oktober 2019 lalu.

Kementerian dan lembaga itu adalah, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pemberlakuan sertifikasi halal dilakukan bertahap.

Tahap pertama, pemberlakukan label halal untuk produk makanan, minuman dan produk jasa, selama lima tahun, yakni 17 Oktober 2019 hingga 17 Oktober 2024.

Tahap kedua, sertifikasi halal wajib untuk produk selain makanan yang berlaku mulai 17 Oktober 2021 dengan rentang waktu tujuh tahun, 10 tahun dan 15 tahun.

Link: https://www.tribunnews.com/bisnis/2020/01/09/wapres-maruf-pimpin-rapat-kesiapan-penerapan-uu-produk-halal

(19)

19

Judul : Wapres Ma'ruf pimpin rapat pelaksanaan jaminan produk halal

Media : antaranews.com Wartawan: Fransiska Ninditya Tanggal : 09-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Wakil Presiden Ma’ruf Amim

Ringkasan: Wakil Presiden Ma’ruf Amim memimpin

rapat tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dengan memanggil sejumlah menteri untuk membahas perkembangan penerapan regulasi tersebut.

Pada 16 Oktober 2019, sebelas pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang Penyelenggaraan Layanan Sertifikasi Halal (PLSH) bagi Produk yang Wajib Bersertifikat Halal di Kantor Wakil Presiden Jakarta.

Sebelas K/L tersebut adalah Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(20)

20

Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amim memimpin rapat tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dengan memanggil sejumlah menteri untuk membahas perkembangan penerapan regulasi tersebut.

“Ini menyangkut pelaksanaan yang memerlukan persiapan-persiapan menyangkut pendaftaran, lembaga peneriksa halal, penilaian produk, persiapan tarif, persiapan sistem informasi yang tentu harus siap,” kata Wapres Ma’ruf saat memimpin rapat di Kantor Wapres Jakarta, Kamis.

Wapres Ma’ruf meminta setiap menteri untuk melaporkan perkembangan pelaksanaan jaminan produk halal supaya tidak menimbulkan masalah dan gangguan.

Dengan adanya lembaga baru, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), yang bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam memberikan sertifikasi halal, Wapres ingin setiap kementerian dan dua lembaga tersebut berkoordinasi dengan baik.

“Ada hal-hal yang sebelumnya ditangani oleh MUI, dan sekarang oleh BPJPH dan melibatkan MUI soal kefatwaan dan hal lain menyangkut auditor, kemudian juga soal lembaga pemeriksa halal; maka semua harus jelas sehingga tidak terjadi lagi hambatan dalam pelaksanaannya,” jelas Wapres.

Rapat yang dimulai pukul 15.00 WIB itu dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro serta Kepala Bareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo.

(21)

21

Pada 16 Oktober 2019, sebelas pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang Penyelenggaraan Layanan Sertifikasi Halal (PLSH) bagi Produk yang Wajib Bersertifikat Halal di Kantor Wakil Presiden Jakarta.

Sebelas K/L tersebut adalah Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pemberlakuan sertifikasi halal akan dilakukan secara bertahap; pertama ialah proses pemberlakukan label halal untuk produk makanan, minuman dan produk jasa terkait keduanya selama lima tahun, yakni 17 Oktober 2019 hingga 17 Oktober 2024.

Tahap kedua, sertifikasi halal wajib diberlakukan untuk produk selain makanan yang berlaku mulai 17 Oktober 2021 dengan rentang waktu tujuh tahun, 10 tahun dan 15 tahun. Tahapan sertifikasi halal dilakukan yakni pertama, pelaku usaha mendaftarkan diri dengan membawa berkas persyaratan ke Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Kedua, BPJPH kemudian memeriksa kelengkapan berkas persyaratan tersebut, yang saat ini sedang dikembangkan sistem informasi halal atau SIHalal.

Ketiga, pelaku usaha menentukan lembaga pemeriksa halal (LPH) untuk meneliti dan menguji produk atau barang yang akan mereka jual kepada konsumen. Keempat, LPH membawa hasil pengujian barang tersebut ke MUI untuk diberikan fatwa halal terhadap sebuah produk. Terakhir, hasil dari sidang fatwa halal MUI tersebut diserahkan kembali ke BPJPH untuk diterbitkan sertifikasi halal.

Link: https://www.antaranews.com/berita/1242696/wapres-maruf-pimpin-rapat-pelaksanaan-jaminan-produk-halal

(22)

22 Judul : Wapres Ma'ruf Soroti Sertifikasi Halal

Media : medcom.id Wartawan: AZF

Tanggal : 09-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Wakil Presiden Ma’ruf Amim

Ringkasan: Wakil Presiden Ma'ruf Amin memerintahkan seluruh kementerian dan lembaga berkoordinasi dalam memberikan sertifikasi jaminan produk halal. Dia tak ingin sertifikasi terhambat. Pada 16 Oktober 2019, 11 pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang penyelenggaraan layanan sertifikasi halal bagi produk yang wajib bersertifikat halal di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.

11 K/L tersebut yakni Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan MUI.

(23)

23

Jakarta: Wakil Presiden Ma'ruf Amin memerintahkan seluruh kementerian dan lembaga berkoordinasi dalam memberikan sertifikasi jaminan produk halal. Dia tak ingin sertifikasi terhambat.

“Ada hal-hal yang sebelumnya ditangani oleh MUI, sekarang (melibatkan) Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal dan MUI soal kefatwaan serta hal lain menyangkut auditor. Kemudian juga soal lembaga pemeriksa halal. Semua harus jelas sehingga tidak terjadi hambatan dalam pelaksanaannya," kata Ma’ruf saat memimpin rapat di Kantor Wapres Jakarta, Kamis, 9 Januari 2020.

Ma'ruf meminta pendaftaran, lembaga pemeriksa halal, penilaian produk, persiapan tarif, dan sistem informasi disiapkan dengan matang. Dia ingin menerima laporan atas perkembangan dari pelaksanaan jaminan produk halal.

Pada 16 Oktober 2019, 11 pimpinan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) menandatangani memorandum of understanding (MoU) tentang penyelenggaraan layanan sertifikasi halal bagi produk yang wajib bersertifikat halal di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.

11 K/L tersebut yakni Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan MUI.

Pemberlakuan sertifikasi halal akan dilakukan secara bertahap. Pertama, proses pemberlakukan label halal untuk produk makanan, minuman, dan produk jasa terkait keduanya selama lima tahun, yakni 17 Oktober 2019 - 17 Oktober 2024.

(24)

24

Tahap kedua, sertifikasi halal wajib diberlakukan untuk produk selain makanan yang berlaku mulai 17 Oktober 2021 dengan rentang waktu tujuh tahun, 10 tahun, dan 15 tahun.

Tahapan sertifikasi halal yang dilakukan yakni, pelaku usaha mendaftarkan diri dengan membawa berkas persyaratan ke BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal). BPJPH kemudian memeriksa kelengkapan berkas persyaratan tersebut lewat sistem informasi halal atau SIHalal.

Pelaku usaha juga harus menentukan lembaga pemeriksa halal (LPH) untuk meneliti dan menguji produk atau barang yang akan mereka jual kepada konsumen.

LPH membawa hasil pengujian barang tersebut ke MUI untuk diberikan fatwa halal, dan hasil dari sidang fatwa halal MUI tersebut diserahkan kembali ke BPJPH untuk diterbitkan sertifikasi halal.

(25)

25 Judul : Alat Keselamatan di Kereta Dilirik PT KAI

Media : Pikiran Rakyat Wartawan : Rani Ummi Fadila

Tanggal : 04-Jan-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: 0010 Ad Value: Rp 24.102.907

Narasumber:

1. Vice President Safety Standard PT Kereta Api Indonesia, Miming Kuncoro

2. Ketua Tim Pembuat Alat Pengurang Dampak Kecelakaan Kereta Api, Rachman Setiawan

3. Pakar transportasi dari Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Ade Sjafruddin

Ringkasan:

Teknologi pengurangan dampak kecelakaan kereta api diharapkan dilirik pemerintah. Saat ini, belum ada aturan yang mewajibkan penggunaan alat pengurang dampak kecelakaan pada kereta api Indonesia.

Perlu adanya pemasangan alat pengurang dampak tabrakan kereta api seperti yang dibuat dosen Institut Teknologi Bandung. Meskipun demikian, diperlukan Standar Nasional Indonesia dari alat tersebut karena alat tersebut mengadopsi teknologi dari luar negeri. Saat ini, pembuatan SNI sedang dikerjakan melibatkan Kementerian Perhubungan. Alat buatan dosen ITB telah dipasang di light rail transit (LRT) Palembang.

(26)

26

Judul : Terima ISO 9001:2015, Bukti Manajemen Ditjen Hubla Berstandar Internasional

Media : beritatrans.com Wartawan: Omy

Tanggal : 04-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

 Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha

Ringkasan:

Terima ISO 9001: 2015, menjadi bukti bahwa manajemen Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan telah berhasil berstandar internasional. Sertifikat tersebut diterima dari PT Lloyd’s Register Indonesia yang telah melakukan audit terhadap kinerja di lingkungan Setditjen Hubla.

JAKARTA (BeritaTrans.com) – TerimaISO 9001: 2015, menjadi bukti bahwa manajemen Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan telah berhasil berstandar internasional. Sertifikat tersebut diterima dari PT Lloyd’s Register Indonesia yang telah melakukan audit terhadap kinerja di lingkungan Setditjen Hubla. “Perolehan Sertifikat ISO ini adalah hasil kerja bersama,” ungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Arif Toha dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/1/2020). Audit kinerja kata dia telah dilaksanakan dua minggu lalu oleh PT Lloyd’s Register Indonesia (LRI) terhadap sistem manajemen mutu sesuai dengan ISO 9001:2015. “Alhamdulillah sesuai hasil audit tersebut, tidak ada kekurangan yang major,” ucapnya. Adapun latar belakang

(27)

27

penyerahan sertifikat Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2015) di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yaitu Reformasi Birokrasi dan Perbaikan Kinerja Lembaga.

Sebelumnya, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam penilaian sistem manajemen mutu (ISO 9001:2015) di Setditjen Perhubungan Laut, antara lain Pencanangan Penerapan Sistem Manajemen Mutu, Pelatihan Awareness Sistem Manajemen Mutu, Penyusunan Prosedur, Identifikasi Resiko, Penetapan Sasaran Mutu, Internal Audit, Tinjauan Manajemen dan Eksternal Audit.

Selain itu, ada beberapa persyaratan yang harus diterapkan di setiap unit kerja dalam penilaian sistem manajemen mutu, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, rajin atau disingkat dengan 5R. “UPT Laut yang telah mendapatkan sertifikat ISO ini antara lain kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak, kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, kantor Otoritas Pelabuhan Utama Makassar, serta kantor Kesyahbandaran, dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Palembang,” urai Arif.

Dia berharap UPT dan kantor pusat dalam hal ini termasuk Direktorat juga dapat melakukan hal sama terutama dalam hal manajemen mutu ini agar bisa lebih tertata untuk memudahkan pekerjaan, serta agar lebih akuntabel, lebih transparan, dan lebih sistematis. “Saya minta para pimpinan untuk terus dipantau untuk mempertahankan dan semakin meningkat keteraturannya sehingga nanti di ruangan yang baru lebih tertata dengan baik,” tutur Arif. Sebagai informasi, ISO (International Organization for Standardization) adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari Badan Standardisasi Nasional setiap negara. Sedangkan ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu. Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya. (omy)

Link: http://beritatrans.com/2020/01/04/terima-iso-90012015-bukti-manajemen-ditjen-hubla-berstandar-internasional/

(28)

28

Judul : Disperindagkop Kaltim Beber Permintaan Baja Beton tak Standar Nasional Indonesia dari

Penjual Ini

Media : Kaltim.tribunnews.com

Wartawan: Penulis: Purnomo Susanto Editor: Budi Susilo

Tanggal : 05-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Staf lapangan Bidang (Kabid) Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Barang (PKPB) Disperindagkop Kalimantan Timur, Gunadi 2. Koordinator Laboratorium (Lab) Geomekanik

PT Sucofindo cabang Samarinda, Gusti Ahmad Zaini

Ringkasan: Banyaknya BjTB tak bersertifikat

Standar Nasional Indonesia ( SNI ) karena adanya pesanan dari penjual besi di Kalimantan Timur. Dari tiga lokasi yang dilakukan pengawasan terdapat toko-toko penjual BjTB tidak ber-SNI.

(29)

29

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Fakta mengejutkan terungkap dari penelusuran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ( Disperindagkop UKM ) Kalimantan Timur saat melakukan pengawasan kepada pedagang Baja Tulangan Beton Polos (BjTB) di Kalimantan Timur.

Staf lapangan Bidang (Kabid) Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Barang (PKPB) Disperindagkop Kalimantan Timur, Gunadi menyebutkan.

Banyaknya BjTB tak bersertifikat Standar Nasional Indonesia ( SNI ) karena adanya pesanan dari penjual besi di Kalimantan Timur.

“Setelah kita telusuri. Ternyata, permintaan diadakannya besi tak ber-SNI ini datang dari para penjual di Kalimantan Timur. Itu yang saya kaget saat mendengarnya,” ujarnya saat dihubungi Tribunkaltim.co melalui telepon sekularnya, pada Minggu (5/1/2020), sore.

Tanpa melalui alat uji, dituturkan Gunadi, tidak akan besi-besi tersebut mendapatkan sertifikat SNI. Terlebih, dikatakan olehnya, pembuatan BjTB tersebut disesuaikan dengan pemesanan pedagang. Namanya pedagang inikan juga mau mencati untung.

Pedagang juga tentunya ingin memenuhi kebutuhan pasar.

Nah, banyak masyarakat ingin membeli BjTB sesuai dengan yang dipesan oleh pedagang. "Jadi, pedagang tinggal memenuhinya saja,” tandasnya.

Tentunya pula, Gunadi menyebutkan, harga jual yang ditawarkan oleh pedagang kepada para konsumennya pun jauh lebih murah.

Pasalnya, perbedaan antara harga BjTB ber-SNI dengan yang tidK jauh lebih murah yang tidak ber- SNI. “Pastinya jauh lebih murah yang tidak ber-SNI, Mas. Kalau yang ber-SNI kan ada standar harganya dikisaran berapa. Artinya, tergantung ukuran besinya berapa. Sesuai permintaan konsumen saja,” tuturnya.

Namun demikian, diucapkan Gunadi, penggunaan BjTB tidak ber-SNI ini tidak berlaku bagi bagunan-bangunan milik pemerintahan.

Pasalnya, ditegaskan olehnya, seluruh bangunan pemerintahan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang jelas. Termasuk, sertifikat SNI.

Kalau bangunan pemerintah, harus dilampirkan sertifikat SNI nya. Kalau tidak, ya bisa jadi temuan. Artinya, untuk bangunan pemerintahan aman dari hal itu.

Kalau sampai BjTB tidak ber-SNI, dan mengakibatkan bangunan ambruk. Bisa tambah kacau nanti kontraktornya,” tegasnya.

Berbeda dengan bangunan perorangan, dikatakan Gubadi, standar yang digunakan pun tidak ketat seperti bangunan pemerintahan.

Pemilik bangunan, disampaikan olehnya, bisa saja mengatur sendiri material bangunannya sesuai dengan kemampuannya.

(30)

30

“Tapi, kami menyarankan agar seluruh masyarakat menggunakan BjTB ber- SNI. Sebab, kualitasnya sudah dijamin oleh pemerintah," ujarnya.

Sebab, kalau besi tak ber- SNI ini bisa membahayakan pemilik bangunan nantinya. Sebab, kualitas bangunannya kurang baik,” bebernya.

“Jangan sampai, ada bahaya dulu baru kita sadar. Mari kita sama-sama mengedukasi," tegasnya. Pemerintah menyampaikan yang baik, pedagang juga menyampaikan yang baik.

"Jadi, masyarakat mendapat pelajaran yang baik pula,” katanya. Pihak PT Sucofindo Pun Temukan Tidak SNI

Saat ini sedang ramai adanya baja tulang beton polos yang tidak ada SNI, di wilayah Kalimantan Timur. Temuan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kalimantan Timur soal adanya toko di Samarinda, Balikpapan dan Kutai Kartanegara ( Kukar ) menjual Baja Tulangan Beton Polos (BjTB) tidak Standar Nasional Indonesia ( SNI ) belum lama ini.

Ternyata juga ditemukan oleh PT Superintending Company of Indonesia atau PT Sucofindo (Persero) cabang Samarinda, Kalimantan Timur.

Koordinator Laboratorium (Lab) Geomekanik PT Sucofindo cabang Samarinda, Gusti Ahmad Zaini mengungkapkan kepada Tribunkaltim.co.

Dia jelaskan, pihaknya pernah menemukan adanya BjTB tidak bersertifikat SNI yang dijual oleh toko besi di wilayah Kaltim.

“Ia pernah kami temukan adanya BjTB tak standart yang dijual kepada masyarakat, seperti yang ditemukan oleh Disperindagkom UKM Kaltim,” ujarnya saat diwawancara dikantornya oleh Tribunkaltim.co pada Jumat (3/1/2020), di Jalan Teuku Umar, Kelurahan Karang Asam Hilir, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, Kalimantan Timur.

Penemuan itu, dibeberkan Gusti, saat dirinya dan tim diminta untuk melakukan uji laboraturium terhadap beberapa contoh besi yang dijual oleh toko-toko besi di Kalimantan Timur.

Namun, secara gamblang tidak diaebutkan olehnya, di wilayah mana saja toko besi itu berada. “Kita temukan itu saat kita melakukan uji lab kepada beberapa sample (Contoh) besi." ujarnya. Setelah kami lihat hasilnya, besi yang dijual tidak standar atau SNI.

"Contoh besi diambil dari beberapa toko penjual BjTB,” bebernya.

Ada belasan toko penjual besi, dikatakan Gusti, melakukan paraktik penjualan beso tidak standart.

Namun, Gusti menyatakan, tidak dapat berbuat lebih dengan melakukan tindakan lain selain menyerahkan hasil uji lab yang dilaksanakan olehnya dan tim.

(31)

31

“Ada belasan lah toko besi yang menjual besi tak standart. Uji coba, kita lakukan pada tahun 2017 lalu. Dan kita hanya bisa menyerahkan hasil uji lab nya kepada pihak pemberi kerja. Di luar daripada itu, kami tidak memiliki kewenangan,” tuturnya menjelaskan.

Siapapun, dikatakan Gusti, boleh meminta PT Sucofindo melakukan uji lab.

Namun, Gusti tidak bisa menyampaikan kepada pihak lain, soal siapa yang memberikan pekerjaan. Kecuali, pihak yang diberi mandat dan ada hak.

“Siapa saja bisa melakukan uji lab di tempat kami. Tapi, nanti hasilnya kita hanya sampaikan kepada pemberi kerja saja,” ucapnya.

Seperti diwartakan sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Barang, Hj Rumiati mengungkapkan.

Pengawasan dilakukan kepada tiga daerah di Kaltim, yakni Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegera (Kukar).

Dari tiga lokasi yang dilakukan pengawasan terdapat toko-toko penjual BjTB tidak ber-SNI.

“Kebanyakan, ada di Kota Samarinda dan Kabupaten Kukar yang menjual BjTB tidak ber-SNI. Tapi, kita tidak bisa memberitahukan kepada publik toko-toko mana saja yang menjual BjTB tidak ber-SNI,” ujarnya saat dihubungi awak Tribunkaltim.co melalui telepon selularnya, pada Rabu (1/1/2020), sore.

“Di Balikpapan, para penjual BjTB taat dengan aturan. Kebanyakan dari mereka sudah memegang sertifikat SNI dalam melaksanakan penjualan BjTB. Hanya beberapa penjual BjTB saja yang tidak taat di Kota Balikpapan. Berbeda dengan Samarinda dan Kukar yang pedagangnya belum banyak memiliki sertfikat SNI,” lanjutnya.

Pengawasan ini sendiri, dikatakan Rumiati, baru pertamakali dilaksanakan oleh Disperindagkop UKM. Untuk awal ini pula, Rumiati menyatakan, masih memberikan toleransi kepada pedagang BjTB tersebut. Namun, Rumiati menegaskan, instansinya sudah mendata dan akan secara berkala melakukan pengawasan.

“Tapi, mereka saat ini dalam pengawasan kami. Untuk pertama ini, kita toleransi. Kita lakukan pengawasan dan pembinaan dulu kepada mereka. Nanti, kalau setelah kita lakukan pengawasan dan pembinaan mereka masih juga melanggar, barulah kita memberikan tindakan sesuai dengan aturan yang berlaku,” tegasnya. Kebanyakan penjual BjTB, dibeberkan Rumiati, adalah pemasok besi ke bangunan-bangunan pribadi. Bukan kepada bangunan pemerintahan.

Sebab, dijelaskan Rumiati, dalam proyek pembangunan yang menggunakan anggaran pemerintah selalu meminta bukti sertifikat SNI disertakan saat pembelian besi.

Kalau untuk bangunan pemerintah tidak bisa mereka menjual kesana. Sebab, harus ada sertifikat SNI nya. Jadi agak sulit.

(32)

32

Intinya, mereka itu menyediakan besi tidak SNI untuk dijual dengan harga lebih murah dari besi yang ber-SNI.

"Tapi, masyarakat kan tidak tahu bahwa besi itu tidak ber-SNI,” tuturnya.

Untuk itu, Rumiati mengatakan, pihaknya akan mengedukasi para pedagang BjTB agar bisa menjual dengan barang yang sesuai dengan yang dibeli oleh masyarakat.

Begitupula, dituturkan olehnya lagi, masyarakat lebih teliti dalam melihat produk yang akan dibeli agar barang yang dibeli sesuai dengan kebutuhan.

“Saling mengedukasi intinya. Jangan, ada pihak-pihak yang dirugikan karena perbuatan pedagang BjTB. Kami juga berterimakasih kepada pedagang yang taat aturan. Bagi yang belum taat, agar segera taat. Sebelum, nantinya ada tindakan dari pemerintah,” turupnya.

Link: https://kaltim.tribunnews.com/2020/01/05/disperindagkop-kaltim-beber-permintaan-baja-beton-tak-standar-nasional-indonesia-dari-penjual-ini

(33)

33

Judul : Agus Kartasasmita ungkap 7 hambatan sektor industri

Media : alinea.id Wartawan: Annisa Saumi

Tanggal : 06-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita

Ringkasan: Menteri Perindustrian Agus Gumiwang

Kartasasmita menyebutkan selama tiga bulan memimpin Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dirinya menemukan ada tujuh masalah yang menghambat sektor industri nasional untuk terbang tinggi.

tekanan dari produk-produk impor juga menjadi masalah pada sektor perindustrian. Produk dalam negeri, kata Agus, harus mendapatkan perlindungan seperti terkait Standar Nasional Indonesia (SNI).

(34)

34

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan selama tiga bulan memimpin Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dirinya menemukan ada tujuh masalah yang menghambat sektor industri nasional untuk terbang tinggi.

Pertama, kurangnya bahan baku dan bahan penolong sektor industri. Bahan baku yang dimaksud seperti kondensat, gas, naphta dan bijih besi. Sementara, bahan penolong antara lain katalis, scrap, kertas bekas, dan nitrogen.

"Maka, jalan keluar yang ditawarkan Kemenperin adalah dengan membangun industri kimia dasar dan logam dasar seperti pengembangan refinery CAPC (Chandra Asri Petrochemical), TPPI (Trans Pacific Petrochemical Indonesia), dan Morowali," kata Agus saat paparan kinerja 2019 dan outlook 2020 Kemenperin di Jakarta, Senin (6/1).

Kedua, kurangnya infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Ketiga, adalah kurangnya aspek utilitas seperti listrik, air, gas, dan pengolahan limbah.

Agus pun mengatakan untuk menjawab persoalan utilitas tersebut, diperlukan pengembangan kawasan industri terintegrasi, yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah.

"Masalah selanjutnya, adalah kurangnya tenaga ahli yang memiliki skill dan supervisor, serta super intendant atau tenaga pengawas. Masalah ini harus diatasi dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli melalui program link and match," tuturnya.

Kelima, tekanan dari produk-produk impor juga menjadi masalah pada sektor perindustrian. Produk dalam negeri, kata Agus, harus mendapatkan perlindungan seperti terkait Standar Nasional Indonesia (SNI).

Keenam, masalah limbah industri (slag) sebagai limbah B3, serta spesifikasi yang terlalu ketat untuk kertas bekas dan baja bekas (scrap) yang dinilai menyulitkan industri. Untuk menyelesaikan masalah ini, lanjut Agus, Kemenperin akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), agar slag dapat dipergunakan sebagai bahan pengeras jalan.

Agus mengatakan spesifikasi kertas bekas dan scrap tersebut harus mengikuti standar internasional yang berlaku, diikuti dengan pengembangan daur ulang industri yang mengarah ke zero waste.

Adapun masalah ketujuh yang diamati Agus adalah permasalahan Industri Kecil dan Menengah terkait soal pembiayaan, bahan baku dan penolong, mesin atau peralatan, dan perizinan.

Solusinya, kata Agus, bisa diatasi dengan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR), pendirian material center untuk memasok bahan baku, restrukturisasi mesin atau peralatan IKM, serta bimbingan untuk ekspor.

"Kalau tujuh industri itu bisa diselesaikan, kami yakin sektor industri bisa terbang tinggi," ujar Agus.

(35)

35

Judul : Pemkot Minta Dana Rp12 Miliar di Kementerian untuk Benahi Pasar Mandai Media : sindonews.com Wartawan: Vivi Riski Indriani Tanggal : 06-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan Usaha dan Sarana Perdagangan, Abdul Hamid

Ringkasan: Pasar Mandai yang terletak di

Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar siap dibangun. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar telah mengusulkan anggaran sebesar Rp12 miliar ke Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. dana yang diusulkan itu untuk pembangunan kios. Pasalnya, pasar ini akan dibangun dengan konsep Standar Nasional Indonesia (SNI). Kata Hamid, pihaknya ingin menata pasar ini secara profesional. Sebab statusnya SNI berbeda dengan pasar lain.

(36)

36

MAKASSAR - Pasar Mandai yang terletak di Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar siap dibangun. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar telah mengusulkan anggaran sebesar Rp12 miliar ke Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan Usaha dan Sarana Perdagangan, Abdul Hamid menyampaikan, dana yang diusulkan itu untuk pembangunan kios. Pasalnya, pasar ini akan dibangun dengan konsep Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Kita sudah mengusulkan ke pusat itu Rp12 miliar untuk pembangunan kios. Proposalnya sudah kita kirim ke kementerian, kita hanya tinggal tunggu jawaban dari pusat," kata Hamid.

Pada tahun 2019 lalu, kata dia, Kementerian Perdagangan telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp4 miliar. Hanya saja, anggaran itu belum bisa digunakan karena terkendala status alas hak.

Belum lagi, kondisi lahan di lokasi tersebut sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan. Sehingga, perlu dilakukan pematangan lahan sebelum pembangunan pasar dimulai.

Tahap awal, pihaknya telah mengalokasikan anggaran pada APBD 2020 sebesar Rp1 miliar untuk pematangan lahan. Tidak hanya itu, fasilitas pendukung seperti kantor administrasi, pengelola, toilet hingga musala juga akan dibangun menggunakan APBD.

(37)

37

Anggaran yang disiapkan Rp2,7 miliar khusus untuk fasilitas pendukung.

"Kalau asistensi DPA sudah selesai mungkin awal Februari kita sudah bisa lelang, paling cepat bulan ini," ucapnya.

Kata Hamid, pihaknya ingin menata pasar ini secara profesional. Sebab statusnya SNI berbeda dengan pasar lain. Sehingga fasilitas yang diberikan juga lebih lengkap, semisal penambahan mesin pendingin agar ikan atau daging yang dijual pedagang tetap fresh saat dijual ke pembeli.

"Kita mau pasar ini betul-betul tertata, kita mau rapikan dan tata kembali supaya jauh lebih baik, kan standarnya SNI," ujarnya.

Link: https://makassar.sindonews.com/read/39244/2/pemkot-minta-dana-rp12-miliar-di-kementerian-untuk-benahi-pasar-mandai-1578268861

(38)

38

Judul : Produksi RI Belum Mampu Memenuhi, Gula Rafinasi Kembali Impor Tahun ini

Media : merdeka.com Wartawan: Dwi Aditya Putra

Tanggal : 06-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita

2. Asessor atau penilai Sertifikasi dan Standardisasi SNI di Balai Sertifikasi Industri yang bernaung di bawah Kementerian Perindustrian, Yusran Rachmat

Ringkasan: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana akan kembali membuka keran impor untuk gula rafinasi pada tahun ini. gula rafinasi adalah proses yang dilakukan untuk mengolah raw sugar (bahan gula yang berasal dari tebu dan belum siap dikonsumsi) menjadi gula kristal putih. Dari mulai bahan baku, proses rafinasinya, hingga pengepakan dan pengangkutan itu semu harus memenuhi standard yang dituangkan melalui sertifikasi dan standarisasi SNI.

Merdeka.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana akan kembali membuka keran impor untuk gula rafinasi pada tahun ini. Di mana, kebutuhan gula untuk industri per tahun berdasarkan catatan Kemenperin mencapai sebanyak 3,2 juta ton.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan kebutuhan gula untuk industri secara spesifikasi beda dengan kebutuhan gula konsumsi pada umumnya. Persoalannya, selama ini belum ada yang mampu memproduksi gula rafinasi secara masal.

"Mau tidak mau karena belum ada industri di dalam negeri yang supply tentu harus kita lakukan impor agar bisa bergerak," kata Menteri Agus di Kantornya, Jakarta, Senin (6/1).

Menteri Agus menyebut untuk memenuhi kebutuhan gula rafinasi ke depan pihaknya mengusulkan adanya revitalisasi dari pabrik gula yang selama ini tidak beroperasi. Khususnya pabrik gula milik Badan Usaha Milik

(39)

39

Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Beberapa pabrik-pabrik tersebut akan disisir dan dilakukan identifikasi apakah laik atau tidak.

Di samping itu, dirinya menyebut ada salah satu perusahaan asal Taiwan, yakni Taiwan Sugar Corp (TSC) yang bersedia melakukan investasi di Indonesia khususnya dalam sektor industri gula. Namun, persoalan mereka masih mempertimbangkan lahan untuk beroperasi.

Untuk itu, pihaknya akan merevitalisasi seluruh pabrik yang tidak berfungsi. Sehingga, investor bisa masuk, apakah secara mitra maupun membeli pabrik tersebut. "Kalau mereka bisa masuk, investor, kepada industri yang ada tapi tidak fungsional itu akan lebih cepat solusi ketersediaan gula rafinasi dalam negeri bisa ditutup dengan industri," tandas dia.

Gula Rafinasi Hanya untuk Industri, Tapi Laik Konsumsi

Asessor atau penilai Sertifikasi dan Standardisasi SNI di Balai Sertifikasi Industri yang bernaung di bawah Kementerian Perindustrian, Yusran Rachmat menyebut bahwa gula rafinasi tidak berbahaya dikonsumsi masyarakat. Menurutnya, informasi yang beredar dari Satgas Mafia pangan tidak benar sama sekali.

"Saya tidak tahu mengapa gula rafinasi tiba-tiba disebut berbahaya jika dikonsumsi, informasi itu tidak benar," kata Yusran yang juga pensiunan Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Kota Surabaya.

Menurutnya, gula rafinasi adalah proses yang dilakukan untuk mengolah raw sugar (bahan gula yang berasal dari tebu dan belum siap dikonsumsi) menjadi gula kristal putih. Dari mulai bahan baku, proses rafinasinya, hingga pengepakan dan pengangkutan itu semu harus memenuhi standard yang dituangkan melalui sertifikasi dan standarisasi SNI.

"Jadi gula rafinasi itu aman dan layak dikonsumsi oleh publik secara langsung, sebagaimana gula biasa. Bahwa ada aturan mengenai distribusi gula rafinasi yang hanya diperuntukkan untuk industri, itu soal lain."

Belakangan seiring dengan temuan Satgas Mafia Pangan terkait gula rafinasi, berita tentang berbahayanya gula rafinasi beredar di media dan sosial media. "Tapi jangan menyebarkan informasi sesat bahwa gula rafinasi itu mengandung zat berbahaya. Ini sama saja dengan bahan bakar minyak untuk industri dan untuk publik, secara kualitas dan kandungan sama saja," tegasnya.

Dia menyarankan agar Satgas Mafia Pangan tidak keliru menjelaskan ke publik. Hanya karena menemukan tumpukan gula rafinasi lalu dikatakan itu bahan berbahaya.

Ini terjadi di Makassar, ditemukan 800 Kg Gula rafinasi dalam kantong berukuran kecil. Tapi yang ditahan malah 15.000 ton yang jelas berbeda dengan yang 800 kantong kecil itu. Itu dua hak yang berbeda.

"Jika perusahaan kan punya izin lengkap, disertifikasi dan memenuhi standardisasi SNI, Satgas harus juga berimbang melihat persoalan ini. Gula rafinasi itu bukan barang haram, itu kebijakan pemerintah juga." [bim]

Link: https://www.merdeka.com/peristiwa/produksi-ri-belum-mampu-memenuhi-gula-rafinasi-kembali-impor-tahun-ini.html

(40)

40 Judul : Rumah Ujang Diamuk Si Jago Merah

Media : radarsukabumi.com Wartawan: (bam/d)

Tanggal : 06-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: - Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Staff Desa Bojongtipar, Ine

Ringkasan:

Satu rumah warga di Kampung Cibojong RT7/4, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, ludes dilahap sijago merah, Minggu (5/1). Pemerintah Desa (Pemdes) telah mengajukan bantuan kepada pemerintah seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi. “Dari BPBD sudah ada tanggapan bahkan mengecek ke lokasi. Kami juga sedang mengajukan bantuan kepada pemerintah pusat,” paparnya. dirinya mengimbau, seluruh warga Kecamatan Jampang Tengah khususnya warga Desa Bojongtipar untuk selalu berhati-hati serta waspada. “Setiap bepergian warga harus mengecek aliran listrik, tungku api dan sebagainya yang dapat menimbulkan kebakaran. Kami sarankan supaya masyarakat memakai kabel yang besertadar SNI agar tidak terjadi korsleting listrik,” imbaunya.

JAMPANGTENGAH — Satu rumah warga di Kampung Cibojong RT7/4, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, ludes dilahap sijago merah, Minggu (5/1). Dari informasi yang dihimpun radarsukabumi, rumah milik Ujang yang dihuni lima orang dua Kepala Keluarga (KK) yakni, Ujang Suryana, Ibu Icih, Helis Suharyanah, Syamul dan Opik ludes terbakar di sinyalir dari korsleting listrik. Staff Desa Bojongtipar

(41)

41

Ine mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pukul 02.30 WIB dan berhasil dipadamkan berkat batuan warga sekitar sekitar pukul 04.00 WIB. “Kami bersyukur dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa namun, kerugian ditaksir mencapai 80 juta,” ujarnya Ine, kemarin, (05/01).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, Pemerintah Desa (Pemdes) telah mengajukan bantuan kepada pemerintah seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi. “Dari BPBD sudah ada tanggapan bahkan mengecek ke lokasi. Kami juga sedang mengajukan bantuan kepada pemerintah pusat,” paparnya. dirinya mengimbau, seluruh warga Kecamatan Jampang Tengah khususnya warga Desa Bojongtipar untuk selalu berhati-hati serta waspada. “Setiap bepergian warga harus mengecek aliran listrik, tungku api dan sebagainya yang dapat menimbulkan kebakaran. Kami sarankan supaya masyarakat memakai kabel yang besertadar SNI agar tidak terjadi korsleting listrik,” imbaunya.

Ine beharap, pemerintah pusat dan warga memberikan bantuan kepada korban kebakaran. “Untuk saat, ini korban membutuhkan bantuan sandang pangan, pakaian dan lainnya. Kami meminta uluran tangan dari pihak manapun agar bisa meringankan beban para korban,” pungkasnya. (bam/d)

(42)

42 Judul : Berpotensi Tingkatkan Defisit Perdagangan

Media : beritasatu.com Wartawan: Herman / YUD

Tanggal : 07-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Peneliti INDEF dari Center of Investment, Trade and Industry, Andry Satrio Nugroho

Ringkasan: Pemerintah Indonesia saat ini tengah

menggodok Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law yang mencakup aturan cipta lapangan kerja dan aturan perpajakan. Restriksi tidak hanya melindungi produk dalam negeri, namun juga melindungi konsumen dalam negeri. Salah satu yang perlu didukung adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai non-tariff measures yang bisa kita andalkan.

Jakarta, Beritasatu.com - Pemerintah Indonesia saat ini tengah menggodok Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law yang mencakup aturan cipta lapangan kerja dan aturan perpajakan. Omnibus law dibuat untuk mengakomodir masalah banyaknya aturan-aturan lama yang saling tumpang tindih dan dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi.

(43)

43

Namun, dampak dari penerapan omnibus law ini tidak semuanya positif. Peneliti INDEF dari Center of Investment, Trade and Industry, Andry Satrio Nugroho menyampaikan, salah satu yang akan terdampak dari penerapan omnibus law adalah aspek perdagangan. Padahal kinerja perdagangan Indonesia masih belum membaik dalam dua tahun terakhir ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari sampai November 2019, neraca perdagangan Indonesia masih defisit US$3,11 miliar.

"Karena fokus omnibus law adalah penyederhanaan perizinan berusaha, maka perlu hati-hati karena kegiatan ekspor dan impor akan berpotensi menjadi lebih longgar. Memang ini akan mendorong frekuensi perdagangan, tetapi akan menjadi tidak terkontrol dan perdagangan tidak berkualitas karena beberapa perizinan bisa saja dihapus. Ini perlu diwaspadai karena bisa jadi efek omnibus law justru akan meningkatkan defisit perdagangan kita ke depan," kata Andry Satrio dalam acara diskusi yang digelar INDEF, Selasa (6/1/2020).

Hal lain yang disoroti Andry adalah ketergantungan perdagangan Indonesia terhadap Tiongkok. Jika perang dagang sering dijadikan alasan melemahnya perdagangan Indonesia, menurut Andry hal tersebut juga kurang tepat. Menurutnya, perlambatan ekonomi Tiongkok memiliki dampak yang lebih besar terhadap perdagangan kita dibandingkan perang dagang secara keseluruhan.

"Total nilai perdagangan terhadap Tiongkok berkontribusi sebesar 19,7% dengan 44% ekspor kita berada pada produk pertambangan dan perkebunan. Sementara impor produk elektronik dan permesinan dari Tiongkok memiliki kontribusi 50% terhadap total impor," papar Andry.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan diversifikasi perdagangan lebih lanjut. Jangan sampai ketergantungan terhadap Tiongkok menjadi semakin besar. Bukan hanya ekonomi yang terkena dampak, tetapi juga kebijakan yang ada bisa dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi Tiongkok.

"Ini sudah terjadi dan kita bisa menilai sendiri beberapa pemangku kebijakan sudah memberikan karpet merah terhadap perdagangan maupun investasi dari Tiongkok," ujar Andry

Di saat model kerja sama perdagangan di berbagai dunia mulai mengarah pada restriksi perdagangan karena isu kedaulatan ekonomi, Andry menegaskan jangan sampai Indonesia malah terlena dengan omnibus law dengan memberikan karpet merah terhadap skema perdagangan yang tidak berkualitas.

"Restriksi tidak hanya melindungi produk dalam negeri, namun juga melindungi konsumen dalam negeri. Salah satu yang perlu didukung adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai non-tariff measures yang bisa kita andalkan. Saat ini masih banyak produk dalam negeri yang belum memenuhi SNI. Alhasil, produk-produk impor mudah untuk leluasa masuk dan langsung head-to-head dengan produk kita,” papar Andry.

Permasalahannya, dari segi kualitas, produk impor yang masuk justru memiliki kualitas rendah dan konsumen yang paling dirugikan akibat tidak tersedianya SNI sebagai standar pada produk yang masuk ke Indonesia. “Omnibus law tentu perlu mengakomodir kepentingan konsumen karena hal itu menjadi ruh bagi UU Perdagangan kita saat ini,” pungkasnya.

(44)

44

Judul : Disperindag Bali Tingkatkan Pengawasan Peredaran Barang di Pasaran

Media : rri.co.id Wartawan: Ida Ayu Frischa Mahayani

Tanggal : 07-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 11,625,000

Narasumber:

1. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali I Wayan Jarta

Ringkasan: Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BBPOM) di Denpasar telah menemukan sebanyak seribu 975 produk pangan kedaluarsa yang terdiri dari 246 item. Selain kedaluarsa, dari intensifikasi pengawasan tahap V yang dilakukan selama hari raya natal juga ditemukan sebanyak 43 kemasan yang rusak dengan 18 item tanpa izin edar.

Wayan Jarta melanjutkan, kendati pengawasan terbatas pada SNI, namun pihaknya tidak akan menghindar untuk turut memberikan pendampingan kepada kelompok-kelompok IKM , maupun industry agar menyediakan produk yang berkualitas.

KBRN, Denpasar: Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar telah menemukan sebanyak seribu 975 produk pangan kedaluarsa yang terdiri dari 246 item. Selain kedaluarsa, dari intensifikasi

(45)

45

pengawasan tahap V yang dilakukan selama hari raya natal juga ditemukan sebanyak 43 kemasan yang rusak dengan 18 item tanpa izin edar.

Menyikapi temuan tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali I Wayan Jarta di konfrimasi RRI di Denpasar, Selasa (07/01/2020) mengatakan, pengawasan harus terus dilakukan untuk meningkatkan keamanan pangan yang beredar di pasaran. Sehingga dapat melindungi konsumen dari panganan yang berbahaya. Diakui pihaknya juga telah melakukan sidak pada saat nararu, dan masih ada temuan pangan yang kedaluarsa. Adanya temuan ini, menurut mantan Kadis Ketahanan Pangan Provinsi Bali itu diindikasi kenakalan pedagang maupun distributor.

“Ada temuan sidak pangan ini, ini artinya kan ada semacam kenakalan pedagang dalam hal penyediaan makanan atau pangan untuk masyarakat, untuk itu kami dari perindag kita akan mengawasi sebatas pada SNI,” jelasnya.

Wayan Jarta melanjutkan, kendati pengawasan terbatas pada SNI, namun pihaknya tidak akan menghindar untuk turut memberikan pendampingan kepada kelompok-kelompok IKM , maupun industry agar menyediakan produk yang berkualitas. Kedeoan pihaknya akan lebih gencar lagi mengawasi barang yang beredar mulai dari pabrikan hingga pendistribusiannya ke pasarannya.

“Selama ini yang bisa kami awasi adalah sebatas pada pengawasan kasat mata, sesuai yang tertulis di labelnya, tapi lebih spesifik ke isi didalamnya itu BPOM, kita tidak punya kompetensi disitu, apakah bahan beracun dan lainnya itu BPOM yang punya kewenangan,” bebernya.

Link:

http://rri.co.id/post/berita/767911/info_publik/disperindag_bali_tingkatkan_pengawasan_peredaran_barang_di _pasaran.html

(46)

46

Judul : Jangan Terlena Omnibus Law, Dua Masalah Krusial Perdagangan Membayangi

Media : sindonews.com Wartawan: Michelle Natalia

Tanggal : 07-Januari-2020 Nada Pemberitaan : Positif

Halaman: Ad Value: Rp 18,125,000

Narasumber:

1. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho

Ringkasan: Peneliti Institute for Development of

Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho mengatakan agar jangan terlena dengan Omnibus Law, karena Indonesia masih menghadapi dua masalah krusial yang terjadi dalam perdagangan. Ia mengingatkan, bahwa kinerja perdagangan Indonesia diperkirakan masih belum membaik dalam dua tahun terakhir ini.

Restriksi itu, lanjut dia, tidak hanya melindungi produk dalam negeri, namun juga melindungi konsumen dalam negeri. "Salah satu yang perlu didukung adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai non-tariff measures yang bisa kita andalkan.

Referensi

Dokumen terkait

untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul mengenai “Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Pemberian Tunjangan Kinerja Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Urusan

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. 1) Pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana/kendaraan yang akan

Cangkang trochospiral, biconvex yang unik, periphery equator lobulate, dinding perforate, kamar spherical, kecuali kamar ultimate, yang tertekan lateral oblique, tersusun dari

Perbedaan antara lukisan Rasinta dengan teori Kubisme yaitu pada lukisan Kubisme lebih menampilkan dimensi ruang, sedangkan lukisan Rasinta hanya menguraikan

Pengaruh jenis media dan larutan ab mix dengan konsentrasi berbeda pada pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada (Lactuca sativa L) dengan hidroponik sistem

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa kombinasi glibenklamid dan ekstrak daun salam memiliki aktivitas sebagai antidiabetes terhadap mencit yang

Tujuan studi ini adalah: (1) mengembangkan model bangkitan perjalanan di Kota Palembang dengan menggunakan Radial Basis Function Neural Network; dan (2) membandingkan hasil