• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Pengembangan Aspek Kepemanduan Ekowisata Mangrove Kelompok Tani

Hutan Mutiara Hijau 1 Pasir Sakti, Lampung Timur

Meyliana Astriyantika

Program Studi Perjalanan Wisata, Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta No 10 Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Abstrak

Pengembangan pariwisata saat ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, dimana sektor ekologi, sosial budaya, dan ekonomi dapat dijamin kelestariannya. Ekowisata merupakan jenis kegiatan wisata dengan menjaga kelestarian sumber daya, ditambahkan dengan berbagai teknik interpretasi objek sehingga setiap pengunjung mendapat pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan pentingnya kelestarian daya tarik. Pramuwisata (guide) sebagai pelaku pariwisata yang merupakan garda terdepan karena secara langsung bersentuhan dengan wisatawan. Dari para pramuwisata, wisatawan akan memperoleh informasi atau penjelasan tentang obyek atau destinasi. Oleh karenanya peran dan peranan pramuwisata sangat penting. Jika seorang pramuwisata salah memberikan informasi atau dalam memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standard operational procedure (SOP) maka citra daerah akan dipertaruhkan. Pengabdian dilaksanakan pada bulan April 2021 dengan metode ceramah dan praktik. Lokasi yang dipilih yaitu Hutan Mangrove Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Hasil dari pengabdian ini antara lain teridentifikasinya potensi pemandu wisata, kesepahaman para pihak yang terkait dalam membangun dan mengelola lokasi, serta terbentuknya kesiapan pelaku atau pengelola ekowisata mangrove Pasir Sakti menjadi pemandu wisata. Penggerak kegiatan dan pendampingan tata Kelola destinasi wisata masih cenderung dilaksanakan oleh pihak tertentu saja, sehingga kondisi ini menjadi factor yang mempengaruhi potensi ketersediaan dan kesiapan masyarakat sebagai pemandu pun terbilang rendah. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan semakin ditingkatkannya pemberdayaan dan penyadartahuan tentang ekowisata mangrove Pasir Sakti. selain penyuluhan dan pemaparan materi, sangat dibutuhkan pelatihan khusus untuk praktik menjadi pemandu di lapangan. Karena dirasakan oleh masyarakat bahwa praktik langsung dan pengalaman sangat membantu dalam menciptakan kesiapan, keberanian, serta percaya diri dalam mengelola pengunjung. Kata kunci: ekowisata, Mangrove, pemandu wisata

Pendahuluan

Provinsi Lampung berada di posisi paling ujung Pulau Sumatera, dikelilingi oleh bibir pantai dengan beragam potensi yang menarik untuk dikembangkan. Dengan kondisi tersebut,

(2)

pengembangan destinasi wisata pantai atau laut menjadi salah satu keunggulan Provinsi Lampung. Hal tersebut terlihat dari upaya pemerintah menjadikan sector pariwisata sebagai sector unggulan untuk dikembangkan dengan mengedapankan peran masyarakat yang terlibat sangat aktif dalam pengelolaan berbagai destinasi yang sudah ada maupun yang saat ini baru dikembangkan.

Salah satu daerah yang mengelola kawasan mangrove di Provinsi Lampung ialah Kabupaten Lampung Timur. Terdapat Hutan Mangrove Pasir Sakti yang menjadi salah satu area potensial untuk dikelola, sehingga dibutuhkan kesiapan masyarakat setempat berperan serta dalam pengembangan lokasi. Akhir-akhir ini pembicaraan tentang sumber daya manusia semakin terdengar. Hal ini tidak lepas dari kesadaran bersama bahwa manusia tidak hanya sebagai penikmat pembangunan. Disamping itu muncul juga kesadaran bahwa pembangunan khusunya di sektor pariwisata tidak hanya bisa tergantung pada sumber daya alam, sumber daya sosial budaya tetapi juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang tentunya memiliki kualitas dan daya saing mendunia.

Tingkat kunjungan wisatawan ke tempat tujuan wisatawan tidak bisa dilepaskan dari peranan SDM mulai dari pihak pemerintah, pemilik hotel, restaurant, pengelola obyek dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemandu wistawan yang sering disebut “guide”. Pramuwisata adalah seseorang yang menyediakan jasa komersial pemanduan wisatawan, mencakup pemberian bimbingan, arahan arahan, penjelasan penjelasan dan petunjuk petunjuk tentang suatu obyek dan daya tarik wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam pengabdian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi masyarakat sebagai pemandu wisata di Kawasan Mangrove Pasir Sakti?

2. Bagaimana kesiapan pelaku atau pengelola Mangrove Pasir Sakti menjadi pemandu wisata?

Tujuan dari pengabdian ini yaitu:

1. Teridentifikasinya potensi pemandu wisata di Kawasan Ekowisata Mangrove Pasir Sakti. 2. Terbentuknya kesiapan pelaku atau pengelola Ekowisata Mangrove Pasir Sakti menjadi

pemandu wisata

Manfaat dari kegiatan pengabdian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi potensi masyarakat sekitar Kawasan mangrove Pasir Sakti sebagai pemandu wisata.

(3)

2. Memberikan dasar teori kepemanduan wisata dan membentuk kesiapan masyarakat sebagai pemandu wisata dalam kunjungan wisatawan ke Mangrove Pasir Sakti.

Metodologi

A. Tempat dan Waktu

Pengabdian akan dilakukan di Pasir Sakti, Lampung Timur yang merupakan Kawasan Hutan Mangrove. Pengabdian dilaksanakan pada bulan April 2021.

B. Teknik Pengabdian

Pengabdian dilakukan dengan 2 metode yaitu: 1. Ceramah

Pemateri memberikan berbagai informasi dan contoh Teknik kepemanduan kepada peserta melalui ceramah atau presentasi.

2. Praktik Lapangan

Para peserta melakukan uji coba atau praktik langsung di lapangan untuk melakukan kegiatan kepemanduan kepada pengunjung yaitu dengan cara simulasi.

Hasil dan Pembahasan

Lampung Timur memiliki sumber daya pesisir pantai yang panjangnya mencapai 105 km, dimana 70 km yang berada di kawasan Taman Nasional Way Kambas dan 35 km berada di kecamatan Labuhan Maringgai dan Pasir Sakti. Hutan mangrove di Pasir Sakti ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan lindung Register 15 Muara Sekampung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI nomor 256/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000. Salah satu destinasi yang menarik dan dikembangkan yaitu kawasan mangrove Pasir Sakti dengan letak administratif Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, atau masuk di Kawasan Register 15 Muara Sekampung, KPH Way Balak, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

Hutan Mangrove Pasir Sakti dapat dinikmati oleh pengunjung dengan menyusuri kanal irigasi desa yang menghubungkan dengan laut di ujung kawasan Mangrove menggunakan perahu warga yang dikenakan biaya sewa Rp 150.000 untuk kapasitas maksimal 10 orang, jarak tempuh sekitar 20 menit. Sepanjang perjalanan susur sungai tersebut, pengunjung menikmati berbagai daya tarik alami antara lain nuansa eksotis ekosistem mangrove, berbagai

(4)

jenis satwa langka dilindungi yang hidup bebas di alam. Melihat perkembangan hutan mangrove di Pasir Sakti, pemerintah kabupaten optimis bahwa ke depannya destinasi wisata ini dapat menjadi cagar budaya nasional dan destinasi wisata internasional.

Gambar 1. Peta Interpretasi Tracking Mangrove Pasir Sakti (ITERA, 2020)

Berbagai daya tarik yang terdapat di kawasan Mangrove Pasir Sakti merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi aktivitas yang ditawarkan kepada wisatawan saat berkunjung. Aktivitas yang dapat dilakukan jika berkunjung ke kawasan Mangrove Pasir Sakti antara lain:

Gambar 2. Susur Mangrove Gambar 3. Sajian kuliner

Dalam buku Sistem Informasi Manajemen Pemandu Pariwisata (Akbar, 2017) dijelaskan mengenai kepemanduan merupakan suatu profesi yang berkembang seiring dengan majunya tingkat kunjungan wisatawan dari satu negara ke negara yang lain. Ketika para wisatawan

(5)

mancanegara maupun wisatawan nusantara mengunjungi suatu daerah maka para wisatawan inimembutuhkan pendamping perjalanan wisata agar mampu memahami dan menikmati keindahan suatu lokasi obyek wisata dengan cara yang maksimal. Kepemanduan wisata ini selanjutnya dikenal dengan Pemandu wisata. Pemandu wisata inilah yang bertugas untuk mendamping, mengarahkan dan mejelaskan suatu obyek wisata yang dikunjungi baik selama wisata ataupun ketika berada dalam perjalanan menuju obyek wisata lokal.

Dalam tulisan Zaenal dan Mawardi (1995) “pramuwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pramu, wis, dan ata. Pramu berarti pelayan atau orang yang melayani, wis berarti tempat dan ata berarti banyak”. Pendapat umum mengartikan wisata sebagai keliling atau perjalanan sehingga dalam hal ini pramuwisata dapat dikatakan sebagai petugas yang melayani orang yang sedang melakukan perjalanan wisata.

Pemandu wisata adalah profesi dimana para wisatawan pertama kali menjumpai di obyek wisata ataupun dalam melaksanakan tour. Wisatawan ini datang ke suatu tempat wisata dengan harapan apa yang dicari bisa didapatkan sesuai informasi yang awalnya sudah diketahui oleh para wisatawan ini. Kedatangan wisatawan ini ke suatu tempat wisata karena ingin mendapatkan informasi yang lebih berkesan baik dan dinamis sehingga ketika kembali ketempat asal mereka membawa memori yang indah atas dasar pelayana dan penjelasan dari pemandu wisata.

Tugas dan tanggung jawab pemandu wisata antara lain:

A. Mengantar wisatawan baik rombongan maupun individu yang mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.

B. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan objek wisata, serta memberikan penjelasan tentang dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas lainnya. C. Memberikan petunjuk tentang objek wisata.

D. Membantu mengurus barang bawaan wisatawan.

E. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan, atau musibah lainnya.

Peranan Pemandu wisata untuk menemani, mengarahkan, membimbing, menyarankan wisatawan di tengah-tengah obyek wisata selama melaksanakan wisata. Sehingga wajar jika wisatawan mempercayakan aktivitasnya kepada Pemandu wisata, karena pemandu wisata dianggap yang lebih tahu dan berpengalaman. Sebagai professional, sangat dilarang jika seorang pemandu wisata memanfaatkan ketidaktahuan wisatawan untuk keuntungan diri sendiri, misalnya dengan menaikan harga barang yang dibeli wisatawan, memaksa untuk memberikan imbalan lebih, dan sebagainya.

(6)

Sikap pemandu wisata dalam melayani pengunjung:

1. Beri kesempatan pengunjung berbicara, mengemukakan keinginannya. 2. Dengarkan baik-baik apa yang disampaikan pengunjung.

3. Jangan menyela pembicaraan pengunjung sebelum selesai bicara. 4. Ajukan pertanyaan setelah pengunjung selesai bicara.

5. Jangan marah dan mudah tersinggung. 6. Jangan mendebat pengunjung.

7. Jaga sikap sopan, ramah dan selalu berlaku tenang.

8. Jangan menangani hal-hal yang bukan merupakan pekerjaannya. 9. Tunjukan sikap perhatian dan sikap ingin membantu.

Masyarakat pelaku wisata di desa Pasir Sakti telah beberapa kali mendapat pelatihan kepemanduan dari beberapa pihak, namun tidak terimplementasikan dengan maksimal. Kemampuan masyarakat dalam mengelola kunjungan belum teroganisir secara baik dalam bidang kepemanduan, pendampingan secara umum terbatas sebagai pengemudi perahu dan merangkap menjadi interpreter jika ada pengunjung yang menggali info. Sedangkan harapannya seorang pemandu berperan aktif dalam memberikan bimbingan, penjelasan, dan petunjuk mengenai objek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.

Gambar 6. Kegiatan Pelatihan Kepemanduan

Untuk menjadi pemandu yang profesional pasti banyak proses yang harus dilalui, tidak hanya didapat dari sekolah/kuliah maupun kursus tetapi didapat dari pengalaman yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Pemandu wisata yang professional harus memiliki

(7)

kompetensi yang memadahi. Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas kerja”. Agar pemandu wisata memiliki kompetensi yang memadai perlu dilakukan pelatihan sehingga pemandu wisata memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang baik. Setelah mengikuti pelatihan kemudian diterapkan dalam pekerjaannya atau profesinya sebagai pemandu wisata.

Keberadaan pramuwisata di Pasir Sakti sangat menentukan dalam kunjungan wisatawan. Hal ini disebabkan posisi pemandu wisata adalah garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Pramuwisata merupakan ujung tombak dalam pelayanan kepada wisatawan mengingat dari pramuwisata segala informasi tersampaikan kepada wisatawan yang datang.

Gambar 7. Foto bersama peserta pelatihan

Pemandu wisata adalah orang yang pertama kali dijumpai oleh wisatawan dalam rangka mewujudkan harapan dan impian atas tour yang telah dibayarnya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan pemandu wisata dalam kegiatan yaitu:

1. Materi (Objek wisata, sejarah, jalur, dll)

2. Bahasa (Ragam bahasa, pemilihan kata-kata yang tepat, intonasi, kefasihan). Kemampuan berbahasa verbal pemandu wisata di Candi Prambanan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan wisatawan (Purwaningsih, 2013).

3. Panggung (Penempatan diri, volume suara, arah pandang)

Dalam berwisata, wisatawan atau turis asing yang datang ke Pasir Sakti membutuhkan pemandu wisata dalam memberikan informasi tentang objek wisata yang dikunjungi. Salah satu contohnya jika ada kunjungan dari luar kota atau luar negeri, pemandu wisata sangat

(8)

dibutuhkan sebagai orang yang mengetahui objek wisata yang harus dikunjungi, serta mengetahui peraturan yang ada dalam objek tersebut. Untuk itu sangat penting dalam menyediakan jasa pemandu wisata dengan kemampuan khusus misalnya Bahasa asing.

Kesimpulan dan Saran

Potensi alam dan kesiapan masyarakat yang berada di sekitar kawasan ini menunjang prospek ekowisata untuk dikembangkan. Peran serta masyarakat sekitar Kawasan mangrove Pasir Sakti belum berjalan dengan optimal, terlihat dari jumlah anggota Kelompok Tani Hutan atau Kelompok Sadar Wisata yang ikut serta dalam pengelolaan pun masih terbilang minim. Penggerak kegiatan dan pendampingan tata Kelola destinasi wisata masih cenderung dilaksanakan oleh pihak tertentu saja, sehingga kondisi ini menjadi factor yang mempengaruhi ketersediaan dan kesiapan masyarakat sebagai pemandu pun terbilang rendah. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan semakin ditingkatkannya pemberdayaan dan penyadartahuan tentang ekowisata mangrove Pasir Sakti.

Dalam beberapa kegiatan palatihan atau penyuluhan terkait pemandu wisata dari berbagai instansi kepada masyarakat sekitar Kawasan mangrove Pasir Sakti, telah menumbuhkan pengetahuan dan keinginan untuk turut serta berperan dalam pengelolaan ekowisata. Namun diakui oleh masyarakat bahwa selain penyuluhan dan pemaparan materi, sangat dibutuhkan pelatihan khusus untuk praktik menjadi pemandu di lapangan. Karena dirasakan oleh masyarakat bahwa praktik langsung dan pengalaman sangat membantu dalam menciptakan kesiapan, keberanian, serta percaya diri dalam mengelola pengunjung.

Ucapan Terimakasih

Dalam proses pengabdian ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Politeknik Negeri Lampung, prodi Rekayasa Kehutanan Institut Teknologi Sumatera, dan masyarakat Pasir Sakti.

Daftar Pustaka

Akbar, A. A. M. (2017). Sistem Pemandu Wisata Berbasis Augmented Reality Markerless Memanfaatkan GPS Based Tracking dengan Platform Android (Studi Kasus: Lokasi Wisata di Kota Makassar) [Doctoral dissertation], Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

(9)

Fauziah, P. & Siddiq, S. S. (2017). Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak [Doctoral dissertation], Riau University.

Kustanti, A. (2011). Manajemen Hutan Mangrove. Penerbit IPB Press, Bogor.

Nafi., et al. (2017). Pengembangan daerah Ekowisata. Buku Bunga Rapim ISBN: 978-602-6672-41-4.

Purwaningsih, R. M. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan Tinjauan Khusus Pada Kemampuan Berbahasa Verbal. Jurnal Nasional Pariwisata, 5(3), 146-153.

Zaеnal, M. H., & Mawardi, M. K. (2017). Pеngaruh Kinеrja Pramuwisata Tеrhadap Kеpuasan Sеrta Dampaknya Tеrhadap Loyalitas Wisatawan (Survеy pada Wisatawan yang Bеrada di Kawasan Taman Nasional Bromo-tеnggеr-sеmеru (Tnbts)). Jurnal Administrasi

Gambar

Gambar 1. Peta Interpretasi Tracking Mangrove Pasir Sakti (ITERA, 2020)
Gambar 6. Kegiatan Pelatihan Kepemanduan
Gambar 7. Foto bersama peserta pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya sistem dan fasilitas parkir yang sudah tersedia dapat memenuhi kebutuhan atau menampung jumlah kendaraan yang akan menggunakan

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu:

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi